Anda di halaman 1dari 13

EKSTRASI NEMATODA DARI AKAR

(Laporan Praktikum Nematologi Tumbuhan)

Oleh

Selviana
1714191004
Kelompok 2

JURUSAN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia


hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing
mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening.
Secara umum karena ukuran tubuh nematoda sangat kecil, para petani sangat sulit
membedakan dengan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya,
1999).

Nematoda sebagai salah satu kelas dari Filum Nematelminthes memiliki


persebaranyang sangat luas.Nematoda parasit pada manusia, vertebrata, dan
tumbuhan.Nematoda yang menyerang tanaman dapat hidup di bagian dari
tanaman seperti akar, batang, daun, buah, jaringan tumbuhan, bahkan di tanah
sekitar tanaman tersebut.Untuk mendapatkan spesies dari kelas Nematoda tanah
dapat dilakukan dengan isolasi dari tanah sekitar tanaman maupun dari bagian
tanaman tersebut. Adapun metode yang dapat digunakan diantaranya ialah metode
Barleens tulgreen, Baermann asli, dan Baermann termodifikasi (Wiratno, 2012).

Beberapa tahun isolasi Nematoda pada praktikum Sistematika Invertebrata


dilakukan menggunakan metode Barless Tulgreen. Teknik isolasi dengan
menggunakan media tanah ini jarang sekali berhasil. Oleh karena itu perlu dicoba
beberapa teknik lain tentang isolasi Nematoda tanah dengan mempertimbangkan.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara ekstrasi Nematoda dari
akar menggunakan metode Baerman.
II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Nematologi Tumbuhan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 13


September 2019 pukul 10.00 WIB dan bertempat di Laboratorium Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu mangkuk, saringan, blender,
botol semprot, dan kertas saring. Sedangkan, bahan yang digunakan akar tanaman
jagung dan tanaman pisang serta kertas tisue.

2.3 Langkah Kerja

Langkah kerja pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:


1. Dicuci akar tanaman pisang dan jagung hingga bersih.
2. Dipotong akar tanaman menjadi kecil-kecil.
3. Diblender akar tanaman kurang lebih 15 detik.
4. Diletakkan hasil blender kesaringan yang telah dilapisi kertas tissue dan
diamkan selama 24 jam.
5. Setelah 24 jam, air dalam mangkuk disaring menggunakan saringan nematode
ukuran 38 mikrometer.
6. Ditaruh hasil saringan ke dalam botol UC 1000.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum

Hasil dari praktikum ini adalah:


No. Gambar Keterangan
1 Hasil penyaringan akara tanaman
akar pisang dan jagung yang telah
di blender kemudian disaring
selama ± 24 jam menggunakan
kertas tissue. Hal ini diharapkan
agar nematode diperoleh

2 Hasil saringan dari blenderan akar


tanamnan pisang dan jagung pada
magkuk yang didiamkan selama ±
24 jam, kemudian disaring
kembali dengan saringan
nematoda 38 mikron.

3 Sisa endapan yang berada di


saringan dimasukkan ke dalam
botol UC 1000.
4 Dari hasil endapan d botol UC
diamati ada atau tidaknya
nematoda dibawah mikroskop
stereo. Pada pengamatan tersebut
tidak diperoleh Nematoda pada
hasil penyaringan yang telah
dilakukan.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini yaitu tidak didapati sama
sekali adanya Nematoda saat pengamatan di mikroskop stereo. Hal ini diduga
mungkin pada bahan berupa akar tanaman yang dipakai sehat, tidak terserang
penyakit akarnya dengan ditunjukkan tidak adanya gejala penyakit yang
disebabkan oleh Nematoda berupa puru akar.

Berbagai macam masalah yang ditimbulkan oleh nematoda dan patogen tanah ini
antara lain terjadi perubahan fisik dari tanaman, pertumbuahan yang tidak optimal
serta kematian pada tanaman. Banyak faktor yang dapat menyebabakan nematoda
di dalam tanaman lain, faktor yang ada dari tanah sebagai media tanam, suhu,
lingkungan, serta kelembapan. Tipe tanah yang mempengaruhi perkembangan
nematoda seperti sifat tekstur, aerasi, kelembaban, pH, kandungan bahan organik
dan anorganik tanah. Nematoda membutuhkan kelembaban yang lembab
Kelembaban juga memberi peluang spora berkecambah. Jamur zoospora, sel
bakteri dan nematoda akan berpindah tempat karena adanya udara atau
kelembaban yang berlebihan. Selain itu nematoda juga membutuhkan aerasi yang
baik. Aerasi terkait dengan cadangan air tanah, Aerasi akan menurun dengan
cadangan air tanah semakin tinggi oksigen dalam tanah berkurang. Pertukaran
udara dalam tanah nematoda pernafasan. Perkembangan nematoda akan baik jika
membutuhkan udara dalam tanah yang cukup (Nugrohorini, 2010).
Ekstraksi nematoda adalah cara untuk memisahkan nematoda dari jaringan
tanaman atau dari gumpalan tanah. Ekstraksi nematoda dapat dilakukan baik
secara sederhana maupun dengan peralatan sentrifus. Perbedaan cara yang dipilih
untuk mengekstraksi nematoda didasarkan pada tujuan dari ekstraksi itu sendiri
(Panggeso, 2010).

Menurut Viktor (1992) terdapat beberapa metode isolasi Nematoda yang dapat
dilakukan diantaranya ialah:

3.2.1 Ekstraksi dari jaringan tumbuhan

1. Pencelupan di dalam air


Pada metode ini, jaringan tumbuhan dibersihkan dari tanah dan dipotong-potong
menjadi bagian yang kecil 5-10 cm. Potongan bagian tumbuhan ini kemudian
ditempatkan ke dalam wadah yang dapat tertutup rapat.Menambahkan air hingga
menutup bagian dari tumbuhan tersebut, kemudian menginkubasikan ke dalam
suhu kamar. Nematoda endoparasitik yang bepindah akan meninggalkan akar dan
dapat dikumpulkan menggunakan saringan kecil.

2. Maserasi mekanik
Potongan-potongan tanaman sepanjang 2-3 cm dimaserasi di dalam air dengan
menggunakan pencincang listris selama 15-30 detik akan menghasilkan Nematoda
hidup dan bagian jaringan tanamana. Cairan tersebut dapat dituangakan ke dalam
saringan dan dibiarkan tetap di dalam air untuk menampung sisa-sisa jaringan
tanaman. Nematoda yang bergerak akan menembus lubang saringan dan dapat
dikumpulkan dari air yang berada di bawah saringan. Stadium Nematoda
endoparasit sering hancur dengan metode ini, tetapi nematoda yang masih ututh
dapat dijumpai di dalam sisa campuran tersebut dengan jalan diencerkan.

3. Enzim Maserasi
Enzim yang dapat memaserasi jaringan tumbuhan antara lain : pektinase, selulose,
dan hemiselulose yang secara komersial dapat diperoleh, atau dari biakan bakteri
dan jamur yang sudah membusuk dan lunak.

4. Agitasi di dalam penggojok


Nematoda dapat juga muncul dari jaringan tumbuhan ke dalam air dengan agitasi
yang terus menerus dengan motor penggojok.Gerakan penggojok memberikan
cukup agotasi untuk menjamin aerasi yang cukup dan maserasi.Sistem tersebut
dapat dilakkan terus menerus sepanjang hari.

5. Pengabutan terputus
Bagian dari tanaman ditempatkan di atas kasa plastik kasar yang ditempatkan di
atas corong yang dapat mengalirlkan air ke dalam tabung reaksi besar atau
penampung air yang lain. Ruang antar corong dan tabung reaksi diperlukan untuk
menghindari luapan air dari corong.Air yang diberi tekanan mengalir dari lubang
kecil dan menimbulkan kabut. Apabila Nematoda merayap mencapai permukaan
tanaman maka air dari kabut akan menghempaskan Nematoda ke bawah corong.
Air yang berupa kabut mengatur untuk menggerakan Nematoda keluar tanpa
mengekstraksi Nematoda keluar dair jaringan tanaman. Teknik ini dapat
digunakan dalam beberapa hari untuk mengumpulkan banyak Nematoda dari
bahan tanaman yang sesuai.

3.2.2 Ekstraksi dari tanah

1. Teknik Baermann
Langkah dari teknik ini adalah dengan membungkus 100 gr tahan ke dalam kertas
tisu atau kain dan tempatkan di atas kasa plastik kasar di dalam corong yang
dihubungkan dengan pipa karet yang diberi penjepit. Menuang air secara perlaha
sampai pada permukaan tanah bagian bawah. Setelah 24 jam penjepit dibuka
secara perlahan dan hati-hati untuk mengumpulkan kecil cairan dari corong ke
gelas piala kecil. Cairan tersebut mengandung Nematoda yang dapat beregerak ke
luar dari tanah dan tenggelam ke dasar corong.
2. Teknik Cobbs
Berat jenis Nematoda sedikit di atas berat jenis air, sehingga Nematoda dapat
teggelam dari suspensi lebih lambat dari pada partikel tanah. Pada metode atau
teknik Cobbs, tanah disuspensikan ke dalam air dan berkesempatan mengendap
dalam waktu yang singkat dan air yang mengandung Nematoda merembes
menembus pori-pori saringan.

Prosedur teknik Cobbs adalah sebagai berikut:


a. Menempatkan sekitar 100 gr tanag ke dalam ember dan menembahkan 2 atau 3
liter air.
b. Mengaduk dengan tongkat pengaduk sampai semua gumpalan tanah hancur.
Membiarkan campuran tersebut mengendap selama 30-60 detik.
c. Menuangkan campuran tersebut ke ember kedua melalui saringan kasar
(diameter pori saringan antara 0.35-0.85 mm), maka partikel tanah yang berat
tetap akan berada di ember pertama.
d. Mengulangi langkah (2) dan (3) dengan menggunakan air 1 liter. Kebanyakan
Nematoda dalam sampel tanah sekarang berada di dalam ember kedua.
e. Mencuci residu dengan saringan kasar ke dalam ember kedua kemudian
menambahkan air untuk mendapatkan Nematoda yang masih berada dalam
saringan.
f. Residu yang ada dalam saringan kasar dan di dalam ember pertama dibuangg.
Air dalam ember kedua dituang ke dalam saringan dalam komdisi saringan
miring untuk mengurangi efektif luban saringan.
g. Saringan halus dimiringkan kemudian ditegakkan diatas tempat penampung.
h. Langkah (g) dan (h) harus diulangi dengan penampung air dari ember pertama.
i. Nematoda kemudian akan terkumpul dengan jalan mencuci bagian belakang
saringan halus dan akan mengendap di dalam waktu 30 menit.
Flotasi sentrifugal.

3. Teknik Flotasi Sentrifugal


Prinsip kerja ini ialah memisahkan Nematoda dari tanah di dalam air, yang
dilanjutkan dengan sentrifugasi di dalam air dan akhirnya dengan sentrifugasi di
dalam larutan dengan berat jenis yang cukup untuk dapat menyebabkan Nematoda
terapung pada permukaan larutan. Langkah-langkah metode Flotasi sentrifugal
adalah sebagai berkut:
a. Mencampur tanah sebanyak 100 gr dengan air sampai mencapai 800 ml.
b. Mengaduk kuat-kuat dan membiarkan tanah mengendap selama 60 detik.
c. Mendekantasi dengan menggunakan saringan kasar yang berukuran sedang
(diameter 0,038 mm), kemudian membilas sisa kotoran yang ada di saringan
tersebut.
d. Mencuci sisa kotoran dan Nematoda dari saringan halus ke dalam gelas piala
yaoncng berukuran 150 ml, menggoncangkan cairan tersebut dan menuangkan
cairan dengan kandungannya ke dalam tabung sentrifus yang berukuran 50 ml.
e. Menyeimbangkan tabung-tabung sentrifus pada rotor horizontal dan memutar
sentrifus pada 400x g selama 5 menit.
f. Mendekantasi cairan tanpa mengganggu butiran-butiran tanah dan Nematoda
yang terdapat pda dasar tabung sentrifus.
g. Menambahkan larutan gula ke dalam tabung sampai separuhnya. Selanjutnya
mensuspensikan lagi butiran-butiran tanah dengan gelas pengaduk dan
menabahkan sukrosa lebih banyak lagi sampai mencapai 0.5 cm dari bagian
atas tabung.
h. Memutar sentrifugus pada 400 x g selama 60 detik dan biarkan sampai tabung
berhenti sendiri tanpa direm.
i. Mendekantasikan larutan sukrosa dengan menggunakan saringan yang amat
halus (diameter0.028 mm) tanpa mengganggu sisa kotoran yang terdapat pada
dasar tabung sentrifus. Membilas isi saringan dengan 30 ml air secara berhati-
hati ke dalam gelas piala.
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut:
1. Cara ekstrasi nematode menggunakan metode Baerman yakini dengan
membungkus 100 gr tahan ke dalam kertas tisu atau kain dan tempatkan di atas
kasa plastik kasar di dalam corong yang dihubungkan dengan pipa karet yang
diberi penjepit. Menuang air secara perlahan sampai pada permukaan tanah
bagian bawah. Setelah 24 jam penjepit dibuka secara perlahan dan hati-hati
untuk mengumpulkan kecil cairan dari corong ke gelas piala kecil. Cairan
tersebut mengandung Nematoda yang dapat bergerak ke luar dari tanah dan
tenggelam ke dasar corong.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell R. Mitchell. 2005. Biologi Jilid 2 (lux) Ed. 5. Erlangga. Surabaya.

Panggeso, Johanis. 2010. Analisis kerapatan partisipasi nematoda pada tanaman


tomat (lycopersicum esculentum mill.) Asal kabupaten sigi biromaru.
Jurnal Agroland Sulawesi Tengah. Hal 198 – 204

Nugrohorini. 2010. Eksplorasi nematoda entomopatogen pada beberapa wilayah


di jawa timur. Jurnal Pertanian MAPETA. Jawa Timur. Vol 7 (2):72 – 144

Pracaya. 1990. Hama penyakit tanaman. Niaga Swadaya. Jakarta.

Victor, Dropkin. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.

Wiratno dan Rohimatun. 2012. Patogenisitas nematoda Heterorhabditis sp.


terhadap daun kelapa Brontispa longissima Gestro. Jurnal Littri. Bogor.
Vo 18 (4):137 – 142
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai