Anda di halaman 1dari 11

Hama Penting Pada Tanaman Teh Dan Pengendaliannya

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Hama dan penyakit pada tanaman teh sampai saat ini masih tetap merupakan
masalah, karena menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi dan berpengaruh terhadap
pencapaian sasaran produksi. Usaha dalam menekan kehilangan hasil karena hama dan
penyakit pada tanaman perlu mendapat perhatian khusus dalam usaha pengendaliannya.
Hama yang menyerang tanaman teh meliputi tikus, wereng coklat, wereng hijau,
penggerek batang teh, dan walang sangit. Semua hama tersebut yang dominan menyerang
tanaman teh yang mampu menurunkan hasil produksi tanaman teh. Hama tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyerang tanaman teh, gejala dan tanda
yang ditampakkan dan siklus hidup hama tersebut.
Melalui pengenalan hama yang menyerang tanaman teh yang meliputi penyebab,
gejala serangan, siklus hidup hama,  morfologi hama. Selajutnya dapat dilakukan
pencegahan maupun pengendalian untuk menekan kerugian yang diakibatkan oleh hama
pada tanaman. Selain itu dengan mengetahui hama yang menyerang tanaman teh mampu
meningkatkan pengetahuan terhadap pengenalan hama saat di lapang nantinya.

1.2  TUJUAN
1.2.1        Untuk mengetahui hama yang terdapat pada tanaman teh
1.2.2        Untuk mengetahui pengendalian hama pada tanaman teh
1.2.3        Untuk mengetahui bioekologi hama pada tanaman teh
     

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Teh


Pada umumnya, teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000
meter diatas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14-25 derajat celsius. Ketinggian
tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk Teh Cina dan Teh Jawa, ada yang berkisar
antara 12-20 meter tingginya untuk tanaman Teh jenis Assamica. Hingga saat ini, di
seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara.
Klasifikasi
Kingdom           : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom      : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi       : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                 : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                  : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas          : Dilleniidae
Ordo                  : Theales
Famili                 : Theaceae
Genus                : Camellia
Spesies               : Camellia sinensis

2.2 Hama dan Pengendalian


2.2.1 Kepik Pengisap Daun (Helopeltis spp.)
A. Klasifikasi
Kingdom  : Animalia
Filum        : Anthropoda
Kelas        : Insecta
Ordo         : Heteroptera
Famili       : Capsidae
Genus       : Helopeltis
Spesies     : Helopeltis theivora

B. Morfologi
Helopeltis ukuran panjang tubuh 6 – 7 mm, berwarna kehijau – hijauan. Banyak
terdapat di daerah perkebunan dengan ketinggian sekitar 600m diatas permukaan laut.
C. Ekologi
Kepik pengisap daun atau Helopeltis  menyerang pucuk daun muda. Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam. Musuh
alami Helopeltis ini banyak. Nimfanya dibunuh oleh laba-laba lompat, nimfa belalang
sembah dan predator lain. Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba
bikin jaring. Jangka hidup telurnya dari permulaan sampai dewasa adalah 3 sampai
dengan 5 minggu. Jangka dewasanya bisa sampai 2 minggu. Telur panjangnya 1,5 mili
dipasang masuk ke urat daun teh atau cabang pucuknya secara tersembunyi dari serangan
predator. Telur juga dimasukkan ke dalam ujung cabang hijau yang baru dipangkas.
Jumlah telurnya kira-kira 80 per betina. Nimfanya (“mikung”) berwarna oranye kemerah-
merahan. Dewasanya (“indun”) berwarna hitam-putih menjadi hitam merah
untuk antonii atau hitam-hijau untuk theivora.  Dewasa Helopeltis  mempunyai tiang kecil
seperti jarum yang menonjol dari tengah punggungnya (thorax).
Tiga faktor kehidupan yang menentukan serangan Helopeltis, yaitu cahaya
matahari, kelembaban, dan arus angin di bawah tajuk. Helopeltis menyenangi lingkungan
lembab, tetapi hama ini tidak tahan angin yang kencang atau kuat. Cahaya matahri
langsung selalu dihindarinya dan serangan hama ini menyenangi tempat yang terlindung.
Lama hidup sejak telur sampai dewasa adalah 3-5 minggu. Fase larva berlangsung selama
11-12 hari, pada ketinggian tempat 250 mm dpl. Helopeltis mampu bertelur pada
temperature 24-27,5  dengan kelembaban 75% sebanyak 40-250 butir di bulan-bulan
kering dan 50-300 butir di bulan-bulan basah. (Anonymous a, 2013)
D. Gejala
Serangga muda (nimfa) dan imago helopeltis dapat menimbulkan kerusakan
terhadap tanaman teh dengan cara menusukkan alat mulutnya (stylet) kedalam jaringan
tanaman untuk menghisap cairan sel-sel di dalamnya. Bersamaan dengan tusukan stylet
itu, helopeltis akan mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari alam mlutnya yang sapat
mematikan di sekitar tusukan. Akibatnya, timbul bercak-bercak cekung berwarna cokelat
kehitaman denga ukuran bercak yang relatif kecil antara 2-3mm dan letaknya di sekitar
daun teh

E. Pengendalian
Musuh alami, Dolichoderus atau semut hitam, parasit Eupharus dapat menurunkan
populasi hingga 80%.  Cara mekanis melalui pemupukan yang seimbang dan pengaturan
kultur teknis  ( pohon pelindung ). Cara kimiawi dengan penggunaan insektisida
dengan  berbahan aktif  Lamda Sihalotrin dengan konsentrasi 0,25 ml/l dan Beta
Sipermetrin dengan konsentrasi 0,5 ml/l.
.
2.2.2 Ulat Penggulung Daun (Homona coffearia)
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthropoda
Kelas        : Insekta
Ordo         : Lepidoptera
Famili       : Tortricidae
Subfamili : Tortricinae
Genus       : Homona
Spesies     : Homona coffearia Nietne.
B. Morfologi
Ulat dewasa panjangnya 11 mm, berwarna kehijau – hijauan. Larva Enarmonia
mempunyai daya lekat pada tepi pucuk daun yang ditempati. Siklus hidup 50 -50 hari.
C. Ekologi
Ngengat Homona mengeluarkan telur yang berbentuk datar. Telur tersebut
tersusun dalam kelompok yang berbaris baris di atas permukaan daun teh. Larva yang
menetas akan mulai memakan daun teh muda sehingga mengurangi hasil panenan karena
daun tersebutlah yang dimanfaatkan manusia. Setelah larva tumbuh hingga panjangnya
18-26 mm, dia menjadi kepompong. Daun teh yang dijalin menjadi rumah kepompong
tersebut. Kemudian ia keluar sebagai ngengat dewasa. Ngengat aktif hanya malam hari.
Betina dapat mengeluarkan beratus-ratus telur. Ulat Homona diparasit oleh beberapa
jenis tawon parasitoid, khususnya Macrocentrus homonae yang merupakan
tawon Braconidae.
Homona coffearia dapat bertelur antara 100-150 butir yang diletakkan dalam satu
kelompok pada permukaan atas daun. Ulat membuat sarangnya dengan menggunakan
benang-benang sutera, biasanya satu daun dilipat tetapi terdapat pula beberapa daun yang
dilipat. Salah satu tanda yang dapat digunakan untuk membedakannya dari ulat
pengulung lain adalah bagian kepala dari ulat ini berwarna hitam atau kecoklatan.
Kepompong ulat dapat ditemukan pada gulungan daun yang digunakan sebagai
sarangnya. Daur hidup H. coffearia adalah: (1) periode telur: 6-11 hari, (2) periode ulat:5-
6 minggu, (3) periode pupa: 7-10 hari. Satu generasi memerlukan 5-6 minggu pada daerah
rendah, dan 7-8 minggu pada daerah tinggi.

D. Gejala
. Gejala serangan yang sering nampak yaitu, terlihat adanya satu atau lebih daun
terlipat dengan menggunakan benang halus. Mula-mula ulat memakan epidermis daun
sehingga seluruh daun dimakan. Larva akan makan daun pertama sehingga habis
kemudian pindah ke daun yang lain. Selama perkembangannya, satu ulat dapat
menghabiskan lebih dari 1 helai daun. Pada instar awal, kerusakan yang ditimbulkan
sangat kecil karena yang dimakan adalah permukaan bawah dari daun yang tua. Setelah
panjang tubuh mencapai 5 mm, ulat berpindah ke daundaun muda. Serangan terjadi
sepanjang tahun. Apabila kondisi lingkungan yang mendukung seperti akhir musim
kemarau atau awal musim hujan populasi hama dapat meningkat. Serangan berat
mengakibatkan tanaman gundul.
E. Pengendalian
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu dengan melakukan
pemetikan daun yang terserang dan pengambilan kelompok telur. Cara hayati dengan
menggunakan musuh alami antara lain Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, jamur
penyebab Wilt disease dan bakteri entomopatogenik. Dengan pengendalian kimiawi, yaitu
menggunakan insektisida dengan berbahan aktif  Lamda Sihalotrin.

2.2.3 Ulat jengkal/ulat kilan (Hyposidra talaca)


A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthopoda
Kelas        : Insecta
Ordo         : Lepidoptera
Famili       : Geometridae
Genus       : Hyposidra
Spesies     : Hyposidra  talaca
B. Morfologi
Ulat tersebut berwarna coklat dengan titik putih pada bagian dorsal. Dari jauh titik
putih itu tampak seperti garis putih.
C. Ekologi
Daur hidup ulat kilan sangat bergantung pada makanan dan iklim setempat. Daur
hidupnya 2,5 – 3,5 bulan. Betinanya dapat  meletakkan telur sampai 320 butir dan
meletakkan telur berkelompok pada daun. Lama stadium telur 5-6 hari. Menjelang
menetas telur mengalami perubahan warna dari hijau kebiruan menjadi kehitaman. Ulat-
ulat kecil yang telah menetas dari telur akan bergerombol dan angin akan membantu
penyebarannya. Lama stadium larva 12-18 hari, kemudian membentuk pupa
yang berwarna coklat mengkilat dan berada di dalam tanah sedalam 2-5 cm, lama stadium
pupa 1-8 hari. Perkembangan telur sampai menjadi dewasa memerlukan waktu
sekitar 24- 32 hari.Larva mempunyai dua atau tiga pasang proleg pada ujung posterior
tubuh. Panjang larva 35-40 mm dengan diameter 3-4 mm. Larva berjalan dengan
meletakkan ujung posterior tubuh dekat tungkai-tungkai toraks dan kemudian
menggerakkan ujung anterior tubuh, melangkah maju dalam satu cara seperti
menukik. Larva ini bisa turun ke daun  teh dengan bantuan benang-benang halus
pada waktu siang hari. Apabila diganggu, larva berdiri hampir tegak diatas tungkai-
tungkai posterior dan tetap tidak bergerak, menyerupai cabang-
cabang yang kecil. Ngengat betina bertelur (tempatnya tergantung spesies). Setelah
menetas, larva (ulat) memakan daun teh. Setelah berganti kulit beberapa kali, ulat
menjadi kepompong. Akhirnya dewasa (ngengat) keluar dari kepompong dan kawin

D. Gejala
Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun, dan pentil teh. Serangan berat
menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul, sehingga tinggal tulang daun
saja. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesa sehingga pertumbuhan tanaman
terhambat. Bila daun-daun telah habis maka hama ini akan meningkatkan serangannya ke
daun-daun tua. Dengan demikian bila hama ini menyerang tanaman bibit, maka tanaman
tersebut akan menjadi gundul (tak berdaun) sama sekali.

E. Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan memotong bagian ranting
dimana daun-daunnya terserang baik tanaman teh. Hasil pangkasan dibenamkan kedalam
tanah untuk mematikan hama sekaligus bagian tanaman yang dibenamkan menjadi humus
dalam tanah. Secara Hayati. Parasit Apanteles sp yang memarasit larva ulat kilan dapat
dimanfaatkan untuk menekan populasi hama ini dengan hasil baik. Penggunaan Insektisida
Sintesis. Beberapa jenis insektisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan ulat kilan
insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin .Penggunaan Insektisidsa Nabati. Ekstrak daun
mimba dengan konsentrasi 5-20% yang disemprotkan pada daun muda teh dapat
mematikan ulat kilan.

2.2.4  Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)


A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum        : Arthopoda
Kelas        : Insecta
Ordo         : Lepidoptera
Famili       : Tortricidae
Genus       : Cydia
Spesies     : Cydia leucostoma
B. Morfologi
Ulat penggulung pucuk berukuran 2-3cm berada dalam gulungan daun teh
C. Ekologi
Ngengat betina bertelur dengan meletakkan satu atau dua telur per daun teh,
biasanya pada daun yang matang di bagian atas tanaman teh. Setelah larva (ulat) menetas,
dia berjalan ke pucuk dan masuk kedalamnya. Setelah masuk, dia mulai makan. Ulat yang
baru menetas hanya bisa hidup lama di dalam pucuk. Biasanya terdapat hanya satu ulat
per pucuk. Ulat secara bertahap membuat semacam sarang dan makan dari dalamnya.
Dua hari sebelum menjadi kepompong, ulat berhenti makan dan mulai melipat daun di
pinggirnya. Dalam lipatan daun, ulat membuat kokon putih. Dewasa (ngengat) keluar dari
kepompong pada siang hari, biasanya antara jam 8:00 dan 15:00. Ngengat kawin pada
pagi atau malam hari.
Menurut Widayat, W (1989), mengatakan bahwa telur diletakkan pada pucuk daun
teh, Telur yang menetas menjadi larva dengan keistimewaan mempunyai daya lekat yang
bersa dari benang liur pada tepi pucuk daun yang ditempatinya, karena benang liur
ditempatkan secara melintang, pucuk daun tersebtu seakan akan terikat, sehingga sulit
sekali membuka, larva berada dalampucuk tanaman teh. Penggerakan pada daun muda
dilakukan dari bagian dalam. Terkadang lebih dari satu daun muda yang digerek. setelah
melakukan penggulungan dan penggerekan pada daun muda, larva keluar dari gulungan
daun muda tesebtu berpindah ke daun tua. Pada daun tua juga melakukan penggulungan
seperti pada daun muda. hanya pada daun tua setelah berhasi digulung bagian dalam
dilapisi dengan benang liurnya. pembentukan pupa berlangsung pada daun tua. Daur
hidup 50-60 hari. Panjang Larva instar akhir mencapai 11mm, berwarna kehijau-hijauan,
kupu berukuran kecil, panjang tubuh 8-10 mm, sayap depan berwarna kelabu agak kelam.

D. Gejala
Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus
untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung.

E. Pengendalian
Untuk mengatasi dan memberatas hama  ulat penggulung pucuk. Hanya dilakukan
secara mekanis mengingat penggunaan obat-obatan akan mempengaruhi mutu aroma dan
kemungkinan akan menimbulkan gangguan kesehatan baggi para konsumen.
Untuk mengehamat biaya dan waktu, melakukan pemetikan pucuk dan daun-daun muda
yang telah terserang bersamaan dengan dilakukannya pemetikan produksi,
sortasi/pemisahan dilakukan secara langsung ketika pemetikan pada kantong-kantong
plastik besar yang telah disediakan atau ditempat penimbangan antara pucuk/daun yang
mulus dan pucuk yang talah terserang. Selanjutnya bagian yang terserang dikumpulkan
dan dilakukan pembakaran hiingga musnah. Kalau saja populasi ulat penggulung
pucuk telah demikian banyak menyerang dapat dipertimbangakan untuk memberantas
secara kimiawi maka gunakanlah obat-obatan yang residual efeknya rendah.

BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan di lahan kebun teh Wonosari di Lawang,
Kabupaten Malang yang telah kami lakukan, ditemukan beberapa hama dan musuh alami
pada areal pertanaman teh. Beberapa hama yang ditemukan merupakan hama penting
tanaman teh, yaitu : Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.), Ulat penggulung daun
(Homona coffearia), Ulat jengkal (ulat kilan) (Hyposidra talaca), dan Ulat penggulung
pucuk (Cydia leucostoma).
No Gambar hama Gejala serangan Cara pengendalian
1         Kepik pengisap daun     Cara biologis dengan Musuh
Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang alami, Dolichoderus atau semut
teh (Helopeltis sp.) pucuk daun muda. hitam, parasit Eupharus dapat
        Kepik ini menusuk dan menurunkan populasi hingga 80%
mengisap daun teh sehingga     Cara mekanis melalui pemupukan
menjadi bercak-bercak yang seimbang dan pengaturan
hitam. kultur teknis  ( pohon pelindung )
     Cara kimiawi dengan penggunaan
insektisida dengan efek residual
rendah

( Anonymous b,
2013 )
2      Gejala serangan yang      Cara mekanis dengan melakukan
Ulat penggulung daun sering nampak yaitu, terlihat pemetikan daun yang terserang dan
(Homona coffearia) adanya satu atau lebih daun pengambilan kelompok telur.
terlipat dengan      Cara hayati dengan menggunakan
menggunakan benang halus. musuh alami antara lain
Serangan terjadi sepanjang Macrocentrus homonae, Elasmus
tahun. homonae, jamur penyebab Wilt
    Larva yang menetas akan disease dan bakteri
mulai memakan daun teh entomopatogenik.
muda sehingga mengurangi      Cara pengendalian kimiawi, yaitu
hasil panenan karena daun menggunakan insektisida.
tersebutlah yang
dimanfaatkan manusia

( Anonymous b,
2013 )
3       Setelah      Secara Mekanis. Memotong bagian
Ulat jengkal (ulat menetas, larva (ulat) ranting dimana daun-daunnya
kilan) (Hyposidra memakan daun teh terserang baik tanaman teh. Hasil
talaca)       Ulat jengkal menyerang pangkasan dibenamkan kedalam
daun, pupus daun, dan tanah untuk mematikan hama
pentil teh. Serangan berat sekaligus bagian tanaman yang
menyebabkan daun dibenamkan menjadi humus dalam
berlubang dan pucuk tanah.
tanaman gundul, sehingga     Secara Hayati. Parasit Apanteles
tinggal tulang daun saja. sp yang memarasit larva ulat kilan
dapat dimanfaatkan untuk menekan
populasi hama ini dengan hasil baik.
     Penggunaan Insektisida Sintesis.
Beberapa jenis insektisida yang
( Anonymous b, direkomendasikan untuk
2013 ) mengendalikan ulat kilan insektisida
berbahan aktif lamda sihalotrin
     Penggunaan Insektisidsa Nabati.
Ekstrak daun mimba dengan
konsentrasi 5-20% yang
disemprotkan pada daun muda teh
dapat mematikan ulat kilan
4 Ulat penggulung   Setelah larva (ulat)   Secara mekanik, dengan melakukan
pucuk
menetas, dia berjalan ke pemetikan pucuk dan daun-daun
pucuk dan masuk muda yang telah terserang
(Cydia leucostoma)
kedalamnya. Setelah masuk, bersamaan dengan dilakukannya
dia mulai makan ini pemetikan produksi,
  Ulat tersebut menggulung ortasi/pemisahan dilakukan secara
daun pucuk dengan langsung ketika pemetikan pada
memakai benang-benang kantong-kantong plastik besar yang
halus untuk mengikat daun telah disediakan atau ditempat
pucuk sehingga tetap penimbangan antara pucuk/daun
( Anonymous b,
tergulung. yang mulus dan pucuk yang talah
2013 )
terserang. Selanjutnya bagian yang
terserang dikumpulkan dan
dilakukan pembakaran hingga
musnah.
  Secara kimiawi maka menggunakan
obat-obatan yang residual efeknya
rendah.

           

BAB IV
KESIMPULAN
Pada survei lapang yang telah kami lakukan, ditemukan beberapa organism yang
termasuk kedalam OPT dan musuh alami. Diantaranya adalah Kepik pengisap daun teh
(Helopeltis  spp.), Ulat penggulung daun (Homona coffearia), Ulat jengkal (ulat
kilan) (Hyposidra talaca), dan Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma).
Dengan munculnya OPT tersebut dapat digunakan beberapa cara pengendalian.
Secara hayati, yaitu dengan musuh alami. Secara mekanis, yaitu seperti mengubah pola
tanam atau menggunakan alat. Secara kimiawi, yaitu menggunakan obat-obatan.
Setiap OPT tersebut mempunyai bioekologi yang rata-rata dimulai dari telur-larva-
pupa-dewasa.

Anda mungkin juga menyukai