Anda di halaman 1dari 24

SIMAKIT CENGKEH

- Cacar Daun Cengkeh (CDC) (Phyllosticta syzygii)


- Bercak Daun (Gloeosporium & Cylindrocladium)
- Mati Ranting (Ralstonia syzygii)
- Penggerek Batang/Cabang (Nothopeus sp.&
Xyleborus sp.)
Cacar Daun Cengkeh (CDC) (Phyllosticta syzygii)
b.  Gejala Serangan :
- Pada permukaan atas daun timbul bercak-bercak seperti tetesan minyak tembus pandang, gejala lebih jelas pada
daun yang masih muda.
- Bercak-bercak kemudian membesar menjadi cembung pada permukaan atas dan cekung pada permukaan bawah
daun seperti bentuk cacar.
- Gejala lanjut kadang-kadang terdapat bintil-bintil hitam kecil (tubuh buah jamur).
- Pada tanaman yang terkena penyakit CDC daunnya secara bertahap akan gugur.
Selain pada daun, gejala penyakit CDC kadang-kadang terlihat pada bunga dan buah.
- Penyakit CDC menyerang tanaman cengkeh mulai di pembibitan sampai tanaman produksi.
- Penyebaran dibantu oleh angin, air hujan dan benih.
c.  Pengendalian :
- Penyemprotan fungisida yang telah terdaftar dengan interval 7-10 hari sekali, sedang untuk pencegahan dapat
dilakukan 10-14 hari sekali.
- Sanitasi terhadap daun, ranting dan biji yang terserang dan eradikasi tanaman yang terserang berat dengan cara
ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inokulum.
- Meningkatkan ketahanan tanaman melalui pemupukan sesuai dengan jenis dan dosis anjuran.
- Tidak membuat pembibitan cengkeh di bawah tanaman cengkeh yang terserang.
Bercak Daun (Gloeosporium & Cylindrocladium)
a. Gejala
Gejala serangan C. quinguseptatim pada daun terdapat bercak cokelat bulat,
berukuran 1-6 mm yang tersebar pada permukaan atas daun yang berwarna
putih perak dan dikelilingi oleh warna cokelat kemerahan. Gejala penyakit ini
cukup mencolok (Aak, 1992).
b. Pengendalian
a. Mengurangi peneduh pada musim hujan.
b. Pemberian pupuk yang memiliki unsur K (NPK atau KCl).
c. Penebaran jamur Trichoderma, sp pada sekitar perakaran.
Diposting oleh : Safrial Z. Lestaluhu, S.P
Mati Ranting (Ralstonia syzygii)
Gejala serangan penyakit BPKC yaitu daun gugur secara mendadak dan mati ranting dimulai dari
pucuk tanaman, diikuti oleh daun-daun dan ranting di bawahnya. Seluruh daun gugur, ranting
kering dan mati dapat berlangsung beberapa minggu/bulan, kadang-kadang cabang atau
seluruh tanaman layu mendadak, sehingga daun kering atau berwarna coklat tetap melekat
pada tanaman untuk beberapa waktu, selama periode gugur daun dapat berganti dengan
timbulnya daun muda dan kuncup bunga pada sebagian ranting tetapi jumlahnya sedikit.
Umumnya tanaman tua lebih dulu terserang.
2. Secara biologis
a. Memanfaatkan musuh alami Hindola, yaitu :
Parasitoid telur, penggunaan parasitoid Acmopolynema.
Parasitoid nimfa, parasitoid Carabunia pada nimfa Hindola fulva ditemukan di Bengkulu. Nimfa
terparasit berwarna kehitaman dan ruas-ruas abdomennya membesar.
Predator nimfa dan imago, beberapa jenis serangga predator nimfa dan imago Hindola seperti
semut merah, belalang Tettigonidae dan laba-laba.
b. Menggunakan Metabolit sekunder (MS) Agen Pengendali Hayati (APH)
MS APH golongan bakteri (Psudomonas).
 
3. Melakukan pengendalian serangga Hindola sp. di kebun terserang dan kebun sekitarnya
radius 2 km dengan insektisida racun kontak dan perut, interval waktu penyemprotan 2 minggu
sekali hingga terkendali (tidak ditemukan serangga vektor).
Penggerek Batang/Cabang (Nothopeus sp. & Xyleborus sp.)

Gejala serangan
Pada cabang-cabang tanaman terdapat lubang-lubang gerekan berdiameter 12,5-25
mm. Lubang-lubang tersebut tertutup kotoran dan serbuk kayu sisa gerekan yang
dijalin dengan serat halus. Jumlah lubang gerekan pada setiap cabang dapat mencapai
2-3 buah. Serangan hama ini menyebabkan tanaman menjadi lemah.
Pengendalian
Pengendalian hama penggerek cabang ini dapat dilakukan dengan menusukkan kawat
ke lubang gerekan sehingga serangga mati. Selain itu dapat pula dilakukan
penyemprotan insektida ke dalam lubang gerekan menggunakan Akodan 35 EC 0,5-
0,15%,
Curacron 500 EC 0,1-0,2% dan Bestox 50 EC 0,25-0,50%. Bisa memakain BB juga
SIMAKIT KOPI
- Penggerek Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus
hampei
- Karat Daun (Hemileia vastatrix )/Bercak Daun
(Cercospora coffeicola)
- Kutu Hijau (Coccus viridis)
- Kutu Putih (Planococcus sp.)
- Nematoda (Pratylenchus sp., Meloidogvne
sp.)
- Penggerek Cabang/Ranting (Xyleborus sp.)
Penggerek Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei
Gejala Serangan
PBKo menyerang buah kopi pada saat buah bijinya mulai mengeras. Serangga betina meletakkan telurnya di
dalam biji, selanjutnya berkembang biak sampai buah kopi dipanen atau gugur karena terlalu masak. Gejala
serangan dapat dilihat dengan adanya bekas lubang gerekan pada diskus. Akibat gerekan tersebut biji kopi
menjadi berlubang sehingga menurunkan mutu kopi. Kerusakan yang ditimbulkan dapat menurunkan produksi
10-40%. Serangan juga dapat terus berlangsung setelah panen sampai terbawa di penyimpanan (hama gudang),
apabila kadar air biji kopi masih tinggi.
Pengendalian
1  Mekanis
a.  Petik bubuk
Petik bubuk, yaitu memetik semua buah-buah yang berlubang dan dilakukan setidak-tidaknya setiap satu bulan
sekali.
Seluruh buah (yang terserang) dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan, atau dibakar,
sedangkan buah-buah yang masih bisa dimanfaatkan perlu direndam pada air panas selama 5 menit.
b.    Racutan/Rampasan
Merupakan tindakan memetik semua buah kopi yang berukuran Iebih dan 5 mm yang masih berada di pohon
pada akhir panen. Tindakan ini bertujuan untuk memutus siklus hidup PBKo.
 c.    Lelesan
Lelesan, yaitu mengambil semua buah-buah yang telah gugur dan dikumpulkan. Buah-buah yang telah terkumpul
kemudian dimusnahkan seperti pada tindakan petik bubuk dan rampasan. Tindakan lelesan juga dapat dilakukan
bersama-sama dengan petik bubuk dan rampasan. Lelesan bertujuan untuk memutus siklus hidup hama PBKo.
Bila ke 3 cara tersebut dipadukan akan membantu menekan serangan hama PBKo. Pengaturan naungan
mempengaruhi perkembangan hama PBKo, naungan yang terlalu lembab akan memperbesar intensitas serangan.
2  Biologis
a.  Penggunaan musuh alami terutama untuk kebun kopi yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
Untuk intensitas serangan < 50%, dikendalikan menggunakan cendawan Beauveria bassiana.
Daerah yang mempunyai kelembaban cukup tinggi yaitu terutama diatas 80% dan temperatur ± 25 o
b.    Beberapa parasitoid yang dapat digunakan sebagai musuh alami PBKo, salah satunya
adalah Cephalonomia stephanoderis.
Beberapa parasitoid yang dapat digunakan sebagai musuh alami PBKo, salah satunya adalah Cephalonomia
stephanoderis.
c.     Penggunaan senyawa penarik (atraktan) seperti Hypotan/Brocap.
Atraktan merupakan senyawa penarik dengan menggunakan tambahan alat perangkap. Sebagian besar
siklus hidup PBKo berada di dalam buah kopi, sehingga penggunaan bahan kimia untuk pengendalian hama
ini tidak disarankan. Penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan
seperti terjadinya resurgensi dan resistensi hama sasaran maupun pencemaran Iingkungan hidup.
3  Kultur Teknis
Pencegahan dapat dilakukan dengan memperkuat kesehatan tanaman melalui pemupukan berimbang,
pemangkasan dan pemberian naungan yang cukup serta pemanfaatan varietas kopi arabika yang tahan atau
toleran misalnya; lini S795. USDA 762 dan Adnungsari 2K.
Karat Daun (Hemileia vastatrix )/Bercak Daun
(Cercospora coffeicola)
Gejala tanaman terserang, daun yang sakit timbul bercak kuning
kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi
bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye
atau jingga. Pada serangan berat pohon tampak kekuningan,
daunnya gugur akhirnya pohon menjadi gundul.
Kutu Hijau (Coccus viridis)
Kutu ini terutama terdapat pada bagian tanaman yang muda, permukaan bagian bawah
daun atau pada ranting yang masih berwarna hijau, pucuk tanaman, bunga dan dompolan
buah muda.
Akibat tusukan dan penghisapan kutu, warna hijau dari bagian tanaman yang terserang akan
menjadi kuning. Akibat selanjutnya daun dapat mengering dan gugur.
Cendawan jelaga yang terdapat pada permukaan daun tidak bersifat patogen, namun karena
menutupi daerah respirasi dan assimilasi maka proses fotosintesa terganggu dan
melemahkan tanaman.
Kutu hijau mengeluarkan embun madu yang disukai oleh semut gramang (Plagiolepis
longipes) dan semut rangrang (Oecophyla smaradigma) yang menguntungkan
perkembangan kutu hijau.
Adanya semut gramang dan semut rangrang ini memperlancar metabolisme kutu dan
melindunginya dari parasit atau predator.
Cuaca yang kering akan meningkatkan perkembangan kutu. Perkembangan populasi
didataran rendah akan lebih cepat dibandingkan dataran tinggi.
Kutu Putih (Planococcus sp.)
Hama kutu putih disebabkan oleh serangga Planococcus
citri (Homoptera : Pseudococcidae), menyerang bagian bunga, buah, pucuk tanaman, daun
dan cabang muda.  Tunas bunga dan buah muda yang diserang akan mongering dan
gugur.  Kutu putih mengeluarkan cairan yaitu embun madu yang sangat disukai semut dan
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan jamur jelaga.  Oleh karena itu gejala
serangan kutu putih juga dapat dilihat dengan adanya serangan jamur jelaga berwarna
hitam pada permukaan daun dan cabang kopi.

Serangga  Kutu Putih berwarna putih karena permukaan tubuh dilapisi lilin, berbentuk oval
agak cembung, serangga dewasa panjangnya sekitar 3 mm.  Serangga betina dewasa tidak
bisa terbang sedang serangga jantan bisa terbang tetapi jarang dijumpai.  Masa
perkembangan serangga dari telur diletakkan sampai menjadi dewasa memerlukan waktu
20 - 44 hari.  
Pengendalian

Pengendalian Biologis
Pada perkebunan kopi yang sudah menggunakan tanaman lamtoro untuk tanaman naungan
yang terserang kutu loncat, ternyata predator kutu loncat lamtoro Curinus
coeruleus ternyata juga dapat memangsa kutu putih sebagai musuh alami.  Berdasarkan
kondisi tersebut disarankan untuk melepas serangga predator tersebut untuk
mengendalikan kutu loncat dan kutu putih.  Saat ini di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
seang dikembangkan serangga predator Cryptolaemus montrouzieri yang cukup efektif
untuk hama kutu putih.

Pengendalian Kultur Teknis


Pengaturan naungan sangat disarankan untuk mengatasi kutu putih.  Tanaman kopi dengan
tanaman naungan yang cukup akan memberikan kondisi mikro cukup lembab sehingga
sangat cocok bagi perkembangan jamur Empusa frisenii.

Pengendalian Kimiawi
Untuk menghindari pencemaran dan dampak negative lain dalam pengendalian dengan
sistem peringatan dini dan system peramalan pada pengendalian kimiawi hama kutu
putih.  Beberapa insektisida yang saat ini disarankan untuk hama kutu putih adalah : Anthio
330 EC, Bassa 500 EC, Dimecron 50 SCW, Hostathion 40 EC, Mipcin 50 WP, Orthene 75 SP,
Poksindo 50 WP, Sevin 85 AS, Supracide 40 EC dan Sumithion 50 EC. 
Nematoda (Pratylenchus sp., Meloidogvne sp.)
2. Pratylenchus coffeae (Nematoda Peluka Akar)
Pratylenchus coffeae merupakan nematodaparasit yang penyebaranya
luas dan merusak tanaman kopi. Hal tersebut terjadi di Republik
Dominika, El Savador, Guatemla, Puerto Rico, Costa Rica, Brazil, India,
Asia Tenggara, Barbados, Martinik, Tanzania, Madagaskar, Indonesia, dan
Venezuela. Nematoda P. Coffeae pada inang selain tanaman kopi
ditemukan di Afrika Selatan, Brazil, dan Oman(Campos &Villain, 2005).
Pratylenchus coffeae bertelur di dalam jaringan akar. Daur hidupnya
berkisar antara 45-48 hari dengan rincian sebagai berikut: inkubasi telur
selama 15-17 hari, perkembangan larva hingga menjadi dewasa sekitar
15-16 hari dan perkembangan nematoda dewasa hingga meletakkan
telur sekitar 15 hari. Pratylenchus coffeae termasuk dalam Kelas
Adenophorea, Ordo Tylenchidae, Famili Pratylenchidae dan Genus
Pratylenchus (Inserra, et.al., 1998). Nematoda ini mempunyai panjang
tubuh 0,46-0,70 ?m , panjang stilet 15-18 ?m, panjang spikula 15-18 ?m
(Handooetal., 2008).
3. Meloidogyne spp.
Meloidogyne spp. terdiri lebih dari 90 spesies. Sembilan belas telah dikaitkan dengan
kopi dibanyak negara di seluruh dunia, termasuk yang sangat merusak dan
menyebabkannya kerugian besar bagi petani kopi dan ekonomi negara-negara
berkembang. Nematoda Meloidogyne spp.merupakan nematoda penting perusak
tanaman kopi. Dikenal 17 spesies Meloidogyne spp yang telah dipublikasikan yaitu
Meloidogyne exigua, Meloidogyne africana , Meloidogyne arabicida L, Meloidogyne
arenaria, Meloidogyne thamesi, Meloidogyne coffeicola, Meloidogyne decalineata,
Meloidogyne hapla, Meloidogyne incognita, Meloidogyne inornata, Meloidogyne
izalcoensis, Meloidogyne javanica, Meloidogyne kikuyensis, Meloidogyne konaensis,
Meloidogyne mayaguensis, Meloidogyne megadora, Meloidogyne oteifae dan
Meloidogyne Paranaensis (Sauza, 2000). Meloidogyne betina mempunyai panjang
380 ?1348 ?m berbentuk pir, tubuhnya berwarna putih. Bibir median menyatu
menjadi dua pasang, dan satu asimetris, styletnya kuat dengan panjang 10-25 ?m.
Betina biasanya endoparasit, merangsang terbentuknya gall pada akar.
Penggerek Cabang/Ranting (Xyleborus sp.)
Gejala Serangan
Xylosandrus compactus dianggap sebagai hama penting karena mudah beradaptasi dengan lingkungan,
meskipun hidupnya terbatas di daerah panas dan tropis. Serangan Xylosandrus compactus dicirikan
dengan adanya lubang gerek berdiameter 1-2mm pada permukaan ranting kopi. Lubang gerek dibuat
oleh Xylosandrus compactus betina dewasa.
Adanya lubang gerek didalam ranting mengakibatkan terganggunya transportasi nutrisi sehingga ujung
ranting layu, daun menguning, ranting hitam dan menyebabkan kematian ranting. Pada tanaman tua
serangan menyebabkan ranting kopi mongering dan hasil menjadi turun. Sedangkan pada tanaman
muda serangan menyebabkan daun-daunnya gugur sehingga pertumbuhan dan pembuahan
terhambat.
Pengendalian
Pemeliharaan tanaman kopi dengan sesuai seperti melakukan pemangkasan, pemupukan dan
pengaturan jarak tanaman untuk menjaga kesehatan tanaman dan sanitasi kebun.
Pemotongan dan pemusnahan bagaian tanaman yang terserang dengan cara dibakar agar telur, larva
dan imaga yang masih ada didalam ranting mati.
Pemanfaatan jamur entomopatogen Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae dan musuh alami
lainnya
SIMAKIT TEH

- Kepik Penghisap daun teh (Helopeltis sp)


- Wereng Teh (Empoasca sp)
- Ulat (Homona sp., Hyposidra talaca,
Ectropis bhurmita, Cydia leucostoma,
Gracilaria theivora)
- Cacar Daun Teh (Exobasidium vexans)
- *Penyakit Akar (Ganoderma sp,
Rigidoporus sp. )
Kepik Penghisap daun teh (Helopeltis sp)
Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda. Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak
hitam. Musuh alami Helopeltis ini banyak. Nimfanya dibunuh oleh laba-
labalompat, nimfa belalang sembah dan predator lain. Dewasa yang terbang
ditangkap oleh capung dan laba-laba pembuat jaring. Daur hidup. Jangka
waktu dari awal telur sampai dewasa adalah 3 hingga 5 minggu.Dewasa bisa
hidup sampai 2 minggu. Telur panjangnya 1,5 mm diletakkan masuk ke urat
daun teh atau cabang pucuknya secara tersembunyi dari serangan predator.
Telur juga dimasukkan ke dalam ujung cabang hijau yang baru dipangkas.
Jumlah telurnya kira-kira 80 per betina. Nimfanya ("mikung") berwarna
oranye kemerahmerahan. Dewasanya ("indung") berwarna hitam-putih
menjadi hitam-merah untuk antonii atau hitam-hijau untuk theivora
Wereng Teh (Empoasca sp)

WPT menyerang dengan cara mengisap daun teh dan menyebabkan bagian tepi
daun teh keriting, layu dan menguning. WPT berukuran sangat kecil, serangga
dewasanya berukuran ± 2,5 mm dan berwarna hijau kekuningan. Namun,
meskipun kecil, WPT dapat mengurangi produksi hingga 15 - 20% per tahun
bahkan dapat mencapai 50% per tahunnya pada serangan berat
Hingga saat ini, pengendalian WPT masih menggunakan insektisida sintetik karena
dapat menekan intensitas serangan dengan cepat. Di sisi lain, aplikasi pestisida
yang terus menerus dan tidak sesuai aturan dapat menimbulkan efek negatif.
Selain dapat menyebabkan resistensi dan resurgensi, residu pestisida juga dapat
tertinggal di produk akhir teh
Ulat (Homona sp., Hyposidra talaca, Ectropis bhurmita, Cydia
leucostoma, Gracilaria theivora)

a. Penyebab
Ectropis bhurmitra
Hyposidra talaca
 
b.  Gejala Serangan
Daun teh yang terserang tampak seperti hasil gigitan khas, yaitu bergerigi atau berlubang-
lubang pada daun.
Pada serangan berat, tanaman menjadi tidak berdaun sama sekali, dan hanya ranting-
ranting saja yang tertinggal.
 
c.  Pengendalian
Sanitasi kebun.
Pemupukan seimbang (NPKMg).
Menggunakan parasitoid (Apanteles , Charops obtusus, Telenomus periparitus).
Menggunakan jamur patogen (Fusarium dan Paecilomyces fumosa).
Menggunakan pestisida kimiawi secara bijaksana.
- Ulat penggulung daun Cydia leucostoma
Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan
memakai benang-benang halus untuk mengikat
daun pucuk sehingga tetap tergulung.
Cacar Daun Teh (Exobasidium vexans)
a.  Penyebab
Jamur Exobasidium vexans
 
b.  Gejala Serangan
Umumnya serangan penyakit cacar daun teh terjadi pada peko (pucuk daun
pertama, kedua dan ketiga). Gejala awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya,
kemudian bercak melebar dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin
berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke bawah (Gambar A).
Bercak berubah warna menjadi putih yang mengandung spora (Gambar B). Gejala
lanjut, pusat bercak berwarna coklat tua, mati dan daun berlubang (Gambar C).
Penyakit ini juga menyerang jaringan muda/tunas dan cabang.
c.  Pengendalian
Penggunaan klon tahan
Klon GMB 1-11 tahan terhadap penyakit cacar daun teh dan berpotensi hasil tinggi, terutama untuk
peremajaan/penanaman di areal baru.
Pemetikan dengan daur petik pendek (7-8 hari)
Pemetikan dengan daur petik pendek dapat mengurangi intensitas serangan E. vexans karena setelah 9 hari,
infeksi jamur E. vexans sudah dapat menghasilkan spora. Diusahakan agar semua pucuk yang bergejala juga
dipetik, sehingga secara kumulatif dapat memberikan hasil pucuk yang lebih banyak.
Pemberian mulsa atau serasah pada kebun teh mempunyai manfaat yaitu:
Meningkatkan keanekaragaman hayati di atas permukaan tanah.
Meningkatkan kadar bahan organik tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan lebih tahan
terhadap kekeringan.
Menekan pertumbuhan gulma.
Penanaman dan pengelolaan pohon pelindung
Pemangkasan pohon pelindung pada ketinggian 8-10 m di atas permukaan tanah bertujuan agar sinar
matahari yang masuk ke dalam pertanaman teh akan lebih banyak dan membunuh spora
jamur vexans secara langsung.
Waktu pemangkasan dilakukan pada awal musim penghujan.
Hasil pangkasan pohon pelindung digunakan sebagai mulsa, dihamparkan di atas permukaan tanah untuk
menambah bahan organik sehingga akan mengaktifkan mikroorganisme tanah.
Budidaya tanaman yang baik, antara lain:
Pemupukan K2O ditambah 10-20% dari dosis normal untuk meningkatkan ketahanan tanaman.
Memangkas atau memusnahkan bagian-bagian tanaman yang terserang.
Menggunakan pestisida nabati dari tanaman rumput pahit, mindi, bandotan, suren, nimba, biji sirsak, akar tuba
dengan dosis 10 kg bahan baku/h
Menggunakan fungisida yang telah terdaftar untuk pengendalian penyakit cacar daun teh.
Penyakit Akar (Ganoderma sp, Rigidoporus sp.)
- Ganoderma sp
Gejala Serangan Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-
kuningan pada pangkal akar tanaman. serangan berat akar tanaman membusuk, sehingga tanaman
mudah tumbang dan mati

- Jamur Rigidoporus lignosus
 Gejala Serangan
Daun tampak kusam, kurang mengkilat, dan melengkung ke bawah (daun yang sehat berbentuk seperti
perahu). Selanjutnya daun-daun menguning dan rontok.
Pada tanaman dewasa, daun gugur diikuti dengan matinya ranting yang menyebabkan tanaman
mempunyai mahkota yang jarang. Tanaman yang sakit kadang-kadang membentuk bunga dan buah
sebelum masanya.
Pada stadia lanjut akar membusuk, sehingga pohon mudah rebah.
Untuk deteksi dini, sekitar pangkal batang bila ditutup mulsa/serasah akan terdapat benang-benang
miselium jamur (rizomorf) berwarna putih menjalar sepanjang akar.
Penyebaran : melalui aliran air tanah, kontak akar tanaman sehat dengan tanaman sakit, sisa perakaran
atau tunggul tanaman sakit, alat-alat pertanian dan benih.  Penyakit ini baru terdeteksi di Bali dan NTB
Pengendalian
>> Aplikasi Trichoderma
Pemberian Trichoderma 150gr/pohon dicampur dengan pupuk organik 600 gr/pohon dan mikoriza
20 gr/pohon (dilakukan sekali, seumur hidup tanaman).
Aplikasi Trichoderma pada pembibitan dicampur dengan pupuk organik sebanyak 30-50 gr /bibit.
Aplikasi Trichoderma di pertanaman ditaburkan di sekitar/dekat perakaran tanaman bersamaan
dengan pupuk organik 20 kg/pohon, kemudian diaduk sampai merata
Aplikasi susulan dengan pemberian Trichoderma dicampur pupuk organik (3-4 minggu setelah
aplikasi mikoriza). Pemberian Trichoderma sp. dengan dosis:
50 gr untuk bibit/pohon.
100-150 gr/pohon untuk tanaman belum
150-200 gr/pohon untuk tanaman menghasilkan.
>> Tanaman yang terserang dilakukan eradikasi dengan cara ditebang dan dibakar untuk
mengurangi sumber inokulum.
>> Tidak membawa bibit cengkeh dari kebun terserang Penyakit JAP dan tidak menanam cengkeh di
kebun bekas serangan Penyakit JAP.
>> Pemupukan tanaman dengan pupuk yang sesuai dengan jenis dan dosis anjuran. Pada tahap
pertama diberikan pupuk organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau) dan setelah tanaman
mulai pulih kembali diberikan pupuk buatan (KCl, TSP, Urea, dan Dolomit).

Anda mungkin juga menyukai