Anda di halaman 1dari 9

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Walp.

1. Hama Utama (Key pest)

a. Kutu Aphids craccivora Koch

Klasifikasi :

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Homoptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis craccivora

Kutu Aphids craccivora merupakan hama yag selalu menyerang tanaman kacang panjang dengan
tubuhnya yang berwarna hitam. Kutu-kutu tersebut selalu bergerombol di balik bawah daun. Hama ini
bersimbiosis dengan semut, karena cairan madu yang dikeluarkannya disenangi semut hitam. Di
samping disenangi semut hitam, cairan madu disenangi embun jelaga. Embun jelaga sebenarnya tidak
merusak tanaman, tetapi karena keberadaanya menutupi daun, hal ini bisa mengganggu proses
fotosintesis, lalu membuat daun-daun atau ranting tanaman kacang panjag menjadi hitam karena
semut serta berwarna keabu-abuan yang diakibatkan oleh embun jelaga.

 Bioekologi hama kutu aphids craccivora adalah :


- Sifatnya parthenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi pembuahan,
kemudian dilahirkan oleh induknya.
- Lama hidupnya antara 13-18 hari dengan 4-8 kali instar.
- Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol. Nmfa
dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenanya lebih pendek dari pada abdomen.
- Betina menjadi ddewasa setelah berumur 4-20 hari. Panjang tubuh yang bersayap rata-rata 1,5
mm. Mulai menghasilkan keturunan pada umur 5-6 hari dan berakhir sepanjag hidupnya.
 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Stadia yang merussak adalah nimfa dan imago yang umumnya mengisap pada bagian daun
permukaan bawah, kuncup, batang muda.
- Daun mengeras dan menggulung ke dalam, juga disertai dengan timbulnya embun jelaga.
- Kutu-kutu bergerombol pada pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus.
- Pertumbuhan terhambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen.
- Pertumbuhan terhambat menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut lalu
menurunkan hasil produksi.
- Serangan berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong (menurunkan hasil panen)
 Cara pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Denga dilakukannya rotasi tanaman denga bukan family kacang-kacangan dan juga denga
penyemprotan Natural BVR.
- Penanaman tanaman yang resisten
- Penggunaan musuh alami yaitu seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo Diptera
- Jika tanaman kacang panjang belum terserang hama kutu Aphids craccivora, maka sebaiknya
dilakukan pencegahan dengan cara menghindari menanam tanaman kacang panjang dengan
jarang saling berdekatan dengan tanaman yang lebih tua.
- Jika tanaman kacang panjang sudah mulai terserang hama kutu Aphids craccivora, maka
harus segera dilakukan penyemprotan pada permukaan daun bagian bawah dengan insektisida
yang tepat.
- Insektisida yang bisa digunakan diantaranya Matador 25 EC, Akhodan 350 EC, dan
Perfecthion 400 EC (penggunaan disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label
kemasan)

b. Ulat Penggerek Polong Maruca testualis.

Klasifikasi

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralididae
Genus : Maruca
Spesies : Maruca testualis

 Bioekologi :
- Tersebar pada daerah tropis, dan mengkhususkan menyerang tanaman family Leguminosae
- Pada usia muda, ulat penggerek tersebut berwarna hijau. Seiring berjalannya waktu dan
bertambahnya usia, warna ulat tersebut berangsur-angsur berubah menjadi warna coklat
kehitaman.
- Larva menyerang ovarium bunga yang baru mekar, kelopak muda, polong muda, daun muda,
dan tunas.
- Ukuran larvanya berwana hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm. selanjutnya ia
akan membentuk pupa di dalam tanah
- Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong.
- Siklus hidup ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda.
- 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong.
Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari (stadia paling
berbahaya). Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan
waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.
 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong
- Terdapat bekas gigitan pada bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun
muda dan tunas rusak dengan gigitan.
- Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip laba-laba, jika bagian tersebut dibuka, maka di
dalamnya terdapat sosok larva.
- Hama ulat penggerek ini menyerang polong dengan cara melubangi kulit polong, setelah itu
mulai memakan daging buah dan biji-bijian muda yang terdapat di dalamnya.
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Dengan cara mekanis, dapat langsung diambil dan dimusnahkan yang terlihat pada tanaman
yang terserang
- Secara kimiawi, dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida kontak berbahan
Protiofos contohnya : Takuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan aktif Klorantraniliprol
dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada konsentrasi sesuai label.
- Dapat memasang perangkap kupu-kupu pada beberapa tempat dengan cara :
Mengoleskan perangkap kupu-kupu yang berbentuk lem, seperti Cherry Glue dan Glumon,
kemudian menggunakan kuas pada botol bekas air mineral atau potongan pipa PVC.
- Jika tanaman sudah mula terserang hama tersebut, maka harus segera disemprotkan
insektisida yang cocok dan tepat untuk hama ini
- Dilakukannya rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman.
- Penyemprotan dengan PESTONA
- Insektisida yang bisa digunakan antara lain Decis 25 EC, Ciracron 500 EC, dan Buldok 25 EC
(penggunaan disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label kemasan)

2. Penyakit Utama

a. Penyakit Karat Daun Uromyces sp

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Uromyces appendiculatus. Spora dari cendawan ini
menginfeksi bagian daun tanaman dalam bentuk urediniospora dan teliospora. Cendawan akan
membentuk teliospora pada musim dingin, sebagai struktur pertahanan.
Klasifikasi

Filum : Basidiomycota
Kelas : Urediniomycetes
Ordo : Uredinales
Famili : Pucciniaceae

Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :

- Awalnya tampak seperti bintik-bintik kecil, sedikit menonjol, kuning atau putih di atas dan
atau di bawah permukaan daun. Bintik-bintik tersebut kemudian membesar dan membentuj
pustule-coklat kemerahan atau berwarna karat yang berdiameter sekitar 0.125 inci dan
mengandung ribuan spora.
- Pada musim panas, spora dapat segera dibebaskan dari pustule dan memberikan penampilan
seperti karat, bila disentuh akan menempel di tangan.
- Pada buah terdapat kerusakan berupa nekrosis berwarna hitam, buah yan menghitam akan
sangat berpengaruh terhadap kualitas produksi kacang panjang (gejala ini juga terdapat pada
daun)
- Bercak kecoklatan pada bagian daun yang semakin lama akan semakin menyebar
- Pada serangan yang termasuk kategori parah, daun akan mongering yang dilmulai dari daun
yang tua.
- Penyakit karat daun ini akan semakin berkembang jika kondis udara dalam kondisi panas dan
lembab, yakni pada musim hujan yang serinng panas tiba-tiba.
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Melakukan praktek budidaya seperti rotasi tanaman (2-3 tahun) untuk menurunkan potensi
penyebaran.
- Sisa tanaman yang terserang harus segera dibakar.
- Pasuka air yang tersedia harus pas, tidak boleh terlalu terlalu banyak agar kelembapanannya
terkontrol.
Melakukan sanitasi lingkungan serta kontrol saluran drainase.
- Jika tanaman sudah mulai terserang penyakit ini, harus segera dilakukan penyemprotan
fungisida yang efektif untuk penyakit ini, yaitu Score 250 ECdan Anvil 50 SC (penggunaan
disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label kemasan). Juga ada azooxystrobin
(Quadris), boscalid (Endura) dan pyraclostrobin (Headline) (Pemakaian sedikitnya 5 galon
air/ha ditambah dengan fungisida pilihan untuk disemprotkan ke bagian-bagian tanaman yang
terserang).
b. Penyakit Bercak Daun Cescospora sp

Morfologi : Konidium cendawan ini berbentuk gada panjang bersekat 3-12. Konidiofor pendek,
bersekat 1-3, cendawan dapat terbawa oleh benih dan bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit selama
satu musim. Cuaca yang panas dan basah membantu perkembangan penyakit. Penyakit dapat timbul
pada tanaman muda, meskipun cenderung lebih banyak tanaman tua.

 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


- Penyakit timbul hanya apabila keadaan lingkungan lembab.
- Mulanya pada sisa bawah daun yang masih muda timbul bercak kecil berwarna coklat.
- Bercak-bercak dapat berkembang melebar dan memanjang, dan dapat bersatu membentuk
bercak yang berwarna besar.
- Pada pusat bercak yang berwarna coklat keputihan, cendawan membentuk kumpulan-
kumpulan konidiofor dengan konidium, yang bila dilihat dengan kaca pembesar (loupe)
tampak seperti bintik-bintik hitam kelabu.
- Pusat bercak akhirnya mongering dan dapat menjadi berlubang (gejala banyak terjadi pada
daun tua)
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Melakukan sanitasi lingkungan serta kontrol drainase
- Pada tanaman yang telah terserang penyakit ini, harus segera disemprotkan fungisida yang
efektif dan tepat.
- Fungisida yang bisa digunakan adalah Score 250 EC dan Anvil 50 SC (penggunaan
disesuaikan dengan dosis anjuran yang tertera pada label kemasan)

Hama lainnya :

a. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)

 Bioekologi:
- Berukuran 1.5-2.0 mm
- Berwarna hitam mengkilat.
- Berkembang biak cepat yaitu satu ekor betina dapat menghasilkan telu 100-300 butir selama
periode 2 minggu.
- Bentuk telur lalat kacang adalah lonjong, panjang 0.28-0.36 dengan lebar 0.12-0.20 mm,
berwarna putih mutiara.
- Telur menetas setelah umur 2-4 hari
 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun
- Pertumbuhan tanaman yang terserang lalat kacang ini mulai terhambat dan daun berwarna
kekuningan
- Pangkal batang terjadi perakaran terjadi perakaran sekunder dan membengkak
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan
memakai PESTONA

b. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Klasifikasi

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Noctuidae
Famili : Lepidoptera
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura

 Bioekologi :
- Serangga ini berkembang secara metamorphosis sempurna.
- Perkembangannya terdiri dari empat stadia yaitu telur – larva – pupa – imago.
- Bersifat polifag.
- Pada umur dua minggu, panjag ulat sekitar 5 cm.
- Ulat menjadi kepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
- Warnanya coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm.
- Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri
atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lamanya sadium pupa yaitu 8-11 hari.
- Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur.
 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sia epidermis bagian atas
(transparan) dan tulang daun.
- Larva instar selanjutnya merusak tulang daun dan kadang-kadag menyerang polong.
- Larva biasanya beradda pada permukaan bawah daun dan menyrang secara serentak dan
berkelompok.
- Serangan berat umunya menyerang pada musim kemarau menyebabkan tanaman gundul
karena daun dan buah habis dimakan oleh ulat tersebut.
- Serangan ulat kecil mengakibatkan bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas
serta tulang daunnya saja. Sedangkan ulat yang besar memakan tulang daun.
- Hama ini juga menyerang polong
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Dengan dilakukannya kultur teknis
- Dengan dilakukannya rotasi tanaman
- Dengan dilakukannya penanaman serempak
- Penyemprotan dengan Natural VITURA
c. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)

Klasifikasi

Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Brunchidae
Genus : Callosobruchus
Spesies : Callosobruchus maculates

 Bioekologi:
- Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang
- Tubuh oval, bagian belakang lebar, warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik.
- Dari atas kepala bersembunyi elytra pendek tidak sampai ujung abdomen.
- Merupakan fasmili dengan jumlah relativ sedikit
- Sepanjang hidupnya larva hidup di dalam biji-bijian, sedangkan pada usia dewasa sebahian
ditemukan di bunga-bunga
 Dampak atau gejala yang ditimbulkan
- Biji-biji rusak dan berlubang-lubang
- Kehancuran mencapai 90%
 Pencegahan atau pengditimendalian yang dilakukan adalah :
- Membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama
- Memberi perlakuan minyak jagung 10cc/kg biji pada benih kacang panjang

Penyakit lainnya :

a. Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum lindemuthianum)

Penyakit ini menyerang batang daun, bunga buah dan biji. Penyakit ini disebabkan oleh
Colletotricum lindemuthianum atau Gloesporium lindemuthianum atau Glomerella lindemuthianum.
Morfologi : Konidium cendawan ini berwarna putih bening, lurus atau bengkok. Cendawan ini dapat
berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 92-100% dan suhu 17°C. Jika kondisi lingkungan
tidak sesuai, maka cendawan ini mengalami dormansi (istirahat). Cendawan ini dapat bertahan hidup
sampai beberapa tahun pada biji, sisa-sisa tanaman sakit dan di dalam tanah. Penyebaran cendawan
Colletotrichum lindemuthianum dapat melalui percikan air hujan maupun percikan air pada saat
penyemprotan pupuk daun, serangga, peralatan pertanian dan pekerja kebun.

 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


- Dapat diamati pada bibit yang baru berkecambah,
- Terdapat semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Dengan dilakukannya rotasi tanaman
- Perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA
- Membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman
b. Penyakit mozaik (Virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV)
 Bioekologi :
-
 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :
- Pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaic yang warnanya tidak beraturan
- Penyakit ditularkan oleh vector kutu daun
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Menggunakan benih sehat serta bebas virus
- Menyemprot vector kutu daun dan tanaman
- Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar

c. Penyakit sapu (virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus)

Deskripsi : Virus ini tidak dapat menular secara mekanis dengan gesekan. Virus ini ditularkan ke
tanaman ke tanaman sehat melalui vektor kutu daun Aphis craccivora. Serangga akan menjadi efektif
setelah menghisap tanaman sakit selama 5 jam kemudian menghisap tanaman sehat selama 5 jam.

 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


- Pertumbuhan tanaman terhambat
- Daun-daun mengecill dan melengkung ke bawah
- Warna daun menjadi lebih tua
- Ruas-ruas (buku-buku) batang menjadi sangat pendek
- Tunas ketiak memendek dan membentuk “sapu”
- Penyakit ditularkan oleh kutu daun
- Tanaman yang terinfeksi pada umumnya dapat membentuk bunga, tetapi tidak dapat
membentuk buah.
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Menggunakan benih sehat serta bebas virus
- Menyemprot vector kutu daun dan tanaman
- Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar

d. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri, bakteri ini mempunyai banyak ras dan
dapat diisolasi dengan baik pada medium yang mengandung 2,3, 5- trifenil-tetra sodium klorida
(medium TTK). Infeksi terutama melalui luka pada bagian tanaman. Bakteri terangkut dan pada
batang yang lunak, masuk ke dalam ruang antara sel dalam kulit dan empulur, menguraikan sel-sel
sehingga terjadi rongga-rongga.

Suhu yang relative tinggi mendukung perkembangan penyakit. Di dataran rendah penyakit timbul
lebih berat karena suhu udara relatif tinggi. Bakteri berkembang baik di tanah alkalis yang suhunya
agak tinggi di saat banyak hujan. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi pada
musim selanjutnya.

 Dampak atau gejala yang ditimbulkan adalah :


- Tanaman mendadak layu
- Serangan berat menyebabkan tanaman mati
 Pencegahan dan pengendalian yang dilakukan adalah :
- Dengan dilakukannya rotasi tanaman
- Perbaikan drainase
- Mencabut tanaman yang mati
- Menggunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Anda mungkin juga menyukai