Anda di halaman 1dari 13

PENYAKIT TANAMAN SAYURAN

1. Asparagus (Asparagus officinalis L.)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanaman asparagus ditemukan tiga jenis penyakit yang
disebabkan oleh jamur, baik pada batang tanaman yang sudah tua maupun batang muda muda . Gejala
pada turus dan tanaman muda yang terserang menunjukkan adanya tanda berupa bercak konsentris,
berwarna hitam, agak basah dan dikelilingi oleh tepi yang berwarna cokelat terang. Pada tanaman tua
bercak serupa dengan pada turus, namun sulit untuk menyebabkan patah. Biasanya serangan pada
tanaman tua terjadi pada pucuk-pucuk cabang atau ranting, pada pucuk-pucuk cabang atau ranting yang
terserang terdapat bercak hitam, agak lembab yang kemudian meluas dan menjadikan jaringan pucuk
busuk, patah terkulai dan mati.

Penyebab penyakit

Penyebabnya adalah jamur Alternaria alternata Keissl. Ukuran konidia keseluruhannya adalah 120,87 -
83,1 x 10,6 - 20,11 μm. Miselium bersekat dan berwarna gelap, pada medium PDA didapatkan biakan
yang berwarna gelap.

Daur hidup

Konidia dapat bertahan selama 17 bulan pada suhu kamar. Konidia berkecambah dalam waktu satu
sampai dua hari pada suhu antara 6 – 34oC dan optimum pada suhu antara 8 – 30oC. Sedangkan untuk
suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 26 – 28oC, maksimum pada suhu 45oC dan minimum pada
suhu 1oC. Di bawah suhu dan kelembaban yang menguntungkan, gejala atau bercak dapat terjadi
selama dua sampai tiga hari dan spora diproduksi tiga sampai empat hari sesudahnya.

2. Kubis (Brassica oleracea)


2.1 Bercak daun Alternaria

Di Amerika penyakit ini dikenal sebagai bercak daun Alternaria, Gray Mold, bercak hitam dan busuk
cokelat pada blumkul. Penyakit ini banyak menyerang pada tanaman kubis dan petsai. Biasanya terjadi
pada daun yang telah membuka. Pada jaringan di sekitar bercak berwarna kuning. Gejala lain dapat
terjadi pada pinggir-pingggir daun, terutama daun tua dimana daun menjadi berwarna cokelat sampai
kehitaman dan kemudian membusuk.

Di Amerika penyakit ini dikenal sebagai bercak daun Alternaria, Gray Mold, bercak hitam dan busuk
cokelat pada blumkul. Penyakit ini banyak menyerang pada tanaman kubis dan petsai. Biasanya terjadi
pada daun yang telah membuka. Pada jaringan di sekitar bercak berwarna kuning. Gejala lain dapat
terjadi pada pinggir-pingggir daun, terutama daun tua dimana daun menjadi berwarna cokelat sampai
kehitaman dan kemudian membusuk
Penyebab penyakit

Sacc., sinonimnya Macrosporium brassicae Berk., Smith 1836, sedangkan pada gejala yang kedua
disebabkan oleh jamur Alternaria brassicicola Wiltshire sinonim dengan Helminthosporium brassicicola
Schwein . Konidia terbentuk di atas konidiofora secara tunggal, bersekat melintang sebanyak 0-9 dan
membujur 0-3 sekat, berbentuk seperti gada, berwarna gelap, berukuran 40,5 - 131,5 x 7 - 21 μm dan
mempunyai ekor yang panjangnya hampir setengah dari panjang keseluruhan.

Dari kedua jamur tersebut nampak yang paling penting adalah jamur Alternaria brassicae karena mampu
menyerang pada daun tua dan muda. Seringkali jamur ini bersifat seed borne dengan jalan menempel
pada benih. Jamur ini bertahan pada jaringan tanaman tahunan yang cocok. Waktu yang dibutuhkan
dari perkecambahan sampai terjadinya infeksi pada jaringan adalah dua hari. Tetapi untuk varietas yang
resisten kira-kira membutuhkan waktu selama 9-14 hari. Jamur dapat hidup pada suhu antara 8 -
36,1oC.

23,8 - 27,8oC dan adanya embun yang berlangsung selama sembilan jam sangat menguntungkan bagi
terjadinya infeksi. Pada kondisi yang sesuai intensitas serangan dapat mencapai 80 persen.

Cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

- Perlakuan air panas pada benih yang akan digunakan,


- Rotasi tanaman,
- Membersihkan tanaman pengganggu atau gulma,
- Penggunaan beberapa fungisida seperti Maneb, Chlorothalonil atau Improdione yang diterapkan
pada pertengahan musim. Bila pada malam hari suhunya berada di bawah 16oC,
penghembusan sulfur akan menghasilkan pengendalian yang baik,
- Menghindari penanaman kubis selama dua kali berturut-turut, biji kubis yang akan disemai
direndam dahulu dengan air panas atau sublimat satu persen selama 15 menit dan setiap
10 sampai 14 hari persemaian atau pertanaman disemprot dengan Zineb.

2.3 Penyakit Puru akar

Penyakit bengkak atau gada yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae, merupakan
penyakit penting pada tumbuhan Brassicae yang menyerang berbagai jenisnya seperti broccoli, sprout,
kubis, kubis bunga, turnip, rutabaga, dan radish.

Gejala penyakit

Gejala penyakit ini nampak pada daun berwarna hijau pucat sampai kekuningan dan layu pada siang
yang terik, tetapi hal ini dapat dipulihkan pada malam harinya. Gejala yang khas dari penyakit ini adalah
nampak pada akar dan kadang-kadang pada bagian batang di dalam tanah. Gejala terdiri dari bentuk
yang berupa gelondong kecil atau membentuk puru dan akar rambut.

Akar terinfeksi akan membesar dan membentuk bisul-bisul yang berbeda dari yang normal baik bentuk
maupun ukurannya dan tergantung pada jenis inangnya. Pada inang dengan akar yang lentur seperti
pada radish dan turnip, bisul-bisul terjadi pada ujung akar atau akar skunder.

Penyebab penyakit

μ, berbentuk zoospora dengan dua buah flagella yang tidak sama pada waktu perkecambahan kemudian
memparasitir perakaran tanaman kubis yang menyebabkan pertumbuhan akar tidak normal.
Plasmodiophora brassicae merupakan jamur tingkat rendah yang tidak membentuk miselium sejati dan
dinding sel. Jamur ini menghasilkan suatu massa protoplasma multinukleat yang disebut plasmodium
dan menghasilkan zoosporangium, zoospora motil dan spora istirahat akan bertahan dalam tanah dan
sisa tanaman.

Dari suatu «spora istirahat» bilamana keadaan lingkungannya memungkinkan, akan berkecambah dan
menghasilkan zoospora yang akan berenang mengembara dalam air bebas dan mendapatkan tanaman
inang akan masuk melalui akar dan terbentuk fase miksamuba. Dari fase ini berkembang terus menjadi
plasmodium haploid , dan terbentuklah sekelompok gametangia . Dilepaskanlah «gamet-gamet» dari
sekelompok tersebut dan setelah mendapat pasangannya dengan melalui kopulasi, plasmogami dan
karyogami terbentuk zygota yang kemudian tumbuh menjadi plasmodium diploid dalam akar tanaman.

Plasmodium diploid akan melakukan proses meiosis setelah melalui fase akaryota dan terbentuk «spora
istirahat» dalam sel tanaman inang. Perlu ditambahkan bahwa spora dan kopulasi gamet terjadi di luar
tanaman inang.

Daur hidup

Jamur masuk ke dalam tanaman melewati ujung-ujung akar muda atau melewati luka-luka pada akar.
Setelah akar tersebut membesar, jamur membentuk lendir yang merupakan satuan masa dari spora dan
sebagai sumber infeksi. Spora disebarkan melewati beberapa cara antara lain melekat pada alat-alat
pertanian, terbawa serangga, aliran air dan cara-cara yang lain. Jamur dapat bertahan di dalam tanah
lebih kurang selama 10 tahun dan dapat menyerang tanaman yang peka bila kondisi menguntungkan.

Keadaan tanah yang dingin, basah dengan kelembaban antara 70 - 80 persen dan derajat keasaman
yang rendah merupakan keadaan yang menguntungkan bagi perkembangan jamur. Pada tanah asam
mfeksi terjadi pada suhu antara 10oC – 35oC dan optimum pada suhu antara 20 –25oC. Sedangkan pada
tanah basa terjadi pada interval suhu yang lebih rendah. Penyakit umumnya menjadi serius terutama
pada daerah dingin, basah, masam , dan menyebar melalui irigasi, alat pertanian, sepatu, dan tanaman
sakit.

Spora istirahat dapat bertahan dalam tanah bisa mencapai sekitar delapan belas tahun, dan penanaman
kembali tanaman brassica dapat mengulang kembali serangan pathogen.

Pengendalian
Beberapa cara pengendalian yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Menanam bibit pada tempat pembibitan yang drainasenya baik dan bebas penyakit,
2. Meningkatkan kemasaman tanah dengan pemberian kapur. Kapur kalsium lebih
baik dibandingkan dolomit, kecuali bila kandungan magnesiumnya rendah.
3. Tingkatkan kandungan calsium dan magnesium. pH tinggi akan menyebabkan
kekahatan unsur boron pada tanah yang diperlakukan. Berikan boron jika diperlukan
melalui penyemprotan daun atau air sewaktu transplanting.
4. Adakan rotasi yang lama (5-7 tahun) diantara tanaman brassica.
5. Perbaikan irigasi.
6. Kendalikan jenis brassica liar.
7. Hindari pemasukan tanah sakit ke daerah yang belum terinfeksi.
8. Produksi tanaman yang akan jadi bibit pada tanah yang sehat atau gunakan
medium non tanah.
9. Jangan gunakan air irigasi dari daerah yang sudah terkontaminasi oleh spora
istirahat.
10. Gunakan bahan kimia bila diperlukan seperti PCNB (Terraclor 15 G) dengan dosis
200 lb/are dengan cara menyemprot langsung ke bedengan.

2.4 Penyakit busuk lunak dan busuk hitam


Hasil pengamatan di lapangan (Pujon-Malang) terlihat adanya perbedaan tingkat serangan
penyakit busuk hitam pada tanaman kubis yang disebabkan oleh bakteri yang berbeda pada
beberapa lokasi pengamatan, yakni: 12,26 % (desa Pandesari), 11,38% (desa Ngroto), dan
18,94%
Gejala penyakit
Gejala pada tanaman yang mengalami busuk lunak baik berada di lapangan dan di penyimpanan adalah
sama. Pada mulanya terdapat luka yang berair dan akhirnya meluas menjadi busuk. Gejala awal ditandai
dengan adanya bercak yang kebasah-basahan dan dalam keadaan lembab bercak ini akan berkembang
dengan cepat dan menyebabkan jaringan tanaman menjadi hancur, basah, berlendir, berwarna cokelat
tua dan membuat lekukan agak berbutir-butir halus.

Pembusukan akan lebih cepat pada tanaman yang berada di bawah naungan atau tempat yang teduh.
Bila keadaan udara beruban menjadi kering maka perkembangan patogen akan terhenti. Perkembangan
gejala yang terjadi pada tanaman kubis mula-mula terjadi perubahan warna menjadi hijau gelap pada
bagian yang diinokulasi disertai dengan lunaknya jaringan. Gejala ini berkembang ke seluruh batang dan
daun menjadi layu.

Sementara gejala busuk hitam adalah mula-mula di tepi-tepi daun terdapat daerah yang berwarna
kuning atau pucat, kemudian meluas ke bagian tengah. Di daerah ini tulang daun berwarna cokelat tua
atau hitam. Pada tingkatan yang telah lanjut, dapat menjalar melalui tulang-tulang daun dan masuk ke
dalam batang.

Pada penampang melintang batang dan tulang daun yang sakit, tampak berkas pembuluh berwarna
gelap. Jaringan helaian daun yang sakit menjadi kering dan seperti selaput dengan tulang daun hitam.
Umumnya penyakit ini mulai dari daun-daun bawah dan dapat menyebabkan gugurnya daun satu
persatu .

Daur penyakit

Dari studi pustaka faktor yang mempengaruhi patogen menginfeksi tanaman adalah melalui bagian yang
terluka, baik luka mekanis maupun gigitan serangga atau nematoda. Patogen dapat juga menular
melalui luka yang terjadi pada waktu penyiangan dan perawatan tanaman. Penyebaran patogen dalam
pengangkutan dan penyimpanan terjadi melalui luka akibat gesekan antara yang sakit dan yang sehat.

Kerusakan pada penyimpanan dapat diakibatkan oleh infeksi dari lapang, perlakuan yang kurang hati-
hati, kurang adanya pergantian udara, dan penumpukan yang tidak teratur sehingga menyebabkan
naiknya suhu, serta panen pada waktu musim penghujan. Di negara yang mempunyai iklim tropis,
perkembangan penyakit busuk lunak lebih cepat. Tanaman inang yang bermacam-macam di lapangan
akan membantu kelangsungan hidup bakteri penyebab busuk lunak.

2.5. Penyakit hawar daur bakteri

Gejala yang khas dari penyakit ini ialah terjadinya nekrosis pada tepi-tepi daun, khususnya yang tua
dengan bentuk tidak beraturan berwarna cokelat kekuningan, dan daun yang belum membuka dapat
juga terinfeksi .

Penyebab penyakit

Berdasarkan publikasi McGrath (1994) dan dari pengamatan penyakit ini di lapangan, maka
penyebabnya diduga disebabkan oleh Xanthomonas campestris pv. Campestri

Daur penyakit

Sampai buku ini ditulis belum didapatkan informasi mengenai etiologi bagaimana penyakit ini
menyerang dan bertahan dari musim kemusim tanaman kubis berikutnya.

Pengendalian

Berdasarkan pengamatan di lapangan umumnya petani sayuran di Batu Malang menggunakan pestisida
dalam pengendalian hama penyakitnya. Beberapa fungisida yang digunakan untuk kubis dan brokoli
adalah Daconil 75 wp , Antracol 70 wp .
3. Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)

Pada tanaman sawi ditemukan tiga macam penyakit jamur. Penyakit-penyakit tersebut adalah sebagai
berikut:

3.1. Bercak daun

Penyakit seringkali muncul di negara subtropik pada beberapa jenis tanaman, seperti kubis, sawi dan
blumkul. Penyakit menjadi penting ketika kondisi menguntungkan bagi perkembangan jamur dan
sebagian besar menyerang pada pembibitan kubis. Didaerah survey (Batu) serangan penyakit ini
pada daun khususnya bagian bawah bisa mencapai 10-25 %

Gejala penyakit

Dapat menyerang pada daun-daun yang belum membuka, namun seringkali terjadi pada daun-daun
yang telah membuka. Dalam satu daun dapat terjadi beberapa bercak, yang kemudan dapat bersatu
membentuk bercak yang lebih besar, berbentuk tidak beraturan dan menyebabkan daun menjad lodoh.
Jamur ini seringkali menyerang pada pembibitan. Pada pembibitan dapat menyebabkan daun-daun
kotiledonnya atau kelopak daunnya menjadi busuk. Serangan berat dapat menyebabkan kematian bibit.

Penyebab penyakit

Konidia hialin, bersel banyak, lonjong, ramping, berbentuk seperti tabung sampai pada bentuk
memanjang lurus atau lengkung.

Daur infeksi

Kemudian spora akan disebarkan melalul tiupan angin, percikan air hujan atau dibawa dengan cara lain
ke tempat yang baru. Suhu optimum untuk pertumbuhan jamur ini adalah antara 19,9oC sampai 23,8oC
dengan kelembaban tinggi. Di daerah pertanaman sawi penyakit ini tersebar merata dengan intensitas
serangan 5,9 persen.

Pengendalian

Beberapa cara pengendalian yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut:

- Beberapa bibit dan tanamam yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan,
- Penggunaan sistem drainase yang baik dan penyemprotan dengan Chloranil,
- Mancozeb atau Ferbam sangat efektif untuk mengendalikan penyakit ini pada tingkat awal.
- Beberapa varietas yang tahan seperti sawi daun ungu dan blumkul hijau dapat digunakan
untuk menekan tingkat keparahan penyakit

4. Tanaman Bawang-bawangan (Allium spp.)

4.1. Penyakit bercak ungu

Merupakan penyakit penting yang sering kambuh pada daerah pertanaman bawang-bawangan di
Indonesia, dan menjadi penyakit utama di daerah yang telah mengalami serangan , sehingga
mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi petani.
Gejala penyakit

Gejala yang awal terjadi pada daun mula-mula terjadi bintik-bintik klorosis berwarna keputih-putihan
dan agak mengendap pada bagian tanaman seperti daun, bunga, dan batang. Selanjutnya akan
berkembang menjadi bercak berbentuk ellip, berwarna cokelat. Kalau keadaan menguntungkan akan
membentuk bercak ungu dan di atasnya terdapat massa spora. Pada pusat lingkaran berwarna lebih
gelap dari pada lingkaran luarnya dan pada bagian tepi berwarna kuning pucat. Tanaman yang
mendapat serangan demikian, makin lama menjadi busuk dan tidak ada lagi yang dapat dipungut
hasilnya menjelang masa panen. Serangan berat dapat menyebabkan kematian daun tanaman bawang-
bawangan. Menurut Nirwanto , di lapangan penyakit ini dapat menyerang berbagai jenis tanaman
bawang; beberapa jenis tanaman bawang-bawangan yang biasanya ditanam petani di kabupaten
Malang pada waktu yang bersamaan, yakni: bawang merah, bawang putih, bawang prei dan bawang
daun dengan tingkat serangan yang berbeda.

Serangan pada bagian tengah daun akan membentuk bercak oval atau bulat lonjong, sedangkan
serangan pada tepi daun membentuk bercak memanjang sejajar dengan panjang daun. Gejala yang
menonjol lainnya adalah adanya diskolorisasi pada daun yang terinfeksi berupa warna kuning yang
memanjang dari pangkal ke ujung daun dan hal ini dapat menyebabkan daun menjadi patah. Pada daun
bawang prei berbentuk pipih ditemukan pula dua tipe bercak sebagaimana pada tipe polong. Bercak
dapat berbentuk oval pada bagian tengah daun atau bentuk memanjang bila menyerang tepi daun.

Penyebab penyakit

Konidium berbentuk oval, memanjang, meruncing pada bagian ujungnya dan kadang-kadang bercabang.
Pada bagian ujung yang meruncing, lemas dengan diameter 2-4 mikron dan berwarna hialin.

Daur infeksi

Perubahan suhu tertentu yang tidak sesuai, di lapangan sering mematikan atau menghambat
perkembangan penyakit. Kondisi yang baik bagi perkembangan jamur A. porri adalah keadaan yang
hangat dan hujan, dengan suhu sekitar 21-30°C dan kelembaban relatifnya sekitar 80-90%. Di bawah
suhu dan kelembaban yang menguntungkan gejala akan berkembang dua sampai tiga hari setelah
infeksi. Untuk terjadi sporulasi paling cepat setelah penyinaran dua hari selama dua jam, setelah itu
diinkubasikan 48 jam di tempat yang gelap.

Kelembaban yang tinggi mengakibatkan tersedianya lapisan air pada permukaan daun yang sangat
dibutuhkan untuk perkecambahan konidium.

Pengendalian

- Cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan adalah pergiliran tanaman setiap 2-3 tahun
dengan jenis tanaman berbeda.
- Fungisida yang dapat digunakan adalah Dithane M-45 sebanyak 0,2%, Antracol 2 persen,
Zineb, Nabam, Mancozeb (0.25%), Chlorothalonil (0.2%), atau Iprodione (0.25%) setelah
berumur satu bulan. Gunakan sticker triton/sandovit agar merekatkan fungisida tersebut.
- Bila pada malam hari terjadi hujan maka perlu diberikan penyemprotan tambahan.
- Cara pengendalian lainnya adalah dengan perawatan benih menggunakan Thiram 0,2
persen, dan sebaiknya gunakan bibit yang sehat.

5.. Tanaman Cabai (Capsicum spp.)

5.1 Penyakit antraknose

Kerugian akibat penyakit secara kualitatif dapat mencapai 40 persen dalam musim kemarau dan 90
persen pada musim penghujan. Kerugian secara ekonomis sampai saat ini banyak dilaporkan.

Gejala Penyakit

Penyakit ini umumnya terjadi pada buah cabai. Pada buah cabai baik cabai kecil maupun besar yang
terserang di lapangan, mula-mula terdapat bercak kecil berwarna kehitaman yang dikelilingi oleh warna
kuning kecokelatan. Pada tingkat selanjutnya bercak kelihatan bertambah besar dan terlihat
mengendap. Pada serangan hebat, apabila buah diamati secara mikroskopis tampak massa stromatik
dari jamur.

Gejala yang tampak dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium menunjukkan bahwa pada buah
cabai yang telah diinokulasi dengan jamur G. piperatum pada awal gejala adalah terdapat bintik gelap
dan sedikit cekung yang umumnya menyerang permukan buah. Setelah beberapa hari bintik tersebut
berkembang menjadi bercak dengan adanya masa berwarna kekuningan atau jingga yang merupakan
masa spora patogen.

Penyebab penyakit

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marvel pada paprika dan Nayaka et.al. Sementara itu pengamatan
terhadap Gloeosporium piperatum, secara makroskopis pada media PDA menunjukkan bahwa warna
koloninya pada awal pertumbuhan membentuk koloni miselium yang berwarna putih dan bila dilihat
dari bawah cawan Petri miselium yang berada di bawah permukaan berwarna kuning atau jingga. Pada
biakan berumur 5-6 hari terdapat sklerotia yang berwarna hitam, hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Semangun bahwa jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman
sakit atau dalam medium biakan.

Biakan murni baru mencapai luasan maksimum pada cawan Petri berukuran 9 cm setelah biakan
berumur 7-9 hari sejak inokulasi pada keadaan suhu, kelembaban dan cahaya ruangan di laboratorium.
Pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa bentuk konidia jamur G. piperatum berwarna hialin
dibentuk pada ujung-ujung hifa, konidia berbentuk tabung . Miselium bercabang yang juga berwarna
hialin dan bersekat.

Daur Infeksi
Colletotricum capsici dan Gloeosporium piperatum juga sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan
lama penyinaran. Seperti halnya penyakit-penyakit antraknose pada tanaman lainnya, pada akan
menyebabkan berkembangnya bercak-bercak pada buah cabai.

Pengendalian penyakit

Untuk penanggulangan penyakit antraknose di daerah endemi pada kondisi cuaca yang lembab,
khususnya pada musim penghujan sebaiknya menggunakan fungisida yang bersifat protektan
berperekat.

5.2. Bercak daun Cercospora

Penyakit ini merupakan penyakit utama di Indonesia yang berdasarkan hasil survey pada daerah
pertanaman cabai di daerah Malang dapat mencapai tingkat serangan sekitar 50%.

Gejala penyakit

Jamur penyebab penyakit menyerang pada daun, terutama pada daun-daun tua. Bila mempunyai
banyak bercak, daun menguning kemudian gugur atau langsung gugur tanpa menguning terlebih
dahulu. Gejala serangan mula-mula terdapat bercak kecil-kecil, kemudian bercak-bercak tersebut
meluas atau berhenti sehingga beragam ukurannya.

Penyebab penyakit

Konidiofora tidak bersekat, secara sendiri-sendiri berwarna kehitam-hitaman. Konidia secara sendiri-
sendiri berwarna hialin, berbentuk lurus, agak bengkok dengan bentuk menyempit ke ujung, kadang-
kadang terdapat juga penyempitan di bagian tengah dan terdiri dari beberapa sel. Ukuran konidia 2,8
4,2 x 24,5 - 154 mikron dengan jumlah sekat 2 - 14. 0 menunjukkan morfologi jamur tersebut. Setelah
diinokulasi kembali dari koloni jamur tersebut terhadap tanaman cabai merah sehat dapat menimbulkan
gejala yang sama dengan bentuk gejala dari tanaman sakit sewaktu diambil dari areal pertanaman, yaitu
menyebabkan bercak daun yang kosentris dengan pusat bercak putih keabu-abuan dan sekelilingnya
berwarna cokelat sampai kehitaman.

5.3. Penyakit tepung

Penyakit ini banyak menyerang jenis-jenis tanaman seperti rumput-rumputan, sayur-sayuran, tanaman
hias dan beberapa tanaman Leguminose. Jaringan daun yang terserang menjadi berwarna hijau
kekuningan dan kadang-kadang disertai nekrosis. Kejadian ini dimungkinkan bahwa daun yang terserang
adalah lemah atau peka sehingga perkembangan jamur berjalan baik tidak membentuk ketahanan
hipersensitif.
Penyebab Penyakit

jamur penyebab penyakit mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: patogen mempunyai
konidiofora yang tumbuh secara menyiku atau tegak lurus pada bantalan miselium, miselium
bercabang, berwarna putih dan jika sudah tua berwarna cokelat. Konidia bersel satu, hialin,
berbentuk bulat panjang dan berukuran 58,19 x 15,15 mikron, sedangkan konidiofora berukuran 155,4 x
14,23 mikron. Dari hasil identifikasi tersebut dan ditunjang dengan pendapat Walker (1969) dan
Heald (1963), maka patogen dari penyakit tepung adalah jamur Erysiphe polygoni.

Pengaruh lingkungan

Menurut Spencer bahwa konidia yang dihasilkan pada lingkungan kering lebih mampu menginfeksi dan
bertahan dari pada yang dihasilkan pada lingkungan lembab.

6.1. Penyakit Phytophthora

Tingkat serangan

Desa Pesanggrahan-Batu dibagi menjadi empat pedukuhan ialah Toyomerto, Srebet, Macari, dan
Wonocari. Phytopthora infestans terlihat adanya persentase serangan tertinggi sampai dengan
persentase serangan terendah dari ke empat pedukuhan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan dari
data yang didapat, maka dapat dikemukakan bahwa intensitas serangan P. infestans dengan persentase
serangan tertinggi berada di pedukuhan Toyomerto kemudian pedukuhan Srebet. Hal ini diduga
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

- Tingkat pengetahuan petani masih rendah yakni kurang memperhatikan terhadap benih-benih
yang ditanam, sebab biasanya para petani kebanyakan membuat benih sendiri, sehingga tidak
memungkinkan adanya sterilisasi benih tersebut dari jamur ataupun dari patogen lain.
- Masih belum memperhatikan terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya pembersihan rumput-
rumput pengganggu atau gulma yang ada disekitar tanaman tersebut. Sebab ada kalanya gulma
juga menjadi inang dari patogen dan juga akan menyaingi dalam hal makanan. Oleh karena itu
pertumbuhan tanaman tomat tersebut tidak normal sehingga kerentanannya terhadap penyakit
menjadi meningkat
- Pergiliran tanaman yang kurang diperhatikan oleh para petani, menurut hasil informasi dari
para petani setempat, mengatakan bahwa mereka cenderung untuk bercocok tanaman
sayur-sayuran secara bergantian dan biasanya yang sering diusahakan adalah kentang, cabai,
dan tomat. Dengan demikian bila patogen bertahan pada sisa-sisa tanaman maka akan
merugikan tanaman berikutnya.
- Sebagian besar para petani di pedukuhan Toyomerto dan Srebet kalau ditinjau dari segi
ekonomi, masih kurang mampu dalam hal biaya disamping itu tingkat pengetahuan para petani
di pedukuhan tersebut masih kurang. Dengan demikian hasil dari pertaniannya tersebut akan
rendah.
- Meskipun dalam satu desa faktor kesesuaian cuaca lokal juga dapat menjadi pemicu tinggi
rendahnya tingkat serangan tersebut.
Gejala Penyakit

Adanya pembusukan pada cabang batang, khususnya bagian atas dan bila hal ini terjadi maka cabang
tersebut akan patah yang diawali dengan bercak-bercak kecil yang kemudian melebar sehingga seluruh
helaian daun akan busuk.

Penyebab penyakit

Apabila biakan tersebut diamati di bawah mikroskop maka akan nampak bahwa di atas bantalan
miselium tersebut akan terbentuk konidiofora yang di ujungnya akan terbentuk konidia berbentuk buah
pir . Jamur ini mempunyai misellium tidak bersekat, hifa coenocytic.Alexopoulus bahwa jamur tersebut
adalah Phytophthora infestans. Singh mengatakan misellium jamur ini adalah endophytic yang berwarna
hialin, mempunyai banyak hifa yang intercelluler dengan haustoria yang berbentuk tongkat tunggal atau
dobel. Sporangioforanya relatif berdinding tebal, memperlihatkan sekat melintang, dan cabang-cabang
disisinya kadang-kadang memperlihatkan perluasan yang bulat.

6.2. Penyakit layu dan daun Fusarium

Gejala Penyakit

Gejala pertama dari penyakit ini adalah menjadi pucatnya dan menguningnya daun-daun pada bagian
bawah, dan gejala ini lebih sering dijumpai pada salah satu sisi tanaman. Gejala lainnya tanaman
menjadi kerdil dan apabila di potong pada daerah dekat pangkal batangnya atau dikelupas dengan
pisau, maka akan terlihat suatu cincin berwarna cokelat dari berkas pembuluh xylem. Serangan pada
tanaman dewasa, tanaman masih dapat bertahan sampai pembentukan buah tetapi buah yang
dihasilkan kecil-kecil dan produksinya berkurang. Buah yang terinfeksi menunjukkan noda hitam kecil
dan akan membusuk pada buah yang masak.

Penyebab penyakit

Hasil penelitian terhadap patogen yang berasal dari akar diperoleh koloni berwarna putih sampai putih
kekuning-kuningan dalam medium PDA, miselium bersekat dan bercabang, mempunyai mikrokonidium
dengan ukuran 7,25 - 21,5 x 3,5 - 6,12 µ , tidak bersekat atau bersekat satu, bentuk bulat, oval atau
lurus, makrokonidium berukuran 21 -38,5 x 3,5 - 7,5 µ, bersekat 2-4, berbentuk lurus, bengkok seperti
sabit dengan ujung tumpul.

Pengendalian penyakit

Dari hasil pengamatan di lapangan ternyata hampir semua petani menggunakan fungisida yang
disemprotkan pada permukaan tanaman dan umumnya untuk patogen yang bersifat tular udara ,
sementara untuk yang bersifat tular tanah seperti layu Fusarium tidak dilakukan.

6.3. Penyakit layu bakteri


Gejala penyakit

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa gejala penyakit ini diawali layu pada daun muda
selanjutnya bila kondisi sangat mendukung aktivitas patogen menyebabkan kelayuan dengan cepat dan
pada kondisi kurang mendukung tanaman menjadi kerdil, membentuk akar-akar adventif pada batang
dan bila batang dibelah pada jaringan vaskular tampak adanya perubahan warna menjadi kecokelatan .

Penyebab penyakit

Bakteri R. solanacearum dapat ditumbuhkan pada media buatan Kelman’s tetrazolium chloride agar dan
setelah umur dua hari untuk yang bersifat virulen tumbuh koloni dengan bentuk tidak teratur, cembung,
fluidal, berwarna putih atau putih keruh dengan merah di bagian tengah, untuk yang bersifat avirulen
koloni bulat tidak teratur, kering, kecil-kecil, berwarna putih atau putih keruh . Selain pada media TZC,
bakteri juga dapat ditumbuhkan pada media sukrosa pepton agar 2% dan koloni yang tumbuh berwarna
putih, fluidal, bakteri dapat juga ditumbuhkan pada media cair.

Daur penyakit

Terdapat beberapa faktor yang mendukung perkembangan R. Solanacearum, antara lain suhu dan
kelembaban tanah yang tinggi meskipun terdapat beberapa isolate yang dapat berkembang pada suhu
tanah rendah , juga tipe tanah dengan kisaran pH luas terutama kondisi asam . R. solanacearum
umumnya terdapat di wilayah tropis, subtropis dan beriklim sedang . Bahkan di dalam air murni bisa
bertahan lebih dari 40 tahun pada suhu 20-250C.

Namun dalam tanah apabila kondisi ekstrim misal pada cuaca dingin dapat mati. -1010 cfu g-1 jaringan ,
sedangkan pada suhu rendah , populasi bakteri berkurang dengan cepat tetapi mampu
bertahan.Penyebab penyakit layu ini mempunyai kisaran inang luas seperti tomat, sayuran, tanaman
hias, kentang, terung, tembakau.

Pengendalian penyakit

Meskipun demikian pengendalian penyakit umumnya dilakukan menggunakan inang tahan yaitu
beberapa kultivar tomat tahan seperti FL7514 and BHN. WP atau Agrimycin 15/1,5 WP, agen
pengendalian biologi contoh bakteri Pseudomonas putida, Bacillus subtilis, Streptomyces sp.

7. Tanaman Kentang (Solanum tuberosum)

7.1. Penyakit hawar daun (late blight)

Gejala penyakit

Gejala tampak pada tanaman yang berumur satu bulan pada daun berupa bercakbercak nekrotis pada
tepinya. Pada sisi bawah daun yang terserang terdapat lapisan kelabu tipis terdiri dari konidiofora dan
konidium dari jamur. Jamur ini juga menyerang umbi baik di lapangan maupun disimpanan. Pada umbi
yang terserang terdapat bercak yang agak mengendap sedalam 3-6 mm, berwarna cokelat atau hitam
keabu-abuan.

Penyebab penyakit

Ukuran hifa bervariasi dalam satu spesies. Penyakit ini banyak menyerang pada musim penghujan. Pada
suhu 11 – 200C dan kelembaban di atas 75 persen serangan akan menghebat. Perkecambahan secara
tidak langsung dengan membentuk tabung kecambah.Dalam media oat meal agar tidak membentuk
oogonium dan di dalam potasium carbonat atau arginine tidak membentuk sporangia. Penyakit busuk
daun pada umumnya terdapat di daerah dingin, lembab dan sedang.

Pengendalian

Penanggulangan penyakit ini adalah dengan menanam varietas kentang yang tahan dan disertai dengan
penyemprotan fungisida.

7.2. Penyakit busuk kering (early bligh)

Gejala penyakit

Tampak pada tanaman yang berumur 3-6 minggu. Pada daun yang sudah dewasa terjadi bercak-bercak
kecil agak bulat, berbatas jelas, berwarna cokelat dan tersebar tidak teratur. Bercak juga terdapat pada
batang dan umbi. Pada umbi bercak berwarna cokelat tua, gelap, kering, keras dan agak mengendap.
Daerah disekitar pembusukan berbentuk keriput dengan noda berbentuk bulat dan tidak teratur.
Ukuran bercak bervariasi sampai beberapa sentimeter.ht

Penyebab penyakit

Dalam biakan murni pembentukan spora membutuhkan suhu antara 15 – 34,30C dengan suhu optimum
26,10C. Penyebaran jamur A. solani dilakukan oleh angin. Dalam daun kering jamur dapat bertahan
selama 12-18 bulan. Penyakit busuk kering tersebar di selurun daerah pertanaman kentang di dalam dan
luar negeri. Jamur ini juga menyerang tanaman lain dari jenis Solanaceae yang antara lain adalah tomat.

Anda mungkin juga menyukai