Anda di halaman 1dari 11

PENYAKIT LAYU PADA TANAMAN

DASAR PERLINTAN
Kelayuan pada tanaman terutama pada
bagian daun, tunas atau tanaman secara
keseluruhan, dapat disebabkan karena
hilangnya turgor pada bagian-bagian
tersebut.
Hilangnya turgor tersebut dapat
disebabkan karena adanya gangguan di
dalam berkas pembuluh/pengangkutan
atau adanya kerusakan pada susunan akar,
yang menyebabkan tidak seimbangnya
penguapan dengan pengangkutan air.
Penyakit layu (wilt disease) pada tanaman
dapat disebabkan oleh faktor biotik yaitu
bakteri sehingga disebut layu bakteri
(Pseudomonas solanacearum) atau oleh
jamur/cendawan yang disebut penyakit layu
Fusarium (Fusarium oxysporum). Selain
karena penyakit biotik, kelayuan pada
tanaman juga dapat disebabkan karena faktor
abiotik (kekurangan air).
Berikut adalah karakteristik/ciri-ciri gejala kelayuan pada tanaman,
penyebabnya dan cara menanganinya

1. Layu tanaman karena kekurangan air

Kalau sebelumnya tanaman kelihatan segar, tetapi pada siang atau


sore hari, tanaman tersebut menjadi layu, Anda bisa menyiramkan
satu atau tiga gayung air ke tanaman tersebut, kalau memang
tanaman tersebut kekurangan air, maka setelah disiram dengan air
tanaman tersebut biasanya akan segar kembali. Kelayuan seperti ini
bukan karena faktor biotik (patogenik). Layu pada tanaman yang
disebabkan oleh patogenik (jamur/bakteri), walaupun disiram dengan
air yang banyak sekalipun, biasanya tanaman tersebut tetap layu dan
tidak akan segar kembali.
2. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu


bakteri atau penyakit lender pada tanaman. Karakteristik bakteri ini adalah:
Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel
Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan cepat berkembang biak pada
keadaan tanah yang lembab,
Bakteri menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena
pemindahan bibit, pembumbunan, gigitan serangga, luka karena tusukan
nematoda, dan luka-luka pada daun.
Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung
dan lebih dari 140 jenis tanaman keluarga Solanaceae.
Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu
transportasi air tanaman inang, akibatnya tanaman menjadi layu,
menguning dan kerdil, dan dalam beberapa hari akan mati.
Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan
dinding sel akar dan menyebabkan perubahan warna pada jaringan
pengangkutan.
Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau ditandai
dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluh yang
berwarna coklat dan dapat meluas sampai ke tulang daun dan
empulur. dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
gejala awal terlihat pada berumur kurang lebih 6 minggu. Gejala yang
terlihat daun-daun layu, dimulai dari daun-daun muda . kelayuan tidak
terjadi dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian
yang layu daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun
menguning, kemudian mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan
tanaman menjadi mati.
Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut
dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian
dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih
kotor) yang berisi jutaan bakteri.
Cara menangani penyakit layu karena bakteri , antara lain:
❖ Penggunaan bibit yang sehat.
❖ Desinfeksi air siraman.
sebaiknya air siraman yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium permanganat , 50
gram per 1 m3 air
❖ Pergiliran tanaman.
Pergiliran tanaman dengan Mimosa invisa dalam jangka waktu tertentu (selama 1
tahun sebelum tanaman pokok), dapat memaksa bakteri hidup di luar tanaman inang,
sehingga bakteri akan mati / menjadi lemah. Mimosa invisa juga dapat memperbaiki
struktur tanah dan sebagai sumber nitrogen.
❖ Pengolahan tanah.
Dengan pengolahan tanah yang baik, tepat dan intensif
❖ Pemupukan.
Dari percobaan yang dilakukan menunjukkan pemupukan dengan superfosfat tunggal
(enkelsuperfosfat, ESP) dapat mengurangi penyakit, Diduga karena kandungan
kalsiumfosfat yang tinggi dalam pupuk tersebut.
❖ Sterilisasi tanah pembibitan.
Tanah pembibitan dapat disterilisasi dengan cara dipanaskan dengan uap panas . Uap
panas dimasukkan ke dalam tanah melalui susunan pipa seperti garpu, sehingga suhu
tanah dapat mencapai 950C, tanah dapat terbebas dari Pseudomonas solanacearum
selama 3-4 tahun,
3. Layu karena jamur/fungi
Fusarium oxysporum merupakan salah satu jenis jamur/fungi yang dapat
menyebabkan layu pada tanaman.

Karakteristik
Fusarium oxysporum menghasilkan spora untuk berkembangbiak. Sporanya
ada dua macam, yaitu mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidianya
bersel satu, tidak berwarna, bentuk lonjong atau bulat telur.
Makrokonidianya berbentuk bulat sabit, tidak berwarna, bersekat dua atau
tiga. Biasanya di bagian pangkal batang bawah akan terlihat miselium jamur
berwarna putih,
Tanaman yang biasa diserang adalah tomat, cabai, ketimun dan lain-lain
Cendawan biasanya menyerang bagian akar dan batang tanaman,
mengakibatkan rusaknya atau terhambatnya pembuluh kayu, hal ini akan
mengganggu pengangkutan air sehingga mengakibatkan kelayuan secara
keseluruhan pada tanaman.
Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengganggu
fermeabilitas membran plasma sel tanaman dan merusak dinding sel
pembuluh kayu akibatnya fungsi pembuluh kayu menjadi terganggu.

Cendawan ini merupakan patogen tanah (soil inhabitant), dan dapat bertahan
hidup dalam tanah lebih dari 10 tahun tanpa tanaman inang, dalam bentuk
klamidospora.
Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini

Cendawan masuk ke dalam jaringan akar atau batang melalui luka-luka karena
pemindahan bibit, pembumbunan atau luka karena serangga /nematoda,
juga dapat masuk melalui ujung akar. Jamur berkembang sebentar dalam
jaringan parenkim, lalu menetap dan berkembang dalam berkas pembuluh.

Cendawan dapat disebarkan oleh percikan-percikan air hujan, air irigasi yang
membawa tanah terinfeksi dan benih terinfeksi
Cara pengendalian antara lain:

Penanaman varietas tahan.


Contohnya varietas tomat Ohio MR 9 dan Walter
Pemakaian fungisida. pencelupan akar ke dalam Benomil 1000 ppm memberikan
hasil yang baik, sebelum terjadi infeksi.
Mencegah infeksi tanah.
Alat pertanian yang habis dipakai dapat didesinfeksi dengan formalin 5%. Dan tidak
menanam bibit (beserta tanah) dari persemaian yang terinfeksi. Selain itu tidak
menanam benih (biji) yang diambil dari buah yang sakit.
Perlakuan tanah.
Dengan perlakuan tanah (soil treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi
dengan metilbromida, kloropikrin, atau metamnatrium (metham-sodium).
Mengendalikan populasi nematoda.
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dapat membantu infeksi dan dapat
mengurangi ketahanan varietas, sehingga populasinya di tanah perlu dikendalikan.
Selain itu nematoda Xiphinema sp, Longidorus sp merupakan nematoda ektoparasit
yang hidup di dalam tanah dan hanya mengisap cairan tanaman dengan stiletnya
dapat menjadi jalan masuknya Fusarium ke dalam akar.
Daftar Pustaka

Agrios, G. N. (1988), Plant pathology, 3nd Ed, Academic Press, New


York, 215, 245, 256-258.
Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Semangun, H. (1989), Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Semangun, H. (1996), Pengantar ilmu penyakit tumbuhan, Gadjah
Mada University Press, Jogjakarta.
Sinaga, M. S. (2003), Dasar-dasar ilmu penyakit tumbuhan. PT Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tarr, S. A. J. (1972), The principles of plant pathology. The Mac Millan
Press Ltd, London.

Anda mungkin juga menyukai