Anda di halaman 1dari 12

a.

Layu adalah gejala tanaman yang tidak segar atau tanaman yang berada pada kondisi yang tidak
normal.  Ada dua macam organisme parasit penyebab tanaman cabai layu, yaitu jamur dan
bakteri. Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut memiliki efek yang sama, yaitu
menyebabkan tanaman cabe layu dan mati

gejala dan ciri-ciri serangan organisme parasit penyebab layu pada tanaman cabe :

1. Layu Bakteri

     Penyebab penyakit layu bakteri pada tanaman cabe adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri
parasit tersebut menyerang dan menginfeksi area perakaran, pangkal batang, tunas, daun dan batang
tanaman cabe. Bakteri Pseudomonas solanacearum menginfeksi akar dan menyebabkan akar tanaman
membusuk. Penyebaran bakteri ini dibantu oleh air, peralatan pertanian dan manusia. Pada kondisi tanah
yang terlalu basah dan lembab, bakteri Pseudomonas solanacearum mudah dan cepat berkembang biak.
Bakteri parasit ini menyerang pada semua fase pertumbuhan, mulai dari pembibitan hingga tanaman
dewasa.

Gejala awal serangan bakteri Pseudomonas solanacearum terlihat jika terdapat bagian tanaman yang tiba-
tiba layu. Pada awalnya serangan bakteri ini tidak menyebabkan tanaman cabai layu secara keseluruhan,
melainkan hanya beberapa bagian tanaman saja baik itu pucuk daun, tunas atau daun tua. Kemudian
tanaman cabe akan layu secara keseluruhan dan akhirnya mati. Tanaman yang terinfeksi Pseudomonas
solanacearum tetap layu pada malam hari maupun siang hari. Gejala yang terjadi pada akar tanaman cabai
relatif sama dengan serangan jamur Fusarium oxysporum, yaitu akar membusuk dan berwarna
kecoklatan. Serangan bakteri parasit ini sering terjadi pada musim hujan dengan kondisi tanah yang
lembab dan penuh genangan air.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit layu bakteri antara lain : (1)
Pengolahan lahan yang baik, (2) Sanitasi yang baik, (3) Penggunaan benih yang tahan terhadap bakteri
Pseudomonas solanacearum, (4) Pergiliran tanaman, (5) Menggunakan mulsa plastik, terutama pada
musim hujan, (6) Memusnahkan tanaman cabe yang terinfeksi, (7) Pengocoran dan penyemprotan
bakterisida.

2. Layu Fusarium

      Penyakit layu fusarium disebabkan olah cendawan Fusarium oxysporum. Penyakit ini ditakuti karena
jika tanaman sudah terinfeksi, tanaman tersebut tidak bisa diobati atau disembuhkan. Penyakit layu
fusarium bisa menghabisi seluruh tanaman dan menyebabkan gagal panen. Layu fusarium bisa
menyerang kapan saja, baik di musim kemarau maupun pada musim hujan. Serangan berat biasanya
terjadi pada musim hujan dengan kelembaban yang tinggi, karena pada kondisi tersebut
cendawan Fusarium oxysporum mudah berkembang biak dan mudah menyebar. Penyebaran
cendawan Fusarium oxysporum dibantu oleh air, peralatan pertanian dan manusia. Pertumbuhan spora
cendawan Fusarium oxysporum mempengaruhi pasokan air sehingga tanaman menjadi layu dan mati
secara perlahan. Penyakit layu fusarium bisa menyerang mulai dari pembibitan, tanaman muda hingga
tanaman yang sudah berproduksi.

Gejala yang terjadi pada pembibitan adalah pucuk tanaman yang tiba-tiba layu dan mati. Gejala serangan
layu fusarium pada tanaman muda dan tanaman dewasa adalah jika terdapat tanaman cabai yang layu
pada siang hari dan kelihatan segar kembali pada sore hari. Fenomena tersebut berlangsung kurang lebih
selama tujuh hari sebelum akhirnya tanaman cabe mengering dan mati. Jika tanaman dicabut terlihat akar
berwarna kecoklatan dan membusuk. Jika pangkal batang dibelah terlihat lingkaran coklat kehitaman.
Lingkaran berwarna coklat kehitaman tersebut adalah pembuluh pengangkut yang telah rusak dan
membusuk.

Beberapa tindakan untuk mengendalikan layu fusarium antara lain : (a) Pengolahan lahan yang baik, (b)
Sanitasi yang baik, (c) Penggunaan benih yang tahan terhadap fusarium, (d) Menggunakan mulsa plastik,
(e) Memusnahkan tanaman yang terinfeksi, (f) Aplikasi trichoderma. (g) Tidak ada bahan aktif yang
benar-benar ampuh mengatasi layu fusarium. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba fungisida berbahan
aktif benomil atau metalaksil.

Penyakit layu fusarium (lihat gambar) disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Patogen
ditularkan melalui udara dan air. Gejala serangan ditandai tanaman menjadi layu, mulai dari daun bagian
bawah. Anak tulang daun menguning. Jaringan batang dan  akar  berwarna  coklat.  Tanaman  inangnya 
antara  lain  ialah  buncis,  cabai kentang, kacang panjang, labu, mentimun, oyong, paria, seledri,
semangka, tomat, dan terung.
Keterangan gambar: Gejala serangan penyakit layu fusarium pada tanaman tomat (A), mentimun (B),
cabai (C)

Gejala serangan fusarium oxysporum 

a. Gejala awal ditandai dengan tanaman yang layu pada siang hari, dan kelihatan segar pada sore dan
pagi hari.
b. Pada awal serangan bisa terjadi pada seluruh bagian tanaman, atau pada bagian cabang tertentu saja.
Namun akhirnya akan menyebar keseluruh bagian tanaman.
c. Pada gejala selanjutnya daun-daun tua menguning dan rontok, yang akhirnya menyebar ke
seluruh bagian tanaman.
d. Akar tanaman yang terinfeksi membusuk dan berwarna hitam kecoklatan.
e. Pangkal batang membusuk, jika dipotong melintang terlihat lingkaran berwarna hitam kecoklatan.
f. Jika menginfeksi tanaman pada saat pembibitan, tanaman secara tiba-tiba layu dan mati.

Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan cara: 

1. Cara Teknis. Pengendalian secara teknis dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman yang lebih
tahan terhadap serangan cendawan fusarium oxysporum. Pengolahan lahan dengan membajak
atau mencangkul. Pemberian kapur pertanian sebelum penanaman. Membuat bedengan dengan
tujuan menghindari genangan air. 
2. Cara Mekanis. Penggunaan mulsa plastik pada saat musim hujan. Penyiangan terhadap rumput liar
dan gulma pengganggu. Mencabut dan membakar tanaman terserang. Taburkan kapur pertanian pada
bekas tanaman terserang. 
3. Cara Organik. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan secara biologis dengan pemberian
trichoderma pada saat persiapan lahan. Baca “Trichoderma sp. Sebagai Anti Fungal Penyakit
Pengendali Cendawan” 
4. Cara Kimiawi. Dengan memberikan fungisida pada tanaman terserang. Misalnya dengan
memberikan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, metalaksil, benomil dan lain-lain.

Kelayuan pada tanaman terutama pada bagian daun, tunas atau tanaman secara keseluruhan, dapat
disebabkan karena hilangnya turgor pada bagian-bagian tersebut.  Hilangnya turgor tersebut dapat
disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan
pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air. 
Penyakit layu (wilt disease) pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik yaitu bakteri sehingga
disebut layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau oleh jamur/cendawan yang disebut penyakit layu
Fusarium (Fusarium oxysporum).  Selain karena penyakit biotik, kelayuan pada tanaman juga dapat
disebabkan karena faktor abiotik (kekurangan air).  Pengenalan gejala kelayuan pada tanaman dan ciri-
ciri khususnya harus diketahui para petani, supaya dalam pengendaliannya menjadi lebih efektif dan
efisien.  Berikut adalah karakteristik/ciri-ciri gejala kelayuan pada tanaman, penyebabnya dan cara
menanganinya.
 
1.  Layu tanaman karena kekurangan air
 
Kalau sebelumnya tanaman kelihatan segar, tetapi pada siang atau sore hari, tanaman tersebut menjadi
layu, Anda bisa menyiramkan satu atau tiga  gayung air ke tanaman tersebut, kalau memang tanaman
tersebut kekurangan air, maka setelah disiram dengan air tanaman tersebut biasanya akan segar
kembali.  Kelayuan seperti ini bukan karena  faktor biotik (patogenik). Layu pada tanaman yang
disebabkan oleh patogenik (jamur/bakteri), walaupun disiram dengan air yang banyak sekalipun,
biasanya tanaman tersebut tetap layu dan tidak akan segar kembali.
 
2. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)
 
Pseudomonas solanacearum  merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri atau penyakit lender
pada tanaman. Karakteristik  bakteri ini adalah:

1. Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel


2. Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan tanah
yang lembab,
3. Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena pemindahan bibit,
ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka karena tusukan nematoda, dan
ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada daun.
4. Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung dan lebih dari 140
jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga Solanaceae.
5. Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air
tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya
dalam beberapa hari tanaman akan mati.
6. f.   Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat
menyebabkan perubahan warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang
dipotong (melintang) atau dibelah.  Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau
ditandai dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna
coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke
empulur.   dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
7. Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang lebih 6 minggu. 
Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai dari daun-daun muda (ujung). 
Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian
yang layu daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian
mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
8. Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut  dimasukkan ke dalam
gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat
(cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.

 
Cara menangani penyakit layu karena bakteri ini antara lain:
 

1. Penggunaan bibit yang sehat.  Bibit yang sakit tidak boleh digunakan, karena penggunaan bibit
yang sakit dapat meningkatkan kematian tanaman lebih dari 30%
2. Desinfeksi air siraman. Bakteri ini dapat terbawa oleh air siraman, sehingga sebaiknya air
siraman yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium permanga-nat lebih kurang 50 gram per 1
m3 air
3. Pergiliran tanaman. Mengusahakan agar selama tidak ditanami, lahan tidak ditumbuhi oleh
tanaman yang rentan penyakit ini. Penggunaan tanaman yang tidak rentan seperti Mimosa
invisa cukup efektif dalam menangani penyakit ini, karena penanaman Mimosa invisa  dalam
jangka waktu tertentu (selama 1 tahun sebelum tanaman pokok), dapat memak-sa bakteri hidup
pada di luar tanaman inang, sehingga bakteri akan mati atau menjadi lemah.  Selain itu Mimosa
invisa ini dapat memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber nitrogen.
4. Penggarapan tanah. Dengan mengadakan penggarapan tanah yang baik, tepat dan intensif
5. Pemupukan. Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemupukan
dengan superfosfat tunggal (enkelsuperfosfat, ESP) dapat mengurangi penyakit layu ini.  Diduga
karena kandungan kalsiumfosfat yang tinggi dalam pupuk tersebut.
6. Sterilisasi tanah pembibitan.  Tanah pembibitan dapat disterilisasi dengan cara dipanaskan
dengan uap panas dari ketel-ketel yang dipanaskan.  Uap panas dapat dimasukkan ke dalam
tanah melalui susunan pipa seperti garpu, dengan uap panas ini, suhu tanah dapat mencapai
950C, sehingga tanah dapat terbebas dari Pseudomonas solanacearum  selama 3-4 tahun,
namun sterilisasi ini mempunyai efek samping yang kurang baik dan juga biayanya sangat mahal
sehingg hasilnya tidak selalu memuaskan, sejak tahun 1970-an sterilisasi tanah pembibitan ini
tidak dilaksanakan lagi.

 
3.  Layu karena jamur/fungi
Fusarium oxysporum  merupakan salah satu jenis jamur/fungi yang dapat menyebabkan layu pada
tanaman.
 
Karakteristik  jamur ini adalah:

1. Fusarium oxysporum menghasilkan spora  untuk berkembangbiak. Sporanya ada dua macam,


yaitu mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidianya bersel satu, tidak berwarna, bentuk
lonjong atau bulat telur. Makrokonidianya berbentuk bulat sabit, tidak berwarna, bersekat dua
atau tiga. Biasanya di bagian pangkal batang bawah akan terlihat miselium jamur berwarna putih,
dan jika Anda kerik sedikit, kemudian Anda amati dibawah mikroskop, terlihat mikrokonidia atau
makrokonidianya seperti gambar di bawah ini.
2. Tanaman yang biasa diserang adalah tomat, cabai, ketimun dan lain-lain
3. Cendawan biasanya menyerang bagian akar dan batang tanaman, mengakibatkan rusaknya
terhambatnya pembuluh kayu, hal ini akan mengganggu pengangkutan air sehingga
mengakibatkan kelayuan secara keseluruhan pada tanaman.
4. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengganggu fermeabilitas membran
plasma sel tanaman dan merusak dinding sel pembuluh kayu akibatnya fungsi pembuluh kayu
menjadi terganggu.
5. Cendawan ini merupakan patogen tanah (soil inhabitant), dan dapat bertahan hidup dalam tanah
lebih dari 10 tahun tanpa tanaman inang, dalam bentuk klamidospora.  Tanah yang sudah
terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini
6. Cendawan masuk ke dalam jaringan akar atau batang melalui luka-luka karena pemindahan bibit,
karena pembumbunan atau luka karena serangga atau nematoda, selain itu juga dapat masuk
melalui ujung akar. Jamur berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan
berkembang dalam berkas pembuluh.
7. Cendawan dapat disebarkan oleh percikan-percikan air hujan, air irigasi yang membawa tanah
terinfeksi dan benih terinfeksi

 
Cara menanganinya antara lain:

1. Penanaman varietas tahan. Contohnya untuk tanaman tomat, bisa menggunakan viarietas
tomat yang tahan layu fusarium yaitu Ohio MR 9 dan Walter
2. Pemakaian fungisida.  Menurut hasil percobaan pencelupan akar ke dalam Benomil 1000 ppm
memberikan hasil yang baik, asal fungisida tersebut diberikan sebelum terjadi infeksi.
3. Mencegah infeksi tanah.  Karena tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan dari Fusarium,
usaha higieni sangat penting.  Alat pertanian yang habis dipakai di lahan yang terinfeksi dapat
didesinfeksi dengan formalin 5%.  Diusahakan agar tidak menanam bibit (beserta tanah) dari
persemaian yang terinfeksi. Selain itu tidak menanam benih (biji) yang diambil dari buah yang
sakit.
4. Perlakuan tanah.  Untuk membebaskan tanaj dari Fusarium dapat dilakukan perlakuan tanah
(soil treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi dengan metilbromida, kloropikrin, atau
metamnatrium (metham-sodium).
5. Mengendalikan populasi nematoda.  Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dapat membantu
infeksi bahkan dapat mengurangi ketahanan varietas tahan, sehingga populasinya di tanah perlu
dikendalikan. Selain itu nematoda  Xiphinema sp, Longidorus sp  merupakan nematoda
ektoparasit yang hidup  di dalam tanah dan hanya mengisap cairan tanaman dengan stiletnya
yang dimasukkan ke dalam akar, akar yang terluka karena tusukan stilet nematode ini dapat
menjadi jalan masuknya Fusarium ke dalam akar.

 
Daftar Pustaka
 
Agrios, G. N. (1988), Plant pathology, 3nd Ed, Academic Press, New York, 215, 245, 256-258.
Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya.  Jakarta.
Semangun, H.  (1989), Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia.  Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Semangun, H. (1996),  Pengantar ilmu penyakit tumbuhan,  Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.
Sinaga, M. S. (2003), Dasar-dasar ilmu penyakit tumbuhan.  PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarr, S. A. J. (1972), The principles of plant pathology.  The Mac Millan Press Ltd, London.
 

Cara Mengendalikan Penyakit Mati Pucuk Tanaman Cabe


Hama & Penyakit Tanaman – Mati pucuk merupakan salah satu
penyakit tanaman cabe yang disebabkan oleh jamur patogen.

Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabai di musim kemarau


maupun musim hujan. Namun di musim penghujan intensitas serangan
jauh lebih tinggi.

Mati pucuk ditandai dengan pucuk tanaman cabai menghitam,


membusuk dan dengan cepat dapat menyebar ke pucuk yang lain.

Penyakit mati pucuk menyebabkan pertumbuhan tanaman cabai terhenti


karena menyerang bagian titik tumbuh tanaman, tunas dan pucuk
tanaman cabai.

Penyebab Mati Pucuk pada Tanaman Cabai


Mati pucuk pada tanaman cabe disebabkan oleh jamur patogen,
yaitu Phytophthora infestans. Patogen ini berkembang dengan cepat
pada musim hujan.

Phytophthora infestans menyukai lingkungan yang lembab dan suhu


rendah/sejuk. Patogen ini juga dapat menyerang tanaman tomat,
kentang, terung dan anggota Solanaceae lainnya.

Penyakit ini menyebar melalui spora yang dibantu oleh angin, air dan
manusia.

Gejala serangan penyakit mati pucuk pada cabe ditandai dengan


munculnya bercak hitam pada pucuk tanaman.
Lebih lanjut gejala terlihat pucuk cabe menghitam, gosong seperti
terbakar. Gejala akan menyebar kebagian bawah yaitu batang muda
dan daun-daun muda disekitarnya.

Pada permukaan bagian tanaman yang terinfeksi terdapat sporangia


berwarna putih seperti bulu-bulu halus.

Phytophthora infetans ini menyebabkan pucuk tanaman cabai


membusuk dan mati. Pada kondisi yang sesuai, mati pucuk dengan
cepat menyebar ke tanaman lain atau pucuk cabai yang lain.

Cara Pengendalian Mati Pucuk pada Cabe


Mengendalikan penyakit mati pucuk pada tanaman cabai sebaiknya
dilakukan sejak awal, mulai dari penggunaan benih hingga pengaturan
jarak tanam.

BACA JUGABusuk Phytophthora (Busuk batang, busuk daun, busuk kuncup dan busuk akar)
Pada Tanaman Cabai

Berikut ini cara mengatasi mati pucuk pada tanaman cabai ;

1). Pengapuran lahan untuk menetralkan pH tanah


2). Membuat bedengan lebih tinggi dimusim hujan agar tidak terjadi
genangan air hujan
3). Menggunakan mulsa plastik agar kelembaban tanah terjaga
4). Menggunakan varietas tahan phytophthora
5). Pengaturan jarak tanam, atur jarak tanam tidak terlalu rapat untuk
mengurangi kelembaban dan lingkungan yang disukai patogen
6). Memotong dan memusnahkan bagian tanaman terinfeksi untuk
mencegah penyebaran penyakit
7). Penyemprotaan fungisida secara teratur, yaitu propineb, mancozeb,
klorotalonil, azoksistrobin, difenokonazol, atau tembaga.

Rebah semai Cabai merupakan salah satu komoditas pertanian yang berperan penting memenuhi
konsumsi masyarakat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Permintaan cabai dari tahun ke tahun semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk Indonesia. Cabai cocok dikembangkan
didaerah tropis terutama disekitar khatulistiwa, seperti di Indonesia.  Salah satu penyakit yang sering
menyerang benih/bibit cabai yaitu penyakit rebah batang. Penyakit rebah batang merupakan penyakit yang
sering menyerang tanaman muda di persemaian. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia
solani dan Pythium spp.

Pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :

1. Perlakuan benih cabai merah sebelum disemai dengan jalan merendam benih dalam air hangat suam-suam
kuku atau dalam larutan fungisida Propamokarb hidroklorida (konsentrasi 1 ml/l air) selama 30 menit
2. Pasteurisasi atau Pengukusan media semai menggunakan uap air panas selama 4 jam
3. Penjarangan tanaman di persemaian
4. Semaian yang terinfeksi penyakit harus dicabut dan dimusnahan, media tanah yang terkontaminasi
dibuang.
5. Naungan persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan tanaman menjadi lebih kuat.
6. Penggunaan fungisida selektif dengan dosis batas terendah.
Penggunaan fungsisida selektif dapat dilakukan dengan dosis terendah atau setengah dosis dari aplikasi
tanaman dewasa.  Pengentuan dosis harus hati-hati karena pemberian yang berlebihan dapat menyebabkan
tanaman kering dan mati.   Fungisida untuk mengatasi penyakit rebah batang dapat ditemukan dengan mudah
dipasaran. Fungsisida dengan bahan aktif benomil, propamokarb hidroklorida, mefenoksam, propineb, zinep,
mankozep, kaptan, dll.

Cabai merupakan salah komoditas pertanian yang memiliki fluktuasi harga yang sangat tinggi.
Harga cabai yang tidak stabil ini dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran serta faktor
musim tanam. Pada momen tertentu seperti hari raya, permintaan terhadap cabai naik drastis,
sehingga terjadi lonjakan harga. Pada musim hujan, harga cabai juga cenderung akan naik. Hal ini
dikarenakan budidaya cabai di musim hujan memiliki tantangan yang cukup berat, seperti serangan
patogen penyebab penyakit tanaman. Serangan patogen dapat menyebabkan pertumbuhan
terganggu, bahkan kegagalan panen. Baca juga: 8 Cara Mengendalikan Penyakit Patek Tanaman
Cabai Salah satu jenis penyakit yang ditemukan pada tanaman cabai yaitu rebah semai. Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia dan Pythium. Cara mengatasi rebah semai cabai harus
dilakukan sedari awal, karena kualitas bibit menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya
cabai. Pada kesempatan kali ini, kami akan dijelaskan mengenai cara mengatasi rebah semai cabai.
Lihat Foto Ilustrasi penyemaian benih tanaman cabai menggunakan gelas plastik.
(SHUTTERSTOCK/DIANA TALIUN) Dilansir dari Cybext Kementerian Pertanian, Minggu (5/2/2023),
berikut penjelasan selengkapnya. 1. Pemilihan benih berkualitas Benih yang berkualitas memiliki
banyak keunggulan salah satunya yaitu ketahanan terhadap serangan penyakit. Hal ini merupakan
cara mengatasi rebah semai cabai. Baca juga: Tips Mengatasi Busuk Buah Cabai agar Tidak Gagal
Panen 2. Perendaman benih Sebelum benih disemai pada media tanam, benih harus direndam
terlebih dahulu. Tujuan untuk memisahkan benih yang kurang bagus dan menghilangkan hama
penyakit yang terbawa oleh benih. Perendaman dilakukan menggunakan air bersih yang dipanaskan
sampai suhu 35 hingga 43 derajat Celcius. Tambahkan fungisida Propamokarb hidroklorida dengan
dosis 1 ml/l air dan rendam selama 30 menit. 3. Jarak tanam Pengaturan jarak tanam merupakan
cara mengatasi rebah semai cabai. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, rebah semai disebabkan
oleh cendawan Rhizoctonia dan Pythium. Cendawan atau jamur ini, sangat menyukai kondisi yang
lembab. Jarak antar tanaman yang semakin dekat, akan meningkatkan tingkat kelembaban udara,
sehingga rentan terhadap serangan dan persebaran penyakit rebah semai ini. Gunakan jarak tanam
3 sampai 5 cm pada fase pembibitan. Baca juga: Simak, Tips Persiapan Bibit Cabai dengan Mudah
4. Pemberian Naungan Bibit tanaman cabai yang masih muda, tidak kuat terhadap paparan sinar
matahari langsung. Pemberian naungan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Naungan yang dapat anda gunakan seperti paranet, yang memiliki lubang yang cukup banyak. Jadi
walaupun ternaungi, kebutuhan sinar matahari untuk proses fotosintesis masih dapat terpenuhi. 5.
Penggunaan Fungisida Langkah terakhir yang dapat dilakukan yaitu aplikasi pestisida. Cara ini
dilakukan apabila langkah pencegahan yang disebutkan di atas belum bisa membuahkan hasil.
Penggunaan fungisida harus dengan dosis rendah, karena tanaman masih muda. Fungisida yang
dapat digunakan yang memiliki bahan aktif seperti benomil, propamokarb hidroklorida, mefenoksam,
propineb, zinep, dan mankozeb. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari
Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link
https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di
ponsel.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Begini Cara Mengatasi Rebah Semai
Cabai", Klik untuk baca: https://agri.kompas.com/read/2023/02/05/200324484/simak-begini-cara-
mengatasi-rebah-semai-cabai?page=all.
Penulis : Siti Nur Aeni
Editor : Siti Nur Aeni

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6


Download aplikasi: https://kmp.im/app6
Kanker merupakan gejala kerusakan atau kematian lokal pada kulit batang atau cabang
tanaman. Tanaman yang terkena penyakit ini akan terlihat lekukan di bawah kulitnya. Kemudian,
bagian jaringan yang sehat di sekitar bagian yang sakit seringkali bertambah tebal sehingga
terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan batang normal.

Gejala dan Penyebab

Penyakit tersebut dapat menyerang tanaman kayu maupun non kayu. Kadang kala pohon yang
terserang masih terlihat sehat, sama seperti pohon-pohon di sekitarnya. Namun, jika dilihat lebih
jeli, tanaman yang sakit akan memiliki batang yang berubah kehitaman. Bagian yang sakit
tersebut membusuk dan basah. Saat dikerok, bagian tersebut akan
mengeluarkan cairan berwarna seperti anggur merah. Cairan tersebut keluar terus-menerus
sehingga batang turut berwarna kemerahan. Jika pengerokan terus dilanjutkan, maka terlihat
penyakit telah menjalar hingga jaringan terdalam. Bagian dalam tersebut melapuk dan agak
mencekung. Biasanya bagian tersebut menjadi sarang untuk hama.

Kanker pada tanaman biasanya disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Serangan


tersebut sering kali terjadi pada batang. Oleh sebab itu, penyakit ini lebih sering dikenal dengan
sebutan kanker batang. Jamur atau cendawan Phytophthora palmivora dapat menyebar melalui
percikan air hujan atau alat pertanian yang terkontaminasi. Tanah merupakan sumber inokulum
utama untuk jamur ini. Phytophthora palmivora juga dapat menyebabkan penyakit lainnya yaitu
busuk akar.

Serangan kanker biasanya terjadi saat tanaman kurang subur atau dalam kondisi di bawah
cekaman, Kerusakan dapat terjadi secara langsung maupun kerusakan sekunder. Pada beberapa
tanaman kayu dapat terbentuk jaringan kalus ketika luka atau infeksi oleh patogen kanker ini
terjadi. Kulit kayu yang terserang akan terlihat pecah atau retak. Sementara itu, kerusakan
sekunder dapat terjadi karena tanaman menjadi lemah dan lambat dalam penyembuhan luka
secara normal. Hal ini memicu masuknya organisme lain seperti kumbang penggerek, pelapuk
kayu, dan organisme penyebab penyakit lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman
menjadi lambat dan lama-kelamaan dapat menyebabkan kematian.
Cara Pengendalian

Upaya pengendalian penyakit kanker pada tanaman dapat dilakukan dengan

1. Pengamatan rutin terutama saat musim hujan


2. Menghindari perlukaan pada batang
3. Mengupas kulit batang yang terkena kanker lalu mengolesi dengan pasta arang
tempurung kelapa. Arang tersebut mengandung karbon aktif yang dapat menyerap dan
mengikat cairan luka)
4. Mengaplikasikan kompos dan Trichoderma dengan perbandingan 20:1 sebanyak
60kg/lubang pada lahan bekas terserang penyakit
5. Menggunakan mulsa organik untuk meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme
tanah
6. Membuat parit isolasi untuk mencegah penularan penyakit ke tanaman yang masih sehat.
Parit berukuran lebar 0,5m sedalam 1,5m
7. Menebang tanaman yang sudah terinfeksi berat (infeksi sudah melingkari batang)

Demikian pengenalan mengenai penyakit kanker pada tanaman. Peliharalah tanaman Sobat
Tania dengan baik agar tumbuh sehat dan berproduktivitas tinggi. Jika terlihat ada gejala
penyakit yang luas, Sobat Tania dapat mempertimbangkan untuk melakukan penyemprotan
pestisida. Pestisida dapat dibeli di https://shopee.co.id/neurafarm

-gosong

Sering tampat pada buah, daun dan bunga

ernah mendapati daun tanaman hias  yang menghitam seolah berwarna gosong?


Walau termasuk masalah yang umum terjadi, tentunya hal tersebut akan meresahkan
Anda sebagai pemilik tanaman hias.
Kondisi tersebut merupakan sebuah respons alamiah yang ditunjukkan oleh sebuah
tanaman ketika merasa ada yang tidak wajar pada anatominya, termasuk dengan
daun berwarna gosong.

Pada kesempatan ini, akan diulas tentang penyebab daun tanaman hias menjadi
gosong  dan cara mengatasinya. Mari simak!

1. Paparan Sinar Matahari secara Langsung


Pada dasarnya, tanaman hias memiliki sifat hampir mirip dengan kulit
yang kita miliki, yakni jika mengalami paparan sinar matahari secara
langsung dan dalam durasi waktu yang cukup lama, akan menjadi
gosong atau menghitam. Hal demikian juga terjadi pada tanaman. Oleh
karena itu, pastikan bahwa tanaman hias yang Anda miliki mendapatkan
paparan sinar matahari secukupnya. Selain air, sinar matahari juga
menjadi salah satu faktor kunci dalam keberlangsungan hidup tanaman.
2. Faktor kedua adalah penyiraman. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
air dan cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi tanaman,
dengan catatan intensitas yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.

Artinya jika cahaya matahari berlebihan, itu dapat membuat daun terbakar dan air
yang berlebihan dapat membuat tanaman menjadi stres. Hasilnya adalah tanaman
akan merespons dengan daun yang berwarna kekuning-kuningan.

3. Kelembapan udara
faktor ketiga yang membuat daun tanaman hias menjadi hitam adalah
lingkungan sekitar atau kelembapan udara. Umumnya, bagian daun
tanaman hias berubah warna menjadi kuning dan gosong sebagai
respons alami.

Cara Mengatasi Daun Tanaman Hias yang Menguning


Untuk mengatasi daun tanaman yang menguning, Anda dapat melakukan beberapa
langkah di bawah ini:

1. Menata Lokasi Tanaman


Cara pertama yang dapat anda lakukan adalah menentukan tata lokasi tanaman
yang ideal. Artinya, tanaman tidak diletakkan pada bagian yang terkena sinar
matahari secara langsung dan tidak pula pada tempat yang terlalu lembap.

2. Menjaga Kelembapan Udara


Cara kedua adalah menjaga kelembapan udara tanaman. Caranya, isi pot dengan
pasir, moss pakis, pecahan bata maupun kerikil.

3. Perawatan Rutin
Cara terakhir adalah melakukan perawatan rutin. Anda dapat melakukan perawatan,
yakni secara rutin menyiram tanaman dengan intensitas yang cukup.

Demikian adalah ulasan tentang penyebab daun tanaman hias menjadi gosong dan
cara mengatasinya. Semoga dapat memberikan wawasan pengetahuan baru bagi
Anda.

-pendarahan & eksudasi


Pengertian Eksudasi
Eksudasi adalah keluarnya cairan dari jaringan atau kapiler karena luka atau inflamasi.
Apa itu Eksudasi?

Jadi, apa sebenarnya arti dan maksud dari kata ini?

Benar sekali, seperti yang sudah Kami jelaskan sedikit terkait pengertiannya di atas, ini
merupakan keluarnya cairan dari jaringan atau kapiler karena luka atau inflamasi.

Ini semua juga sesuai berdasarkan daripada penyimpulan Kami yang mengacu pada
sumber dari Situs Wikipedia.
Perdarahan adalah penguapan air dari tubuh tumbuhan berupa getah
yang disebabkan oleh luka. Misalnya penyadapan pada pohon karet
dan pohon aren.

Pengetahuan Subtansi Kebijakan


Metode Riset
Teknik dan analisis kebijakan
Penyusunan saran kebijakan dan kemampuan menulis dan publikasi
Komunikasi dan kosultasi public serta membangun jarring kerjasama
Pengetahuan tentang bidang perkerjaan serta regulasi dan legalitas

Anda mungkin juga menyukai