Oleh :
Kuintus Sunaryo Ayo
14011051
Oleh :
Kuintus Sunaryo Ayo
14011051
i
PENGARUH DOSIS EM4 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG
Oleh :
Kuintus Sunaryo Ayo
14011051
Menyetujui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun usulan penelitian dengan judul “Pengaruh
Dosis Em4 pada Beberapa Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Jamur Merang” tanpa ada suatu halangan yang berarti. Adapun maksud dibuatnya
usulan penelitian ini adalah sebagai syarat pelaksanaan penelitian skripsi pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Penulis sadar dalam pembuatan usulan penelitian ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari beberapa pihak Oleh karena itu penulis pada
kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mushroom yang dewasa ini menjadi salah satu jenis pangan yang banyak dilirik,
komoditas ini mempunyai masa depan yang baik untuk dikembangkan, dilihat
dari segi gizi maupun harga yang relatif terjangkau. Sudah semakin banyak orang
mengetahui nilai gizi jamur merang dan manfaatnya bagi kesehatan manusia,
kurang dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dapat kita lihat produksi jamur di
D.I Yogyakarta pada tahun 2014 adalah 1.396,296 ton/tahun, dan pada tahun 2015
Jamur merang dapat menjadi salah satu cara dalam diversifikasi pangan,
terutama untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh manusia. Kandungan gizi
jamur merang dalam setiap 100 gram adalah protein 1,8%, lemak 0,3%,
karbohidrat 12-48% dari berat kering, kalsium 30 mg, zat besi 0,9 mg, tiamin
(vitamin B) 0,03 mg, riboflavin 0,01 mg, niacin 1,7 mg, vitamin C 1,7 mg, kalori
yang berarti keberlangsungan hidupnya dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari luar.
Sumber nutrisi yang diperlukan oleh jamur merang salah satunya adalah yang
mempunyai kandungan selulosa yang tinggi seperti serbuk kayu, jerami padi,
limbah kapas, sorgum, gandum, jagung, ampas tebu, ampas sagu, sabut kelapa,
daun pisang, alang-alang, limbah kardus, dll. Keberanekaragaman media ini dapat
(Murti, 2015)
media tanam jamur merang masih tinggi karena ketersediaannya yang melimpah,
murah serta mudah didapatkan. Produksi padi DI Yogyakarta berkisar 0,95 juta
ton sedangkan di Indonesia berkisar 75,35 juta ton pada tahun 2015, rata-rata
limbah jerami 12 ton per hektar, dengan demikian peluang ketersediaan media
jerami untuk budidaya jamur merang dapat tercukupi (Badan Pusat Statistik,
2015).
Penggunaan bahan jerami padi sebagai media tanam jamur merang memang
tersedia cukup banyak, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
dalam penggunaannya, salah satunya adalah jerami padi tidak hanya digunakan
sebagai media tanam jamur merang, tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan
dibutuhkan media tanam alternatif selain dari jerami padi seperti ampas sagu dan
Media ampas sagu dipilih karena mempunyai kadungan nutrisi yang sesuai
untuk pertumbuhan serta hasil jamur merang. Ampas sagu segar mengandung 26%
sedangkan ampas sagu setelah inkubasi selama tiga bulan mengandung 13,90%
2
kadar air, 2,85% C-organik, 0,17% N total, 8,71 me 100 g-1 Ca, 187 me 100 g-1 mg,
0,53 me 100 g-1 K, 22,30 me 100 g-1 KTK. Selain itu ampas sagu mengandung
86,4% bahan kering, 2,1% protein kasar, 1,8% lemak, 20,3% serat kasar, 4,6% abu,
36,3% selulosa, 14,6% hemiselulosa, 9,7% lignin, 3,3% silica (C. Uruilal, dkk.,
2012)
Jamur merang memperoleh nutrisi dari senyawa sederhana yang didapat dari
hasil dekomposisi bahan organik dalam media. Selama proses ini, senyawa
kompleks yang terdapat pada substrat diuraikan menjadi senyawa yang lebih
sederhana (gula, amilum, dan hidrat arang). Selulosa dan hemiselulosa pada
media tumbuh merupakan sumber karbon utama yang dapat digunakan untuk
dipengaruhi oleh jenis dan lamanya pengomposan substrat (Sinaga, 2001 dalam
Farid, 2014).
Saat ini budidaya jamur merang memerlukan waktu yang relatif lama karena
merang. Salah satu usaha yang dilakukan agar proses persiapan media bisa lebih
mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri
3
adalah sebagai pemercepat dekomposisi bahan organik didalam media, sehingga
beberapa senyawa dirombak dan dapat diserap oleh jamur merang untuk
pertumbuhannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
1. Untuk mempelajari dosis EM4 berapa yang paling baik dalam meningkatkan
pertumbuhan serta hasil jamur merang
2. Untuk mengetahui media yang paling baik setelah penambahan EM4 terhadap
pertumbuhan dan hasil jamur merang.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi media yang terbaik setelah penambahan EM4 terhadap
hasil jamur merang.
2. Memanfaatkan limbah pertanian sebagai media tanam jamur merang
(Volvariella volvacea)
E. Hipotesis
Penambahan dosis EM4 pada berbagai media dapat meningkatkan
pertumbuhan serta hasil jamur merang.
4
5
mengambil makanan dari organisme lain yang telah mati (Widyastuti, dkk. 2011).
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Pluteaceae
Genus : Volvariella
dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari jerami yang merupakan
media utama dan juga media yang umum digunakan dalam budidaya jamur
ini akan terus berkembang ke seluruh bagian media tumbuh. Setelah fase ini
terbentuklah gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh
buah jamur mulai terbentuk, kemudian mulai membesar yang disebut stadia kancing
kecil (small button) kemudian terus berkembang sampai stadia kancing (button) dan
stadia telur (egg), stadia ini ditunjukan dengan membesarnya tangkai dan tudung.
Kemudian masuk stadia perpanjangan (elongation). Stadia terkhir dari siklus jamur
menghasilkan tudung atau kepala jamur yang optimal untuk dipanen. Selama
kondisi suhu dan kelembapan yang terjaga, maka pertumbuhan dari jamur merang
ini akan maksimal. Jamur merang dapat tumbuh dengan optimal pada kondisi suhu
dan kelembapan yang sesuai, yakni sekitar 30o C – 35o C, dan yang paling baik
adalah 32o C dan dengan kelembapan yang optimal berkisar antara 80% - 90%, jika
udara yang terlalu rendah (kurang dari 80 %) dapat mengakibatkan kepala buah
yang terbentuk kecil dan sering terdapat di bawah media merang, tangkai buah
panjang dan kurus, serta payung jamur mudah terbuka (Riduwan, M., dkk. 2013).
6
C. Media Tanam Jamur Merang (V. volvaceae)
jasad heterotrofik, jamur merang memperoleh nutrisi dari media yang telah
terdekomposisi. Media tumbuh jamur merang yang dapat digunakan adalah jerami
padi, limbah kapas, sorgum, ampas tebu, serbuk kayu, seresah daun pisang dan
1. Ampas Sagu
Ampas sagu atau biasa disebut juga ela sagu merupakan salah satu limbah
pertanian yang diperoleh dari pembuatan sagu. Ampas sagu dapat digunakan salah
satunya adalah sebagai media tanam jamur merang. Ampas sagu segar mengandung
26% C-organik, 1% N total, 1,03% P tersedia, 0,29% K, 3,84% Ca dan 0,05% Mg,
sedangkan ampas sagu setelah inkubasi selama tiga bulan mengandung 13,90%
kadar air, 2,85% C-organik, 0,17% N total, 8,71 me 100 g-1 Ca, 187 me 100 g-1 mg,
0,53 me 100 g-1 K, 22,30 me 100 g-1 KTK. Selain itu ampas sagu mengandung
86,4% bahan kering, 2,1% protein kasar, 1,8% lemak, 20,3% serat kasar, 4,6% abu,
36,3% selulosa, 14,6% hemiselulosa, 9,7% lignin, 3,3% silica (C. Uruilal, dkk.,
2012)
2. Bekatul
bekatul adalah karbohidrat, karbon dan nitrogen. Fungsinya dalam media adalah
7
tubuh buah jamur merang. Dedak yang digunakan tidak bau apek, tidak rusak dan
3. Jerami padi
Jerami padi merupakan bagian tubuh dari tanaman padi yang meliputi
batang, daun dan tangkai malai. Kandungan didalamnya seperti 30-45% selulosa,
20-25% hemiselulosa, 15-20% lignin, dan silika yang harapannya dapat dirubah
Kapur pertanian ini sebagai penetralisir pH dari media tanam jamur merang.
Selain itu kapur pertanian berperan sebagai penyedia kalsium bagi pertumbuhan
D. Pengomposan
Pada dasarnya proses dekomposisi dapat berlangsung secara alami, akan tetapi
memiliki kekurangan, yaitu waktu yang dibutuhkan hingga nutrisi dalam media
tersedia cukup lama. Proses pengomposan terjadi berkat bantuan dari bakteri
dekomposer. Sellulosa dan hemisellulosa pada media tanam jamur merang akan
kompleks sellulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi
8
glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi
memiliki kandungan selulosa paling tinggi (66,2%) dan terendah pada jerami yang
dikompos selama 25 hari (30,5%). Data ini didukung oleh hasil penelitian tentang
pengomposan media tanam jamur merang dan menunjukan hasil terbaik adalah 5
mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri
kandungan asam laktat yang diperoleh dari bekteri Lactobacillus membuat suasana
menjadi asam maka pH menjadi turun (Asam) sehingga menekan bakteri patogen
(gram negatif), dan asam laktat berfungsi sebagai fermentasi zat makanan, jamur
positif dan bakteri gram negatif, sedangkan bakteri fotosintetik sebagai EM4
9
kandungan EM4 diatas maka dapat diketahui apakah EM4 berpengaruh terhadap
Nutrisi atau hara yang ada didalam media dapat tersedia dengan cepat
melalui degradasi oleh bakteri pengurai yang ada didalam EM4, bakteri yang
nutrisi didalamnya dapat tersedia. Semakin besar konsentrasi EM4, maka semakin
cepat penurunan rasio C/N atau waktu pengomposan semakin singkat, Semakin
besar suhu sampai 40ºC, pada hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau dengan kata
lain kecepatan penurunan ratio C/N semakin cepat, Sedangkan pada suhu di atas
40ºC, kenaikan suhu akan memperlambat kecepatan penurunan C/N, Semakin kecil
ukuran butir pada hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau dengan kata lain
proses optimal (konsentrasi EM4 0,5%, suhu proses 40o C, ukuran bahan 0, 0356
10
11
akan dimulai pada bulan September sampai November 2017. Tempat penelitian
1. Alat
A. Timbangan
B. Sprayer
D. Ember
F. Selang
G. Meteran
H. Jangka sorong
I. Termometer
J. Hygrometer
K. Alat tulis
L. Kamera
M. pH meter
N. Plastik transparan
2. Bahan
C. Campuran dari jerami dan ampas sagu dengan komposisi 50% : 50% yaitu
17,5 kg/m2 : 17,5 kg/m2, diambil dari jerami setelah panen serta limbah
produksi sagu;
F. Bibit jamur merang F3 dari CV. Volvo Indonesia, Sleman, D.I Yogyakarta;
G. Kayu bakar
H. EM4
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak
Faktor pertama adalah media tumbuh jamur merang (M) dengan 3 aras, yaitu :
M1 = Media jerami
A1 = 50 ml/m2
A2 = 60 ml/m2
A3 = 70 ml/m2
12
Dari faktor-faktor diatas, maka kombinasi perlakuan yang diperoleh adalah 3 x 3 =
M3A1 = Media jerami 17,5 kg/m2 + ampas sagu 17,5 kg/m2 + Dosis EM4 50 ml/m2
M3A2 = Media jerami 17,5 kg/m2 + ampas sagu 17,5 kg/m2 + Dosis EM4 60 ml/m2
M3A3 = Media jerami 17,5 kg/m2 + ampas sagu 17,5 kg/m2 + Dosis EM4 70 ml/m2
13
D. Pelaksanaan Penelitian
Kumbung dibuat dari bangunan beton dengan rak dari bambu ukuran tiap rak
adalah 4 x 1 m2, rak bertingkat 3 sebagai blok rancangan, tinggi antar rak adalah
2. Penyiapan media
Media tanam berupa jerami padi, ampas sagu dan campuan jerami (50%) +
Media jerami yang digunakan adalah yang kering dengan dijemur dibawah
sinar matahari langsung selama 7 hari atau sampai kadar air 14% agar lebih
Media jerami dan ampas sagu yang kering dan sudah dipotong 10 – 15 cm
3. Pengomposan
pengomposannya yaitu :
14
Sebelum dilakukan pengomposan media jerami dan ampas sagu
5. Pasteurisasi
Dua buah drum (isi 400 liter) diisi air kemudian didihkan selama 3 jam dan uap
yang dihasilkan dimasukan dalam kumbung melalui pipa yang sudah dirakit
selama 4 jam.
6. Pendinginan
selama kurun waktu 48 jam (2 hari) hingga suhu berkisar 30o - 35oC.
15
7. Inokulasi
sebar dalam tiap rak kumbung dengan komposisi tiap 1 m² sebanyak 100 gram,
perlu diperhatikan cara inokulasi yang baik agar tidak terjadi kontaminasi dari
seperti penggunaan sarung tangan yang sudah disterilkan dengan alkohol 70%,
alat yang digunakan juga disterilkan dan menaburkan bibit secara merata.
E. Pemeliharaan
1. Pengabutan
kumbung.
sekitar 80%-90% dan pada media suhu dipertahankan sekitar 35o-40oC. Hal ini
Sedangkan penyakit dapat diatasi dengan sanitasi yang baik, dimana suhu dan
16
4. Panen
Panen dilakukan sebelum badan jamur merang mekar tapi dalam bentuk kepala
jamur sudah besar dengan ukuran tudung berkisar 3-5 cm, atau ± 10-12 hari
produksi jamur habis dengan interval waktu 5 hari sekali. Diusahakan bagian
jamur yang dipanen tidak menyisakan akar atau bagian lainnya untuk
F. Parameter Pengamatan
Data diperoleh dari pengamatan visual saat waktu panen pertama dihitung dari
petak perlakuan.
17
Merupakan banyaknya tubuh buah jamur tiap panen untuk kemudian dijumlah
Merupakan total bobot segar setiap kali panen dan juga kelima sampel dari
perlakuan.
Yaitu dihitung dari saat pertama panen sampai waktu panen berakhir dari
masing-masing perlakuan.
media yang diakibatkan oleh nutrisi yang diserap jamur merang. Penimbangan
G. Analisis Data
pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncans Multiple Range Test)
18
DAFTAR PUSTAKA
Adinata, K. I., Sunarso, S., & Sumekar, W. (2017). POTENSI KOMODITAS TERNAK
SAPI POTONG DAN DAYA DUKUNG LIMBAH TANAMAN PADI DI
KABUPATEN SUKOHARJO. BUANA SAINS, 16(2), 111-120.
Afriadi, D. W., Hudha, A. M., & Zaenab, S. (2016). Pengaruh Pemanfaatan Limbah
Dedaunan Sebagai Pengganti Serbuk Kayu Dengan Bantuan Pengurai
Em4 Terhadap Hasil Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)
Sebagai Sumber Belajar Biologi. Research Report.
Murti, P. R. (2015). Pengaruh Penambahan Kardus dan Air Leri terhadap Produktivitas
Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) yang Ditanam pada Baglog.
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Rahayu, A.G. ,Yuli Haryani, Fifi P. 2014. Uji Aktivitas Sellulotik dari Tiga Isolat Bakteri
Bacillus sp. Galur Lokal Riau. Universitas Riau. JOM FMIPA 1 No. 2.
Riduwan, M., Hariyono, D., & Nawawi, M. (2013). Pertumbuhan dan hasil jamur
merang (Volvariella volvacea) pada berbagai sistem penebaran bibit dan
ketebalan media. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1).
Saputra, K. (2014). PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA
MEDIA SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN BEBERAPA
KONSENTRASI AMPAS SAGU (Metroxylon sp) (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau).
Sukendro L., Agustin W.G., dan Okky S.D. (2001). Pengaruh Pengomposan Limbah
Kapas Terhadap Produksi Jamur Merang. Jumal Mikrobiologi Indonesia. 6
(1) : 19-22.
Uruilal, C., Kalay, A. M., Kaya, E., & Siregar, A. (2012). Pemanfaatan kompos ela sagu,
sekam dan dedak sebagai media perbanyakan agens hayati Trichoderma
harzianum Rifai. Agrologia, 1(1), 21-30.
Yuniwati, M., Iskarima, F., & Padulemba, A. (2012). Optimasi kondisi proses pembuatan
kompos dari sampah organik dengan cara fermentasi menggunakan EM4.
Jurnal Teknologi, 5(2), 172-181.
Lampiran
M2A2 100 cm
M2A3 M1A1 M2A3 M3A3 M1A2
400 cm
100 cm 100 cm