Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH DOSIS EM4 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG

Usulan Penelitian Untuk Skripsi

Oleh :
Kuintus Sunaryo Ayo
14011051

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
PENGARUH DOSIS EM4 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG

Usulan penelitian sebagai salah satu syarat


melaksanakan penelitian pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Oleh :
Kuintus Sunaryo Ayo
14011051

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017

i
PENGARUH DOSIS EM4 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR MERANG

Oleh :
Kuintus Sunaryo Ayo
14011051

Menyetujui,

Pembimbing Utama ; Pembimbing Pendamping ;

Dra. Umul Aiman, M.Si. Drs. Riyanto, M.Si


NIDN. 0012036502 NIDN. 0527086101

Yogyakarta, 18 September 2017


Mengetahui,
Dekan Fakultas Agroindustri
Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Ir. Wafit Dinarto, M.Si


NIP. 196511301991031002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun usulan penelitian dengan judul “Pengaruh
Dosis Em4 pada Beberapa Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Jamur Merang” tanpa ada suatu halangan yang berarti. Adapun maksud dibuatnya
usulan penelitian ini adalah sebagai syarat pelaksanaan penelitian skripsi pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.

Penulis sadar dalam pembuatan usulan penelitian ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari beberapa pihak Oleh karena itu penulis pada
kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga Tercinta yang selalu memberi dukungan baik berupa material


maupun moril serta doa yang senantiasa dipanjatkan setiap hari;
2. Ibu Dra.Umul Aiman, M.Si selaku Dosen pembimbing utama atas
bimbingan dan saran yang diberikan pada saat pembuatan usulan penelitian
sampai dengan selesai.
3. Bapak Drs. Ryanto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping atas
bimbingan dan saran yang diberikan pada saat pembuatan usulan penelitian
sampai dengan selesai.

Penulis mengetahui bahwa dalam pembuatan usulan penelitian ini masih


jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu penulis harapkan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari
awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberkati segala
usaha kita. Amin.
Yogyakarta, September 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
E. Hipotesis................................................................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5

A. Jamur Merang (Volvariella volvaceae) ................................................ 5


B. Syarat Tumbuh Jamur Merang (V. volvaceae) .................................... 6
C. Media Tanam Jamur Merang (V. volvaceae) ....................................... 7
D. Pengomposan ...................................................................................... 8
E. EM4 (Evective Microorganism)........................................................... 9

BAB III . METODELOGI PELAKSANAAN ....................................... 10

A. Waktu dan Tempat ............................................................................... 10


B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 10
C. Metode Penelitian ................................................................................. 12
D. Pelaksanaan Penelitan ........................................................................... 14
E. Pemeliharaan ........................................................................................ 16
F. Perameter Pengamatan ......................................................................... 17
G. Analisis Data ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur merang (Volvariella volvaceae) merupakan salah satu jenis edibel

mushroom yang dewasa ini menjadi salah satu jenis pangan yang banyak dilirik,

komoditas ini mempunyai masa depan yang baik untuk dikembangkan, dilihat

dari segi gizi maupun harga yang relatif terjangkau. Sudah semakin banyak orang

mengetahui nilai gizi jamur merang dan manfaatnya bagi kesehatan manusia,

sehingga permintaan jamur merang terus meningkat dan pembudidayaan jamur

merang sebagai makanan bergizi semakin banyak dikembangkan walaupun masih

kurang dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dapat kita lihat produksi jamur di

D.I Yogyakarta pada tahun 2014 adalah 1.396,296 ton/tahun, dan pada tahun 2015

menjadi 1.431,573 ton/tahun (BPS, 2015).

Jamur merang dapat menjadi salah satu cara dalam diversifikasi pangan,

terutama untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh manusia. Kandungan gizi

jamur merang dalam setiap 100 gram adalah protein 1,8%, lemak 0,3%,

karbohidrat 12-48% dari berat kering, kalsium 30 mg, zat besi 0,9 mg, tiamin

(vitamin B) 0,03 mg, riboflavin 0,01 mg, niacin 1,7 mg, vitamin C 1,7 mg, kalori

24 mg, serta kandungan air 93,3 %. (Rahmawati, 2017)

Jamur merang tidak dapat berasimilasi dan merupakan jasad heterotrofik

yang berarti keberlangsungan hidupnya dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari luar.

Sumber nutrisi yang diperlukan oleh jamur merang salah satunya adalah yang

mempunyai kandungan selulosa yang tinggi seperti serbuk kayu, jerami padi,
limbah kapas, sorgum, gandum, jagung, ampas tebu, ampas sagu, sabut kelapa,

daun pisang, alang-alang, limbah kardus, dll. Keberanekaragaman media ini dapat

membantu ketersediaan bahan dalam pembuatan media tanam jamur merang

(Murti, 2015)

Dalam prakteknya, penggunaan jerami sebagai bahan utama pembuatan

media tanam jamur merang masih tinggi karena ketersediaannya yang melimpah,

murah serta mudah didapatkan. Produksi padi DI Yogyakarta berkisar 0,95 juta

ton sedangkan di Indonesia berkisar 75,35 juta ton pada tahun 2015, rata-rata

limbah jerami 12 ton per hektar, dengan demikian peluang ketersediaan media

jerami untuk budidaya jamur merang dapat tercukupi (Badan Pusat Statistik,

2015).

Penggunaan bahan jerami padi sebagai media tanam jamur merang memang

tersedia cukup banyak, akan tetapi ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan

dalam penggunaannya, salah satunya adalah jerami padi tidak hanya digunakan

sebagai media tanam jamur merang, tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak ruminansia (Adinata, 2017). Dengan pertimbangan ini maka

dibutuhkan media tanam alternatif selain dari jerami padi seperti ampas sagu dan

kombinasi ampas sagu dengan jerami padi.

Media ampas sagu dipilih karena mempunyai kadungan nutrisi yang sesuai

untuk pertumbuhan serta hasil jamur merang. Ampas sagu segar mengandung 26%

C-organik, 1% N total, 1,03% P tersedia, 0,29% K, 3,84% Ca dan 0,05% Mg,

sedangkan ampas sagu setelah inkubasi selama tiga bulan mengandung 13,90%

2
kadar air, 2,85% C-organik, 0,17% N total, 8,71 me 100 g-1 Ca, 187 me 100 g-1 mg,

0,53 me 100 g-1 K, 22,30 me 100 g-1 KTK. Selain itu ampas sagu mengandung

86,4% bahan kering, 2,1% protein kasar, 1,8% lemak, 20,3% serat kasar, 4,6% abu,

36,3% selulosa, 14,6% hemiselulosa, 9,7% lignin, 3,3% silica (C. Uruilal, dkk.,

2012)

Jamur merang memperoleh nutrisi dari senyawa sederhana yang didapat dari

hasil dekomposisi bahan organik dalam media. Selama proses ini, senyawa

kompleks yang terdapat pada substrat diuraikan menjadi senyawa yang lebih

sederhana (gula, amilum, dan hidrat arang). Selulosa dan hemiselulosa pada

media tumbuh merupakan sumber karbon utama yang dapat digunakan untuk

pertumbuhan miselium jamur merang. Produksi jamur merang antara lain

dipengaruhi oleh jenis dan lamanya pengomposan substrat (Sinaga, 2001 dalam

Farid, 2014).

Saat ini budidaya jamur merang memerlukan waktu yang relatif lama karena

menunggu media terdekomposisi untuk dapat digunakan dalam budidaya jamur

merang. Salah satu usaha yang dilakukan agar proses persiapan media bisa lebih

cepat dapat menggunakan teknik pengomposan dengan EM4 (Ade, 2016)

Menurut Yusriwirawan (2006) EM4 (Efective Microorganism) adalah

kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan yaitu

mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri

fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycetes sp., ragi dan jamur pengurai

selulosa. Hubungan EM4 dengan pengomposan media tanam jamur merang

3
adalah sebagai pemercepat dekomposisi bahan organik didalam media, sehingga

beberapa senyawa dirombak dan dapat diserap oleh jamur merang untuk

pertumbuhannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian


ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh dosis EM4 pada berbagai media tanam jamur dalam
pertumbuhan dan hasil jamur merang (Volvariella volvaceae).
2. Bagaimana pengaruh berbagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil
jamur merang setelah penambahan EM4.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
1. Untuk mempelajari dosis EM4 berapa yang paling baik dalam meningkatkan
pertumbuhan serta hasil jamur merang
2. Untuk mengetahui media yang paling baik setelah penambahan EM4 terhadap
pertumbuhan dan hasil jamur merang.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi media yang terbaik setelah penambahan EM4 terhadap
hasil jamur merang.
2. Memanfaatkan limbah pertanian sebagai media tanam jamur merang
(Volvariella volvacea)
E. Hipotesis
Penambahan dosis EM4 pada berbagai media dapat meningkatkan
pertumbuhan serta hasil jamur merang.

4
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur Merang (Volvariella volvaceae)

Jamur merupakan organisme yang berinti, mempunyai spora, tidak

memiliki klorofil, berupa sel atau benang-benang bercabang (miselium). Karena

tidak berklorofil jamur tidak dapat melakukan fotosintesis, sehingga jamur

mengambil makanan dari organisme lain yang telah mati (Widyastuti, dkk. 2011).

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Pluteaceae

Genus : Volvariella

Spesies : Volvariella volvacea (Sinaga, 2015 dalam Ade, 2017)

Jamur mendapat makanan dalam bentuk selulosa, glukosa, lignin, protein

dan senyawa pati. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari jerami yang merupakan

media utama dan juga media yang umum digunakan dalam budidaya jamur

merang. Penyerapan nutrisi jamur merang akan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan dan syarat tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya (Riduwan,

M., dkk. 2013)


Siklus hidup jamur merang diawali dari spora (Basidiospora) yang

kemudian berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa

ini akan terus berkembang ke seluruh bagian media tumbuh. Setelah fase ini

terbentuklah gumpalan kecil seperti simpul benang yang menandakan bahwa tubuh

buah jamur mulai terbentuk, kemudian mulai membesar yang disebut stadia kancing

kecil (small button) kemudian terus berkembang sampai stadia kancing (button) dan

stadia telur (egg), stadia ini ditunjukan dengan membesarnya tangkai dan tudung.

Kemudian masuk stadia perpanjangan (elongation). Stadia terkhir dari siklus jamur

ini adalah stadia dewasa tubuh buah (Sinaga, 2015)

B. Syarat Tumbuh Jamur Merang (V. volvaceae)

Jamur merang memiliki kondisi lingkungan tertentu untuk dapat

menghasilkan tudung atau kepala jamur yang optimal untuk dipanen. Selama

kondisi suhu dan kelembapan yang terjaga, maka pertumbuhan dari jamur merang

ini akan maksimal. Jamur merang dapat tumbuh dengan optimal pada kondisi suhu

dan kelembapan yang sesuai, yakni sekitar 30o C – 35o C, dan yang paling baik

adalah 32o C dan dengan kelembapan yang optimal berkisar antara 80% - 90%, jika

kelembaban terlalu tinggi dapat menyebabkan jamur busuk, sedangkan kelembaban

udara yang terlalu rendah (kurang dari 80 %) dapat mengakibatkan kepala buah

yang terbentuk kecil dan sering terdapat di bawah media merang, tangkai buah

panjang dan kurus, serta payung jamur mudah terbuka (Riduwan, M., dkk. 2013).

6
C. Media Tanam Jamur Merang (V. volvaceae)

Jamur merang memerlukan sumber selulosa dan karbohidrat yang tinggi

dalam pertumbuhaannya, dikarenakan sifat dari jamur merang yang merupakan

jasad heterotrofik, jamur merang memperoleh nutrisi dari media yang telah

terdekomposisi. Media tumbuh jamur merang yang dapat digunakan adalah jerami

padi, limbah kapas, sorgum, ampas tebu, serbuk kayu, seresah daun pisang dan

sebagainya (Riduwan, M., dkk. 2013).

1. Ampas Sagu

Ampas sagu atau biasa disebut juga ela sagu merupakan salah satu limbah

pertanian yang diperoleh dari pembuatan sagu. Ampas sagu dapat digunakan salah

satunya adalah sebagai media tanam jamur merang. Ampas sagu segar mengandung

26% C-organik, 1% N total, 1,03% P tersedia, 0,29% K, 3,84% Ca dan 0,05% Mg,

sedangkan ampas sagu setelah inkubasi selama tiga bulan mengandung 13,90%

kadar air, 2,85% C-organik, 0,17% N total, 8,71 me 100 g-1 Ca, 187 me 100 g-1 mg,

0,53 me 100 g-1 K, 22,30 me 100 g-1 KTK. Selain itu ampas sagu mengandung

86,4% bahan kering, 2,1% protein kasar, 1,8% lemak, 20,3% serat kasar, 4,6% abu,

36,3% selulosa, 14,6% hemiselulosa, 9,7% lignin, 3,3% silica (C. Uruilal, dkk.,

2012)

2. Bekatul

Bekatul diperoleh dari penggilingan padi yang dapat digunakan sebagai

tambahan nutrisi didalam media tumbuh jamur merang. Kandungan didalam

bekatul adalah karbohidrat, karbon dan nitrogen. Fungsinya dalam media adalah

sebagai pemercepat pertumbuhan miselium dan dapat mendukung perkembangan

7
tubuh buah jamur merang. Dedak yang digunakan tidak bau apek, tidak rusak dan

masih baru (Wanda, 2014).

3. Jerami padi

Jerami padi merupakan bagian tubuh dari tanaman padi yang meliputi

batang, daun dan tangkai malai. Kandungan didalamnya seperti 30-45% selulosa,

20-25% hemiselulosa, 15-20% lignin, dan silika yang harapannya dapat dirubah

oleh mikroba menjadi zat-zat karbohidrat sederhana (Utami, 2017).

4. Kapur pertanian (CaCO3)

Kapur pertanian ini sebagai penetralisir pH dari media tanam jamur merang.

Selain itu kapur pertanian berperan sebagai penyedia kalsium bagi pertumbuhan

jamur (Nurcahyo, 2017).

D. Pengomposan

Jamur merang memperoleh nutrisi dari media tanam yang telah

terdekompiosisi menjadi senyawa sederhana sehingga dapat diserap oleh jamur.

Pada dasarnya proses dekomposisi dapat berlangsung secara alami, akan tetapi

memiliki kekurangan, yaitu waktu yang dibutuhkan hingga nutrisi dalam media

tersedia cukup lama. Proses pengomposan terjadi berkat bantuan dari bakteri

dekomposer. Sellulosa dan hemisellulosa pada media tanam jamur merang akan

diuraikan oleh bakteri sellulotik menjadi karbohidrat (gula) yang nantinya

dimanfaatkan oleh bakteri dekomposer sebagai asupan nutrisi untuk bekerja.

Bakteri sellulolitik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan menghidrolisis

kompleks sellulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi

8
glukosa. Glukosa digunakan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi

pertumbuhan bakteri (Rahayu, 2014).

Menurut Sukendro (2001), jerami padi yang dikompos selama 5 hari

memiliki kandungan selulosa paling tinggi (66,2%) dan terendah pada jerami yang

dikompos selama 25 hari (30,5%). Data ini didukung oleh hasil penelitian tentang

pengomposan media tanam jamur merang dan menunjukan hasil terbaik adalah 5

hari pengomposan (Ade, 2016).

E. EM4 (Efective Microorganism)

EM4 (Efective Microorganism) merupakan kultur campuran dari beberapa

mikroorganisme pengurai yang menguntungkan dalam proses dekomposisi yaitu

mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat, bakteri

fotosintetik, Actinomycetes sp., Streptomycetes sp., ragi dan jamur pengurai

selulosa. EM4 mempengaruhi kecernaan bahan organik, dimana EM4 mempunyai

kandungan asam laktat yang diperoleh dari bekteri Lactobacillus membuat suasana

menjadi asam maka pH menjadi turun (Asam) sehingga menekan bakteri patogen

(gram negatif), dan asam laktat berfungsi sebagai fermentasi zat makanan, jamur

pengurai selulosa menghasilkan enzim selulase yang berfungsi mencerna

selulosa menjadi glokosa, sehingga meingkatkan kecernaan serat kasar. Ragi,

Actinomycetes sp., Streptomycetes sp., merupakan probiotik selain bekateri gram

positif dan bakteri gram negatif, sedangkan bakteri fotosintetik sebagai EM4

untuk pertanian yang berfungsi sebagai menyuburkan tanah sehingga dengan

9
kandungan EM4 diatas maka dapat diketahui apakah EM4 berpengaruh terhadap

kecernaan berpengaruh bahan organik (Afriadi, 2016).

Nutrisi atau hara yang ada didalam media dapat tersedia dengan cepat

melalui degradasi oleh bakteri pengurai yang ada didalam EM4, bakteri yang

terkandung dalam EM4 berperan dalam menguraikan bahan organik sehingga

nutrisi didalamnya dapat tersedia. Semakin besar konsentrasi EM4, maka semakin

cepat penurunan rasio C/N atau waktu pengomposan semakin singkat, Semakin

besar suhu sampai 40ºC, pada hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau dengan kata

lain kecepatan penurunan ratio C/N semakin cepat, Sedangkan pada suhu di atas

40ºC, kenaikan suhu akan memperlambat kecepatan penurunan C/N, Semakin kecil

ukuran butir pada hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau dengan kata lain

kecepatan penurunan ratio C/N semakin cepat, dengan menggunakan kondisi

proses optimal (konsentrasi EM4 0,5%, suhu proses 40o C, ukuran bahan 0, 0356

cm (-30/+40 mesh) dan konsentrasi gula 0,8%) diperoleh waktu pengomposan 3

hari. (Yuniwati, M., dkk 2012).

10
11

III. MATERI DAN METODE

A. Waktu dan tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di kumbung (rumah jamur), Desa Agrorejo,

Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan

akan dimulai pada bulan September sampai November 2017. Tempat penelitian

berada pada ketinggian 87,5 MDPL (meter diatas permukaan laut)

B. Alat dan bahan

1. Alat

A. Timbangan

B. Sprayer

C. Seperangkat alat sterilisasi

D. Ember

E. Cangkul serta garu

F. Selang

G. Meteran

H. Jangka sorong

I. Termometer

J. Hygrometer

K. Alat tulis

L. Kamera

M. pH meter

N. Plastik transparan
2. Bahan

A. Jerami 35 kg/m2, diambil setelah panen padi;

B. Ampas sagu 35 kg/m2, diambil dari limbah tempat produksi sagu;

C. Campuran dari jerami dan ampas sagu dengan komposisi 50% : 50% yaitu

17,5 kg/m2 : 17,5 kg/m2, diambil dari jerami setelah panen serta limbah

produksi sagu;

D. Kapur pertanian (CaCO3) 2 kg/m2, dari toko pertanian;

E. Bekatul 6 kg/m2, diambil dari penggilingan padi yang masih baru;

F. Bibit jamur merang F3 dari CV. Volvo Indonesia, Sleman, D.I Yogyakarta;

G. Kayu bakar

H. EM4

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak

Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari 2 perlakuan.

Faktor pertama adalah media tumbuh jamur merang (M) dengan 3 aras, yaitu :

M1 = Media jerami

M2 = Media ampas sagu

M3 = Media jerami 50% + ampas sagu 50%

Faktor kedua adalah EM4 (A) dengan 3 aras, yaitu :

A1 = 50 ml/m2

A2 = 60 ml/m2

A3 = 70 ml/m2

12
Dari faktor-faktor diatas, maka kombinasi perlakuan yang diperoleh adalah 3 x 3 =

9, dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga banyaknya rak

perlakuan adalah 3 x 3 x 3 = 27 rak.

Dari kedua faktor tersebut dihasilkan 9 kombinasi perlakuan, yaitu :

M1A1 = Media jerami 35 kg/m2 + Dosis EM4 50 ml/m2

M1A2 = Media jerami 35 kg/m2 + Dosis EM4 60 ml/m2

M1A3 = Media jerami 35 kg/m2 + Dosis EM4 70 ml/m2

M2A1 = Media ampas sagu 35 kg/m2 + Dosis EM4 50 ml/m2

M2A2 = Media ampas sagu 35 kg/m2 + Dosis EM4 60 ml/m2

M2A3 = Media ampas sagu 35 kg/m2 + Dosis EM4 70 ml/m2

M3A1 = Media jerami 17,5 kg/m2 + ampas sagu 17,5 kg/m2 + Dosis EM4 50 ml/m2

M3A2 = Media jerami 17,5 kg/m2 + ampas sagu 17,5 kg/m2 + Dosis EM4 60 ml/m2

M3A3 = Media jerami 17,5 kg/m2 + ampas sagu 17,5 kg/m2 + Dosis EM4 70 ml/m2

Tabel 1 Komposisi media tanam jamur merang

Dosis EM4 Media Utama (Kg/m2) Tambahan (Kg/m2)


Perlakuan
(ml/m2) Ampas Sagu Jerami Padi CaCO3 Bekatul
M1A1 50 - 35 2 6
M1A2 60 - 35 2 6
M1A3 70 - 35 2 6
M2A1 50 35 - 2 6
M2A2 60 35 - 2 6
M2A3 70 35 - 2 6
M3A1 50 17,5 17,5 2 6
M3A2 60 17,5 17,5 2 6
M3A3 70 17,5 17,5 2 6

13
D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan kumbung atau rumah jamur

Kumbung dibuat dari bangunan beton dengan rak dari bambu ukuran tiap rak

adalah 4 x 1 m2, rak bertingkat 3 sebagai blok rancangan, tinggi antar rak adalah

1 m. Masing-masing perlakuan mempunyai luasan Rak 1 m x 1 m.

2. Penyiapan media

Media tanam berupa jerami padi, ampas sagu dan campuan jerami (50%) +

ampas sagu (50%). Media yang disiapkan berupa :

 Media jerami yang digunakan adalah yang kering dengan dijemur dibawah

sinar matahari langsung selama 7 hari atau sampai kadar air 14% agar lebih

mudah dalam dekomposisinya.

 Media ampas sagu dikeringkan selama 7 hari dibawah sinar matahari.

 Media jerami dan ampas sagu yang kering dan sudah dipotong 10 – 15 cm

kemudian dicampur 50% : 50%.

3. Pengomposan

Media yang sudah siap kemudian dikomposkan menggunakan EM4. Tahapan

pengomposannya yaitu :

 Tempat pengomposan harus terhindar dari matahari langsung, dapat

dilakukan di ruang yang mempunyai atap.

 Menimbang bahan baku seperti table komposisi media tanam (diatas),

masing-masing diulang 3 kali.

14
 Sebelum dilakukan pengomposan media jerami dan ampas sagu

direndam dalam air selama 24 jam, kemudian ditiriskan sampai tidak

ada lagi air yang menetes (kondisi media lembab 60-70%).

 Pengomposan dilakukan dengan mencampurkan masing-masing bahan

sesuai dengan takaran yang sudah ditetapkan dengan EM4 dosis

masing-masing media 50 ml/ m2, 60 ml/ m2 dan 70 ml/ m2 kemudian

dicampurkan dengan air sebanyak 100 liter tiap media pengomposan.

Pengomposan dilakukan selama 5 hari ditutupi terpal.

 Melakukan pengadukan media setiap 2 hari sekali dengan cara

membolak balik media menggunakan cangkul atau garu.

 Media sudah siap.

4. Penyusunan media ke dalam kumbung

Sebelum meletakan media ke dalam rak, dilakukan pembersihan kotoran di

dalam rak menggunakan alkohol 70% dengan cara disemprotkan menggunakan

sprayer. Peletakan media sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan.

5. Pasteurisasi

Dua buah drum (isi 400 liter) diisi air kemudian didihkan selama 3 jam dan uap

yang dihasilkan dimasukan dalam kumbung melalui pipa yang sudah dirakit

sampai suhu kumbung mencapai minimal 60°C dan dipertahankan suhunya

selama 4 jam.

6. Pendinginan

Media yang sudah dipasteurisasikan di dalam kumbung dibiarkan dingin

selama kurun waktu 48 jam (2 hari) hingga suhu berkisar 30o - 35oC.

15
7. Inokulasi

Melakukan inokulasi jamur merang menggunakan bibit F3 dengan cara di

sebar dalam tiap rak kumbung dengan komposisi tiap 1 m² sebanyak 100 gram,

perlu diperhatikan cara inokulasi yang baik agar tidak terjadi kontaminasi dari

mikroorganisme yang tidak diinginkan. Cara yang dilakukan harus aseptis

seperti penggunaan sarung tangan yang sudah disterilkan dengan alkohol 70%,

alat yang digunakan juga disterilkan dan menaburkan bibit secara merata.

E. Pemeliharaan

1. Pengabutan

Pengabutan dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan air didalam

kumbung setiap hari. Apabila diperlukan lakukan pengabutan atau

penyemprotan sebanyak 2 kali sehari tergantung dari kelembaban dalam

kumbung.

2. Pengaturan suhu dan kelembaban

Suhu didalam kumbung dipertahankan sekitar 30o - 35oC dan kelembaban

sekitar 80%-90% dan pada media suhu dipertahankan sekitar 35o-40oC. Hal ini

dilakukan dengan cara penyiraman pada lantai dan dinding kumbung.

3. Pencegahan organisme penggangu jamur

Untuk hama tikus dapat dikendalikan dengan menggunakan perangkap tikus.

Sedangkan penyakit dapat diatasi dengan sanitasi yang baik, dimana suhu dan

kebersihan kumbung dijaga dengan baik.

16
4. Panen

Panen dilakukan sebelum badan jamur merang mekar tapi dalam bentuk kepala

jamur sudah besar dengan ukuran tudung berkisar 3-5 cm, atau ± 10-12 hari

setelah inokulasi. Panen berikutnya dilakukan selama satu bulan sampai

produksi jamur habis dengan interval waktu 5 hari sekali. Diusahakan bagian

jamur yang dipanen tidak menyisakan akar atau bagian lainnya untuk

mencegah terjadinya pembusukan dalam media.

F. Parameter Pengamatan

1. Waktu panen pertama jamur merang (hari)

Data diperoleh dari pengamatan visual saat waktu panen pertama dihitung dari

hari setelah inokulasi bibit.

2. Diameter tubuh buah jamur merang (mm)

Merupakan rata-rata diameter dari 5 buah sampel untuk masing-masing petak

perlakuan. Pengukuran menggunakan alat jangka sorong.

3. Tinggi tubuh buah jamur merang (cm)

Merupakan rata-rata tinggi dari 5 buah buah sampel untuk masing-masing

petak perlakuan. Pengukuan menggunakan alat jangka sorong.

4. Jumlah tubuh buah jamur merang tiap panen (satuan angka)

Merupakan banyaknya tubuh buah jamur tiap panen untuk masing-masing

petak perlakuan.

5. Jumlah seluruh tubuh buah jamur merang (satuan angka)

17
Merupakan banyaknya tubuh buah jamur tiap panen untuk kemudian dijumlah

pada akhir panen.

6. Berat segar total jamur merang setiap kali panen (g)

Merupakan total bobot segar setiap kali panen dan juga kelima sampel dari

masing-masing petak perlakuan.

7. Bobot tubuh buah jamur merang setiap kali panen (g)

Merupakan rata-rata berat dari 5 buah sampel untuk masing-masing petak

perlakuan.

8. Berat total tubuh buah jamur merang (g)

Yaitu dihitung dari saat pertama panen sampai waktu panen berakhir dari

masing-masing perlakuan.

9. Penyusutan media (kg)

Yaitu dilakukan penimbangan berat media setelah proses pengomposan dan

setelah masa pertumbuhan jamur merang untuk mengetahui penyusutan berat

media yang diakibatkan oleh nutrisi yang diserap jamur merang. Penimbangan

berat media dilakukan pada setiap perlakuan.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian dilakukan analisis

varian dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila pada perlakuan menunjukan

pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncans Multiple Range Test)

dengan taraf 5% untuk mengetahui perbedaan diantara rerata perlakuan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adinata, K. I., Sunarso, S., & Sumekar, W. (2017). POTENSI KOMODITAS TERNAK
SAPI POTONG DAN DAYA DUKUNG LIMBAH TANAMAN PADI DI
KABUPATEN SUKOHARJO. BUANA SAINS, 16(2), 111-120.

Afriadi, D. W., Hudha, A. M., & Zaenab, S. (2016). Pengaruh Pemanfaatan Limbah
Dedaunan Sebagai Pengganti Serbuk Kayu Dengan Bantuan Pengurai
Em4 Terhadap Hasil Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus)
Sebagai Sumber Belajar Biologi. Research Report.

Badan Pusat Statisitik. (2015). Tabel dinamis produksi tanaman sayuran.


https://www.bps.go.id/site/pilihdata (Diakses pada tanggal 29 juli 2017)

Farid, A. (2014). Pengaruh Pengomposan dan Macam Sumber Karbohidrat terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Jamur Merang.

Lestari, A. (2017). Isolasi, Karakterisasi, dan Produksi Inokulan Jamur Merang


(Volvariella volvaceae bull. Ex. Fr) sing dari Beberapa Lokasi Budidaya di
Karawang. Jurnal Agrotek Indonesia, 2(1).

Murti, P. R. (2015). Pengaruh Penambahan Kardus dan Air Leri terhadap Produktivitas
Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) yang Ditanam pada Baglog.
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Nurcahyo, I. N. I., & Susantiningrum, S. (2017). PELUANG USAHA BUDIDAYA


JAMUR KUPING. Jurnal Kewirausahaan dan Bisnis, 17(9).

Rahayu, A.G. ,Yuli Haryani, Fifi P. 2014. Uji Aktivitas Sellulotik dari Tiga Isolat Bakteri
Bacillus sp. Galur Lokal Riau. Universitas Riau. JOM FMIPA 1 No. 2.

Rahmawati, N., Hasanuddin, H., & Rosmayati, R. (2017). BUDIDAYA DAN


PENGOLAHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DENGAN
MEDIA LIMBAH JERAMI. ABDIMAS TALENTA, 1(1), 58-63.

Riduwan, M., Hariyono, D., & Nawawi, M. (2013). Pertumbuhan dan hasil jamur
merang (Volvariella volvacea) pada berbagai sistem penebaran bibit dan
ketebalan media. Jurnal Produksi Tanaman, 1(1).
Saputra, K. (2014). PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA
MEDIA SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN BEBERAPA
KONSENTRASI AMPAS SAGU (Metroxylon sp) (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau).

Sukendro L., Agustin W.G., dan Okky S.D. (2001). Pengaruh Pengomposan Limbah
Kapas Terhadap Produksi Jamur Merang. Jumal Mikrobiologi Indonesia. 6
(1) : 19-22.

Sinaga. 2015. Budidaya Jamur Merang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Uruilal, C., Kalay, A. M., Kaya, E., & Siregar, A. (2012). Pemanfaatan kompos ela sagu,
sekam dan dedak sebagai media perbanyakan agens hayati Trichoderma
harzianum Rifai. Agrologia, 1(1), 21-30.

Utami, C. P.(2017) PENGARUH PENAMBAHAN JERAMI PADI PADA MEDIA


TANAM TERHADAP PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH
(Pleurotus ostreatus).

Wanda S. 2014. Budidaya Jamur Merang. Agromedia. Jakarta Selatan 12630.


Widyastuti, N. (2011). Aspek Lingkungan sebagai Faktor Penentu Keberhasilan
Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus sp). Jurnal Teknologi Lingkungan, 9(3).

Yuniwati, M., Iskarima, F., & Padulemba, A. (2012). Optimasi kondisi proses pembuatan
kompos dari sampah organik dengan cara fermentasi menggunakan EM4.
Jurnal Teknologi, 5(2), 172-181.
Lampiran

Layout Rak Percobaan (RAKL)

RAK BAWAH RAK TENGAH RAK ATAS


ULANGAN 1 / BLOK 1 ULANGAN 2 / BLOK 2 ULANGAN 3 / BLOK 3
kiri kanan kiri kanan kiri kanan

M1A2 M3A1 M3A2 M3A2 M1A3 M2A2 M3A1 M2A3 M1A1

M2A2 100 cm
M2A3 M1A1 M2A3 M3A3 M1A2
400 cm

M3A3 M1A1 M2A1 M1A2 M1A1 M2A1


100 cm

M1A3 M2A1 M3A1 M3A3 M2A2 M3A2

100 cm 100 cm

Anda mungkin juga menyukai