a. Busuk Buah
Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Phomopsis sp. Pada buah
terdapat bercak coklat yang besar dan melekuk, yang akhirnya menyebar seluruh
bagian buah. Kemudian pusat bercak menjadi kelabu dan mempunyai banyak
bintik-bintik berwarna hitam yang merupakan piknidium dari cendawan. Bagian
yang busuk menjadi lunak dan berair. Pada akhirnya busuk buah menjadi hitam
dan kering atau biasa disebut mummifikasi. Intensitas penyakit busuk buah relatif
tinggi karena umumnya buah yang terserang hampir busuk total.
Piknidia cendawan Phomopsis sp. berbentuk bulat dan tidak memiliki seta.
Cendawan Phomopsis sp. dapat membentuk 2 tipe konidia, yaitu konidia alfa (α)
dan beta (β). Stadia sempurna dari cendawan Phomopsis sp. adalah Diaporthe sp.
dan termasuk ke dalam kelas Pyrenomycetes, ordo Diaporthales
b. Antraknosa
Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp. Gejala
yang ditimbulkan yaitu pada buah yang terinfeksi terdapat bercak konsentris
berwarna kuning kecoklatan di tengahnya terdapat konidia cendawan yang
berwarna hitam. Konidia cendawan Colletotrichum sp. berbentuk seperti bulan
sabit . Konidia dibentuk di struktur aservulus yang khas disertai seta berwarna
gelap. Konidia berukuran sekitar 18.6-25 x 3.5-5.3 μm. Cendawan Colletotrichum
sp. merupakan stadia anamorfik dari cendawan Glomerella sp. yang termasuk ke
dalam kelas Pyrenomycetes, ordo Phyllacorales (Weber 1973). Penyakit ini
termasuk penyakit yang ditakuti oleh petani.
c. Bercak Daun.
Penyakit bercak daun ini disebabkan oleh cendawan Alternaria sp. Gejala
yang ditimbulkan yaitu terdapat bercak berwarna coklat yang lama-kelamaan menjadi
lebar, pada serangan berat daun menjadi rontok. Penyakit bercak daun menyerang
tanaman terung pada fase vegetatif maupun generatif.
Cendawan Alternaria sp. memiliki miselium berwarna coklat muda,
konidiofor tegak, bersekat, dengan ukuran 50-90 μm. Konidium berbentuk gada
terbalik, berwarna coklat, berukuran 145-370 x 16-18 μm, mempunyai sekat
melintang 5-10 buah dan 1 atau lebih sekat membujur. Konidium memiliki paruh
(beak) pada ujungnya, paruh bersekat. Panjang paruh kurang lebih setengah dari
panjang konidium atau lebih. Cendawan dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa
tanaman sakit dan tumbuhan lain seperti tomat, kentang, dan kecubung.
d. Layu Bakteri.
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Gejala
yang ditimbulkan yaitu tanaman mendadak layu. Siklus hidup Ralstonia
solanacearum dimulai dengan terjadinya infeksi patogen ke dalam akar, baik
secara sendiri maupun pelukaan akibat nematoda, serangga, dan alat-alat
pertanian. Setelah masuk ke jaringan akar, bakteri ini akan berkembang biak di
dalam pembuluh kayu (xylem) dalam akar dan pangkal batang kemudian
menyebar ke seluruh bagian tanaman. Akibat tersumbatnya pembuluh kayu oleh
massa dari bakteri R. solanacearum, transportasi air dan mineral terhambat
sehingga tanaman menjadi layu dan mati
e. Layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum yang menyerang
bagian akar tanaman. Gejalanya adalah tanaman yang terlihat segar dipagi hari
dan layu pada siang hari, kemudian segar kembali pada sore hari. Hal ini
berlangsung selama beberapa hari, hingga akhirnya tanaman mati. Layu fusarium
akan menyebar secara cepat pada musim hujan.
Pengendalian :
a. Pergiliran tanaman
b. Membersihkan gulma dan tanaman inang
c. Menggunakan mulsa plastik pada musim hujan
d. Mengatur jarak tanam
e. Pengocoran trichoderma sebelum tanam dan setiap seminggu sekali setelah
penanaman
f. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang
MENTIMUN :
a. Penyakit Layu.
c. Bercak Daun.
Pengamatan gejala bercak yang dilakukan pada bagian daun
menunjukkan adanya beberapa gejala yang berbeda, di antaranya bercak
berbentuk bulat dan bercak coklat yang dikelilingi halo bewarna kuning. Kedua
bercak umumnya bersatu. Gejala bercak daun lebih banyak ditemukan pada lahan
yang ditanaman secara tumpang sari dengan tanaman dari kelompok kubis-
kubisan, seperti sawi dan caisin.
Berdasarkan pengamatan mikroskopis pada bercak berbentuk membulat
dan bercak kecoklatan yang dikelilingi halo diperoleh beberapa konidia
cendawan, hasil identifikasi Barnett dan konidia cendawan tersebut adalah
Alternaria dan Colletotrichum (Gambar 15). Menurut CABI (2005) salah satu
spesies Alternaria yang dapat menginfeksi kubis-kubisan dan mentimun adalah
Alternaria brassicicola. Patogen ini dapat bertahan pada benih tanaman dan pada
gulma.
Cendawan patogen Colletotrichum merupakan penyebab penyakit
antarknosa pada tanaman sayuran. Pada tanaman mentimun penyakit antaraknosa
disebabkan oleh Colletotrichum orbiculare. Di Amerika penyakit antraknosa
merupakan salah satu penyakit penting yang dapat menurunkan produksi hingga
63%.
d. Embun Bulu (Downy Mildew)
Gejala embun bulu pada daun mentimun adalah adanya bercak kuning
yang agak bersudut karena terbatas oleh tulang daun, jika diamati dengan
seksama pada bagian bawah daun terdapat miselium menyerupai bulu. Gejala
selanjutnya yang terjadi pada daun adalah daun yang busuk, kering dan mati.
gejala busuk daun disebabkan oleh cendawan patogen Pseudoperonospora
cubensis.
e. Powery Mildew
Berbeda dengan downy mildew, gejala powdery mildew terlihat pada
permukaan atas daun terdapat tepung serbuk spora putih. Serangannya berasal
dari bawah dan berkembang ke atas hingga menutupi permukaan daun.
Sama halnya dengan downy mildew, penyebab dari powdery mildew juga
karenan kelembaban yang tinggi dan menyebar melalui angin. Saat terjadi gejala
mildew, hendaknya pengairan dan pemupukan N dikurangi.
Selain itu, jika memungkinkan daun yang terserang dipangkas dan
dibuang jauh atau dibakar sehingga jamur tidak menyebar lebih
jauh. Pengendalian dengan aplikasi fungisida berbahan aktif seperti benomil,
tembaga hidroksida
KACANG PANJANG :