Anda di halaman 1dari 9

Universitas Padjadjaran 2009 DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN DISEBABKAN OLEH JAMUR DAN CARA MENGATASINYA

1. Pengertian Jamur Jamur (fungi) merupakan suatu bagain dari Thallophyta, yang karakteristiknya berhubungan dengan tidak adanya klorofil sama sekali, sehingga tak bisa untuk melakukan asimilasi. Bagian tubuhnya yang bersifat vegetatif terdiri atas benangbenang yang halus dan dinamakan hifa. Hifa-hifa ini merupakan miselium dimana ada yang berserabut ada yang tidak. Lebih dari 8000 spesies jamur dapat menyebabkan penyakit pada tunbuhan. Semua tumbuhan diserang oleh beberapa jenis jamur, dan setiap jenis jamur parasit dapat menyerang satu atau banyak jenis tumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh dan memperbanyak diri hanya apabila tetap berhubungan dengan tumbuhan inangnya selama hidupnya, jamur yang demkian dikenal dengan parasit obligat atau biotrof. Jenis lain membutuhkan tumbuhan inang untuk sebagian daur hidupnya tetapi tetap dapat menyelesaikan daurnya pada bahan organik mati maupun pada tumbuhan hidup, jamur yang demikian disebut parasit non-obligat. 2. Morfologi Sebagian besar jamur mempunyai tubuh vegetatif seperti tumbuhan yang lebih kurang terdiri dari filamen (benang) memanjang, bersambungan, bercabang, mikroskopis, mempunyai dinding sel yang jelas. Tubuh jamur disebut miselium, dan cabang-cabang tunggal atau filamen dari miselium disebut hifa, umumnya tebal hifa atau miselium seragam. Beberapa jamur hifanya hanya 0,5 m, sedangkan jamur yang lain tebalnya dapat lebih dari 100m. Panjang miselium pada beberapa jenis jamur mungkin hanya beberapa mikrometer, tetapi ada jenis lain yang dapat menghasilkan benang miselium sepanjang beberapa meter. Pada beberapa jamur, miselium terdiri atas banyak sel yang mengandung satu atau dua inti per sel (celluler). Miselium yang lain bbersifat saenositik (caenocytic) yaitu mengandung banyak inti dan keseluruhan miselium berupa satu sel multi inti yang bersambungan, tubular (seperti pipa). Beberapa jamur yang lebih rendah tidak mempunyai miselium yang sesungguhnya dan menghasilkan plasmodium yang telanjang, amoeboid, berinti banyak atau sistem helaian yang sangat tidak seragam dengan diameter sangat bergam yang disebut rizomiselium. Ekologi dan Penyebaran Hampir semua jamur patogen tumbuhan menghabiskan sebagian hidupnya pada tumbuhan inangnya dan sebagian di dalam tanah atau sisa tumbuhan di dalam tanah. Beberapa jamur melewati seluruh hidupnya pada inangnya, dan mungkin hanya spora yang mendarat di tanah, tetapi spora tersebut tidak aktif sampai terbawa kembali ke inang tempat mereka dapat tumbuh dan memperbanyak diri.Untuk menyelesaikan daur hidupnya di alam, jenis jamur lain harus melewati sebagian hidupnya pada inang sebagai parasit dan sebagian pada jaringan yang telah mati di tanah sebagai saprofit.

3.

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


Akan tetapi kelompok jamur yang terakhir initetap secara terus-menerus berhubungan dengan jaringan inangnya, baik jaringan hidup atau yang mati, dan secara alami tidak tumbuh pada jenis bahan organik lain. Jamur kelompok ketiga tumbuh secara parasit pada inangnya, tetapi jamur tersebut dapat terus hidup, tumbuh dan memperbanyak diri pada jaringan inang setelah jaringan tersebut mati dan selanjutnya mungkin pindah dari sisa-sisa inang tersebut ke tanah atau bahan tumbuhan lain yang melapuk dimana mereka dapat tumbuh dan memperbanyak diri sebagai saprofit biasa. Penyebaran sebagian besar jamur patogenik tumbuhan dari suatu tumbuhan yang sama bergantung pada kesempatan penyebaran oleh agensia-agensia seperti angin, air, burung, serangga, hewan lain serta manusia. Jamur terutama disebarkan dalam bentuk spora, penyebaran spora pada hampir semua jamur berlangsung secara pasif, walaupun awal pelepasannya pada beberapa jenis jamur dibantu oleh tekanan. Jauhnya spora tersebar bervariasi yang tergantung pada agensia penyebarannya. Angin mungkin agensia penyebaran spora yang paling penting dari sebagian besar jenis jamur, serta angin dapat membawa spora dengan jarak yang jauh. Untuk jamur tertentu, agensia lain seperti air atau serangga mungkin memainkan peranan penting yang jauh lebih penting dibanding dengan angin dalam penyebaran sporanya. 4. Gejala Jamur Gejala yang Disebabkan Jamur pada Tumbuhan menyebabkan gejala lokal atau gejala sistemik pada inangnya, dan gejala tersebut mungkin terjadi secara terpisah pada inang-inang yang berbeda, secara bersamaan pada inang yang sama atau yang satu mengikuti yang lain pada inang yang sama. Umumnya jamur menyebabkan nekrosis lokal atau nekrosis umum atau membunuh jaringan tumbuhan, hipotropfi, dan hipoplasia (kerdil) organ-organ tumbuhan atau keseluruhan tumbuhan, dan hiperplasia (pertumbuhan kerdil) bagian-bagain atau keseluruhan tumbuhan. Gejala nekrosis yang sangat umum adalah sebagai berikut : a. Bercak daun (leaf spot) yaitu : luka atau noda yang bersifat lokal pada daun inang yang terdiri atas sel-sel yang mati dan kalopsi. b. Hawar (Blight) yaitu : organ daun, cabang, ranting dan bunga menjadi coklat dengan sangat cepat dan menyeluruh yang menyebabkan kematian. c. Kanker yaitu : luka nekrosis atau luka yang terlokalisasi, sering mencekung pada permukaan batang jaringan tumbuhan berkayu. d. Mati ujung (dieback) yaitu : nekrosis ranting secara ekstensif yang berawal dari ujung dan berkembang menuju pangkalnya. e. Busuk akar yaitu : hancur dan membusuknya sebagain atau seluruh sistem parakaran tumbuhan. f. Rebah kecambah atau patah rebah (damping off) yaitu : kalopsi dan mati dengan cepat kecambah yang nasih sangat muda pada pembibitan di lapangan. g. Busuk batang bawah yaitu : hancurnya batang bagian bawah.

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


h. Busuk basah dan busuk kering yaitu : terjadinya maserasi (pembusukan) dan hancurnya buah, akar, umbi, umbi lapis dan daun yang berdaging. i. Antraknosa yaitu : luka nekrosis yang lekuk seperti mangkuk pada batang, daun, buah atau bunga tumbuhan inang. j. Kudis yaitu : luka yang teralokasi pada buah, daun dan umbi dan lain-lain, biasanya sedikit menonjol dan puncaknya mencekung dan pecah, yang memberi bentuk seperti kudis. k. Decline yaitu : tumbuhan yang tumbuh lurus, daun mengecil, kaku, menguning atau merah, ada yang terdefolasi (menggugurkan daun) dan mati ujung (dieback).

Hampir semua gejala di atas mungkin dapat menyebabkan tumbuhan yang terinfeksi menjadi sangat kerdil. Di samping itu, gejala yang lain seperti karat daun, embun (mildew), layu dan bahkan penyakit tertentu menyebabkan hiperplasia pada beberapa organ tumbuhan, seperti akar pekuk (clubroot) mungkin menyebabkan kekerdilan tumbuhan secara menyeluruh. Gejala-gejala yang berhubungan dengan hipertopi atai hiperplasia dan perubahan bentuk atau pemutaran (distorsi) bagian tumbuhan meliputi : a. Akar pekuk yaitu : akar membesar terlihat seperti kumparan atau gada. b. Bengkak atau puru yaitu : bagian tumbuhan membesar dan biasanya dipenuhi oleh miselium jamur. c. Kutil yaitu : tonjolan seperti kutil pada umbi dan batang. d. Witches-broom (sapu setan) yaitu : cabang-cabang ranting yang mengarah ke atas dengan sangat banyak. e. Keriting daun yaitu : daun berubah bentuk, menebal dan keriting. f. Layu yaitu : gejala sekunder yang menyeluruh dimana daun atau tunas kehilangan turgor dan merunduk karena terganggunya sistem vaskular akar dan batang. g. Karat yaitu : terdapat banyak luka-luka kecil pada daun atau batang, biasanya berwarna seperti karat. h. Mildew (embun) yaitu : bagian daun, batang dan buah yang klorosis atau nekrosis, biasanya ditutupi oleh miselium dan fruktifikasi jamur.

Parasit-parasit tanaman terutama jamur, menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia yang dapat menghasilkan gejala penyakit-penyakit tanaman meskipun tidak ada organisme penyebab penyakit. Salah satu contohnya adalah asam fusarat yang dihasilkan oleh Fusarium spp. Asam fusarat atau asam 5nbutilpiridin-2-karboksilat merupakan racun yang larut dalam air yang sekaligus juga merupakan antibiotik. Toksin ini mengganggu permeabilitas membran dan akhirnya

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


mempengaruhi ekonomi air tanaman. Adanya hambatan pergerakan air dalam tubuh tanaman menyebabkan terjadinya layu patologis yang tidak bisa balik yang berakibat kematian tanaman seperti kasus-kasus penyakit layu pada kapas dan tomat yang disebabkan oleh Fusarium spp. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh jamur busuk daun yang disebabkan oleh Phytophthora infestans (Mont) busuk daun kentang (lite blight) yang sering juga disebut sebagai hawar daun adalah penyakit yang terpenting pada tanaman kentang. Adapun gejala dari penyakit ini adalah daun-daun yang sakit mempunyai bercakbercak nekrotis pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan daun. Bahkan kalau cuaca seperti ini berlangsung lama, seluruh tanaman di atas tanah akan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan. Dalam cuaca yang lembab pada sisi bawah bagian daun yang sakit terdapat lapisan kelabu tipis yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Daur penyakit ini adalah dapat berlangsung dari musim ke musim dalam umbi-umbi yang sakit. Kalau umbi yang sakit ditanam, jamur dapat naik ke tunas muda yang baru saja tumbuh dan membentuk banyak konidium atau sporangium. Jamur juga dapat mempertahankan diri pada tanaman-tanaman lain seperti pada tomat. Tetapi sudah diketahui bahwa Phytophthora infestans dari kentang dan tomat agak berbeda virulensinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit adalah pada perkecambahan konidium Phytophthora infestans sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Pada udara kering konidium sudah mati dalam waktu 1 2 jam, sedang pada kelembaban 50 80% dalam waktu 3 6 jam. Pada suhu 10 25 OC kalau ada air, konidium membentuk spora kembara dalam waktu - 2 jam, dan spora kembara ini akan menbentuk pembuluh kecambah dalam waktu 2 2 jam. Perkembangan bercak pada daun paling cepat terjadi pada suhu 18 20 OC. Pada suhu 30 OC perkembangan bercak akan terhambat. Oleh karena itu pada kentang dataran rendah (kurang dari 500 m dari permukaan laut) Phytophthora infestans tidak merupakan masalah.

5. Cara Mengatasinya Beberapa formula pengendalian jamur dan bakteri penyebab penyakit tanaman tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengendalian dengan Tetumbuhan Cara 1. Dengan empon-empon
4

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


Bahan : 1. Jahe 1 kg 2. Lengkuas 1 kg 3. Kunyit 1 kg 4. Labu siam 1kg Caranya : Keempat bahan tersebut diparut lalu diperas dan disaring diambil airnya. Masukkan air saringan tersebut ke dalam botol atau tempat air lainnya untuk persedian sewaktuwaktu. Untuk pemakaian campurlah setiap satu liter air dengan 20 cc larutan fungisida tersebut. Jika diperlukan untuk bahan perekat lain dan sekaligus sebagai protein bagi tanaman maka tambahkan 2 butir telur ayam untuk campuran fungisida alami. Sumber : Kelompok Ngudi Lestari Makmur, Jumapolo Karanganyar, Jateng Cara 2. Bunga kertas atau Bougenville Bunga kertas atau bougenville dapat juga digunakan sebagai bahan pestisida alami. Bahan : 1. Daun Bougenville 1 kg 2. Susu sapi 1 liter Caranya : Masukkan 1 kg daun bunga kertas taruhlah tong, masukkan air mendidih dan diamkan selama 24 jam. Tambahkan 1 liter air susu sapi rebus. Saringlah air larutan tersebut. Ramuan ini sudah siap dipakai sebagai pestisida alami dengan diencerkan 10 kali. Hama dan penyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu pada pisang dan lada, dan juga mengendalikan terjadinya penyakit pada tanaman. Cara 3. Kenikir (marigold) Kenikir selain daunnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, kenikir yang warna bunganya berlainan dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami. Bahan : 1 kg bunga kenikir (kenikir) bisa juga ditambahkan bahan-bahan lain. Cara membuat : Tempatkan 1 kg bunga kenikir dalam tempat bisa dari plastik atau gerabah. Tuangkan air mendidih sebanyak 10 liter dan diamkan selama 24 jam. Saringlah dan ambil airnya. Cara penggunaan : Air larutan tersebut disiramkan pada lahan tanaman yang terkena nematoda akar. Cara 4. Daun Sirih dll. Bahan : 1. Daun Sirih 6 genggam 2. Belerang kg 3. Labu Siam 2 kg 4. Jinten kg

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


Cara pembuatan : Labu siam diparut sampai halus dan kemudian diperam. Ambil airnya. Belerang, daun sirih, jinten, ditumbuk hingga halus. Campur ketiga bahan tersebut dalam air perasan labu siam. Aduklah hingga merata. Larutan tersebut kemudian didiamkan hingga 1 minggu.

Penggunaan : Campurlah larutan tersebut setiap 1 liter dengan 10 liter air dan semprotkan pada waktu matahari bersinar, atau setelah matahari terbenam. Cara 5. Tembakau Bahan : Daun tembakau (sebaiknya limbahnya) 200 kg Cara membuat : Daun tembakau dihancurkan dengan mesin penghancur atau pisau menjadi serpihan kecil. Aplikasi : Benamkan 200 kg serpihan limbah daun tembakau per hektar lahan di sekitar perakaran tanaman atau dibenamkan bersama pupuk. Cara 6. Biji Mimba Bahan : Biji mimba 20 gr atau daun mimba 50 gr Deterjen atau sabun colek 1 gr Air 1 liter Cara membuat : Haluskan biji atau daun mimba. Jika ada, penghalusan bahan tersebut dapat menggunakan blender. Bahan tersebut dicampurkan dalam 1 liter air dan ditambahkan 1 cc deterjen cair atau sabun colek. Larutan diendapkan semalam dan keesokan harinya disaring. Larutan yang sudah disaring siap digunakan. Aplikasi : Semprotkan larutan ke tanaman yang terserang penyakit. Apabila campuran daun atau biji mimba hendak diaplikasikan ke daerah perakaran maka campuran bahan tersebut tidak perlu disaring terlebih dahulu, tetapi langsung disiramkan ke daerah perakaran. Selain berperan sebagai pestisida nabati, bahan ini juga dapat berperan sebagai pupuk. Cara 7. Daun Cengkih (Ramuan untuk mengendalikan jamur Fusarium oxysporum penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili) Bahan : Daun cengkih 50-100 gr Cara membuat : Daun cengkih dihancurkan sampai berbentuk serbuk atau tepung. Aplikasi :

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


Taburkan dan benamkan tepung daun sengkih ke dalam tanah di sekitar perakaran tanaman sebanyak 50-100 gr per tanaman. Cara 8. Mengatasi busuk batang dan layu pada tomat Pembuatan : 1. Cari daun bambu yang masih muda, ambil bersama pucuknya yang belum mekar 2. Cabut daun dan pucuk sebanyak dibutuhkan 3. Siapkan pula kunir dan bengle serta ember yang terbebas dari minyak dan garam 4. Lumatkan daun bambu 5. Kupas kunir dan bengle kemudian hancurkan 6. Rendamlah setiap 2 kg daun bambu dalam 10 liter air selama 6 jam atau lebih 7. Rendamlah kg kunir dan kg bengle masing-masing dalam 2 liter air Penggunaan: Campurkan 4 liter larutan kunir-bengle dan 10 lt larutan daun bambu. Tambahkan 1020 lt air. Siramkan langsung pada tanaman dan media tanahnya. Daun bambu rendamannya bagus digunakan sebagai kompos. (Pengalaman Iva A. UMY dalam Majalah Tani Lestari No. 5 ed. Nov-Jan 1998) b. Pengendalian dengan Jamur Antagonis Jamur antagonis dikembangkan sebagai sebuah teknik untuk menggusur jamur penyebab penyakit pada tanaman. Jamur ini punya kemampuan berkembang biak dan daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan jamur pentebab penyakit. Ada beberapa jenis jamur antagonis yang sudah ditemukan, namun yang terbukti paling efektif dan mudah dikembangkan selama ini oleh petani adalah jenis Trichoderma sp, yaitu penggusur jamur penyebab busuk akar pada aneka tanaman. Jamur Trichoderma Pembiakan cara 1. Bahan : 1. Bekatul (dedak padi halus) 2. Biakan/inokulan jamur Trichoderma sp Alat : 1. Alat pengukus 2. Plastik 3. Tampah Cara membuat : 1. Katul diperciki air sampai macak-macak/tidak basah betul/pero. 2. Kukus sampai matang. 3. Dinginkan dan di ler/diratakan pada tampah yang bersih setinggi 10 cm. 4. Inokulasikan biakan jamur kemudian tutup rapat dengan plastik. 5. Simpanlah ditempat terlindung sinar matahari pada suhu kamar

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


Pembiakan cara 2. Alat-Bahan yang dibutuhkan : 1. Sekam atau bekatul 2. Gula 3. Soblok/kukusan 4. Pemanas/kompor 5. Kantong Plastik bening Cara pembuatan : 1. Sekam / bekatul dikukus sampai mendidih 2. Kemudian angkat dan kering anginkan 3. Setelah dingin masukkan ke dalam plastik dan berikan jamur Tricoderma bersama larutan gula 0,1 % dan simpan dalam suhu kamar. 4. Tunggu selama 3 hari , kemudian lihat setelah 3 hari. Bilamana muncul benangbenang warna putih berarti pembuatan jadi 5. Jamur Tricoderma yang sudah tua/jadi akan berwarna hijau kehitaman Fungisida dan Bakterisida Organik Sederhana 1. Siapkan daun rondo noleh, daun mindi, daun suren, daun tikusan, daun klereside, daun dan batang blekokan, kliko semboja, kliko pule, buah bawangan, daun kinang masing-masing sebanyak 1 kg kemudian ditumbuk halus dan dicampur air 5 liter 2. Siapkan jahe, laos, kunir masing-masing 1 kg kemudian ditumbuk halus dan dicampur air 2 liter 3. Campurkan larutan nomor 1 dan nomor 2 tersebut kemudian diperas dan disaring 4. Gunakan dengan dosis 2 sendok makan larutan dalam1 liter air kemudian disemprotkan pada bagian tanaman terserang. 5. Catatan : cocok untuk mengatasi aneka mikroorganisme pengganggu tanaman (jamur-bakteri) Teh Kompos lawan Penyakit tanaman. Teh kompos atau air ekstrak kompos ternyata dapat dipakai untuk melindungi tanaman dari penyakit/ patogen daun. Juga sebagai inokulan guna memperbaiki dan meningkatkan mikroflora tanah. Penelitian di mancanegara menunjukkan, ekstrak kompos efektif mengendalikan penyakit tanaman. Antara lain Phytophora infestants di kentang dan tomat,Botrytis cinerea di stroberi, Fusarium oxysporum, plasmopara viticola (embun tepung) di anggur, dan Sphaerotheca fuliginea (embun tepung) di mentimun. Komponen aktif dalam ekstrak kompos yang telah dikenali termasuk bakteri (Bacillus), kapang (Sporobolmyces, dan Cryptococcus), serta jamur. Juga bahan kimia bersifat antagonis seperti phenol dan asam amino. Melalui sterilisasi, dan penyaringan nonaktif, ditunjukkan kemanjuran ekstrak kompos karena peran organisme hidup yang ada dalam larutan itu. Pembuatannya sangat mudah. Kompos cukup direndam dalam air bersih. Perbandingan kompos dengan air adalah 1 : 5 hingga 1 : 8 (volume/volume). Setelah diaduk merata, air rendaman didiamkan hingga terjadi fermentasi. Suhu yang diperlukan
Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran 2009


sekitar 15oC-20oC. lamanya waktu ekstrasi dianjurkan antara 2 minggu hingga 21 hari. Namun, biasanya cukup selama 3 hingga 7 hari. Setelah waktu ekstraksi tercapai, campuran air dan kompos tadi disaring. Tujuannya memisahkan larutan dengan kompos padat. Larutan hasil saringan inilah yang digunakan menyirami daun tanaman.

Universitas Padjadjaran | Fakultas Pertanian

Anda mungkin juga menyukai