Penyakit pada tanaman berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
sebaik-baiknya.
Ilmu Penyakit Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari kerusakan yang disebabkan oleh organisme yang tergolong ke dalam
dunia tumbuhan seperti Tumbuhan Tinggi Parastis, Ganggang, Jamur , bakteri, Mikoplasma dan Virus.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
1. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
2. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel
(underdevelopment).
3. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa
(overdevelopment).
a. Tipe Nekrotis
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar
dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-
noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur
bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat
bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan
yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila
pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut
menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang
berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu :
- Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan tanah.
- Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang
dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu :
- Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
- Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
- Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan
kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga
terlihat bagian kayunya.
9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini
terjadi secara mendadak.
b. Tipe Hipopastis
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan
cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil
daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna
kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya
jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di
depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai
akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
c. Tipe Hiperplastis
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat
bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan
ada yang membentuk seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga
bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat
sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun.
Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting
terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat
tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit,
berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari
biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk
bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas
ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada
tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul.
Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
http://agrimaniax.blogspot.com/2010/05/penyakit-tanaman.html
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik
noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini
berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3)
sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.
http://epetani.deptan.go.id/budidaya/penyakit-pada-tanaman-jagung-812
erw
(4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan
pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 - 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO
sebelum tanam.
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-mentimun.html
Kingdom: BacteriaPhylum: Proteobacteria Class: Gammaproteobacteria Order: Xanthomonadales Family: Noctuoidea Genus:
Xanthomonas http://xanthomonasoryzae.blogspot.com/2009/03/normal-0-false-false-false.html
Gejala yang timbul pada fase anakan sampai pemasakan disebut hawar (blight). Secara spesifik tanda-tanda tanaman terserang
adalah timbulnya bercak berwarna kuning sampai putih, berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun.
Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yang rusak dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun.
Apabila infeksi melalui akar atau pangkal batang, tanaman terlihat kering seperti terbakar.
Pengendalian penyakit ini seyogyanya dilakukan dengan penggunaan varietas yang memiliki ketahanan lebih dari satu gen
ketahanan (polygenic resisstant), menanam varietas yang berbeda dalam satu hamparan, pastikan jerami dari tanaman sakit
sudah terdekomposisi sempurna sebelum pindah tanam, hindari pemupukan N yang berlebihan, dan jarak tanam jangan terlalu
rapat.
http://bertanimandiri.blogspot.com/2010/10/penyakit-padi-dan-penanggulangannya.html
Utama : wortel, mentimun, labu, kentang, kubis, terong, bayam dan tomat
http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html
Nematoda Akar (Meloidogyne sp.). Gejala khas serangan nematoda akar adalah terbentuknya bintil-bintil akar, lalu menjadi layu
dan daun menguning akibat rusaknya perakaran. Pertumbuhan pada bagian atas tanaman menjadi terhambat.
http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/nematoda-puru-akar-meloidogyne-sp.html
Saat ini telah banyak nematisida untuk pengendalian nematoda Meloidogyne yang dapat digunakan. Pencegahan penyakit ini
dengan sterilisasi media tanam, penggunaan benih yang sehat, serta sanitasi lingkungan pertanaman.
http://totonunsri.blogsome.com/2008/12/09/root-knot-oleh-nematoda-akar-meloidogyne-sp/
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Chromalveolata
Filum: Heterokontophyta
Kelas: Oomycetes
Ordo: Peronosporales
Famili: Pythiaceae
Genus: Phytophthora
Spesies: P. infestans wiki
P I . Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat.
Bercak dikelilingi oleh massa sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke
batang, tangkai dan umbi. Cendawan ini berkembang baik pada musim hujan dengan kelembaban sekitar 20o C. Serangan berat
terjadi pada bulan Oktober-Februari.
Pengendalian dengan cara resistensi adalah termasuk semua usaha yang tanaman menjadi imun, tahan atau toleran terhadap
serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi adalah proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman,
perbaikan kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan.http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/hawar-daun-
phytophthora-infestans.html
2.5 Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman cabai yang terserang Collectotrichum capsici yaitu sanitasi, memperbaiki
pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memenfaatkan Trichoderma dan Gliocladium serta dapat pula dengan
menggunakan varietas tahan (Wawan-junaidi , 2009).
Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap tanaman tomat yang terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur Fusarium
oxysporum yaitu dengan cara kultur teknis, cara fisik dan mekanis, cara biologis memanfaatkan musuh alami patogen antagonis,
seperti Trichoderma sp. Memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif (Deasyirzayanti, 2008).
Untuk spesies Phytophthora sp. pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mengunakan agen antagonis cendawan
Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos, menghindari air pengairan mengenai/terkena
langsung pangkal batang dengan membuat selokan melingkari batang, mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur
drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan/kebun dan menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar
maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan/penyiangan (Anonim, 2009).
Pengendalian jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense pada tanaman pisang (Musa sp.) yaitu dengan cara tidak menanam
jenis pisang yang rentan di lahan yang terinfestasi patogen, hanya menanam tanaman yang sehat, mengendalikan cacing-cacing
akar dengan nematisida, memelihara tanaman dengan hati-hati untuk mengurangi terjadinya luka-luka pada akar ( Semangun,
2001).
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan pertama yaitu Cabai (Capsicum annum) yang terserang Colletotrichum capsici, buah cabai yang terserang
menunjukan gejala serangan dengan ciri-ciri sebagian buah yang berwarna hitam seperti hangus.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur Collectotrichum capsici yang terdapat pada tanaman cabai (Capsicum annum)
yaitu mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah
masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap
(Deasyirzayanti , 2008).
Siklus hidup dari jamur Colletotrichum capsici yang terdapat pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu berawal
dari buah masuk menginfeksi biji. Pada umumnya jamur ini menginfeksi semai yang tumbuh dari biji buah yang sakit. Jamur ini
juga menyerang daun dan batang, hingga buah tanaman dan dapat mempertahankan dirinya dalam sisa-sisa tanaman sakit.
Kemudian konidium dari jamur ini akan disebarkan oleh angin (Anonim, 2009).
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman Cabai (Capsicum annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici
yaitu memanfaatkan jamur Trichoderma.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) yang terserang Collectotrichum capsici yaitu
sanitasi, memperbaiki pengairan, menggunakan benih sehat, pergiliran tanaman, memanfaatkan Trichoderma dan Gliocladium
serta dapat pula dengan menggunakan varietas tahan (Wawan-Junaidi , 2009).
Gejala serangan yang disebabkan oleh Fusarium oxyporum yang menyerang Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum)
biasanya dimulai dengan menguning atau layunya daun bagian bawah dekat pangkal batang (daun tua). Bila pada bagian
pangkal batang diiris akan terlihat warna coklat pada pembuluh kayunya. Akar tamanan yang diserang menjadi rusak dan busuk.
Selanjutnya membuat tanaman menjadi layu dan mati. Berbeda dengan layu bakteri, layu fusarium ini tidak menyebabkan
keluarnya lendir (Anonim, 2009).
Siklus hidup jamur Fusarium oxyporum pada Tanaman Tomat (Licopersicum esculentum) yaitu jamur mengadakan penginfeksi
pada bagian tanah. Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. Jamur menginfeksi pada bagian akar,
terutama pada bagian yang telah luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh (Semangun, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
fzhu, 2009. Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora). http://anafzhu. blogspot. com /2009 / 06/ busuk-buah-kakao-
phytophthora- palmivora.html. Diakses pada tanggal 6 November 2009.
nika, 2009. Pengendali Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang. http://www. balitbu.go.id/isubuah01-1.htm. Diakses pada tanggal 06
November 2009.
mangun, 2001. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University.
CMV :
Gejala pada daun terjadi bercak-bercak hijau muda atau kuning yang tidak teratur. Bagian yang berwarna muda tidak dapat
berkembang secepat bagian hijau yang biasa, sehingga daun menjadi berkerut atau terpuntir.
hingga saat ini pengendalian untuk mengatasi penyakit TMV ini belum ada. Namun perlu diperhatikan sanitasi lahan,
membersihkan gulma dan tanaman yang menjadi inang vektor virus. Dan mencegah serangga vektor masuk kedalam lahan.
Tanaman yang terserang di musnahkan dengan cara dibakar.
http://emyarbayani.blogspot.com/
gada :
Arismansyah, Erlan Ardian. 2010. Penyakit akar gada (Plasmodiophora brassicae Wor) pada kubis-kubisan dan upaya
pengendaliannya. [terhubung berkala]. http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/01/07/penyakit-akar-gada
plasmodiophora-brassicae-wor-pada-kubis-kubisan-dan-upaya pengendalian-nya. [5 April 2010].
e. Strategi Pengendalian
Penyakit ini memiliki berbagai bentuk gejala serangan sehingga mendorong untuk memuliakan tanaman yang tahan terhadap
penyakit ini. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas hama dan penyakit. Pergiliran tanaman kurang
sesuai diterapkan untuk kasus ini karena sporanya dapat bertahan lama serta gulma yang dapat menyebabkan penyakit ini.
Pengapuran tanah untuk meningkatkan pH menjadi 7.2 sangat efektif untuk mengurangi perkembangan penyakit. Penyiraman
fungisida Promefon 250EC pada lubang tanam yang dicampur dengan air saat tanam juga dapat mengurangi perkembangan
penyakit. Tanaman yang tahan haruslah diuji di beberapa lokasi karena jenis serangannya yang berbeda-beda di setiap lokasi
(Arismansyah, 2010). Selain itu, penggunaan tanaman perangkap dan perlakuan tanah pembibitan dengan teknik solarisasi juga
teruji mengurangi penyakit dan meningkatkan hasil panen (Cicu, 2002).
Cicu, 2002. Pengelolaan Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae) pada Tanaman Kubis dengan Tanaman Perangkap dan
Perlakuan Tanah Pembibitan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Fusa : -
Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gamma Proteobacteria
Order: Xanthomonadales
Family: Xanthomonadaceae
Genus: Xanthomonas
Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi tanaman pada berbagai stadium
pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau
tanaman dewasa yang peka, (2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat (Singh, 1980; Machmud, 1991; Triny dkk., 2006).
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat
mempengaruhi penyakit ini di lapangan, misalnya keadaan tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan
varietas padi yang ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencakup penanaman varietas yang tahan, pembuatan
persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan
ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.
http://www2.bbpp-lembang.info/index.php?option=com_content&view=article&id=516&Itemid=304