TINJAUAN PUSTAKA
4. Secara morfologi dan antomi gejala penyakit tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Hyperplasia adalah pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau pembesaran sel-sel,
dinamakan juga hipertropi. Gejala ini meliputi:
- Curl (kriting) ialah gejala pembengkakan tunas atau pengulungan daun sebagai
akibat pertumbuhan tunas atau penggulungan daun sebagai akibat pertumbuhan
setempat dari suatu bagaian anggota tubuh.
- Scab (kudis) adalah bercak-bercak yang tersembul keatas dan kasar sebagai akibat
pertumbuhan luar biasa dari sel epidermis dan jaringan di bawahnya.
- Intumesensi adalah gejala kekurangan zat makanan akibat penggembungan setempat
sel epidermis.
- Tumefeksi (tumefacion) adalah penumpukan bahan makanan yang berlebihan
dibagian atas batang atau akar sehingga menimbulkan pembengkakan; bentuk-
bentuknya adalah: puru (galls), bintil (knots), dan kutil (warts);
- Fasikulasi (fasciculation) yaitu bentuk pertumbuhan yang menyimpang suatu organ;
Proliferasi yaitu pertumbuhan yang melebihi ukuran normal.
b. Hipoplasia yaitu pertumbuhan regresif dengan ukuran sel-sel; atau ukurannya tidak
dapat mencapai ukuran normal atau kerdil (dwarf).
c. Nekrosis yaitu matinya jaringan baik pada kulit kayu maupun daun yang disebabkan
oleh patogen meliputi gejala:
- Blight yaitu kematian yang cepat dari seluruh anggota tubuh tumbuhan atau bagian
luas dari daun termasuk tulang daun karena aktifitas patogen.
- Terbakar (scorch/burn) yaitu daun yang menunjukkan kamatian yang cepat dan
meliputi bagian yang luas dan tidak teratur.
- Blast yaitu kematian yang cepat dari bagian pucuk atau bagian perbungaan.
- Busuk kering (dry rot atau bark rot) terdapat pada kulit kayu; disebabkan oleh fungi.
Jika jaringan kalus terbentuk pada tepi bagian yang kena infeksi, maka akan
terbentuk kanker.
- Busuk basah (wet rot) adalah nekrosisberlendir dan basah, bercak tidak mempunyai
bentuk yang khusus termasuk dalam gejala ini gejala yang disebabkan oleh fungi,
nematoda dan virus adalah busuk akar (root rot) dan damping off.
2.2 Daur Penyakit (Disease Cycle)
Disease Cycle adalah daur terjadinya penyakit yang melibatkan perubahan pada
tumbuhan dan gejala tumbuhan serta perubahan kehidupaan patogen pada lama periode
dalam satu musim (tanam) dan dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya Daur
penyakit merupakan proses dalam patogenesis meliputi (Sutarman, 2017) :
1. Inokulasi yaitu proses kontaknya inokulum dengan tumbuhan inang; pada saat ini
keberhasilan pendaratan atau sampainya inokulum ke bagian tanaman atau kondisi
predisposisi patogen sangat menentukan tahap awal dari proses terjadinya penyakit;
2. Penetrasi yaitu masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inang misalnya melalui
kutikula, sel epidermis, atau ruang interselular; proses ini dimulai dengan perkecambahan
spora (pada kasus patogennya adalah fungi) atau munculnya tabung kecambah yang
kemudian berkembang menjadi struktur yang berperan untuk melekatkan diri ke
permukaan inang, kemudia tumbuh haustorium yaitu suatu struktur atau organ yang
berperan khusus mengambil makanan;
3. Penetrasi atau proses masuknya patogen dan atau bagian tubuh patogen ke dalam tubuh
tanaman bisa melalui lubang alami atau melalui luka seperti yang biasa dilakukan oleh
bakteri; virus masuk melalui luka yang dibuat oleh (serangga) vektornya, sedangkan
fungi melakkan penetrasi selain melalui lubang alami dan luka juga melakukan penetrasi
langsung dengan menggunakan apresorium yang merupakan ujung hifa yang runcing.
4. Infeksi yaitu proses patogen mengadakan kontak dengan sel-sel jaringan tumbuhan yang
peka dan mengambil makanan dari padanya sehinggga timbul penyakit. Untuk terjadinya
infeksi maka organisme harus dalam keadaan patogenik, tumbuhan inangnya peka, dan
kondisinya sesuai. Interval antara inveksi pada tumbuhan dan timbulnya gejala penyakit
disebut periode inkubasi;
5. Invasi atau fase penyerangan, di mana untuk fungi akan tumbuh miselium di dalam sel-
sel di lapisan/jaringan kutikula, epidermis, atau jaringan lainnya atau dapat juga
menyelimuti permukaan sel-sel/jaringan; pada saat ini miselium dapat menyebar atau
tumbuh berkembang secara intraselular atau interselular. Bakteri sebagai sel tunggal dan
virus menyerang secara intraselular atau masing-masing melakukan pertumbuhan di
dalam sel, sedangkan fungi bisa tumbuh dari satu sel menembus sel lainnya;
6. Pertumbuhan dan reproduksi, patogen tumbuh menghasilkan struktur tubuh yang biasa
digunakan untuk kelangsungan hidup jenis ini di luar sistem patogenisitas atau untuk
keperluan tumbuh dan hidup di sistem patogenisitas yang baru atau pada inang yang baru
dan dikenal sebagai inokulum yaitu seperti: spora, miselium, konidium, sklerotium,
klamidospora.
7. Diseminasi atau pemencaran/penyebaran inokulum yaitu pemindahan inokulum patogen
dari suatu sumber (di bagian inang yang terserang patogen) ke inang lainnya. Pemencaran
inokulum dilakukan melalui:
- Udara; aliran udara akan memindahkan atau memencarkan inokulum;
- Melalui air dapat dalam bentuk: tersebarkan melalui air hujan dan air irigasi yang
bergerak ke permukaan tanah, pemindahan inokulum melalui percikan air hujan atau
penyemprotan.
- Pemencaran oleh manusia.
Ketika patogen merampung seluruh langkah tersebut, maka patogen dikatakan sudah
menyelesaikan siklus penyakitnya. Dari satu siklus, maka reproduksi lainnya di
permukaan tubuh inang.
2.3 Tanaman Cabai
Cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (Setiawan et al., 2005). Tanaman cabai merah merupakan
tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan
kapsaisin. Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada
lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. (Sumarni dan Muharam, 2005). Cabai
digunakan sebagai bahan penyedap makanan karena memiliki rasa pedas, Selain digunakan
sebagai bahan penyedap makanan cabai dikenal kaya akan vitamin, mineral dan karbohidrat
serta kandungan zat-zat gizi lain yang cukup tinggi. Selain dimanfaatkan sebagai bahan
masakan cabai juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Ratulangi et al., 2012).
Menurut Alif (2017) klasifikasi tanaman cabai sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Ordo : solanales
Family : solanaceae
Genus : capcisum
Spesies : capsicum annum L
Menurut Warisno dan Dahana (2018), morfologi tanaman cabai sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Daun cabai umumnya
berwarna hijau muda sampai hijau gelap. Bentuk umumnya bulat telur, lonjong dan oval
dengan ujung meruncing, permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang bererut-
kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar antara 1-5 cm.
b. Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Batang tanaman
cabai berwarna hijau, hijau tua atau hijau muda. batang biasanya tumbuh sampai
ketinggian tertentu, yang membentuk banyak percabangan. batang yang telah tua
(biasanya batang paling bawah) akan muncul warna cokelat seperti kayu. Untuk jenis
cabai rawit biasanya tidak melebihi 100 cm, untuk jenis cabai besar mencapai ketinggian
2 meter bahkan lebih.
c. Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut
saja.Terdapat bintil - bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroor
ganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke
arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
d. Bunga
Bunga tanamana cabai bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama seperti berbentuk
bintang. Bunga pada cabai biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal
atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasa terdapat 2-3 bunga saja. Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga
jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu sama
(atau hamper sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Untuk
mendapatkan hasil buah yang baik diutamakan penyerbukan silang. Penyerbukan
tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah.
e. Buah
Buah cabai berbeda-beda bentuk dan ukurannya: cabai keriting, cabai besar, yang lurus
dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas,
paprika yang berbentuk seperti apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang beragam.
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun
(terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak -
perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau
keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk
menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati. Hama ini merupakan vektor
penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama
sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan
populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan.
Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda maupun buah
yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah.
Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada
pangkal buah muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada
buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di dalam buah cabai. Larva
yang terdapat di dalam buah menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna
kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun dan
tidak layak untuk dipasarkan.Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh
bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah
yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.
Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya sel-
sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi
tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun muda yang
dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna
hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis pada daun.Kisaran inang serangga ini cukup luas dan
dapat mencapai populasi yang besar dalam waktu yang cepat apabila kondisi lingkungan
menguntungkan. Beberapa tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul adalah
kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce dan brokoli. Selain kerusakan
langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat
bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh
kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovi.
4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)
Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda
dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak berbercak-
bercak. Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian tanaman yang
terserang akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan
berkerut-kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarnakekuningan, daun-daunnya
terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati. Kutu daun persik merupakan hama yang
menjadi hama utama karena beberapa alasan diantaranya mampu bertahan hidup pada
hampir semua tanaman budidaya, merupakan penular yang paling efisien dibandingkan
hama lainnya.
Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang
diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang
diserang akan mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan
manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun madu. Embun madu menarik
datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan
kualitas buah. Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus (50 jenis virus) seperti,
Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus, Cucumber MosaicVirus (CMV).
Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman dan
menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan
perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau
kecokelatan. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan keriting.
Tunas dan bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, biasanya serangan
bersamaan dengan serangan Thrips dan kutu daun (Endrizal, 2014) .
Daftar Pustaka
Alif. S. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Keriting. Yogyakarta: Bio Genesis.
Agrios, GN. 1997. Planti Panthology, 4rt ed. Academic Press. San Diego.
Endrizal. 2014. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi
Ratulangi, M.M., Semberl, D.T, Rante, C.S., Dien, M.F., Meray, E.R.M., Hamming. 2012.
Diaognosis dan Insiden Panyakit Pada Beberapa Varietas Tanaman Cabe diKota Bitung
dan Kabupaten Minahasa. Jurnal Eugenia. 18(20): 81-88.
Setiawan, A.B., S. Purwanti, dan Toekidjo. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Benih Lima Varietas
Cabai Merah (Capsicum annuum L) di Dataran Menengah. Vegetalika, 1(3):1-11.
Suryana. 2013. Menanam Cabe : Cara Menanam Cabe dan Budidaya Cabe. Dayat Suryana
Sumarni dan Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah Panduan Teknis PTT Cabai
No.2. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Warisno dan Dahana, Kres. 2018. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hasil Pengamtan Plot 1
Nama Bagian Gejala yang Tipe Nama Penyebab Lokasi Foto Temuan/ Foto Pembanding
Tanama Tanama diamati Gejala Penyakit penyakit Temuan dokumentasi dari literatur
n n yang dan Pribadi
diamati Karakteristi
k Lokasi
Pada daun
kedua gejala
yang
diamati
yaitu
terdapat
garis
memanjang
yang Sumber :
berbentuk Hidroponiq.com
memanjang
seperti ulat
yang
berwarna
putih
Individu Sehat
7
Inidvidu Daun Gejala yang Nekrosis Bercak Cercospora
8 ditimbulkan daun sp.
yaitu
terdapat
bercak-
bercak bulat
berwarna
coklat pada
daun dan Sumber :
kering yang Plantix.net
lama-lama
membuat
lubang pada
daun dan
merusak
daun.