Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sakit


Tanaman dikatakan sakit apabila mengalami suatu perubahan dalam proses fisiologis
tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab penyakit sehingga jelas ditunjukkan
adanya gejala. Faktor-faktor penyebab penyakit tersebut dapat meliputi (Agrios, 1997):
- faktor biotik yaitu: fungi, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda, dan tumbuhan tingkat
tinggi;
- faktor abiotik seperti: cuaca, suhu, mineral, senyawa toksik, dan penyebab lainnya
Suatu penyakit dapat menimbulkan gejala yang berbeda atau dapat pula sama dari
tanaman-tanaman yang berbeda. Apabila beberapa penyakit bersama-sama menyerang satu
tanaman, maka gejala yang ditunjukkan oleh tanaman akan sangat sulit untuk dipisahkan
atau ditentukan penyebab utama karena gejala yang timbul merupakan suatu
campuran.Gejala tanaman sakit dapat dibagi berdasarkan sifat gejala yang timbul, pengaruh
langsung dan tidak langsung, berdasarkan ukuran gejala, serta secara morfologis ddan
anatomis (Sutarman, 2017).
1. Berdasarkan sifat gejala yang timbul, gejala tanaman yang sakit dibagi menjadi:
- Gejala lokal (local symptoms): gejala timbul hanya terbatas pada bagian-bagian tanaman
tertentu saja misalnya penyakit pada daun, akar atau buah.
- Gejala sistemik (systemic symptoms): gejala yang timbul disebabkan oleh penyakit yang
menyerang seluruh bagian tanaman: misalnya yang disebabkan oleh virus, diseluruh
bagian tanaman terdapat virus walaupun tepat infeksi pada bagian tertentu dari tanaman
tersebut.
2. Berdasarkan pengaruh langsung dan tidak langsung, gejala tanaman sakit dibagi menjadi:
- Gejala primer (primary symptoms): gejala yang timbul langsung dibagian tanaman
tempat terinfeksi;
- Gejala sekunder (secondary symptoms); gejala yang timbul pada jaringanyang tidak
diserang yang timbul secara tidak langsung akibat adanya patogen (penyebab penyakit) di
dalam tanaman.
3. Berdasarkan ukuranya, gejala tanaman sakit dibedakan menjadi:
- Gejala mikroskopis (microscopic symtoms): gejala suatu penyakit hanya dapat dilihat bila
menggunakan alat pembesar (mikroskop);
- Gejala makroskopis (macroscopic symptoms): gejala suatu penyakit yang dapat dilihat
dengan mata telanjang.

4. Secara morfologi dan antomi gejala penyakit tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi:
a. Hyperplasia adalah pertumbuhan luar biasa oleh perpanjangan atau pembesaran sel-sel,
dinamakan juga hipertropi. Gejala ini meliputi:
- Curl (kriting) ialah gejala pembengkakan tunas atau pengulungan daun sebagai
akibat pertumbuhan tunas atau penggulungan daun sebagai akibat pertumbuhan
setempat dari suatu bagaian anggota tubuh.
- Scab (kudis) adalah bercak-bercak yang tersembul keatas dan kasar sebagai akibat
pertumbuhan luar biasa dari sel epidermis dan jaringan di bawahnya.
- Intumesensi adalah gejala kekurangan zat makanan akibat penggembungan setempat
sel epidermis.
- Tumefeksi (tumefacion) adalah penumpukan bahan makanan yang berlebihan
dibagian atas batang atau akar sehingga menimbulkan pembengkakan; bentuk-
bentuknya adalah: puru (galls), bintil (knots), dan kutil (warts);
- Fasikulasi (fasciculation) yaitu bentuk pertumbuhan yang menyimpang suatu organ;
Proliferasi yaitu pertumbuhan yang melebihi ukuran normal.
b. Hipoplasia yaitu pertumbuhan regresif dengan ukuran sel-sel; atau ukurannya tidak
dapat mencapai ukuran normal atau kerdil (dwarf).

c. Nekrosis yaitu matinya jaringan baik pada kulit kayu maupun daun yang disebabkan
oleh patogen meliputi gejala:
- Blight yaitu kematian yang cepat dari seluruh anggota tubuh tumbuhan atau bagian
luas dari daun termasuk tulang daun karena aktifitas patogen.
- Terbakar (scorch/burn) yaitu daun yang menunjukkan kamatian yang cepat dan
meliputi bagian yang luas dan tidak teratur.
- Blast yaitu kematian yang cepat dari bagian pucuk atau bagian perbungaan.
- Busuk kering (dry rot atau bark rot) terdapat pada kulit kayu; disebabkan oleh fungi.
Jika jaringan kalus terbentuk pada tepi bagian yang kena infeksi, maka akan
terbentuk kanker.
- Busuk basah (wet rot) adalah nekrosisberlendir dan basah, bercak tidak mempunyai
bentuk yang khusus termasuk dalam gejala ini gejala yang disebabkan oleh fungi,
nematoda dan virus adalah busuk akar (root rot) dan damping off.
2.2 Daur Penyakit (Disease Cycle)
Disease Cycle adalah daur terjadinya penyakit yang melibatkan perubahan pada
tumbuhan dan gejala tumbuhan serta perubahan kehidupaan patogen pada lama periode
dalam satu musim (tanam) dan dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya Daur
penyakit merupakan proses dalam patogenesis meliputi (Sutarman, 2017) :
1. Inokulasi yaitu proses kontaknya inokulum dengan tumbuhan inang; pada saat ini
keberhasilan pendaratan atau sampainya inokulum ke bagian tanaman atau kondisi
predisposisi patogen sangat menentukan tahap awal dari proses terjadinya penyakit;
2. Penetrasi yaitu masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inang misalnya melalui
kutikula, sel epidermis, atau ruang interselular; proses ini dimulai dengan perkecambahan
spora (pada kasus patogennya adalah fungi) atau munculnya tabung kecambah yang
kemudian berkembang menjadi struktur yang berperan untuk melekatkan diri ke
permukaan inang, kemudia tumbuh haustorium yaitu suatu struktur atau organ yang
berperan khusus mengambil makanan;
3. Penetrasi atau proses masuknya patogen dan atau bagian tubuh patogen ke dalam tubuh
tanaman bisa melalui lubang alami atau melalui luka seperti yang biasa dilakukan oleh
bakteri; virus masuk melalui luka yang dibuat oleh (serangga) vektornya, sedangkan
fungi melakkan penetrasi selain melalui lubang alami dan luka juga melakukan penetrasi
langsung dengan menggunakan apresorium yang merupakan ujung hifa yang runcing.
4. Infeksi yaitu proses patogen mengadakan kontak dengan sel-sel jaringan tumbuhan yang
peka dan mengambil makanan dari padanya sehinggga timbul penyakit. Untuk terjadinya
infeksi maka organisme harus dalam keadaan patogenik, tumbuhan inangnya peka, dan
kondisinya sesuai. Interval antara inveksi pada tumbuhan dan timbulnya gejala penyakit
disebut periode inkubasi;
5. Invasi atau fase penyerangan, di mana untuk fungi akan tumbuh miselium di dalam sel-
sel di lapisan/jaringan kutikula, epidermis, atau jaringan lainnya atau dapat juga
menyelimuti permukaan sel-sel/jaringan; pada saat ini miselium dapat menyebar atau
tumbuh berkembang secara intraselular atau interselular. Bakteri sebagai sel tunggal dan
virus menyerang secara intraselular atau masing-masing melakukan pertumbuhan di
dalam sel, sedangkan fungi bisa tumbuh dari satu sel menembus sel lainnya;
6. Pertumbuhan dan reproduksi, patogen tumbuh menghasilkan struktur tubuh yang biasa
digunakan untuk kelangsungan hidup jenis ini di luar sistem patogenisitas atau untuk
keperluan tumbuh dan hidup di sistem patogenisitas yang baru atau pada inang yang baru
dan dikenal sebagai inokulum yaitu seperti: spora, miselium, konidium, sklerotium,
klamidospora.
7. Diseminasi atau pemencaran/penyebaran inokulum yaitu pemindahan inokulum patogen
dari suatu sumber (di bagian inang yang terserang patogen) ke inang lainnya. Pemencaran
inokulum dilakukan melalui:
- Udara; aliran udara akan memindahkan atau memencarkan inokulum;
- Melalui air dapat dalam bentuk: tersebarkan melalui air hujan dan air irigasi yang
bergerak ke permukaan tanah, pemindahan inokulum melalui percikan air hujan atau
penyemprotan.
- Pemencaran oleh manusia.
Ketika patogen merampung seluruh langkah tersebut, maka patogen dikatakan sudah
menyelesaikan siklus penyakitnya. Dari satu siklus, maka reproduksi lainnya di
permukaan tubuh inang.
2.3 Tanaman Cabai
Cabai merah (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (Setiawan et al., 2005). Tanaman cabai merah merupakan
tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan
kapsaisin. Di Indonesia tanaman tersebut dibudidayakan sebagai tanaman semusim pada
lahan bekas sawah dan lahan kering atau tegalan. (Sumarni dan Muharam, 2005). Cabai
digunakan sebagai bahan penyedap makanan karena memiliki rasa pedas, Selain digunakan
sebagai bahan penyedap makanan cabai dikenal kaya akan vitamin, mineral dan karbohidrat
serta kandungan zat-zat gizi lain yang cukup tinggi. Selain dimanfaatkan sebagai bahan
masakan cabai juga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Ratulangi et al., 2012).
Menurut Alif (2017) klasifikasi tanaman cabai sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : magnoliophyta
Kelas : magnoliopsida
Ordo : solanales
Family : solanaceae
Genus : capcisum
Spesies : capsicum annum L
Menurut Warisno dan Dahana (2018), morfologi tanaman cabai sebagai berikut:
a. Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Daun cabai umumnya
berwarna hijau muda sampai hijau gelap. Bentuk umumnya bulat telur, lonjong dan oval
dengan ujung meruncing, permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang bererut-
kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3-11 cm, dengan lebar antara 1-5 cm.
b. Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Batang tanaman
cabai berwarna hijau, hijau tua atau hijau muda. batang biasanya tumbuh sampai
ketinggian tertentu, yang membentuk banyak percabangan. batang yang telah tua
(biasanya batang paling bawah) akan muncul warna cokelat seperti kayu. Untuk jenis
cabai rawit biasanya tidak melebihi 100 cm, untuk jenis cabai besar mencapai ketinggian
2 meter bahkan lebih.
c. Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut
saja.Terdapat bintil - bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroor
ganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke
arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
d. Bunga
Bunga tanamana cabai bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama seperti berbentuk
bintang. Bunga pada cabai biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal
atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasa terdapat 2-3 bunga saja. Bunga
tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga
jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu sama
(atau hamper sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Untuk
mendapatkan hasil buah yang baik diutamakan penyerbukan silang. Penyerbukan
tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah.
e. Buah
Buah cabai berbeda-beda bentuk dan ukurannya: cabai keriting, cabai besar, yang lurus
dan bisa mencapai ukuran sebesar ibu jari, cabai rawit yang kecil-kecil tapi pedas,
paprika yang berbentuk seperti apel, dan bentuk-bentuk cabai hias lain yang beragam.

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai


Adapun syarat tumbuh tanaman cabai menurut Suryana (2013) yaitu:
a. Tanah
Tanah merupakan salah satu syarat dalam cara menanam cabe yang baik. Tanah yang di
rekomendasikan untuk menanam cabai adalah tanah yang gembur dan juga subur dan
kaya dengan zat makan (zat hara). Pertumbuhan cabai akan optimal jika ditanam pada
tanah dengan pH 6-7.
b. Iklim
Cabai bisa tumbuh di daerah yang mempunyai banyak curah hujan ataupun di daerah
yang kurang hujan, yang terpenting suhunya sekitar 25-31 derajat (celcius). Bibit yang
sudah berumur 1 bulan harus cepat ditanam agar tidak layu, dan waktu penanaman yang
baik adalah sore hari. Ciri-ciri benih yang siapa tanam; tidak terserang penyakit dan
hama, pertumbuhan benih seragam.
c. Penanaman
Untuk penanaman usahakan jangan terlalu dekat/rapat jaraknya, hal ini untuk mengurangi
serangan dari hama penyakit. Selain itu juga untuk mempermudah dalam perawatan.
Kira-kira jarak tanam yang ideal adalah 60x60 cm. Tetapi jarak tanam harus disesuaikan
dengan musim, bila kemarau bisa dirapatkan .

2.5 Jenis - Jenis penyakit pada tanaman cabai


Pada umumnya penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah disebabkan oleh
cendawan, terutama disebabkan oleh lahan yang selalu lembab sehingga memungkinkan
cendawan berkembang dengan baik. Beberapa jenis penyakit penting yang menyerang
tanaman cabai merah (Endrizal, 2014), antar lain :
1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp)
Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning
dan menjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi layu.
Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup hifa putih
seperti kapas. Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman maksimum, maka
tanaman masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai pada
batang, maka buah kecil akan gugur.
2. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Ralstonia solanacearum)
Pada tanaman tua, layu pertama biasanya terjadi pada daun yang terletak pada
bagian bawah tanaman. Pada tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun bagian
atas tanaman. Setelah beberapa hari gejala layu diikuti oleh Layu yang tiba-tiba dan
seluruh daun tanaman menjadi layu permanen, sedangkan warna daun tetap hijau,
kadang-kadang sedikit kekuningan. Jaringan vaskuler dari batang bagianbawah dan akar
menjadi kecoklatan. Bila batang atau akar dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam
air yang jernih, maka akan keluar cairan keruh koloni bakteri yang melayang dalam air
menyerupai kepulan asap.
Serangan pada buah menyebabkan warna buah menjadi kekuningan dan busuk.
Infeksi terjadi melalui lentisel dan akan lebih cepat berkembang bila ada luka mekanis.
Penyakit berkembang dengan cepat pada musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh
Pseudomonas solanacearum, bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa
tanaman, pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu, bakteri ini mampu
bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Penyakit ini
cepat meluas terutama di tanah dataran rendah.
3. Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
Gejala awal penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak yang agak
mengkilap, sedikit terbenam dan berair, berwarna hitam, orange dan coklat. Warna hitam
merupakan struktur dari cendawan (mikro skelerotia dan aservulus), apabila kondisi
lingkungan lembab tubuh buah akan berwarna orange atau merah muda. Luka yang
ditimbulkan akan semakin melebar dan membentuk sebuah lingkaran konsentris dengan
ukuran diameter sekitar 30 mm atau lebih. Dalam waktu yang tidak lama buah akan
berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk, ledakan penyakit ini sangat cepat
pada musim hujan. Serangan yang berat menyebabkan seluruh buah keriput dan
mengering. Warna kulit buah seperti jerami padi.Penyakit ini menyerang bagian buah
cabai, baik buah yang masih muda maupun yang sudah masak.
Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih. Penyebaran
penyakit ini terjadi melalui percikan air, baik air hujan maupun alat semprot. Suhu
optimum bagi perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C. Penyakit ini
menyerang bagian buah cabai, baik buah yang masih muda maupun yang sudah masak.
Cendawan ini termasuk salah satu patogen yang terbawa oleh benih. Penyebaran penyakit
ini terjadi melalui percikan air, baik air hujan maupun alat semprot. Suhu optimum bagi
perkembangan cendawan ini berkisar antara 20–24° C.
4. Penyakit Virus kuning (Gemini Virus)
Helai daun mengalami vein clearing dimulai dari daun pucuk berkembang
menjadi warna kuning jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas. Infeksi
lanjut dari gemini virus menyebabkan daun mengecil dan berwarna kuning terang,
tanaman kerdil dan tidak berbuah. Keberadaan penyakit ini sangat merugikan karena
mampu mempengaruhi produksi buah. Selain cabai virus ini juga mampu menyerang
tanaman tomat, buncis, gula bit, babadotan, atau tanaman pertanian yang lain. Penyakit
ini disebabkan oleh virus gemini dengan diameter partikel isometri berukuran 18–22 nm.
Virus gemini mempunyai genome sirkular DNA tunggal. Virus dapat ditularkan melalui
penyambungan dan melalui vektor Bemisia tabaci.
5. Penyakit bercak daun (Cercospora sp.)
Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada daun, batang dan akar. Gejala serangan
penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan
kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai
putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang
.Bercak daun mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai,
daun yang terserang akan layu dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang
tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua.
Serangan berat meyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi
ini akan mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah. Kondisi
lingkungan yang selalu hujan mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit
bercak daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase baik,
penyakit layu kurang berkembang.
2.6 Hama penyakit pada tanaman cabai

1. Thrips ( Thrips parvispinus Karny) & (Thripidae:Thysanoptera)

Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun
(terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak keperak -
perakkan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau
keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk
menggulung ke dalam dan muncul benjolan seperti tumor, pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati. Hama ini merupakan vektor
penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama
sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan
populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan.

2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Lalat buah menyebabkan kerusakan pada buah cabai yang masih muda maupun buah
yang sudah matang. Buah yang terserang akan membusuk dan kemudian jatuh ke tanah.
Gejala awal terlihat dari adanya titik hitam pada bagian pangkal buah, titik hitam pada
pangkal buah muncul karena aktifitas lalat buah dewasa yang memasukkan telurnya pada
buah cabai. Telur tersebut akan menetas dan berkembang di dalam buah cabai. Larva
yang terdapat di dalam buah menimbulkan kerusakan dari dalam, buah menjadi berwarna
kuning pucat dan layu. Kualitas buah cabai yang terserang hama ini akan menurun dan
tidak layak untuk dipasarkan.Serangan berat terjadi pada musim hujan disebabkan oleh
bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah
yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.

3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya sel-
sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi
tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Embun muda yang
dikeluarkan oleh kutu kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang berwarna
hitam, menyerang berbagai stadia tanaman. Keberadaan embun jelaga menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis pada daun.Kisaran inang serangga ini cukup luas dan
dapat mencapai populasi yang besar dalam waktu yang cepat apabila kondisi lingkungan
menguntungkan. Beberapa tanaman pertanian yang menjadi inang kutu kebul adalah
kentang, timun, melon, labu, terong, cabai, lettuce dan brokoli. Selain kerusakan
langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat berbahaya karena dapat
bertindak sebagai vektor virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh
kutu kebul antara lain Geminivirus, Closterovi.
4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)

Kutu daun yang berada pada permukaan bawah daun mengisap cairan daun muda
dan bagian tanaman yang masih muda. Daun yang terserang akan tampak berbercak-
bercak. Hal ini akan menyebabkan daun menjadi keriting. Pada bagian tanaman yang
terserang akan didapati kutu yang bergerombol. Bila terjadi serangan berat daun akan
berkerut-kerut (menjadi keriput), tumbuhnya kerdil, berwarnakekuningan, daun-daunnya
terpuntir, menggulung kemudian layu dan mati. Kutu daun persik merupakan hama yang
menjadi hama utama karena beberapa alasan diantaranya mampu bertahan hidup pada
hampir semua tanaman budidaya, merupakan penular yang paling efisien dibandingkan
hama lainnya.

5. Kutu Daun (Aphididae)

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang
diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun yang
diserang akan mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan
tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan
manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun madu. Embun madu menarik
datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan
kualitas buah. Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus (50 jenis virus) seperti,
Papaya Ringspot Virus, Watermelon Mosaic Virus, Cucumber MosaicVirus (CMV).

6. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.)

Tungau menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman dan
menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan
perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau
kecokelatan. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan keriting.
Tunas dan bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, biasanya serangan
bersamaan dengan serangan Thrips dan kutu daun (Endrizal, 2014) .
Daftar Pustaka

Alif. S. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Keriting. Yogyakarta: Bio Genesis.

Agrios, GN. 1997. Planti Panthology, 4rt ed. Academic Press. San Diego.

Endrizal. 2014. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi

Ratulangi, M.M., Semberl, D.T, Rante, C.S., Dien, M.F., Meray, E.R.M., Hamming. 2012.
Diaognosis dan Insiden Panyakit Pada Beberapa Varietas Tanaman Cabe diKota Bitung
dan Kabupaten Minahasa. Jurnal Eugenia. 18(20): 81-88.

Setiawan, A.B., S. Purwanti, dan Toekidjo. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Benih Lima Varietas
Cabai Merah (Capsicum annuum L) di Dataran Menengah. Vegetalika, 1(3):1-11.

Suryana. 2013. Menanam Cabe : Cara Menanam Cabe dan Budidaya Cabe. Dayat Suryana

Sumarni dan Muharam. 2005. Budidaya Tanaman Cabai Merah Panduan Teknis PTT Cabai
No.2. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sutarman. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tanaman. Umsida Press.

Warisno dan Dahana, Kres. 2018. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hasil Pengamtan Plot 1

Nama Bagian Gejala yang Tipe Nama Penyebab Lokasi Foto Temuan/ Foto Pembanding
Tanama Tanama diamati Gejala Penyakit penyakit Temuan dokumentasi dari literatur
n n yang dan Pribadi
diamati Karakteristi
k Lokasi

Individu Daun Gejala yang Nekrosis Bercak Cercospora


1 terdapat Daun sp.
pada daun
yakni daun
mulai
menguning
secara
keseluruhan,
serta
terdapat
bercak-
bercak yang
semakin Sumber :
membesar Plantix.net
dan merusak
daun
Individu Sehat
2

Individu Daun Gejala pada Nekrosis Bercak Cercospora


3 daun yang Daun sp.
pertama
Lalat Hama Lalat
yaitu
Penggoro penggorok
terdapat
k Daun daun
bercak- (Agromyzeda
bercak bulat e)
berwarna
coklat pada
daun dan
Sumber :
kering yang
Plantix.net
lama-lama
membuat
lubang pada
daun dan
merusak
daun.

Pada daun
kedua gejala
yang
diamati
yaitu
terdapat
garis
memanjang
yang Sumber :
berbentuk Hidroponiq.com
memanjang
seperti ulat
yang
berwarna
putih

Individu Daun Gejala pada Nekrosis Bercak Xanthomonas


4 daun yakni Bakteri campestris pv
terdapat
bercak-
bercak
merah kecil
yang
terdapat
pada daun.
Sumber :
Hidroponiq.com
Individu Sehat
5

Individu Daun Gejala Hyperplasi Virus Gemini virus


6 penyakit a Kuning
pada daun Hama Lalat
pengamatan Nekrosis Lalat penggorok
pertama Penggoro daun
yaitu daun k Daun (Agromyzeda
pucuk e)
berkembang
menjadi
warna agak Sumber :
kuning, Kampustani. com
tulang daun
menebal dan
daun
menggulung
ke atas
sehingga
menyebbaka
n daun
mengecil.
Pada gejala
pengamatan
daun kedua
yaitu
terdapat
garis
memanjang Sumber :
yang Hidroponiq.com
berbentuk
memanjang
seperti ulat
yang
berwarna
putih

Individu Sehat
7
Inidvidu Daun Gejala yang Nekrosis Bercak Cercospora
8 ditimbulkan daun sp.
yaitu
terdapat
bercak-
bercak bulat
berwarna
coklat pada
daun dan Sumber :
kering yang Plantix.net
lama-lama
membuat
lubang pada
daun dan
merusak
daun.

Anda mungkin juga menyukai