ANTIBIOTIK
Disusun Oleh:
Farra Oktaviani
Firzan Fatansyah
Gita Fitri
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang bekerja
mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri, dengan toksisitas relatif kecil bagi manusia.
Turunan zat yang dibuat semi-sintesis maupun sintesis dengan khasiat antibakteri, juga termasuk
antibiotik (Tjay & Rahardja 2007). Demam tifoid disebut juga enteric fever, tifus, atau paratifus
abdominalis adalah salah satu infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella enterik
serotype typhi atau paratyphi (Wibisono et al 2014). Gejala klinis demam tifoid dapat berupa
asimptomatik, simptomatik ringan sampai berat, atau muncul gejala penyakit yang khas disertai
komplikasi, bahkan kematian (Widodo, 2014). Antibiotik chloramphenicol merupakan salah satu
first line drug dari demam tifoid, tetapi masih banyak pula pilihan antibiotik lain sebagai terapi
alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan (Mandal et al 2008). Antibiotik memang memiliki
banyak manfaat, tetapi penggunaannya turut berkontribusi terhadap terjadinya resistensi
(Katzung, 2007). Peresepan antiobiotik hendaknya memperhatikan sisi rasionalitas, yaitu tepat
pemilihan jenis antibiotik, tepat dosis, sesuai dengan indikasi dan tepat pasien, efek samping
minimal, tepat kombinasi bila perlu, harga yang terjangkau, dengan peningkatan efek terapeutik
serta penurunan resistensi dan toksisitas obat (Amin et al., 2014).
Tujuan :
a) Memahami Pengertian antibiotik
b) Mengetahui dan memahami cara kerja dari antibiotik
c) .Mengetahui dan memahami pemanfaatan antibiotik
Rumusan Masalah :
a) Apa yang dimaksud dengan antibiotik?
b) Bagaimana cara kerja dari antibiotik?
c) Sejarah penemuan antibiotik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Antibiotik
2.1.1 Definisi antibiotik
Antibiotik adalah zat kimiawi, yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara
semisintesis, yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain terutama bakteri karena memiliki sifat toksik. Sifat
toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan ada pula yang langsung membunuh bakteri
(efek bakterisid). Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
Permasalahan dalam penggunaan terapi antibiotik adalah ketika bakteri sudah resistensi
terhadap antibiotik. Pemilihan antibiotik harus didasarkan atas spektrum antibiotik,
efektivitas klinik, keamanan, kenyamanan dan cocok tidaknya obat yang dipilih untuk
pasien bersangkutan, biaya atau harga obat, serta potensi untuk timbulnya resistensi dan
risiko superinfeksi.
Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap translasi dan transkripsi meterial
genetik.
Mekanisme kerja antibiotik golongan ini belum diketahui secara jelas. Bakteri memiliki
ribosom 70S sedangkan mamalia memiliki ribosom 80S. Subunit dari masing-masing tipe
ribosom, komposisi kimiawi dan spesifisitas fungsionalnya jelas berbeda sehingga dapat
dijelaskan mengapa obat-obat antimikroba dapat menghambat sintesis protein pada ribosom
bakteri tanpa menimbulkan efek pada ribosom mamalia Pada sintesis protein mikroba secara
normal, pesan pana mRNA secara simultan dibaca oleh beberapa ribosom yang ada di sepanjang
untai RNA yang disebut sebagai polisom.
b. Vankomisin
Vankomisin merupakan antibiotika lini ketiga yang terutama aktif terhadap
bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang
disebabkan oleh Streptococcus aureus yang resistensi terhadap metisilin
(MRSA). Semua basil Gram-negatif dan mikobakteri resisten terhadap
vankomisin. Vankomisin diberikan secara intravena, dengan waktu paruh
sekitar 6 jam. Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam,
flushing dan hipotensi (pada infus cepat), serta gangguan pendengaran dan
nefrotoksisitas pada dosis tinggi.Contoh obat ini antara lain Vancodex,
Vancomycin Hydrochloride, dan Vancep
c. Basitrasin
Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida, yang
utama adalah basitrasin A. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan
kulit, serta bedak untuk topikal. Basitrasin jarang menyebabkan
hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering dikombinasi dengan
neomisin dan/atau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki
sirkulasi sistemik.Berbagai bakteri kokus dan basil Gram-positif, Neisseria,
H. influenzae, dan Treponema pallidum sensitif terhadap obat ini. Contoh
obat ini antara lain Bacitracin – Polymyxin B, Enbatic, Liposin, NB Topical
Ointment, Nebacetin, Scanderma Plus, dan Tracetin
b. Nitrofuran
Nitrofuran meliputi Nitrofurantoin, Furazolidin dan Nitrofurazo. Nitrofuran
dapat menghambat bakteri Gram-positif dan negatif, termasuk E.coli,
Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonella
sp, Shigella sp dan Proteus sp.
Penggolongan berdasarkan spektrum atau kisaran terjadinya, antibiotik dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaiu (Pratiwi 2008):
1. Antibiotik berspektrum sempit (narrow spektrum), yaitu antibiotik yang hanya mampu
menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau
membunuh bakteri gram negatif saja. Yang termasuk dalam golongan ini yaitu penisilin,
strepomisin, neomisin, basitrasin.
2. Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik yang mampu menghambat
atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun negatif. Yang termasuk
dalam golongan ini adalah tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,
sefalosporin, carbapenem dan lain-lain. Biasanya digunakan untuk mengobati penyakit
infeksi yang belum diidentifikasi dengan kultur dan isolasi bakteri maupun uji
sensitifitas.
Pada penggunaan antibiotik spektrum luas, tumpang tindih antara bakteriostatik dan
bakterisidal menjadi tidak jelas. Pada konsentrasi tinggi, obat-obat golongan
bakteriostatik dapat memiliki efek bakterisidal pada mikroba yang sesuai. Sebagai
contohnya: Antibiotik golongan makrolid adalah golongan bakteriostatik, tetapi
eritromisin, azitromisin dan klaritomisin menunjukkan kerja bakterisidal pada in vitro
terhadap Streptococcus pyogenes dan Streptococcus pneumonia. Kloramfenikol memiliki
efek bakterisidal terhadap Streptococcus pneumonia, tetapi memiliki efek bakteriostatik
pada Streptococcus aureus dan Streptococcus grup B. Klindamisin dapat memiliki efek
bakterisidal tergantung mikroorganisme penyebab dan lingkungan. Linezolid memiliki
efek bakteriostatik pada pengobatan Staphylococcus dan Enterococcus, namun memilik
efek bakterisidal terhadap Streptococcus. Sebaliknya, antibiotik bakterisidal spektrum
luas juga memiliki efek bakteriostatik. Antibiotik bakterisidal dalam konsentrasi rendah
biasanya memiliki efek bakteriostatik, misalnya Quinupristin-dalfopristin memiliki efek
bakterisidal terhadap Staphylococcus dan Streptococcus namun memiliki efek
bakteriostatik terhadap Enterococcus faecium.
C. REPRODUKSI
1. Bacillus subtilis
Dapat membagi simetris untuk membuat dua sel anak (pembelahan biner), atau
asimetris, menghasilkan endospora tunggal yang dapat bertahan hidup selama puluhan
tahun dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti
kekeringan, salinitas, pH ekstrim, radiasi, dan pelarut. endospora terbentuk pada waktu
stres gizi, yang memungkinkan organisme untuk bertahan di lingkungan sampai
kondisi menjadi baik. Sebelum proses sporulasi sel mungkin menjadi motil dengan
memproduksi flagella, mengambil DNA dari lingkungan, atau menghasilkan antibiotik.
tanggapan ini dipandang sebagai upaya untuk mencari nutrisi dengan mencari
lingkungan yang lebih menguntungkan, memungkinkan sel untuk menggunakan materi
genetik yang menguntungkan baru atau hanya dengan membunuh kompetisi.
2. Streptomyces griseus
Siklus hidup Streptomyces griseus ialah dengan membentuj rantai spora yang di sebut
arthospore ketika kekurangan nutrisi di lingkungan bakteri tersebut tumbuh. Di
samping itu cara reproduksi lain dari Streptomyces Griseus ialah dengan cara
membelah diri (Acker,et all.1954).
H. PERANAN
Bacillus subtilis: Berperan dalam pembuatan antibiotic basitrasin.
Streptomyces Griseus: Bakteri penghasil antibiotic streptomycin.
KESIMPULAN
Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang bekerja
mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri, dengan toksisitas relatif kecil bagi manusia.
Turunan zat yang dibuat semi-sintesis maupun sintesis dengan khasiat antibakteri, juga termasuk
antibiotic. Pemilihan antibiotik harus didasarkan atas spektrum antibiotik, efektivitas klinik,
keamanan, kenyamanan dan cocok tidaknya obat yang dipilih untuk pasien bersangkutan, biaya
atau harga obat, serta potensi untuk timbulnya resistensi dan risiko superinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks GF, Butel JS, dan Morse SA. 1998. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical
Microbiology, 21st ed. Prentice Hall International Inc. 145 – 176.
Hata, T., Omura, S., Iwaw, Y., Ohno, H., Takeshima, T. & Yamaguchi, N. 1972. Studies on
Penicillinase Iinhibitors Produces by Microorganisms. J. Antibiot, 25:473- 473.
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta
Kemenkes RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan Kefarmasian, Jakarta.
Mandal., et al. 2009. Lecture Notes Penyakit Infeksi. Edisi Keenam. Alih bahasa oleh Surapsari,
Juwalita. Jakarta : Erlangga.
Suwandi, U. 1989. Mikroorganisme Penghasil Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran. 58: 37-40
Tjay, T.H & Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.