Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar antibiotik

Antibiotik berasal dari kata anti = lawan dan bios = hidup. Antibiotik
adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki
sifat anti bakteri, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Kegiatan
antibiotis pertama kali ditemukan oleh dr. Alexander fleming , inggris,
penisilin. Namun obat ini baru dikembangkan pada permulaan perang dunia
ketika obat-obat anti bakteri sangat diperlukan unuk mengobati luka-luka
akibat pertempuran.

Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat


membunuh bakteri, terdapat banyak jenis antibiotik yang bekerja secara
berbeda terhadap bakteri, biasanya antibiotik tidak bekerja langsung
terhadap virus. Antibiotik dihasilkan oleh bakteri, organisme eukaryotik,
termasuk tanaman. Biasanya dihasilkan untuk melindungi diri dan
membunuh bakteri lain (Lerner, K. Lee and Lerner, Brenda Wilmoth,
2003).

Antibiotik merupakan obat yang banyak diresepkan pada pasien, namun


penggunannya sering kali tidak tepat. Akibatnya terjadinya peningkatan
resistensi kuman terhadap antibiotik. Hal ini terjadi salah satunya karena
faktor kurangnya informasi yang akurat sehingga dapat mengakibatkan
tingginya tingkat konsumsi yang tidak tepat (Baltazar et al, 2009).

1.2 Sifat- sifat antibiotik (minimal 5)

a. Aktivitas mikrobiologi :Antibiotik harus terikat pada tempat ikatan


spesifiknya (misalnya ribosom atau ikatan penisilin pada dinding sel).

b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi
kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.

1
c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang
cukup memadai agar diperoleh efek yang adekuat.

d. Kadar hambat minimal. Kadar ini menggambarkan jumlah minimalobat


yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

e. Memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya,


antibiotiktersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif
tidak toksik untukinang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987).

f. Bersifat Bakteriostatik yaitu bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan


atau perkembangan dari bakteri.

g. Bersifat Bakterisidal yaitu bekerja dengan cara membunuh bakteri.

1.3 Syarat- syarat antibiotik (minimal 3)

a. mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan


mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
b. tidak menimbulkan terjadinya resistensi dan mikroorganisme patogen.

c. tidak menimbulkan pengaruh efek samping (side effect) yang buruk pada
host, seperti : reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung dan sebagainya.

d. tidak mengganggu keseimbangan flora normal dari host seperti flora usus
atau flora kulit (Entjang, 2003).

1.4 Klasifikasi antibiotik (pengertian, sistem kerja dan contoh minimal 3)

- Penggolongan berdasarkan daya bunuh terhadap bakteri


a. Bakterisid secara aktif membunuh kuman

Mengandung senawa aktif secara langsung membunuh bakteri. Untuk


membunuh bakteri , antibiotik jenis ini menargetkan dinding sel luar,
membran sel bagian dalam, dan susunan kimia bakteri. Contoh penicilin =
menerang dinding luar , polmixin = menargekan membran sel, quinolone =
mengganggu jalur enzim.

b. Bakteriostatik, antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau


menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya sehingga pembas

2
mian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh.
Mekanisme kerja antibiotik bakteriostatik adalah dengan mengganggu
sintesis protein pada bakteri penyebab penyakit. Contoh antibiotik
bakteriostatik populer adalah spectinomycin (mengobati gonore),
tetracycline (umum digunakan untuk infeksi), chloramphenicol (untuk
semua jenis infeksi bakteri), dan macrolide (efektif bakteri gram positif).

- Penggolongan berdasarkan spektrum kerja antibiotik


a. Spektrum luas (broad spectrum), Antibiotik yang besifat aktif terhadap
bakteri
gram positifdan gram negatif.Membunuh semua jenis bakteri didalam tub
uh. Dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi antibiotik jenis ini
karena akan membunuh
jenis bakteri lainnya yang sangat berguna untuk tubuh kita.
Antibiotik yang termasuk kategori ini adalah cephalosporin
b. Spektrum sempit (narrow spectrum), Antibiotik yang bersifat aktif hanya
terhadap bakteri gram positif atau gram negatif saja. Contoh : Penisilin G,
streptomisin

- Penggolongan berdasarkan cara kerjanya.


Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

1) Menghambat sintesis dinding sel bakteri.


Bakteri mempunyai dinding sel yang merupakan lapisan
luar dan kaku untuk mempertahankan bentuk sel dan mengatur
tekanan osmotik di dalam sel. Dinding sel bakteri Gram positif
mempunyai struktur dinding sel yang berbeda dengan bakteri Gram
negatif. Tempat kerja antibiotik pada dinding sel bakteri adalah
lapisan peptidoglikan. Lapisan ini sangat penting dalam
mempertahankan kehidupan bakteri dari lingkungan yang
hipotonik, sehingga kerusakan atau hilangnya lapisan ini akan
menyebabkan hilangnya kekauan dinding sel dan akan
mengakibatkan kematian. Golongan ini antara lain beta-laktam
(penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-
laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
2) Menghambat fungsi membrane plasma

3
Sitoplasma pada sel-sel hidup berikatan dengan membran
sitoplasma yang berperan di dalam barier permeabilitas selektif,
berfungsi di dalam transport aktif dan mengontrol komposisi
internal dari sel. Bila fungsi integritas membran sel ini terganggu
maka ion dan makromolekul akan keluar dari sel dan akan
menghasilkan kerusakan dan kematian sel. Membran sitoplasma
bakteri dan jamur mempunyai struktur yang berbeda dengan sel-sel
hewan dan dapat lebih mudah dirusak oleh beberapa bahan kimia
atau obat. Golongan ini antara lain amfoterisin B, kolistin,
imidazol, polien dan polimiksin.
3) Menghambat sintesis asam nukleat
Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri melalui
pengikatan pada DNA dependent RNA polymerase. Rantai
polipeptida dari enzim polimerase melekat pada faktor yang
menunjukkan spesifisitas di dalam pengenalan letak promoter
dalam proses transkripsi DNA. Rifampin berikatan secara
nonkovalen dan kuat pada subunit RNA polimerase dan
mempengaruhi proses inisiasi secara spesifik sehingga
mengakibatkan hambatan pada sintesis RNA bakteri. Golongan ini
antara lain kuinolon dan nitrofuran.
4) Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap
translasi dan transkripsi material genetik
Mekanisme kerja antibiotik golongan ini belum diketahui
secara jelas. Bakteri memiliki ribosom 70S sedangkan mamalia
memiliki ribosom 80S. Subunit dari masing-masing tipe ribosom,
komposisi kimiawi dan spesifisitas fungsionalnya jelas berbeda
sehingga dapat dijelaskan mengapa obat-obat antimikroba dapat
menghambat sintesis protein pada ribosom bakteri tanpa
menimbulkan efek pada ribosom mamalia. Golongan ini antara lain
aminoglikosida, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolid, linkomisin
dan klindamisin.
5) Menghambat metabolism folat
Trimetoprim dan sulfonamid mempengaruhi metabolisme
folat melalui penghambatan kompetitif biosintesis tetrahidrofolat
yang bekerja sebagai pembawa 1 fragmen karbon yang diperlukan
untuk sintesis DNA, RNA dan protein dinding sel.

1.5 Resistensi Antibiotik (pengertian, penyebab, mekanisme)


Resistensi adalah ketahanan atau daya tahan terhadap sesuatu. Resistensi
dapat terjadi secara resistensi alami . Resitensi alami adalah secara alami

4
mikroorganisme resistensi terhadap antibiotik tertentu. Contohnya
pseudomonas aeruginosa secara alami resisten terhadap antibiotik golongan
makrolid ialah eritromicin. Dan dapat juga terjadi resistensi didapat apabila
sebelumna sensitif terhadap suatu antibiotik kemudian jadi resisten. Ada dua
kemungkinan terjadi apabaila ada mutasi pada kromosom dna bakteri materi
gen spesifik menghambat mekanisme kerja antibitik. Contoh pseudomonas
aeruginosan resisten terhadap haemophillus.

Penyebab resistensi

- Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional): terlalu singkat, dalam


dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah, dalam potensi
yang tidak adekuat.
- Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan
yang salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotik
dalam penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya
flu, batuk-pilek, demam yang banyak dijumpai di masyarakat. Pasien
dengan kemampuan finansial yang baik akan meminta diberikan
terapi antibiotik yang paling baru dan mahal meskipun tidak
diperlukan. Bahkan pasien membeli antibiotika sendiri tanpa peresepan
dari dokter (self medication). Sedangkan pasien dengan kemampuan
finansial yang rendah seringkali tidak mampu untuk menuntaskan
regimen terapi.
- Peresepan: dalam jumlah besar, meningkatkan unnecessary health care
expenditure dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru. Peresepan
meningkat ketika diagnose awal belum pasti. Klinisi sering kesulitan
dalam menentukan antibiotik yang tepat karena kurangnya pelatihan
dalam hal penyakit infeksi dan tatalaksana antibiotiknya.
- Perilaku hidup sehat: terutama bagi tenaga kesehatan, misalnya mencuci
tangan setelah memeriksa pasien atau desinfeksi alat-alat yang akan
dipakai untuk memeriksa pasien.
- Penelitian: kurangnya penelitian yang dilakukan para ahli untuk
menemukan antibiotika baru(Bisht et al,2009)

5
Mekanisme molekular resistensi terhadap antibiotik

Resistensi dapa terjadi karena adana gen resisten. Gen resiten pada bakteri
berfungsi melindungi terhadap inhibitori effec dari antibiotik. Gen resisten
dapat melakukan coding protein transpor membran untuk mencegah
antibiotik masuk sel bakteri. Sehingga mencegah kontak dengan targetna.
Bakteri memperoleh gen resisten dari transduksi, ialah perpindahan informasi
genetik oleh virus penginfeksi bakteri ang disebut bakteruifage. Fage
berikatan pada membran sel bakteri lalu melakukan injeksi. Ada dua hal ang
dilakukan oleh fage ialah dna dapat menjadi non infektif dan menggabungkan
gen ang membawana ke dalam dna bakteri itu sendiri atau virus dapat
berkembang biak dan merusak sel inang.

1.6 MRSA, ESBL, MDRO (pengertian,obat pilihan yang digunakan minimal 3)

-MRSA

Methilician resistant staphilococcus aureus (MRSA) adalah strain bakteri


staphilococcus aureus yang resistant terhadap antiiotik betaalaknam termasuk
pencilin dan turunan seperti methicillin. Antibitik meticillin merupakan
antibiotik golongan beta laktam dengan daa kerja spektrum sempit. MRSA
dapat menembus ke dalam tubuh, timbul penakit menular seperti tulang sendi
darah. Tanda-tanda MRSA ada kelelahan, batuk atau sesak nafas, tidak enak
badan, pusing, luka tidak sembuh.

Obat bisa diberikan dengan trimetoprim atau sulfametoksazol dan ada


linezolid, daptomicin, dalfopristin, tigecicline, dan telavancin.

-ESBL

Extended Spectrum beta-Lactamase (ESBL) adalah salah satu bentuk


enzim beta-lactamase yang memiliki kemampuan menghidrolisis antibiotic
golongan beta-laktam yang lebih luas daripada generasi sebelumnya. ESBL
merupakan enzim yang mampu menghidrolisi sobat golongan penicillin,
cephalosporin generasiI,II,III.

6
-MDRO

MDRO adalah mikroorganisme, terutama bakteri yang mengalami MDR.


Multidrug resistant organisms (MDRO) merupakan patogen yang resisten
terhadap satu atau lebih beberapa kelas antibiotik (NH DHSS, 2015). Patogen
yang termasuk dalam MDRO yaitu Methicillin-resistant Staphylococcus
aureus (MRSA), Vancomycin-resistant Staphylococcus aureus (VRSA),
Carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE), Vancomycin-resistant
Enterococci (VRE), dan Extended-spectrum betalactamase (ESBL) gram
negatif. Selain itu, multidrug-resistant Pseudomonas aeruginosa dan
Acinetobacter baumannii juga termasuk dalam kelompok MDRO.
Antibiotik yang masih poten untuk semua bakteri ini adalah
cotrimoxazole, ciprofloxasin, chloramphenicol, levofloxasin, amikasin and
meropenem (diurutkan dari antibiotik dengan sensitivitas terendah).

7
BAB II
HASIL PENGAMATAN

2.1 Gambaran Umum

2.1.1 Dasar Teori Uji Kepekaan Antibiotik (pengertian, tujuan, macam-


macam metode beserta penjelasan dan intepretasi hasilnya, disertai
gambar)

• Pengertian

Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik adalah Penentuan terhadap


bakteri penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi
terhadap suatu antimikroba atau kemampuan suatu antimikroba untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang tumbuh in vitro, sehingga dapat
dipilih sebagai antimikroba yang berpotensi untuk pengobatan.

•Tujuan

1. Untuk mengetahui obat paling cocok untuk kuman penyebab penyakit.

2. Mengetahui adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik

resistensi bakteri terhadap antibiotik disebabkan :

a. Secara alami bakteri resisten terhadap antibiotik tertentu

b. Akibat pemberian dibawah dosis

c. Akibat penghentian obat sebelum kumannya mati.

• Macam-macam uji kepekaan

A. Dilusi cair dan dilusi padat

- Pada dilusi cair caranya dengan antibiotik diencerkan sampai


didapatkan konsentrasi, kemudian konsentrasi obat ditambah suspensi
kuman dalam media cair.

8
- Pada dilusi padat caranya dengan antibiotik diencerkan sampai
didapatkan konsentrasi, kemudian konsentrasi obat dicampur dengan
media agar lalu ditanam.

B. Difusi

Menurut muller hinton agar ada beberapa cara

° Cara kirby Bauer

a. Ambil beberapa koloni kuman lalu disuspensikan kedalam 0.5 BHI


cair, setelah itu diinkubasi selama 4 jam pada suhu 37°c

b. Suspensi tersebut ditambahkan dengan aquades steril sampai


kekeruhan mencapai standar konsentra si kuman yaitu 10 pangkat 8 CFU
per ml

c. Kapas lidi steril dimasukan kedal suspensi kuman lalu ditekan pada
dinding tabung sampai kapasnya tidak terlalu basah lalu oleskan pada
permukaan media agar hingga rata.

d. Lalu letakan kertas disk yang mengandung antibiotik diatasnya,


inlubasi selama 18-24 jam pada suhu 37°C

9
Pembacaan hasil

-Zona radikal

Dimana daerah disekitar disk tidak ditemukan sama sekali adanya


pertumbuhan bakteri . Potensi antibiotik diukur dengan mengukur
diamtere dari zona radikal.

-zona irradikal

Dimana daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri


dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Akan terlihat
adanya pertumbuhan yang kurang subur dibanding dengan daerah diluar
pengaruh antibiotik

-zona resisten

Dimana daerah disekitar disk ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.

° Cara sumuran

a. Ambil beberapa koloni kuman lalu disuspensikan kedalam 0.5 BHI


cair, setelah itu diinkubasi selama 4 jam pada suhu 37°c

10
b. Suspensi tersebut ditambahkan dengan aquades steril sampai
kekeruhan mencapai standar konsentra si kuman yaitu 10 pangkat 8 CFU
per ml

c. Kapas lidi steril dimasukan kedal suspensi kuman lalu ditekan pada
dinding tabung sampai kapasnya tidak terlalu basah lalu oleskan pada
permukaan media agar hingga rata.

d. Membuat sumuran pada media tersebut dengan garis tengah tertentu


menurut kebutuhan. Kedalam sumuran tersebut diteteskan larutan
antibiotik yang digunakan. Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam.

° Cara pour plate

a. Ambil beberapa koloni kuman lalu disuspensikan kedalam 0.5 BHI


cair, setelah itu diinkubasi selama 4 jam pada suhu 37°c

b. Suspensi tersebut ditambahkan dengan aquades steril sampai


kekeruhan mencapai standar konsentra si kuman yaitu 10 pangkat 8 CFU
per ml

c. Dengan menggunakan ose khusus, ambil satu mata ose dan.masukan


dalam 4 ml agar base 1.5% pada suhu 56°C

d. Setelah suspensi kuman tersebut homogen, lalu dituang pada media


muller hinton agar.

e. Tunggu sampai agar beku, disk antibiotik diletakkan pada agar tsb.

f. Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam

g. Baca hasilnya dengan disesuaikan stamdar masing masing antibiotik.

11
2.1.2 Pembahasan materi FKG klinis, mencakup pengertian, cara kerja,
klasifikasi, contoh antibiotik, dosis.

Enzim topoisomerase dna adalah enzim ang dapat mengubah topologi


dna sehingga rangkaian dna dapa berada dalam kedaan ralax aau
superkoil. Berdasarkan mekanisme kerjana enzim tersebut dibagi
menjadi tiga golongan, ialah topoisomerase dna tipe satu, topoisomerase
dna tipe dua, topoisomerase dna tipe tiga.

Enzim topoisomerase dna dua, merubah dna superkoil negaif menjadi


relax, enzim ini puna peranan sangat penting pada proses repliklasi dna
dan pemisahan kromosom. sebab tanpa berfungsina enzim tersebu maka
proses replikasi dna dan pemisahan kromosom tidak akan berlangsung
sempurna bahkan berhenti sama sekali. Keadaan tersebut akan berakibat
matina sel atau mikroorganime bersangkutan.

- Pengahambat sintesis asam nukleat

a. Penghambat replikasi dna

- Kuinolon

Bentuk double helix DNA harus dipisahkan menjadi dua rantai DNA
pada saat akan berlangsungnya replikasi dan transkripsi.Golongan
kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada bakteri sehingga

12
terjadi gangguan dalam proses replikasi dan transkripsi. Obat golongan
ini bersifat bakterisidal .

b. Pengambat Rna polimerase

- Rifampisin

Mekanisme kerja dari antibiotik ini adalah dengan cara memblok sintesis
mRNA dengan mengambat DNA-dependent RNA polymerase dari
mikroorganisme lain dengan menekan permulaan terbentuknya rantai
RNA dalam sintesis RNA. Rifampisin terutama aktif terhadap sel yang
sedang tumbuh.

Kondisi Dosis
Tuberkulosis Dewasa : 9-12 mg/kgBB perhari
Anak anak : 10-20 mg/kgBB perhari
Dosis maksimum 600mg per hari
Kusta Dewasa : 600 mg, satu kali sebulan selama 6-12 bulan
Anak anak : 10 mg/kgBB per hari, untuk pemberian 1
kali per bulan selama 6-12 bulan

13
d. Antimetabolit yang menghambat sintesis protein

- Sulfonamid & Trimethoprim

Sulfonamid adalah struktur yang analog dengan PABA dan menghambat


enzim dihidropteroat sintetase dengan bersaing pada enzim yang aktif.
Sebagai akibatnya dibentuk asam folat analog yang nonfungsional,
sehingga bakteri tidak dapat tumbuh. Cara kerja penghambatan sulfonamid
pada pertumbuhan bakteri dapat dikurangi dengan menambah PABA pada
lingkungan (inhibisi kompetitif).

Enzim ini berfungsi mereduksi asam dihidrofolat menjadi asam tetra


hidrofolat; jadi pemberian sulfonamid bersama trimethoprim
menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi pembentukan asam
tetrahidrofolat.

Obat Dosis
Kotrimokazol Tablet/kapsul 400 atau 800 mg
Trimetoprim 10mg perhari

2.2 Pengujian
2.2.1 Alat dan bahan

 Lampu Spirtus
 Kapas Lidi steril
 Pinset
 Media Agar
 Kertas Samir yang mengandung antibiotic
 Kuman
 Jangka sorong
 Korek Api

14
2.2.2 Cara kerja secara skematik pada uji sensitivitas antibiotik metode
difusi

Ambil koloni kuman Suspensi ditambah Cutton swab


lalu suspensikan aquades steril sampai masukan pd suspensi
pada 0.5 BHI cair, kekeruhan mencapai kuman lalu tekan
lalu inkubasi 4 jam standar konsentrasi pada dinding tabung
pada suhu 37°c kuman yaitu 108 lalu oleskan pada
CFU per ml permuk. media agar

letakan kertas disk


yang mengandung
antibiotik diatasnya,
inlubasi selama 18-24
jam pada suhu 37°C

2.3 Identifikasi Masalah

2.3.1Intepretasi hasil yang ditemukan (disertai gambar)

o Zona radikal
Suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya
pertumbuhan bakteri.
o Zona irradikal
Suatu daerah disekitar disk dimana ditemukan adanya pertumbuhan
bakteri dihambat atau tidak subur
o Zona resisten
Suatu daerah disekitar disk yang menunjukkan dimana masih banyak
bakteri atau bakteri tidak terbunuh.

15
2.4 Pembelajaran

2.4.1 Kesalahan saat melakukan uji sensitivitas antibiotik

o Kesalahan saat uji kepekaan adalah membuka media agar sangat


lebat tapi tetapi tidak diletakkan dedakat spirtus.
o Membuka maerials kuman tidak ditutup kembali
o Kesalahan saat mengoleskan kasa lidi pada media agar sangat
keras sehingga agarnya pecah.

16
BAB III
SARAN DAN SIMPULAN

3.1 Kesimpulan saran

o Kesimpulan dari praktikum uji kepekaan bacteri antibiotic ditemukan


tiga hasil, yaitu zona radikal, zona iraadikal, dan zona resisten. Ada
banyak jenis penggolongan obat antibiotic berdasarkan cara kerja,
berdasarkan spektrumnya dan berdasarkan sifatnya atau cara
membunuhnya.

Antibiotic merupakan obat yang banyak diresepkan pada pasien,


namun penggunaanya sering kali tidak tepat, akibatnya terjadinya
resisten kumanterhadap antibiotic.

3.2 saran

o Saran dari praktikum ini adalah agar lebih berhati-hati dalam


melakukan cara kerja uji kepekaan antibiotic, dari cara mengoleskan
kuman pada media agar dan cara kerja yang lain sekalipun agar hasil
dari uji ini sesuai dengan yang diharapkan.

17
DAFTAR PUSTAKA
- Frieden, T., 2013. The Threat of Antibiotic Resistance, dalam: Antibiotic
Resistance Threats in The United States. US Departement of Health and
Human Services, United States.
- Supriyantoro, 2011. 'Kebijakan dan Program Pemerintah Dalam
Mengurangi Resistensi Antibiotik'. Dipresentasikan pada 7th National
Symposium of Indonesia Antimicrobial Resistance Watch di Jakarta,
Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta, hal. 474–476.
- Uswano, agusinus,dkk. 2008.isolasi dan karakerisasi mutan s.cereviciae
ang secara simultan resisten terhadap asam nasilidiksat dan sensitif
terhadap temperatur. Majalah faermasi indonesia.vol. 4.no.4
- Maddison et al 2008. Antibacterial drugs. stance. Clinical Microbiology
and Infection, 18: 268–281.
- Magiorakos, A.-P., Srinivasan, A., Carey, R.B., Carmeli, Y., Falagas,
M.E., Giske, C.G., dkk., 2012. Multidrug-resistant, extensively drug-
resistant and pandrugresistant bacteria: an international expert proposal for
interim standard definitions for acquired resi Ocampo et al. 2014.
Antagonism is prevalent between bakteriostatic and bactericidal
antibiotics.

18

Anda mungkin juga menyukai