PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan
toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay dan Raharja, 2007).
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
khususnya dihasilkan oleh fungi atau dihasilkan secara sintetik yang dapat
membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Utami,
2011).
Obat Antibiotik yang ideal memperlihatkan toksisitas selektif. Istilah ini
berarti bahwa obat ini merugikan parasit tanpa merugikan inang. Dalam banyak hal,
toksisitas selektif bersifat relatif daripada absolut, berarti bahwa suatu obat dapat
merusak parasit dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi oleh inang (Katzung,
1994).
2.2. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA
2.2.1. Berdasarkan Aktivitas (Ganiswara, 1995; Lüllmann, Mohr, Hein & Bieger,
2005)
a. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat
menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif. Golongan ini diharapkan dapat menghambat
pertumbuhan dan mematikan sebagian besar bakteri. Yang termasuk
golongan ini adalah tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,
sefalosporin, carbapenem dan lain-lain
b. Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya
aktif terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah
penisilina, streptomisin, neomisin, basitrasin.
2.2.2. Berdasarkan Mekanisme Kerja
a. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri,
misalnya penisilin, sefalosporin, carbapenem, basitrasin, vankomisin,
sikloserin.
b. Antibiotika yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba, yang
termasuk kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai
antibakteri kemoterapetik.
c. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesa protein, yang
termasuk golongan ini adalah kloramfenikol, eritromisin, linkomisin,
tetrasiklin dan antibiotika golongan aminoglikosida.
d. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat
bakteri, yang termasuk golongan ini adalah asam nalidiksat, rifampisin,
sulfonamid, trimetoprim.
e. Antibiotika yang menghambat metabolisme sel mikroba, yang termasuk
dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat
(PAS) dan sulfon.
2.2.3. Berdasarkan Gugus Kimianya
a. Antibiotika β-laktam dan penghambat sintesis dinding sel lainnya
Contohnya adalah Penicillin, Cephalosporin, obat-obat β-laktam
(Monobaktam, Inhibitor Beta-laktamase dan Karbapenem) dan
penghambat sintesis dinding sel yang lain (Vancomycin, Teicoplanin,
Fosfomycin, Bacitracin, dan Cycloserine).
b. Chloramphenicol, Tetracycline, Macrolides, Clindamycin dan
Streptogramin.
Golongan antibiotik ini bekerja sebagai penghambat sintesis protein
pada tingkat ribosom. Chloramphenicol, macrolides, clindamycin dan
streptogramin mengikat diri pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari
ribosom RNA 70S.
c. Aminoglycoside dan Spectinomycin
Aminoglycoside adalah golongan antibiotik bakteriosida yang
memiliki sifat-sifat kimiawi, antimikroba, farmaologis dan toksik yang
karakteristik. Golongan ini meliputi Streptomycin, Neomycin, Kanamycin,
Amikacin, Gentamicin, Tobramycin, Sisomicin, Netilmicin dan
sebagainnya.
d. Sulfonamide, Trimethoprim, dan Quinolone
Sulfonamide merupakan analog struktural PABA yang dapat
menghambat dihydroperoate synthase secara kompetitif, dengan cara
menyekat sintesis asam folat secara reversibel. Contohnya Sulfasitin,
Sulfamethoksazole, Sulfisoksazole, Sulfadizine, Sulfapiridin, Sulfadoxine
dan golongan Pirimidin.
2. Sefalosporin
Sefalosporin adalah antibakterial semi sintesis yang berasal dari
antibakterial alami yaitu Cephalosporium acremonium. Golongan ini bersifat
bakterisida dan menghambat sintesis dari dinding sel, sama seperti penicillin.
Sefalosporin terbagi menjadi empat generasi. Generasi pertama adalah
Cefalotin; generasi kedua adalah Cefamandole, Cefonicid, Ceforamide, dan
Ceoftiam; generasi ketiga adalah Cefotaxime, Cefixime, Ceftazidime,
Cefoperazone, dan Cefpiramide; dan generasi keempat adalah Cefepime,
Cefpirome, Ceftobiprole. Selain itu juga terdapat golongan semi sintesis dari
sefalosporin yaitu Cephamycin (Sweetman, 2009)
Sefalosporin hampir sama dengan penisilin tetapi lebih tahan dengan β-
laktamase. Memiliki spektrum yang luas dan dibagi kedalam empat generasi
berdasarkan spektrum aktifitas antimikrobanya (Katzung, 2014).
Golongan sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan generasi, yang
terdiri dari generasi I, generasi II, generasi III, dan generasi IV. Tampak pada
tabel 2.
4. Roksitromisin
Roksitromisin mempunyai waktu paruh yang lebih panjang dan aktivitas yang
lebih tinggi melawan Haemophilus influenzae. Obat ini diberikan dua kali
sehari. Roksitromisin adalah antibiotik makrolida semisintetik. Obat ini
memiliki komposisi, struktur kimia dan mekanisme kerja yang sangat mirip
dengan eritromisin, azitromisin atau klaritromisin. Roksitromisin mempunyai
spektrum antibiotik yang mirip eritromisin, namun lebih efektif melawan
bakteri gram negatif tertentu seperti Legionella pneumophila. Antibiotik ini
dapat digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas, saluran urin dan
jaringan lunak. Roksitromisin hanya dimetabolisme sebagian, lebih dari
separuh senyawa induk diekskresi dalam bentuk utuh. Tiga metabolit telah
diidentifikasi di urin dan feses, metabolit utama adalah deskladinosa
roksitromisin, dengan N-mono dan N-di-demetil roksitromisin sebagai
metabolit minor. Roksitromisin dan ketiga metabolitnya terdapat di urin dan
feses dalam persentase yang hampir sama (Kemenkes, 2011).
1.
2.
2.1.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3. Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah suatu grup senyawa yang terdiri dari 4 cincin yang
berfungsi dengan suatu sistem ikatan ganda konjugasi. Perbedaannya yang kecil
yaitu dalam efektivitas klinik menunjukan variasi farmakokinetik secara
individual akibat subsitusi pada cincin−cincin tersebut (Mycek et al., 2001).
Antibiotik golongan ini mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat
berbagai bakteri Gram-positif, Gram- negatif, baik yang bersifat aerob maupun
anaerob, serta mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan
beberapa spesies mikobakteria. Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin, minosiklin, dan klortetrasiklin
(Kemenkes, 2011).
Tetrasiklin bekerja baik pada mikroba ekstrasel maupun intrasel, tipe
kerjanya bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu hambatan pada sintesis protein
ribosom dengan menghambat pemasukan aminoasil t-RNA pada fase
pemanjangan yang termasuk fase translasi ini akan menyebabkan blockade
perpanjangan rantai peptida (Mutschler, 2006).
2.2.4. Peptida