Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI 1

ANALISIS KUALITATIF ANTIBIOTIK II

Dosen pembimbing : Apt, Erwan Kurnianto, M. Farm.


Nama : Amanda Anjelia
NIM : 209625
Kelas : 2A
Kelompok : 1A

PRODI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2021
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan analisis kualitatif golongan Antibiotika
2. Mahasiswa mampu menjelaskan setiap proses yang terjadi pada analisis kualitatif
golongan Antibiotika
B. DASAR TEORI
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme. Pada
awalnya antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, dan dalam perkembangannya
antibiotik kemudian diproduksi massal melalui sintesa kimia. Dalam dunia farmasi,
sediaan antibiotika banyak digunakan sebagai terapi untuk berbagai penyakit infeksi, baik
yang disebabkan oleh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Meski demikian,
beberapa turunan antibiotika juga dapat digunakan sebagai antikanker karena bersifat
pancidal.
Istilah antibiotika berasal dari kata antibiosis yang berarti ‘melawan hidup’. Istilah ini
digagas oleh Ied Vuillemin yang mendefinisikan antibiosis sebagai konsep biologis
kelangsungan hidup, dimana suatu organisme menghancurkan organisme lainnya demi
bertahan hidup. Pada tahun 1942, Waksman mendefinisikan antibiotika sebagai bahan
kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan atau mematikan mikroor ganisme. Definisi inilah yang kemudian
digunakan hingga saat ini. Meski demikian dengan berkembang pesatnya antibiotika,
maka dibuatlah batasan-batasan pengertian mengenai antibiotika. Sehingga suatu bahan
kimia digolongkan ke dalam antibiotika bilamana bahan kimia tersebut :
1. Merupakan produk metabolisme, meskipun dalam produksinya dilakukan melalui
sintesa kimia.
2. Merupakan produk sintesa yang diproduksi sebagai struktur analog dari antibiotika
alamiah.
3. Dapat menghambat pertumbuhan satu atau lebih mikroorganisme.
4. Efektif pada konsentrasi rendah.

a. Berdasarkan Spektrum Aktivitasnya


1) Antibiotika Spektrum Luas
merupakan antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Adapun obat-obat yang tergolong dalam antibiotika spektrum luas diantaranya adalah
tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida, makrolida, rifampisin, ampisilin, amoksisilin,
bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, tikarsilin, dan
sebagian sefalosporin.
2) Antibiotika Spektrum Sempit.
merupakan antibiotika yang efektif hanya pada bakteri gram positif atau bakteri gram
negatif saja. Adapun pembagian antibiotika spektrum sempit beserta contoh obatnya
yakni :  Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram positif yakni
basitrasin,eritromisin, benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetisilin K,
metisilin Na, nafsilin Na, Oksasilin Na, Kloksasilin Na, dikloksasilin Na, floksasilin,
linkosamida, asam fusidat.
- Antibiotika yang efektif terhadap bakteri gram negatif yakni kolistin, polimiksin
B sulfat, sulfomisin.
- Antibiotika yang efektif terhadap mycobacteriaceae yakni streptomisin,
kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin, kapreomisin.
- Antibiotika yang efektif terhadap jamur yakni griseofulvin, nistatin, amfoterisin B
dan kandisidin.
- Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker) yakni aktinomisin,
bleomisin, daunorubisin, doksorubisin, mitomisin, mitramisin.

b. Berdasarkan Mekanisme Kerjanya


Penggolongan atau klasifikasi antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi
menjadi 5 yaitu:
1. Antibiotika yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, contohnya penisilin,
sefalosporin, karbapenem, vankomisin, basitrasin, fosfomisin dan isoniazid.
2. Antibiotika yang bekerja langsung pada membran sel bakteri, mempengaruhi
permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran sel, contohnya polimiksin dan
daptomisin.
3. Antibiotika yang menghambat pembentukan DNA/RNA, contohnya kuinolon dan
rifampin
4. Antibiotika yang menghambat pembentukan protein pada ribosom, contohnya
eritromisin, klindamisin, sinercyd, pleuromutilin yang aktif pada ribosom sub unit
50S, aminoglikosida, gentamisin, streptomisin, tetrasiklin, glycylcyclin aktif pada
ribosom sub unit 30S dan linezolid yang aktif baik pada ribosom 50S dan 30S.
5. Antibiotika yang menghambat sintesa asam folat di dalam sitoplasma contohnya
sulfonamida dan trimetoprim.

c. Berdasarkan Struktur Kimianya


Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi enam kelompok
yakni :
1. Antibiotika β laktam
1) Antibiotika Turunan Penisilin
Penisilin merupakan antibiotika paling penting yang pertama kali diekstraksi dari
Penicillium notatum. Selanjutnya, untuk produksi komersial digunakan P.
chrysogenum karena menghasilkan lebih banyak penisilin. Struktur dasar
penisilin terdiri atas cincin thiazolidin yang menyatu dengan cincin β lactam,
seperti ditampilkan pada Gambar 2.2. Kedua cincin ini merupakan inti dari
turunan penisilin serta diberi nama 6-amino-penicillanic acid (6-APA). Berbagai
turunan penisilin semisintetis kemudian diproduksi dengan memodifikasi rantai
samping yang terikat pada 6-APA.
2) Turunan Sefalosporin
Sefalosporin pertama kali diekstraksi dari jamur Cephalosporium acremonium
pada tahun 1948 oleh Pro Tzu, Newton dan Abraham (1953). Produk utama
adalah sefalosporin C, dari molekul inilah berbagai modifikasi dilakukan untuk
mendapatkan berbagai turunan sefalosporin yang digunakan hingga sekarang.
 Sefalosporin yang diberikan secara oral : sefalexin, sefradin, dan sefaklor.
 Sefalosporin yang diberikan secara parenteral : sefalotin, sefasetril,
sefazedon. Turunan ini sensitive terhadap β-laktamase
 Sefalosporin yang resisten terhadap β-laktamase dan diberikan secara
parenteral : sefuroksim, sefamandol, sefoksitin
 Sefalosporin yang tidak stabil secara metabolis : sefalotin dan sefapirin.

2. Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan antibiotika yang memiliki satu atau lebih gula amino
yang terhubung pada cincin aminosititol melalui ikatan glikosida. Antibiotika
golongan ini umumnya merupakan antibiotika spektrum luas dengan aktivitas yang
lebih tinggi dalam melawan bakteri gram negatif dibandingkan gram positif.
Streptomycin merupakan antibiotika aminoglikosida pertama yang diisolasi dari
Streptomyces griseus oleh Waksman dkk pada tahun 1944.

Tabel 1. Nama, Sumber, dan Mikroorganisme Penghasil Antimikroba


Aminoglikosida.
3. Tetrasiklin
Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan turunan oktahidronaftasen yang terbentuk
oleh gabungan 4 buah cincin, serta memiliki 5 atau 6 pusat atom C asimetrik.
Turunan tetrasiklin merupakan antibiotika poten yang memiliki aktivitas berspektrum
luas baik terhadap bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif. Oleh karena itu
tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk berbagai macam penyakit infeksi.
 Penggolongan Tetrasiklin
Tabel 2. Tetrasiklin Alami
Tabel 3. Tetrasiklin Semi – sintetis

Tabel 4. Protetrasiklin

4. Polipeptida
Antibiotika turunan polipeptida memiliki struktur polipeptida yang kompleks, yang
resisten terhadap protease hewan dan tumbuhan. Antibiotika ini juga memiliki gugus
lipid selain gugus amino yang tidak dimiliki oleh hewan dan tumbuhan. Obat-obat
golongan ini adalah basitrasin
5. Makrolida
Antibiotika turunan makrolida merupakan antibiotika yang sangat bermanfaat
khususnya untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif
baik dalam bentuk coccus maupun basilus. Antibiotika ini juga efektif melawan
bakteri gram negatif coccus, khusunya Neisseria spp. Antibiotika turunan makrolida
ini pada umumnya dihasilkan oleh Streptomyces sp dan mempunyai 5 bagian struktur
dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Cincin lakton yang besar, biasanya mengandung 12-17 atom
2. Gugus keton
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton.
5. Gugus dimetilamino pada residu gula yang menyebabkan sifat basa dari senyawa
dan memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya.

Obat-obat ynag termasuk golongan turunan makrolida adalah erythromisin,


oleandomisin, klaritromisin, fluritromisin, diritromisin, dan azitromisin

6. Linkomisin
Turunan linkomisin merupakan senyawa bakteriostatika, yang pada kadar tinggi dapat
bersifat bakterisid. Senyawa ini dapat diisolasi dari Actinomycetes, Streptomyces dan
Lincolnensis.
7. Lain – lain
1) Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan antibiotika spektrum luas yang bersifat bakteriostatik.
Obat ini merupakan obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid akut yang
disebabkan oleh Salmonella sp. Kloramfenikol diisolasi dari Streptomyces
venezuele oleh Ehrlich et al pada tahun 1947. Kemampuan kloramfenikol
menembus system saraf pusat menjadikannya alternative untuk pengobatan
meningitis dan sebagai anti riketsia.
2) Rifampisin
Rifampisin diisolasi dari fermentasi kultur Nocardia mediterranea dan merupakan
antibiotika dengan spektrum aktivitas yang luas. Pada umumnya rifampisin
digunakan sebagai obat antituberkulosis.
C. MONOGRAFI BAHAN
1. AETHANOLUM (Etanol )
Nama Lain : Alkohol
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan
dalam eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya;
ditemlat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan
(FI EDIDI III, 1979 HAL: 65)

2. AQUA DESTILLATA (Air Suling) H2O BM= 18,02


Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(FI EDISI III,1979 HAL: 96)

3. ACIDUM SULFURICUM (Asam Sulfat) H2SO4 BM = 98,07


Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna; jika
ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan.
(FI EDISI III, 1979 HAL:58)

4. ERYTHROMYCINUM(Eritromisina) C37H67NO13 BM=733,95


Pemerian : Serbuk atau hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau
atau hamper tidak berbau; rasa pahit; agak higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1000 bagian air; larut dalam
etanol(95%)p, dalam kloroform p dan dalam eter p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan : Antibiotikum

(FI EDISI III, 1979 HAL: 247 – 248 )


5. TETRACYCLINUM(Tetrasiklina)C22H24N2O8 BM= 444,44
Pemerian : Serbuk hablur; kuning; tidak berbau atau sedikit berbau
lemah.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; larut dalam 50 bagian etanol
(95%)p, praktis tidak larut kloroform p, dan dalam eter p;
larut dalam asam encer; larut dalam alkali disertai
peruraian.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup bai, terlindung dari cahaya. Jika
dalam udara lembab terkena sinar matahari langsung,
warna menjadi gelap; larutan dengan PH tidak lebih dari 2
menjadi inaktif dan rusak ph 7 atau lebih.
Khasiat dan penggunaan : Antibiotikum .
(FI EDISI II,1979 HAL: 594M- 595)

6. BESI (III) KLORIDA FeCl3


Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan, bebas warna
jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh dari
kelembapan
Kelarutan : Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jingga

(FI EDISI III, 1979 HAL:659)

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
 Tabung reaksi + rak
 Batang pengaduk
 Pipet tetes
 Gelas ukur

2. Bahan
 Eritromisin
 Tetrasiklin
 FeCl3 1%
 Doksisiklin
 Etanol
 Asam Sulfat Pekat
 Aquadest
E. CARA KERJA

1. Tetrasiklin
 Uji Kelarutan

Sampel tetrasiklin

o Disiapkan 2 tabung reaksi


o Dimasukkan 250 mg sampel kedalam 2 tabung reaksi
o Dimasukkan 10 ml etanol kedalam tabung reaksi 1
o Dimasukkan 10 ml aquadest kedalam tabung reaksi 2
o Diamati kelarutannya

Hasil : Tabung 1 tidak larut , tabung 2 larut

 Uji Reaksi Warna

Sampel tetrasiklin

o Dimasukkan sampel doksisiklin 250mg kedalam tabung reaksi


o Ditambahkan 1 tetes larutan FeCl3 1%
o Diamati warna yang terbentuk

Hasil : terbentuk warna coklat/coklat merah

2. Eritromisin
 Uji Kelarutan

Sampel eritromisin

o Disiapkan 2 tabung reaksi


o Dimasukkan 250 mg sampel kedalam 2 tabung reaksi
o Dimasukkan 10 ml etanol kedalam tabung reaksi 1
o Dimasukkan 10 ml aquadest kedalam tabung reaksi 2
o Diamati kelarutannya

Hasil : tabung 1 larut , tabung 2 larut


 Uji Reaksi Warna

Sampel eritromisin

o Dimasukkan sampel 100mg kedalam tabung reaksi


o Ditambahkan 3ml asam sulfat pekat.
o Dikocok perlahan
o Diamati warna yang terbentuk

Hasil : larutan berwarna coklst merah

F. PERHITUNGAN PEMBUATAN LARUTAN


FeCl3 1% dibuat 100 ml
1 gr
x 100ml = 1 gr
100 ml
Jadi berat FeCl3 yang dibutuhkan untuk membuat larutan FeCl3 1% 100 ml adalah 1 gr

G. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5. Hasil Percobaan

No Sampel Reagen Hasil Teori Hasil Kesimpulan


Percobaan
1 Tetrasiklin Aquadest 10ml Larut Tidak larut Uji negative
250mg
2 Tetrasiklin Etanol 10ml Sangat sukar Tidak larut Uji positif
250mg larut
3 Tetrasiklin 5 – 7 tetes FeCl3 1% Coklat/coklat Coklat Uji positif
250mg merah
4 Tetrasiklin 5 – 7 tetes FeCl3 1% Coklat/coklat Coklat merah Uji positif
250mg merah
5 Tetrasiklin 5 – 7 tetes FeCl3 1% Coklat/coklat Coklat Uji positif
250mg merah
6 Eritromisin Aquadest 10ml Larut Tidak larut Uji negative
250
7 Eritromisin Etanol 10ml Larut +- 1000 Tidak larut Uji negative
250 bagian air
8 Eritromisin Asam sulfat pekat Coklat/coklat Coklat Uji positif
100 secukupnya merah
9 Eritromisin Asam sulfat pekat Coklat/coklat Coklat Uji positif
100 secukupnya merah
10 Eritromisin Asam sulfat pekat Coklat/coklat Coklat merah Uji positif
100 secukupnya merah
11 Eritromisin Asam sulfat pekat Coklat/coklat Coklat merah Uji positif
100 secukupnya merah

H. PEMBAHASAN
Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba termasuk fungi yang
dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Pada awalnya antibiotika diisolasi
dari mikroorganisme, dan dalam perkembangannya antibiotik kemudian diproduksi
massal melalui sintesa kimia. Dalam dunia farmasi, sediaan antibiotik banyak digunakan
sebagai terapi untuk berbagai penyakit infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri gram
positif maupun bakteri gram negatif. Walaupun demikian, beberapa turunan antibiotika
juga dapat digunakan sebagai antikanker karena bersifat pancidal.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan uji kualitatif antibiotik II yaitu antibiotic
turunan makrolida yaitu eritromisin dan antibiotik turunan tetrasiklin bertujuan untuk
mengetahui kelarutan pada masing masing sampel antibiotik dan dilakukan uji reaksi
warna yang mana untuk mengetahui reaksi positif/ negative yang akan ditunjukan pada
hasil percobaan dengan menambahkan reagen.
Antibiotik golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik
dan bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin memperlihatkan
spektrum antibakteri yang luas meliputi bakteri gram positif dan negatif, aerob dan
anaerob, selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikroplasma, rickettsia, klamidia,
legionella dan protozoa. Tetrasiklin merupakan kelompok antibiotika yang dihasilkan
oleh jamur Streptomyces aureofasiens atau S. rimosus (Subronto dan Tjahjati, 2001).
Eritromisin termasuk antibiotik golongan makrolid dan efektif baik untuk kuman
gram positif maupun gram negatif. Antibiotik ini dihasilkan oleh Streptomyceserythreus
dan digunakan untuk pengobatan akne. Eritromisin umumnya bersifat bakteriostatik,
walaupun terkadang dapat bersifat untuk kuman yang sangat peka. Eritromisin
merupakan serbuk hablur putih dan sukar larut dalam air.
Percobaan pertama yaitu uji kelarutan pada sampel tetrasiklin, yaitu prosedur
yang dilakukan adalah uji kelarutan dan uji reaksi warna. Uji kelarutan tetrasiklin
terhadap aquadest dan etanol, sebanyak 250mg sampel tetrasiklin dimasukkan kedalam 2
tabung reaksi, untuk tabung reaksi yang pertama dimasukkan aquadest sebanyak 10ml
dan tabung reaksi kedua ditambahkan etanol sebanyak 10ml, kemudian dilakukan
pengojokan. Pengojokan dilakukan untuk mencampurkan sampel agar tercampur merata.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada sampel tetrasiklin, tabung reaksi pertama
masih terdapat endapan yang berarti tetrasiklin tidak larut dalam aquadest, kemudian
pada tabung reaksi yang kedua juga masih terdapat endapan. Tetapi dari percobaan yang
dilakukan pada uji kelarutan tetrasiklin terhadap etanol tidak sesuai dengan literature
yang mana pada farmakope Indonesia edisi III, tetrasiklin bersifat larut dalam etanol. Ini
dapat terjadi karena kesalahan dalam proses pengojokan.
Kemudian dilakukan analisis kualitatif dengan uji reaksi warna yang mana untuk
mengetahui apakah sampel positif mengandung antibiotik atau tidak. Uji reaksi warna
dilakukan dengan menambahkan larutan FeCl3 1% sebanyak 5 – 7 tetes kedalam sampel
tetrasiklin. Uji reaksi warna dilakukan sebanyak 3 kali replikasi yang mana masing
masing replikasi didapatkan hasil yaitu pada replikasi 1 terbentuk warna coklat, replikasi
2 terbentuk warna coklat kemerahan dan replikasi 3 terbentuk warna coklat. Dari hasil
percobaan ketiga replikasi sesuai dengan teori yaitu terbentuknya warna coklat
kemerahan. Tetrasiklin termasuk kedalam senyawa fenol,
fenol merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada karbon
tak jenuh, sehingga dapat bereaksi dengan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks
berwarna coklat kemerahan.
Percobaan kedua yaitu uji kelarutan pada sampel eritromisin, yaitu prosedur yang
dilakukan adalah uji kelarutan dan uji reaksi warna. Uji kelarutan eritromisin terhadap
aquadest dan etanol, sebanyak 250mg sampel eritromisin dimasukkan kedalam 2 tabung
reaksi, untuk tabung reaksi yang pertama dimasukkan aquadest sebanyak 10ml dan
tabung reaksi kedua ditambahkan etanol sebanyak 10ml, kemudian dilakukan
pengojokan. Pengojokan dilakukan untuk mencampurkan sampel agar tercampur merata.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada tabung reaksi pertama masih terdapat
endapan yang berarti tetrasiklin tidak larut dalam aquadest, kemudian pada tabung reaksi
yang kedua juga masih terdapat endapan. Tetapi berdasarkan teori eritromisin larut
terhadap aquadest dan etanol sehingga dapat disimpulkan bahwa uji kelarutan yang
dilakukan dihasilkan uji negative karena tidak sesuai dengan literature yang terdapat pada
farmakope edisi III.
Kemudian dilakukan analisis kualitatif dengan uji reaksi warna yang mana untuk
mengetahui apakah sampel positif mengandung antibiotik atau tidak. Uji reaksi warna
dilakukan dengan menambahkan asam sulfat secukupnya pekat pada sampel eritromisin.
Penambahan asam sulfat pekat dilakukan ditempat yang tertutup/didalam lemari asam,
karena asam sulfat merupakan cairan yang korosif dan mudah menguap. Jika asam sulfat
dibiarkan di udara terbuka yang bebas, maka udara di ruangan tersebut akan
terkontaminasi oleh asam sulfat yang menguap sehingga dapat menyebabkan iritasi pada
organ yang terkontak, seperti kulit, mata, atau saluran pernapasan. Dapat pula
menyebabkan keracunan pada saluran pernapasan. Penggunaan lemari asam juga
mencegah adanya kontaminasi zat lain yang dapat mengganggu reaksi dari asam sulfat
sehingga tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Uji reaksi warna dilakukan
sebanyak 4 kali replikasi yang mana masing – masing replikasi didapatkan hasil yaitu
pada replikasi 1 terbentuk warna coklat, replikasi 2 terbentuk warna coklat, replikasi 3
terbentuk warna coklat kemerahan dan replikasi 4 terbentuk warna coklat kemerahan.
Dari hasil percobaan keempat replikasi sesuai dengan teori yaitu terbentuknya warna
coklat kemerahan.
I. KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba termasuk fungi yang dapat
menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
2. Pada analisis kualitatif antibiotik II digunakan sampel yaitu antibiotic turunan
makrolida yaitu eritromisin dan antibiotik turunan tetrasiklin.
3. Antibiotik golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan
bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman.
4. Eritromisin termasuk antibiotik golongan makrolid dan efektif baik untuk kuman
gram positif maupun gram negatif.
5. Pada uji kelarutan terdapat beberapa kesalahan dalam pengejokan sehingga hasil
percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil teori.
6. Pada uji reaksi warna kedua sampel yaitu tetrasiklin dan eritromisin dihasilkan uji
positif.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2005. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Terjemahan oleh
E. Koeswara. Jakarta: ERESCO.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Kurnianto, Erwan.,dan Dian Kertikasari. 2021. Buku Penuntun Praktikum Kimia
Farmasi. Pontianak: Akademi Farmasi Yarsi.
Kusmiyati, Mimin. 2016. Praktikum Kimia Farmasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia 2014, Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI,
diakses pada 04 Oktober 2021. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-
antibakteri
LAMPIRAN
1. Tetrasiklin + aquades

2. Eritromisin + etanol

3. Eritromisin + asam sulfat pekat

4. Tetrasiklin + FeCl31%

Anda mungkin juga menyukai