Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI I
REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN ALKALOID DAN BASA
NITROGEN

Disusun Oleh:

Nama : Rindy Tika Lestari


NPM : 20219076
Kelas : 3B Reguler sore

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI
2021
REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN ALKALOID
DAN BASA NITROGEN
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat mengidentifikasi adanya golongan
Alkaloid dan Basa Nitrogen dalam sampel.

B. Prinsip Dasar

Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat pada manusia. Kegunaan
senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan
tekanan darah dan melawan infeksi mikrobial (Clark, J, 2007).
Reaksi identifikasi alkaloid menggunakan metode yang tercantum dalam Materia
Medika Indonesia Edisi V. Identifikasi dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen etil
asetat: metanol: air (16:1:2), noda diamati menggunakan sinar UV 254nm kemudia dilakukan
deteksi bercak dengan menyemprotkan pereaksi dragendorf. Bercak yang menandakan adanya
alkaloid adalah warna jingga (Clarke, 1986).
Basa nitrogen terdiri dari dua jenis yaitu basa purin dan pirimidin. Basa purin terdiri dari
adenin (A) dan guanin (G) sedangkan pirimidin terdiri dari sitokin (C) dan timin (T). Satu asam
nukleat terdiri dari satu molekul gula ribose, satu basa nitrogen dan adanya fosfat (Fessenden,
R.J, 1997).
Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal padat, beberapa bentuk amorf. Ikatan N dalam
alkaloid biasanya berada dalam bentuk amin primer, amin sekunder , amin tersier, amin
kuartener, ammonium hidroksida dan semua ikatan N ini bersifat basa. Alkaloid umumnya
memiliki sepasang electron sunyi yang dapat mengikat proton secara kovalen sehingga
membentuk garamnya yang pada umumnya dapat larut dalam air (Zulfikar, 2011).

➢ Papaverin HCl (C20H21NO4.HCl) BM 397,3 Jarak Lebur 200 0C . Serbuk


kristalin putih

Struktur kimia Papaverin.


➢ Efedrin (C10H15NO) BM 174.2 Jarak Lebur 40 – 43O C
Serbuk Kristal tidak berwarna atau putih terurai jika trkena cahaya

Struktur kimia Efedrin.

C. Alat dan Bahan

No Nama Alat/Bahan Jumlah


1 Plat tetes 1
2 Tabung Reaksi 3
3 Penjepit kayu 1
4 Pembakar Bunsen 1
5 Sampel papaverin, efedrin Secukupnya

D. Prosedur Praktikum
➢ Papaverin HCl
1. Tambahkan reagensia Liebermann. Amati perubahan warna yang terjadi.
2. Buat kristal dengan HgCl2

➢ Efedrin
1. Lakukan uji Liebermann. Amati perubahan warna yang terjadi
2. Menggunakan pelat tetes, tambahkan larutan CuSO4 dan NaOH encer ke dalam serbuk
sampel. Amati perubahan warna yang terjadi
3. Lakukan reaksi kristal dengan HgCl2
E. Hasil Pengamatan
➢ Papaverin HCL
N REAGENSI PENGAMATAN REAKSI KIMIA
O A
1 Papaverin Dari serbuk putih
HCL +
CH3COOH +
H2SO4

→ larutan kuning
dengan endapan
putih yg terpisah

2 Papaverin HCl Dari serbuk putih


+ HgCl2

→ larutan putih
dengan endapan
putih
Setelah diamati di
microskop terlihat
kristal berbentuk
bulat

➢ Efedrin
N REAGENSI PENGAMATAN REAKSI KIMIA
O A
1 Efedrin + Dari serbuk putih
CH3COOH +
H2SO4

→ larutan kuning
dengan endapan
kuning yang
bercampur

2 Efedrin + Dari serbuk putih


CuSO4 +
NaOH
→ larutan biru yang
lama kelamaan
terpisah menjadi
larutan bening dengan
endapan biru

3 Efedrin + Dari serbuk putih


HgCl2

→ larutan putih
dengan endapan putih

Setelah diamati di
microskop terlihat
kristal berbentuk
batang jarum
F. Reaksi kimia


G. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, praktikan mempelajari metode identifikasi untuk macam-macam
senyawa yang termasuk ke dalam golongan alkaloid, basa nitrogen. Sampel yang di gunakan adalam
Papaverin dan Efedrin.
Percoban pertama reaksi penggolongan alkaloid dengan sampel papaverin HCl. Secara
organoleptik, papaverin HCl merupakan hablur putih; tidak berbau; rasa pahit kemudian pedas
(Depkes RI, 1979). Pada reaksi papaverin HCl dan reagensia Liebermann, sampel dimasukan
kedalam tabung reaksi. Pereaksi Liebermann terdiri dari NaNO2 yang berbentuk kristal putih dan
asam sulfat (H2SO4) .Asam sulfat pekat: untuk membentuk ikatan rangkap terkonjungasi (warna
hijau-biru intens) yang terbentuk akibat polimerasi hidrokarbon tak jenuh .Kemudian ditambahkan
reaksi Lieberman. Hasil yang didapatkan dari reaksi adalah perubahan warna menjadi larutan
kuning dengan endapan putih, seharusnya warna yang terbentuk adalah coklat kehitaman. Warna
ini disebabkan karena adanya gugus hidroksi (−OH) dari papaverin HCl bereaksi dengan pereaksi
Lieberman dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan.
Beragam warna diberikan oleh senyawa yang mengandung gugus hidroksil, O-alkil, atau O-CH2-O
yang terikat pada cincin benzen atau terikat pada struktur yang mengandung cincin benzen Hal ini
mengindikasikan hasil positif yaitu adanya gugus O-alkil, dimana alkilnya adalah metil (CH3). yang
terikat cincin aromatik atau terikat pada struktur yang mengandung cincin benzena pada struktur
papaverin HCl dengan pemberian reagen p-Lieberman memberikan hasil yang positif dengan
adanya perubahan warna menjadicoklat kehitaman. terbentuknya Pereaksi Liebermann akan
bereaksi dengan cincin benzene yang tersubstitusi tunggal yang tidak bergabung dengan gugus
karbonil, amida, atau C=N-O, seperti erinterlihat pada struktur di bawah ini:

Hasil yang didapatkan dengan penambahan reagen pereaksi Lieberman telah memberikan
hasil yang positif yaitu dengan adanya perubahan warna coklat kehitamanan. Hal ini sesuai literature
(Clark.J, 2007).
Pada reaksi kristal sublimat papaverin HCl, papaverin HCl dimasukan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes sublimat (HgCl2), lalu ambil larutan beresta
endapan dan amati kristal yang terbentuk diamati di bawah mikroskop, kristal papaverin HCl yang
dilihat di bawah mikroskop berbentuk bongkahan dan butiran tidak beraturan. Menurut Zulfikar
(2011), kristal ini dapat terbentuk karena adanya keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated)
akibat penambahan senyawa lain. Kondisi ini terjadi karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan
zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut sehingga kristal dapat
terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya. Hasil yang didapatkan adalah kristal yang
berbentuk bulat.
Pada percobaan kedua dilakukan uji terhadap efedrin HCl. Secara organoleptik, efedrin
merupakan serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit (Depkes RI, 1979). Pada uji Liebermann,
sampel dimasukan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan pereaksi Lieberman.
Pereaksi Liebermann terdiri dari NaNO2 yang berbentuk kristal putih dan asam sulfat (H2SO4)
.Asam sulfat pekat: untuk membentuk ikatan rangkap terkonjungasi (warna hijau-biru intens) yang
terbentuk akibat polimerasi hidrokarbon tak jenuh. Kemudian ditambahkan reaksi Lieberman. Dari
hasil pengamatan, sampel membentuk larutan berwarna kuning dengan endapan kuning. Warna
kuning yang diindikasikan ini diberikan oleh senyawa yang mengandung cincin benzen tersubstitusi
tunggal yang tidak bergabung dengan gugus karbonit, amida atau C=N-O. Hal ini dapat terbentuk
karena secara struktural, efedrin memiliki cincin benzen tunggal dan gugus hidroksil sehingga
berbagai warna dapat dihasilkan. Hasil identifikasi ini yaitu pembentukan warna kuning kecoklatan
adalah sesuai literature (Clark.J, 2007).
Pada reaksi efedrin, CuSO4 dan NaOH, efedrin dimasukan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan beberapa tetes CuSO4 , kemudian ditambahkan beberapa tetes NaOH, larutan berubah
warna menjadi biru terang. Penambahan larutan NaOH bertujuan untuk memberikan suasana basa,
agar nitrogen dapat terdeteksi oleh pereaksi dan membentuk senyawa kompleks dengan Cu.
Sehingga dapat bereaksi secara langsung.

(Struktur Efedrin)
Ion logam tembaga(II) memiliki elektron yang tidak berpasangan pada orbital d dan
diharapkan dapat membentuk kompleks spin tinggi. Ligan efedrin memiliki gugus amina dimana
terdapat atom nitrogen dengan pasangan elektron bebas sehingga dapat mengisi orbital kosong
ion logam dan terjadi ikatan kovalen koordinasi (Martak, 2010). Dengan demikian, pembentukan
senyawa kompleks [cu(II)-2-] diharapkan dapat meningkatkan interaksi sehingga diperoleh sifat
feromagnetik. Warna yang dihasilkan diduga karena adanya reaksi pembentukan kompleks antara
logam Cu dengan gugus amina dan gugus hidroksi pada efedrin. Hal ini mengindikasikan hasil
positif yaitu adanya gugus amina yang terikat pada struktur Efedrin memberikan hasil yang positif
dengan adanya perubahan warna biru terang.
Pada reaksi kristal sublimat efedrin, efedrin dimasukan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan beberapa tetes sublimat (HgCl2), kemudian kristal yang terbentuk diamati di bawah
mikroskop, kristal efedrin yang diamati di bawah mikroskop. Kristal yang terbentuk batang jarum.
Kristal efedrin yang terbentuk ini disebabkan oleh terbentuknya ikatan antara logam berat, yaitu
merkuri (Hg) dengan gugus amina dimana gugus amina memiliki pasangan elektron bebas
sehingga dapat menempati orbital kosong pada logam berat dan hal ini menyebabkan terbentuknya
endapan.
H. Kesimpulan

Identifikasi senyawa golongan alkaloid yaitu papaverin dengan penambahan pereaksi


Liebermann dan dengan meliat bentuk kristal dengan menambahkan HgCl2, efedrin dengan
penambahan pereaksi Liebermann atau dengan CuSO4 dan NaOH dan dengan melihat bentuk kristal
dengan menambahkan HgCl2.
Perbedaan hasil perubahan yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa kesalahan yaitu,
minimnya pereaksi yang tersedia, dan alat bahan yang kurang bagus. Sehingga menghasilkan
perubahan larutan yang tidak semestinya.

I. Daftar Pustaka
➢ Fessenden, J dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
➢ Chang. R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
➢ Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.
➢ Clark, J. 2007. Identifikasi Senyawa Golongan Alkaloid. Tersedia online di : http://chem-is-
try/identifikasi-senyawa-golongan-alkaloid/html

Anda mungkin juga menyukai