Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI I
REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN
GOLONGAN ALKALOID DAN BASA NITROGEN

Nama : Hyra Octaviyani


NIM : 1819.7.032

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI
BANDUNG
2019
REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN

GOLONGAN ALKALOID DAN BASA NITROGEN

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui dan mempelajari beberapa reaksi kimia yang karakteristik DARI
Alkaloid dan basa Nitrogen juga memahami cara identifikasi golongan Alkaloid dan
basa Nitrogen

II. PRINSIP

Golongan alkaloid dan basa nitrogen adalah senyawa yang mengandung amina dalam
struktur molekulnya sehingga bersifat basa. Dapat bereaksi dengan reagensia
dragendarf, dapat diamati dari terbentuknya endapan

Sifat umum alkaloid :


Alkaloid tidak larut atau sukar larut didalam air, tetapi alkaloid yang berada dalam
bentuk garam biasanya mudah larut dalam air.Alkaloid bebas (yang bersifat basa)
biasanya larut dalam eter, CHCl3 atau pelarut organic lainnya, tapi garamnya tidak
larut. Sifat kelarutan ini digunakaan sebagai dasar untuk isolasi & pemurnian alkaloid
Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal padat, beberapa berbentuk amorf. Alkaloid
yang berbentuk cair tidak mempunyai atom O dalam molekulnya. Garam alkaloid tidak
sama bentuk kristalnya dan, bentuk kristal ini berguna untuk identifikasi secara
mikroskopik. Ikatan N dalam alkaloid biasanya berada dalam bentuk amin primer,
sekunder, tersier, kuartener, amonium hidroksida dan semua ikatan N ini bersifat basa.
Alkaloid umunya mempunyai sepasang elektron sunyi yang dapat mengikat proton
secara kovalen sehingga membentuk garamnya yang umumnya larut dalam air. (Rogers
MF, Wink M. 1998).
1 Sifat fisika alkaloid
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1
atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin
primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya
tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang
telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau
mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa
seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi
beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin
berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid
hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudo alkaloid dan proto
alkaloid larut dalam air. Garam alkaloid quartener sangat larut dalam air.

2. Sifat kimia alkaloid


Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan
elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada
nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada
dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus
fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid
dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung
gugus amida. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil
dari reaksi ini sering berupa Noksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi
dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu
yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa oganik (tartarat, sitrat) atau anorganik
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam
perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya
III. ALAT DAN BAHAN

 Plat Tetes
 Tabung Reaksi
 Penjepit Kayu
 Pembakaran Bunsen
 Sampel Papaverin dan efedrin

IV. PROSEDUR

1. Papaverin HCL ( C20H21NO4.HCl ) BM 397,3 JARAK LEBUR 200OC


serbuk kristalin putih

Struktur Kimia Papaverin

Prosedur

1) Tambahkan reagensia Liebermann. Amati perubahan warna yang terjadi.


2) Tambahkan reagensia marquis.Amati perubahan warna yang terjadi.
3) Buat kristal dengan Hgcl2

2. Efedrin ( C10H15NO ) BM 174,2 jarak lebur 40-43OC


Serbuk kristal tidak berwarna atau putih terurai jika terkena cahaya

Struktur Kimia Efedrin

Prosedur

1) Lakukan uji Liebermann. Amati perubahan warna yang terjadi.


2) Menggunakan plat tetes,tambahkan larutan CuSO4 dan NaOH encer ke dalam
serbuk sampel. Amati perubahan warna yang terjadi.
3) Buat kristal dengan Hgcl2

V. HASIL PENGAMATAN

No Reagensia Perlakuan Hasil pengamatan

1. Papaverin

Serbuk kristalin berwarna orange


kemrahan
+ Liebermann

Endapan berwarna merah bata


+ Marquis

Larutan coklet kemerahan tidak ada


endapan
+ Hgcl2 (KRISTALISASI)

Terdapan bongkahan-bongkahan kecil


berbentuk polygonal

2 efedrin

Sebuk berwarna hijau


+ Liebermann

Larutan kuning terang bening tidak ada


endapan
+ CuS04
+ NaOH encer

Larutan hijau agak keruh


+ Hgcl2 (KRISTALISASI)

Bulat tidak beraturan lebih besar dan ada


hilus ditengahnya
VI. REAKSI KIMIA
VII. DISKUSI PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan dengan menggunakan dua sampel,
yaitu papaverin Hcl dan efedrin Hcl , pada percobaan pertama senyawa yang
diidentifikasi senyawa papaverin dilakukan dengan tiga percobaan. Percobaa pertama
Papaverin dengan menggunakan pereaksi Liebermann yaitu
CH3COOH + H2SO4 dengan perbandingan 3:1. Papaverin dapat
menimbulkan reaksi yang positif dengan pereaksi Liebermann
karena pereaksi tersebut spesifik terhadap gugus O-alkil yang
berikatan dengan cincin benzena. Berdasarkan stuktur papaverin,
senyawa ini memiliki gugus – OCH3 yang berikatan dengan cincin
benzena sehingga menghasilkan larutan berwarna merah
kehitaman (merah bata).

kemudian percobaan kedua yaitu Senyawa papaverin diidentifikasi dengan


menggunakan uji Marquis Formalin (H2CO) ditambah H2SO4 Larutan coklet
kemerahan tidak ada endapan. Penambahan H2SO4 bertujuan
untuk membentuk kompleks berrwarna merah kehitaman .
Pada percobaan terakhir untuk papaverin yaitu dengan penambahan Hgcl2
menghasilkan larutan berwarna pink muda dan saat dilihat di mikroskop terlihat kristal
kecil tak beraturan

Senyawa alkaloid selanjutnya yang telah


diidentifikasi oleh praktikan adalah efedrin.
Senyawa efedrin
dilakukan dengan tiga
percobaan , percobaan pertama dengan menggunakan
pereaksi Liebermann atau CH3COOH + H2SO4 dengan
perbandingan 3:1 Larutan kuning terang bening tidak
ada endapan ,Efedrin dapat menghasilkan reaksi yang
positif dengan pereaksi Liebermann dikarenakan
efedrin memiliki cincin benzena tersubstitusi tunggal
yang tidak bergabung dengan gugus karbonil atau C=N-O. Oleh karena itu dihasilkan
suatu larutan keruh dengan endapan agak kuning yang menunjukkan reaksi positif.
lalu dengan menggunakan pereaksi CuSO4 dan NaOH
Larutan hijau agak keruh, karena suatu reaksi
yang spesifik dimana terbentuk kompleks
larutan hijau dengan endapan putih karena
CuSO4 dapat bereaksi dengan senyawa yang
memiliki cincin heterosiklik berasal dari
efedrin.
Pada percobaan terakhir yaitu dengan penambahan Hgcl2 menghasilkan larutan hijau
bening,saatdilihat di mikroskop terlihat berwarn dasar mikroskop bening ke abuan
dengan gambaran Bulat tidak beraturan lebih besar dan ada hilus ditengahnya

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kita lakukan dapat
disimpulkan bahwa senyawa golongan alkaloid dan basa
nitrogen menggunakan dua sampel, yaitu papaverin Hcl
dan efedrin Hcl, pada percobaan pertama senyawa yang diidentifikasi senyawa
papaverin dilakukan dengan tiga percobaan. Percobaan pertama Papaverin dengan
menggunakan pereaksi Liebermann yaitu CH3COOH + H2SO4 dengan perbandingan
3:1. kemudian percobaan kedua yaitu Senyawa papaverin diidentifikasi dengan
menggunakan uji Marquis Formalin (H2CO) Penambahan H2SO4 ,Pada percobaan
terakhir untuk papaverin yaitu dengan penambahan Hgcl2 Senyawa alkaloid
selanjutnya yang telah diidentifikasi oleh praktikan adalah efedrin. Senyawa efedrin
dilakukan dengan tiga percobaan , percobaan pertama dengan menggunakan pereaksi
Liebermann atau CH3COOH + H2SO4 dengan perbandingan 3:1 , percobaan kedua
dengan menggunakan pereaksi CuSO4 dan NaOH ,Pada percobaan terakhir yaitu
dengan penambahan Hgcl2
IX. DAFTAR PUSTAKA

 Harborne, J.B., 2006, Metode Fitokimia, Penerbit ITB; Bandung


 Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Penerbit ITB; Bandung
 Fessenden, Ralph J. dan Fessenden, Joan S., 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga
Jilid II, Erlangga ; Jakarta
 Poedjiadi, A., dan Supriyanti, 2006, Dasar-Dasar Biokimia, Universitas
Indonesia; jakarta
 Sastrohamidjojo, H, 1996, Sintesis Bahan Alam, Gadjah Mada University Press
Yogyakarta
 Achmad S., A., 1986, Kimia Organik bahan Alam, Universitas Terbuka;Jakarta

Anda mungkin juga menyukai