Anda di halaman 1dari 34

SKRINING

FARMAKOLOGI

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TERPADU


MODUL XII
TUJUAN

o Memperoleh gambaran yang jelas mengenai aktivitas kerja


farmakologi dari obat atau senyawa
o Skrining meliputi serangkaian pengamatan & evaluasi hasil
pengamatan. Dimulai dengan percobaan terhadap hewan &
senyawa yang diseleksi.
o Berdasarkan hasil percobaan pada hewan, kemudian
dipastikan khasiatnya terhadap manusia
SIMPLE SCREENING/ SKRINING
SEDERHANA

Dilakukan untuk zat yang telah diketahui sifatnya/efeknya.


Melibatkan penggunaan 1 atau 2 bahan uji untuk mengetahui suatu
bahan memiliki sifat tertentu.
Tidak perlu dilakukan serangkaian uji yang interpretasinya
berhubungan antara suatu uji dengan uji yang lain
Misal: pengujian kadar gula dalam darah digunakan untuk
melakukan skrining terhadap senyawa yang memiliki aktivitas
hipoglikemia.
Permasalahan yang dihadapi adalah mencari metode yang cocok,
akurat & murah untuk pengujian ini
.
BLIND SCREENING/SKRINING BUTA

o Dilakukan untuk mendeteksi aktivitas farmakologi dari suatu obat yang


belum diketahui aktivitas farmakologinya. Biasanya dilakukan Jika
terdapat sejumlah senyawa kimia baru, baik itu yang didapatkan dari
bahan alam atau sintesis dan kemungkinan belum ada informasi
aktivitas farmakologinya.
o Tujuan : menunjukkan apakah senyawa baru tersebut memiliki potensi
aktivitas atau tidak, minimal golongan aktivitas senyawa tersebut.
Selain itu menentukan dari kelompok senyawa tersebut, senyawa
mana yang memiliki efek farmakologi yang paling potensial.
o Membutuhkan perencanaan yang tepat agar uji yang dilakukan efektif
dan efisien. Meskipun memilih prosedur yang sederhana, hasil yang
diharapkan tetap harus memenuhi standar uji yang dilakukan.
PROGRAMMED SCREENING

o Untuk pencarian obat baru atau penelitian efek farmakologi


sekelompok senyawa (misal yang berefek ke organ hati), diperlukan
perencanaan uji yang memerlukan informasi terhadap uji apa saja
yang dapat dilakukan terhadap senyawa tersebut.
o Tujuan skrining lebih terbatas dibandingkan blind screening &
biasanya memberikan hasil lebih presisi
o Menentukan adanya kemungkinan efek samping (potensial) -->
informasi farmakologi senyawa yang diuji lebih detail
o Misal : skrining obat tertentu pada sistem KV, SSP, ginjal, hati, darah,
dll.
o Pengukuran kuantitatif senyawa & pembandingnya (obat standar)
yang aktif pada golongan farmakologi tertentu
UJI NEUROFARMAKOLOGI

o Bagian dari Blind Screening, yaitu suatu uji farmakologi untuk melihat efek
farmakologi senyawa obat baru.
o Meliputi pengamatan umum, uji sikap/tingkah laku, profil neurologik, profil
otonomik dan toksisitas.
o Merupakan uji yang relatif murah karena hanya menggunakan sejumlah kecil
hewan yaitu mencit atau tikus putih.
o Menggunakan papan datar bulat, tinggi 30 cm, spuit/alat suntik atau jarum oral.
Telah dibuat alat-alat modern/digital untuk pengamatan uji neurofarmakologi.
o Senyawa obat baru akan diketahui golongannya
o Kolinergik,
o Adrenergik
o Antiadrenergik
o Pada SSP
JENIS UJI NEUROFARMAKOLOGIK

o Pengamatan sikap
a. Awareness, Visual placing, Stereotypy, Passivity
b. Mood grooming
c. Aktivitas motorik/aktivitas spontan
o Pengamatan/profil neurologis
a. Eksitasi SSP
b. Inkoordinasi motorik
c. Tonus otot anggota tubuh
d. Refleks
o Fungsi/profil otonomik
a. Optik
b. Sekresi
c. Tanda Umum
SIKAP

A. Awareness/alertness, Visual placing, Stereotypy, Passivity


Awareness/alertness : Respon menghindar/tidak
Visual placing: Respon mencit bila diletakkan di berbagai
posisi
Stereotypy : Gerakan mencit normal yang berulang seperti
gerakan menyelidiki yaitu mencit akan berjalan berputar
mengelilingi papan bulat sambil melihat ke bawah &
menggerakkan ekor.
Passivity: Respon mencit jika diletakkan pada posisi yang
tidak biasa. Nilai normal pada pemberian trankuilansia,
depresan SSP, muskel relaksan, anestesi.
SIKAP
B. Mood grooming, vocalization, restlessness, iritabitily,
fearfulness
Mood grooming: Mencit yang normal akan mengusap-usap
mukanya dengan kaki depannya, keadaan ini disebut grooming.
Grooming berlebihan : ada stimulasi sentral (SSP) atau stimulasi
simpatik
Vocalization : mencit yang normal tidak bersuara. Jika (+), ada
stimulasi yang mengganggu.
Restlessness : (-) pada mencit normal, jika (+)= ada stimulasi
SSP, ketidaknyamanan, perubahan viseral atau mendekati
konvulsi.
Irritability : tidak tenang yang hebat, agresif
Fearfullnes : Ketakutan
SIKAP
C. Aktivitas Motorik
Aktivitas spontan, reaktivitas,touch response & respon nyeri
Aktivitas spontan: rasa ingin tahu (dalam wadah botol/toples)
Reaktivitas: Pengamatan mencit dikeluarkan dari toples, diletakkan di atas
meja.
Touch response: Sentuhan dengan pensil atau pinset pada bagian
tengkuk, perut, lipat paha
Respon nyeri : Respon yang dikeluarkan saat pangkal ekor mencit dijepit
pinset.
Aktivitas spontan dan reaktivitas : berhubungan dengan stimulasi SSP atau
sedasi, stimulasi neuromuskular.
Respon nyeri: berkaitan dengan analgetik, sedasi, depresi SSP.
Touch response menunjukkan adanya aktivitas anestetik
PROFIL NEUROLOGIS

A. Eksitasi SSP
Stimulasi SSP ditunjukkan dengan startle response, straub
response, tremor dan konvulsi
Startle response atau respon kejut: mencit diberi kejutan
dengan suara keras
Straub response yaitu ekor mencit berdiri, derajat berdirinya
ekor mencit menunjukkan besarnya rangsang pada SSP
Tremor
Konvulsi
PROFIL NEUROLOGIS

B. Inkoordinasi motorik
Posisi tubuh & anggota badan/tungkai. Jika berbeda dengan
normal, maka ada hambatan neuromuskular, gangguan SSP.
Staggering gait, abnormal gait atau berjalan tidak normal :
adanya relaksasi otot atau ataksia (hilang keseimbangan).
Somersault test atau righting reflex : mencit dipegang pada
ujung ekornya kemudian diputar di udara 2x & dibiarkan jatuh pada
bantalan. Dilakukan sebanyak 5x.

Skor dilakukan berdasarkan posisi jatuh.


INTERPRETASI NILAI SOMERSAULT-TEST (DARI 5X
PERLAKUAN)

 Jatuh dengan berdiri pada keempat kakinya dengan baik nilai 5/5, skor = 0.
 Jatuh dalam posisi miring :
• 1- 2 kali nilai 1/5 atau 2/5, skor=1
• 3/5 atau 4/5, skor = 2
• 5/5, skor = 3.
 Jatuh dalam posisi terlentang, bagian perut di atas,
• 1/5 atau 2/5, skor = 4,
• 3/5 atau 4/5, skor=5,
• 5/5, skor = 6,
• lambat kembali ke posisi normal, skor = 7
• tetap terlentang, skor = 8.
Skor yang tinggi menunjukkan adanya pengaruh depresan SSP, muskelrelaksan,
zat anestetik
PROFIL NEUROLOGIS
C. Tonus Otot
Kekuatan otot anggota tubuh : grip strenght, body tone &
abdominal tone.
Limb tone atau kekuatan anggota badan yaitu mencit diletakkan
pada pensil/kawat sehingga cakarnya menggenggam pensil/kawat
tsb
Grip strenghth atau kekuatan menggenggam : hampir = dengan
limb tone, pensil dalam posisi horisontal & mencit tidak jatuh ke
meja.
Body tone & abdominal tone : diamati letak tubuh dan perut
dibandingkan mencit normal. Uji ini untuk melihat pengaruh obat
muskel relaksan, neuromuscular blocker & depresi SSP
PROFIL NEUROLOGIS
D. Refleks Pinna, Corneal, Ipsilateral flexor
Refleks pinna: pusat daun telinga mencit disentuh dengan
benda halus seperti rambut/benda halus mencit normal akan
berusaha menghindar, skor normal empat.
Refleks corneal: bila kornea mata disentuh dengan rambut
kaku, mencit normal akan menghindar dengan memejamkan
mata (skor normal=4).
Refleks ipsilateral flexor: refleks menarik jari kaki yang
dijepit pinset. Mencit normal akan menarik kakinya. Refleks
tidak normal, ada penghambatan saraf sensoris, sinapsis
spiral.
PROFIL OTONOMIK
Berkaitan dengan sistem saraf otonom: optik, sekresi & tanda-tanda umum.
Optik : Ukuran pupil sebelum & sesudah pemberian obat. Midriasis = hewan
terpengaruh obat parasimpatolitik atau simpatomimetik. Skor rendah = adanya
aktivitas muskarinik.
Ptosis = turunnya kelopak mata bagian atas
Exophtalmus = bola mata menonjol keluar
Sekresi: Urinasi = ada aktivitas muskarinik, iritasi saluran kemih. Salivasi = ada
aktivitas muskarinik.
Tanda-tanda umum: Writhing/menggeliat menunjukkan adanya iritasi jaringan
atau stimulasi reseptor sensoris. Piloereksi/bulu berdiri, ada penurunan suhu
yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.
Warna kulit khususnya warna daun telinga, perubahan menjadi merah =
vasodilatasi (pengaruh simpatolitik). Warna putih = vasikontriksi (pengaruh
simpatomimetik). Denyut jantung: dipercepat oleh aktivitas parasimpatomimetik,
diperlambat oleh depresan pernafasan & SSP, khususnya pada dosis tinggi;
kecepatan respirasi
PERCOBAAN
 3 mencit per kelompok:
2 diberi sampel uji, 1 diberi NaCl fisiologis / CMC-Na
0,5%
 15 menit setelah pemberian sampel, letakkan mencit
pada platform, dan amati selama 2 menit
 Catat hasil pengamatan pada form skrining
 Lakukan kembali pengamatan pada menit ke-30, 60,
dan 90 setelah pemberian sampel
 Simpulkan kandungan zat aktif dalam sampel uji
 Buat laporan sesuai format yang diberikan
 Kirim ke dhyanka@fa.itb.ac.id cc afrillia@fa.itb.ac.id
paling lambat pukul 19.00 WIB
PERBEDAAN ANTARA SISTEM SARAF SOMATIK
DENGAN OTONOMIK
Persarafannya
• Somatik – 1 neuron motorik
• Otonom – persarafannya praganglionik & pasca ganglionik
Organ efektornya
• Somatik– otot rangka
• Otonom – otot polos, otot jantung & kelenjar-kelenjar
Neurotransmiter
• Somatik– asetilkolin
• Otonom – asetilkolin, adrenalin/epinefrin,
noradrenalin/norepinefrin

18
LA-SF ITB
19
LA-SF ITB
20
LA-SF ITB
21
LA-SF ITB
NEUROTRANSMITER PADA SS OTONOM
• Neurotransmiter neuron simpatik praganglionik :
asetilkolin (Ach)  menstimulasi potensial aksi
neuron pascaganglionik

• Neurotransmiter pada seluruh neuron praganglionik


dan sebagian besar neuron pascaganglionik
parasimpatik  asetilkolin (ACh)

• Neurotransmiter yang dilepaskan oleh neuron simpatik


pascaganglionik : adrenalin/epinefrin,
noradrenalin/norepinefrin

22
LA-SF ITB
SISTEM SARAF OTONOM (1)

Memegang peran penting dalam pengaturan keadaan


konstan dalam tubuh, memberikan perubahan dalam tubuh
yang sesuai

Kerja tidak sadar (berbeda dengan SS somatik), tidak dengan


mudah dikendalikan oleh kehendak

Menggunakan 2 kelompok neuron motorik untuk


menstimulasi efektor.

• Neuron preganglionik  muncul dari SSP ke ganglion tubuh,


bersinapsis dengan
• Neuron pascaganglionik  menuju organ efektor (otot
jantung, otot polos, atau kelenjar)

23
LA-SF ITB
SISTEM SARAF OTONOM (2)
CNS  jalur efferen  SS otonom  pleksus otonom  organ efektor

Terdiri dari sistem saraf simpatis & parasimpatis  berbeda anatomi


maupun fungsinya

Umumnya organ dalaman tubuh/viseral dipersarafi oleh kedua sistem


saraf tsb

Stimulasi SS simpatis biasanya akan menghasilkan efek berlawanan


dengan stimulasi SS parasimpatis.

Bila satu sistem merintangi fungsi tertentu, sistem lain justru


menstimulasinya

24
LA-SF ITB
SISTEM SARAF SIMPATIS & PARASIMPATIS (1)

Sistem simpatis = sistem adrenergik


Stimulasi sistem ini akan menimbulkan reaksi
yang meningkatkan penggunaan zat2 oleh tubuh
(aktif & perlu energi)
Sistem parasimpatis = sistem asetilkolin
Stimulasi pada sistem ini, timbul efek dengan
tujuan menghemat penggunaan zat2 &
mengumpulkan energi
Ada keseimbangan antara keduanya

25
LA-SF ITB
SISTEM SARAF SIMPATIS
Terletak di depan kolumna vertebra, berhubungan dengan
spinalis cordata melalui serabut saraf
Tersusun dari ganglion2 pada daerah :
• 3 psg ganglion servikal
• 11 psg ganglion torakal
• 4 psg ganglion lumbal
• 4 psg ganglion sakral
• 1 psg ganglion koksigeal
Sering disebut sistem saraf torakolumbar
Fungsi :
• Mempersarafi otot-otot jantung, otot tak sadar pembuluh darah,
organ2 dalam (lambung, pankreas, usus), serabut motorik
sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik otot tak sadar
pada kulit
• Mempertahankan tonus semua otot termasuk otot tak sadar

26
LA-SF ITB
SISTEM SARAF PARASIMPATIS
Disebut sistem saraf kraniosakral

Terbagi menjadi 2 bagian

• Saraf otonom kranial: ke-3 (okulomotorius),7


(fasialis), 9 (glosofaringeal),10 (vagus)
• Saraf otonom sakral : ke-2, 3, 4  membentuk urat
saraf pada organ dalam pelvis & bersama-sama
SS simpatis membentuk pleksus yang
mempengaruhi kolon, rektum dan kdg kemih

27
LA-SF ITB
SISTEM SARAF OTONOM (4)

Sistem asetilkolin Sistem adrenergik


Rest, digest or repose Fight, Flight or Fright
Saat tubuh tidak aktif Saat tubuh aktif
Mis. Digesti, ekskresi, urinasi Mis. Berkeringat, nafas dalam ,
peningkatan denyut jantung
Menyimpan energi
Menggunakan energi
Segmen spinal kraniosakral (CN
III, VII, IX, X & S2-4) Segmen spinal torakolumbar
(T1-L2)

28
LA-SF ITB
SISTEM SARAF OTONOM (5)

Serabut preganglionik Serabut praganglionik


panjang/pascaganglionik pendek/ pasca ganglionik
pendek panjang

• “D” division : Digestion, • “E” division : Exercise,


defecation & diuresis excitement, emergency &
embarrassment

29
LA-SF ITB
Target Organ Parasympathetic Effects Sympathetic Effects

Eye (Iris) Stimulates constrictor Stimulates dilator


muscles. Pupil muscles. Pupil dilates.
constriction
Eye (Ciliary muscle) Stimulates. Lens No innervation.
accommodates – allows
for close vision
Salivary Glands Watery secretion Mucous secretion
Sweat Glands No innervation Stimulates sweating in
large amounts
(Cholinergic)
Gallbladder Stimulates smooth Inhibits gallbladder
muscle to contract and smooth muscle
expel bile

30
LA-SF ITB
Target Organ Parasympathetic Effects Sympathetic Effects

Cardiac Muscle Decreases HR Increases HR and force of


contraction

Coronary Blood Vessels Constricts Dilates

Urinary Bladder; Urethra Contracts bladder Relaxes bladder smooth


smooth muscle; relaxes muscle; contracts
urethral sphincter urethral sphincter
Lungs Contracts bronchiole Dilates bronchioles
(small air passage)
smooth muscle
Digestive Organs Increases peristalsis and Decreases glandular and
enzyme/mucus secretion muscular activity

Liver No innervation No innervation (indirect


effect)
31
LA-SF ITB
Target Organ Parasympathetic Effects Sympathetic Effects

Kidney No innervation Releases the enzyme


renin which acts to
increase BP
Penis Vasodilates penile Smooth muscle
arteries. Erection contraction. Ejaculation.

Vagina; Clitoris Vasodilation. Erection Vaginal reverse


peristalsis
Blood Coagulation No effect Increases coagulation
rate

Cellular Metabolism No effect Increases metabolic rate

Adipose Tissue No effect Stimulates fat breakdown

32
LA-SF ITB
Target Organ Parasympathetic Effects Sympathetic Effects

Mental Activity No innervation Increases alertness

Blood Vessels Little effect Constricts most blood


vessels and increases BP.
Exception – dilates blood
vessels serving skeletal
muscle fibers
(cholinergic)
Uterus Depends on stage of the Depends on stage of the
cycle cycle

Endocrine Pancreas Stimulates insulin Inhibits insulin secretion


secretion

33
LA-SF ITB
34
LA-SF ITB

Anda mungkin juga menyukai