Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BAB VIII
UJI SENSIFITAS DAN POTENSI ANTIBIOTIK

Disusun oleh :

Wasis Utami A1201057

Ulya Maqviroh A1201055

Vinesia Emayanti A1201056

Zalikal F.R, A1201064

Zeti Maftuka A1201067

Program DIII Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera
2021
BAB VIII

SENSIFITAS DAN POTENSI ANTIBIOTIK

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui cara pengujian sensivitas suatu antibiotik terhadap bakteri
2. Mahasiswa mengetahui potensi suatu antibiotik yang digunakan untuk membunuh
mikroba
3. Mahasiswa mengetahui cara-cara pengukuran dalam penentuan potensi antibiotik

B. DASAR TEORI

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup terutama


fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil (Tjay, 1978).

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris


dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di
seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang
dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).

Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam


zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak
menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa bila bakteri-bakteri itu tertarik dan
bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut
chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, pertumbuhan koloninya dapat
dipengaruhi oleh zat-zat kimia peristiwa itu disebut chemotropis (Soemarno, 1976).

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba
oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan
hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu :

1. Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.


2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam
sel.
3. Inaktivasi obat oleh mikroba.
4. Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang
dihambat oleh antimikroba.
5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan


mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak
mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai
menderita suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah
pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman
(Ditjen POM, 2001).

Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti
bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang.
Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa
suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat
merusak parasit (Tjay, 2003).

Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor


lingkungan yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban,
radiasi) (Dwidjesoputro, 1994).

Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring
(Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas saring menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida,
bakterisida, dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV,
pemanasan yang tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti menggunakan
mikroorganisme lain sebagai antagonis. Metode d’Aubert yaitu metode yang
digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan
pengawet (Ramona dkk., 2007).

C. ALAT DAN BAHAN

Sensitivitas

ALAT
- Cawan petri
- Inkubator
- Tabung reaksi
- Pinset

BAHAN

- Media Brain Heart Agar (HBI A)atau Tryptic Soya Agar (TSA)
- Cakram antibiotik (antibiotic disc)
- Staphylococcus aureus
- Micrococcus luteus

Potensi

ALAT

- Cawan petri
- Ose
- Cakram kertas
- Jangka sorong
- Tabung reaksi

BAHAN

- Antibiotik uji (kapsul amoksisilin trihidrat)


- Antibiotik standar (amoksisilin)
- Staphylococcus aureus
- Media cair : kaldu tionglikolat, kaldu BHI (Brain Heart Infusion)
- Media padat : base layer (lapisan dasar) = medium 2, penssay seed agar (lapisan
perbenihan) = medium 1, agar miring ; Bahan pembantu : bufer fosfat pH 8,0,
NaCl fisiologis

D. SKEMA KERJA

1. Sensivitas

Suspensikan bakteri uji dengan aquadest steril

Tuangkan pada media BHI A/TSA yang telah cair bersuhu 45°C

1. Buat lempeng pada cawn petri

Biarkan media memadat


Letakkan cakram antibiotik diatas lempeng media

Inkubasikan media pada suhu 37°C

Amati terbentuknya daerah hambatan di sekitar cakram antibiotik

2. Potensi
a. Pembuatan Inokulum

Menyediakan biakan kuman standar dalam agar miring pada 37°C selama 10-24 jam

Menyiapkan 4 buah tabung reaksi secara berderet dan dilabel 10 9 , 108 , 107 dan 106

Mengisi tabung dengan NaCl fisiologis, tabung 10 9 2 ml, tabung 108 , 107 dan 106 masing- masing 9
ml

Mengisi tabung 109 dengan suspense kuman menggukan ose sesuai Farland III, mengosoknya
sampai homogen

Mengambil 1 ml dari tabung 109 dan memasukkannya pada tabung 108 , mengocoknya sampai
homogen

Mengambil 1 ml dari tabung 108 dan memasukkannnya pada tabung 107 , mengocoknya sampai
homogen
Mengambil 1 ml dari tabung 107 dan memasukkannya pada tabung 108 , mengocoknya sampai
homogen. Memperoleh pengenceran 10x, 100x, 1000x (setara dengan 10 6 kuman/ml)

b. Pembuatan larutan stok amoksilin standar

Menimbang 5,47 mg amoksisilin standar

Melarutkan denga larutan buffer fosfat labu ukur 25 ml

Mengambil 4,5 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan buffer pH 8,0 sampai
volumnya 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 9 µg/ml (larutan S1)

Menyaring larutan dengan filter bakteri

Mengambil 3 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH 8,0 sampai
volumnya 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 12 µg/ml (larutan S2)

Menyaring larutan dengan filter bakteri

Mengambil 4 ml larutan kemudian mengencerkannnya dengan larutan dapar fosfat pH 8,0 sampai
25 ml, sehingga didapat konsentrasi 16 µg/ml (larutan S3)

Menyaring larutan dengan filter bakteri


c. Pembuatan stok amoksisilin uji

Menimbang sampel (antibiotik dalam kapsul) 5,0 mg amoksisilin yang akan diuji.

Melarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 8,0 hingga volumnya 50 ml

Mengambil 4,5 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat pH 8,0 sampai
volumnya 50 ml, sehingga didapat konsentrasi 9 µg/ml (larutan U1)

Menyaring larutan dengan filter bakteri

Mengambil 3 ml larutan kemudian mengencerkannya dengan larutan dapar fosfat 8,0 sampai
volumnya 25 ml, sehingga didapat konsentrasi 12 µg/ml (larutan U2)

Menyaring larutan dengn filter bakteri

Mengambil 4 ml larutan kemudian mengencerkannnya dengan larutan dapar fosfat pH 8,0 sampai
25 ml, sehingga didapat konsentrasi 16 µg/ml (larutan U3)

d. Pembuatan lapisan dasar (base layer)

Menyiapkan 6 cawan petri steril

Mengisi setiap cawan dengan 10 ml lapisan dasar

Meratakan lapisan agar menutupi seluruh permukaan atas cawan petri dengan cara memutar-
mutar cawan petri ke kanan dan ke kiri dengan hati-hati diatas bidang rata
Biarkan beberapa saat hingga membeku

e. Pembuatan lapisan pembenihan (seed layer)

Menyediakan 6 tabung reaksi steril

Mengisi masing-masing tabung dengan 4 ml lapisan pembenihan (medium antibiotik) yang telah
dicairkan

Setelah suhu mencapai 45-60°C masukkan 1 ml suspensi kuman yang setara dengan 106 kuman/ml

Memfortex larutan hingga homogen, setelah itu dituangkan pada setiap cawan petri yang sudah
berisi lapisan dasar

Meratakan pada seluruh permukaan lapisan dasar, dengan menggoyangkan cawan petri ke kanan
dan ke kiri beberapa kali dengan hati-hati

Biarkan beberapa saat hingga membeku

f. Meneteskan antibiotik standar (s) dan antibiotik uji (u) pada cakram kertas

Mengambil 6 buah cakram kertas secara aseptik

Menyusunnya ke dalam cawan petri


Meneteskan luratan U1 pada keeman cakram kertas, masing-masing sebanyak 20 µl menggukan
pipet mikro (ependor)

Memindahkan cakran kertas ke dalam seed layer sesuai dengan pola yang telah dibuat

Mengulangi langkah 1-3 untuk larutan U1, U2, S1, S2 dan S3

Biarkan beberapa saat sampai cawan kertas melekat sempurna pada seed layer

Memasukkan keenam cawan petri terhadap dalam inkubator untuk inkubasi selama 18-24 jam
pada suhu 37°C

E. DATA PENGAMATAN

Cawan I II III IV V VI
U1 0,56 0,51 0,53 0,52 0,60 0,51
U2 0,89 0,88 0,88 0,84 0,81 0,83
U3 1,10 1,12 1,14 1,17 1,10 1,12
S1 0,65 0,61 0,67 0,62 0,75 0,62
S2 0,99 1,02 1,01 0,98 0,98 0,95
S3 1,08 1,10 1,23 1,22 1,16 1,15

F. PEMBAHASAN

Standar (S) Uji (U)


Jumlah zona kadar rendah ∑S1 = 3,92 ∑U1 = 3,23
Jumlah zona kadar tengah ∑S2 = 5,93 ∑U2 = 5,13
Jumlah zona kadar tinggi ∑S3 = 6,94 ∑U3 = 6,75
Jumlah sediaan S = ∑(S1+S2+S3) U = ∑(U1+U2+U3)
= 16,79 = 15,11
Kontras linier Ls = ∑S3 - ∑S1 Lu = ∑U3 - ∑U1
= 3,02 = 3,52

i = log S1 – log S2 = log S2 – log S3


= log 3,92 – log 5,93 = log 5,93 – log 6,94
= -0,17976 = -0,06830 (diambil nilai terbesar)

Ls+ Lu
b=
( d−1 ) in h
3,02+3,52
=
( 3−1 ) x (−0,06830 ) x 6 x 2
6,54
=
−1,63932
= -3,98975

S 16,79
Ys = = = 0,93278
n xd 6x3

U 15,11
Yu = = = 0,83944
n xd 6x3

Yu−Ys 0,83944−0,93277
Mu = = = 0,02339
b −3,98975

Rasio Potensi Ru = antilog Mu


= antilog 0,02339
= 1,05533

Potensi Ru x 100% = 1,05533 x 100% = 105%

Antibiotik amoksisilin yang dipakai merupakan antibiotik dengan beragam


konsentrasi. Seperti yang telah diketahui diatas, rasio perhitungan yang didapat adalah
105%. Sementara batas keyakinan rasio antara 99% sampai 110%.

G. KESIMPULAN

Dari data pengamatan dapat disimpulkan bahwa antibiotik yang diuji memiliki
potensi yang baik dalam menghambat pertumbuhan kaum Staphylococcus aureus
karena memiliki potensi 105%.
H. DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 2001. Bacterial Chemistry and Physiology. New York

Dwidjesoputro.1994. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan


Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tjay. 1978. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai