Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

ANESTESI LOKAL

NAMA : ARIFIN AHMAD

NIM : 1900053

HARI PRAKTIKUM : SABTU (11.00-14.00)

NAMA DOSEN : Apt. Novia Sinata, M.Si

ASISTEN DOSEN :

1. HANIFAH ROHADATUL AISYI

2. WINDA YUSMA AMELIAH

3. SITI PATIMAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020
PERCOBAAN IV
ANESTESI LOKAL

I. Tujuan praktikum

1. Mengenal dan menguasai teknik untuk mencapai anestetik lokal pada hewan.
2. Mengetahui cara pemberian anestetik lokal.
3. Mengetahui cara kerja anestetik lokal.
4. Memahami faktor-faktor yang melandasi perbedaan-perbedaan dalam sifat dan
potensi anestetika lokal.
5. Mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi kerja anestetika lokal.
6. Dapat mengkaitkan daya kerja anestetika lokal dengan manifestasi gejala keracunan
serta pendekatan rasional untuk mengatasi keracunan ini.

II. Prinsip dasar

Anestetika lokal ialah obat yang menghambat konduksi saraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Termasuk dalam golongan
anestetika lokal seperti kokain dan ester-ester asam para amino benzoat (PABA), contoh
prokain dan lidokain. Anestesi lokal permukaan tercapai ketika anestetika lokal di
tempatkan didaerah yang ingin di anestesi. Anestetika lokal diberikan dengan berbagai
teknik pemberian, seperti ; anestesi permukaan, anestesi spinal, anestesi mukosa.

III. Tinjauan pustaka

Anestesi lokal ialah obat yang apabila diberikan secara lokal (topikal atau suntikan)
dalam kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang dikenai oleh
obat tersebut. Obat-obat ini menghilangkan rasa atau sensasi nyeri (dan pada konsentrasi
tinggi dapat mengurangi aktivitas motorik) terbatas pada daerah tubuh yang dikenai tanpa
menghilangkan kesadaran.
Struktur Kimia
Umumnya obat anestesis lokal terdiri dari sebuah gugus lipolifit (biasanya sebuah
cincin aromatik) yang diberikatan dengan sebuah rantai perantara (umumnya termasuk
suatu ester atau sebuah amida) yang terikat pada satu gugus terionisasi. Aktivitas optimal
memerlukan keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan kekuatan hidrofilik.
Penambahan sifat fisik molekul, maka konfirgurasi stereokimia specifik menjadi penting,
misalnya perbedaan potensi stereoisomer telah diketahui untuk beberapa senyawa.
Karena ikatan ester (seperti prokain) lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida, maka
lama kerja ester biasanya lebih singkat.

Sifat-sifat anestesi lokal


sifat-sifat anestesi lokal yang ideal adalah

1. Tidak mengiritasi dan merusak jaringan saraf secara menetap


2. Batas keamanan harus lebar karena obat anestetik lokal diabsorbsi sari tempat
suntikan
3. Masa kerja harus cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan
operasi
4. Masa pemulihan tidak terlalu lama
5. Harus larut dalam air
6. Stabil dalam larutan, dan
7. Dapat disentuh tanpa mengalami perubahan
Teknik Pemberian Anestetik Lokal :
 Anestesi permukaan
Digunakan pada mukosa / permukaan luka Dari sana berdifusi ke organ akhir sensorik
dan ke percabangan saraf terminal. Pada epidermis yang utuh (tidak terluka), maka
anestetik lokal hampir tidak berkhasiat karena anestetik lokal hampir tidak menembus
lapisan tanduk.
 Anestesi infiltrasi
Disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga diisikan ke dalam jaringan.Dengan
demikian selain organ ujung sensorik, juga batang-bataang saraf kecil dihambat.
 Anestesi konduksi
Disuntikkan di sekitar saraf tertentuyang dituju dan hantarn rangsang pada tempat ini
diputuskan.Contoh : anestesi spinal, anestesi peridural, anestesi paravertebral.
 Anestesi regional intravena dalam daerah anggota badan
Aliran darah ke dalam dan ke luar dihentikan dengan mengikat dengan bantuan pengukur
tekanan darah dan selanjutnya anestetik lokal yang disuntikkan berdifusi ke luar dari vena
dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan dalam waktu 10-15 menit menimbulkan
anestesi. Pengosongan darah harus dipertahankan minimum 20-30 menit untuk
menghindari aliran ke luar, sejumlah besar anestetik lokal yang berpenetrasi, yang belum
ke jaringan.Pada akhir pengosongan darah, efek anestetik lokal menurun dalam waktu
beberapa menit
 Persyaratan
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang digunakan sebagai
anestetikum lokal, antara lain :
a Tidak merangsang jaringan
b Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
c Toksisitas sistemisnya rendah
d Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir
e Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama.
f Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pemanasan
(sterilisasi).
 Penggolongan
Struktur dasar anestetika lokal pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni suatu
gugus amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester
(alkohol) atau amida dengan suatu gugus-aromatis lipofil. Semakin panjang gugus
alkoholnya, semakin besar daya kerja anestetiknya, tetapi toksisitasnya juga meningkat.
Anestetika lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sbb.
a Senyawa-ester : kokain dan ester-PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain, tetrakain)
b Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan cinchokain.
c Lainnya : fenol, benzilalkohol dan etil klorida.Semua obat tersebut diatas adalah sintetis,
kecuali kokain yang alamiah.
 Mekanisme kerjanya
Anestetika lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara. Misalnya
dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui
sel saraf dan ujungnya.
Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital,
anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permebilitas
membran sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini
disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan dengan
saluran-saluran natrium di membran neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju
depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun meningkat,
sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversibel.
Diperkirakan bahwa pada proses stabilisasi membran tersebut, ion-kalsium memegang
peranan penting, yakni molekul lipofil besar dari anestetika lokal mungkin mendesak
sebagian ion-kalsium di dalam membran sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan
demikian membran sel menjadi lebih padat dan stabil, serta dapat lebih baik melawan
segala sesuatu perubahan mengenai permeabilitasnya.
Penghambatan penerusan impuls dapat pula dicapai dengan pendinginan kuat
(etilklorida) atau melalui meracuni protoplasma sel (fenol).
 Farmakokinetik
a Absorpsi :
Semua anestesi local tidak baik diabsorpsi di saluran cerna setelah pemakaian secara oral,
kecuali untuk kokain. Hampir semua anestesi local mengalami first-pass effect di hepar
sehingga obat dimetabolisme menjadi metabolit inaktif. Anestesi local diabsorpsi dengan
kecepatan yang berbeda pada membrane mukosa yang berbeda. Pada mukosa trakea,
absorpsi yang terjadi hampir sama dengan pada pemberian secara intravena. Pada mukosa
faring, absorpsi lebih lambat dan pada mukosa esophagus dan kandung kemih, absorpsi
lebih lambat dari aplikasi topical faring. Sedangkan kecepatan absorpsi anestesi local
pada pemberian secara parenteral, tergantung pada vaskularisasi tempat injeksi dan
vasoaktivitas obat. Pemberian anestesi local secara intravena merupakan cara pemberian
yang memungkinkan kadar obat dalam darah mempunyai level yang paling tinggi dalam
waktu yang cepat.
b Distribusi :
Ketika anestesi local masuk ke peredaran darah, mereka didistribusikan keseluruh
jaringan tubuh.
c Metabolisme :
Toksisitas tergantung pada keseimbangan absorpsi dengan metabolism, Senyawa ester
hidrolisisnya di plasma dengan bantuan enzim pseudokolinesterase. Makin cepat
keccepatan hidrolisis, makin kecil potensi toksisitas anestesi local.biotrasnformasi
anestesi local amida lebih kompleks daripada golongan ester.Organ metabolism lidokain,
etidokain, bupivakain di hepar sedangkan prilokain, dimetabolisme di hepar dan paru-
paru.
d Ekskresi :
Organ utama proses ekskresi adalah ginjal. Fungsi ginjal yang sehat merupakan factor
yang berperan penting pada proses ekskresi. Senyawa ester sejumalah besar
dimetabolisme sehingga hanya sejumlah kecil yang tidak mengalami perubahan.
Sedangakan senyawa amida karena lebih kompleks maka bentuk asalnya dapat
ditemukan lebih besar di urin.
 Farmakodinamik
Efek obat anestesi local :
 Kegelisahan dan tremor
 Kejang
 Mempengaruhi transmisi disambungan saraf otot.
 Kolaps kardiovaskuler
 alergi
 Efek samping
Efek samping anestesi local adalah akibat dari efek depresi terhadap SSP dan efek
kardiodepresifnya (menekan fungsi jantung) dengan gejala penghambatan pernafasan dan
sirkulasi darah. Anestesi local dapat pula mengakibatkan reaksi hipersensitasi, yang
seringkali berupa axantema, urticaria, dan bronchospasme alergis sampai adakalanya
shock anafilaksis yang dapat mematikan. Yang terkenal dalam hal ini adalah zat-zat dari
tipe-ester prokain dan tetrrakain, yang karena itu tidak digunakan lagi dalam sediaan
local.
Reaksi hipersensitivitas tersebut diakibatkan oleh PABA (para-amino-benzoic acid),
yang terbentuk melalui hidrolisa. PABA ini dapat meniadakan efek antibaktriil dari
sulfoamida, yang berdasarkan antagonism persaingan dengan PABA.Oleh karena itu,
terapi dengan sulfa tidak boleh dikombinasi dengan penggunaan ester-ester tersebut.
 Interaksi Obat
Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital,
anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas
membran sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini
disebabkan adanya persaingan dengan ion-ion kalsium yang berada berdekatan dengan
saluran-saluran natrium di membran sel saraf. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya
laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat Iaun meningkat,
sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversible.
 PROKAIN (Novocaine, etokain, *Gerovital (dr Aslan))
Derivat benzoat ini yang disintesa pada tahun 1905 (Einhorn) tidak begitu toksis
dibandingkan kokain. Anestetik lokal dari kelompok ester ini bekerja singkat. Dalam
tubuh zat ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi
dietilaminoetanol dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja
sulfonamida.
Resorpsinya di kulit buruk, maka hanya digunakan sebagai injeksi dan sering kali
bersamaan dengan adrenalin untuk memperpanjang kerjanya. Sebagai anestetik lokal,
prokain sudah banyak digantikan oleh lidokain dengan efek samping lebih ringan.
Mekanisme kerja Pemberian prokain dengan anestesi infiltrasi maximum dosis 400
mg dengan durasi 30-50, dosis 800 mg, durasi 30-45.Pemberian dengan anestesi epidural
dosis 300-900, durasi 30-90, onset 5-15 mnt.Pemberian dengan anestesi spinal :
preparatic 10%, durasi 30-45 menit.
Indikasi Diberikan intarvena untuk pengobatan aritmia selama anestesi umum, bedah
jantung, atau induced hypothermia.
Kontraindikasi Pemberian intarvena merupakan kontraindikasi untuk penderita
miastemia gravis karena prokain menghasilkan derajat blok neuromuskuler. Dan prokain
juga tidak boleh diberikan bersama-sama dengan sulfonamide.
Efek terapi Pada penyuntikan prokain dengan dosis 100-800 mg, terjadi analgesia
umum ringan yang derajatnya berbanding lurus dengan dosis. Efek maksimal
berlangsung 10-20 menit, dan menghilang sesudah 60 menit. Efek ini mungkin
merupakan efek sentral, atau mungkin efek dari dietilaminoetanol yaitu hasil hidrolisis
prokain.Efek sampingnya yang serius adalah hipersensitasi, yang kadang-kadang pada
dosis rendah sudah dapat mengakibatkan kolaps dan kematian.
Efek samping yang harus dipertimbangkan pula adalah reaksi alergi terhadap sediaan
kombinasi prokain-penisilin. Berlainan dengan kokain zat ini tidak mengakibatkan adiksi.
Cara pemberian obat bius prokain deberikan secara injeksi interavena pada atau
sekitar jaringan yang akan di anestesi, sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit
dan di jaringan yang terletak lebih dalam, misalnya: pada praktek THT atau pencabutan
gigi.
Dosis : Dosis 15 mg/kgbb. Untuk infiltrasi : larutan 0,25-0,5 dosis maksimum 1000
mg. onset : 2-5 menit, durasi 30-60 menit. Bisa ditambah adrenalin (1: 100.000). Dosis
untuk blok epidural (maksimum) 25 ml larutan 1,5%. Untuk kaudal : 25 ml larutan 1,5%.
Spinal analgesia 50-200 mg tergantung efek yang di kehendaki, lamanya 1 jam.
 Farmakokinetik
Absorpsi berlangsung cepat dari tempat suntikan dan untuk memperlambat absorpsi perlu
ditambahkan vasokonstriktor. Sesudah diabsorpsi, prokain cepat dihidrolisis oleh esterase
dalam plasma menjadi PABA dan dietilaminoetanol. PABA diekskresi dalam urine, kira-
kira 80% dalam bentuk utuh dan bentuk konjugasi. 30% dietilaminoetanol ditemukan
dalam urine, dan selebihnya mengalami degradasi lebih lanjut.
 Interaksi obat
 Prokain dan anestetik local lain dalam badan dihidrolisis menjadi PABA(para amino
benzoic acid), yang dapat menghambat daya kerja sulfonamide. Oleh karena itu
sebaiknya prokian dan asnestetik local lain tidak diberikan bersamaan dengan terapi
sulfonamide.
 Prokain dapat membentuk garam atau konjugat dengan obat lain sehingga
memperpanjang masa kerja obat tesebut. Misalnya garam prokain penisilin dan prokain
heparin.
 Evaluasi
Sebagai anestetik local, prokain pernah digunakan untuk anesthesia infiltrasi,
anesthesia blok saraf, anesthesia spinal, anesthesia epidural dan anesthesia kaudal.
Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat serta masa kerjanya pendek, maka
penggunaannya sekarang ini hanya terbatas untuk anesthesia blok saraf.
Di dalam tubuh,prokain akan dihidrolisis menjadi PABA, yang dapat menghambat
kerja sulfonamide

IV. Alat dan bahan

Bahan
Alat
- Kelinci
- Gunting
- Nacl fisiologis
- Jarum suntik
- Larutan prokain hcl 2 %

V. Prosedur kerja
1. Gunting bulu mata kelinci
2. Teteskan ke dalam kantong konjungtivanya Lar. Anestetik lokal Prokain
hidroklorida 2% 0,5 ml dan kokain hidroksida 2% 0,5 ml masing-masing pada
mata kanan tiap kelinci.
3. Pada mata kiri tiap kelinci diteteskan Lar. NaCl fis 0,5 ml sebagai control.
4. Tutup mata masing-masing kelopak mata selama satu menit.
5. Catat ada atau tidaknya refleks mata setiap 5 menit dengan menggunakan
aplikator tiap kali pada permukaan kornea masing-masing mata tiap kelinci.
Bandingkan pada mata kiri sebagai control.
6. Catat dan tabelkan pengamatan dengan penentuan secara seksama saat muncul
dan hilangnya efek.
7. Bahas eksperimen ini selengkap mungkin.
8. Tarik kesimpulan dan berikan komentar-komentar saudara untuk eksperimen ini.
VI. Hasil

Waktu
Kelo Konse
10' 15' 20' 25' 30' 35' 40' 45' 50' 55' 6
mpok ntrasi
P K P K P K P K P K P K P K P K P K P K P

Prokain
1 hcl20 50 100 45 100 50 92 56 90 35 99 43 89 31 90 42 100 36 94 27 89 32
mg/ml

Prokain
2 hcl20 85 100 48 93 51 100 21 88 21 85 41 95 54 92 48 90 63 93 36 89 27
mg/ml

Prokain
3 hcl40 83 100 80 100 88 100 70 93 68 95 60 98 72 96 80 100 65 100 90 100 88
mg/ml

Prokain
4 hcl40 85 100 80 100 78 100 76 100 60 100 52 100 73 100 79 92 89 94 70 90 85
mg/ml

Prokain
5 hcl40 30 100 27 100 23 100 17 100 25 100 15 100 21 100 18 100 19 100 27 100 40
mg/ml

VII. Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengujian mengenai obat-obatan yang berkhasiat
sebagai “Anestetika Lokal” dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji yang
masing-masing diberi perlakuan yang sama (mata kiri kelinci digunakan sebagai kontrol
sementara mata kiri untuk pengujian prokain dengan dosis 2% dan 4%) . Metode yang
digunakan pada kali ini yaitu Anestesi Lokal Metode Regnier. Prinsip pengujian ini mata
yang normal memberikan respon terhadap sentuhan pada kornea dengan menunjukkan
refleks okuler sementara mata yang dianestesi, refleks tadi baru muncul setelah berkali-
kali kornea disentuh, sebanding dengan kekuatan kerja anestetika tidak adanya refleks
okuler setelah kornea disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi lokal.
Masing-masing kelompok dibagi menjadi dua grup besar : 3 kelompok melakukan
pengujian Prokain 2 % sementara 3 kelompok lainnya melakukan pengujian Prokain 4 %.
Pemberian obat ini berguna untuk menimbulkan efek anestesi lokal yang
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin.
Mekanisme kerjanya dengan menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan
permebilitas membran selsaraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang
layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan
dengan saluran-saluran natrium di membran neuron. Pada waktu bersamaan, akibat
turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun
meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversibel.
Anestetik lokal Prokain dari kelompok ester ini bekerja singkat. Dalam tubuh zat ini
dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilaminoetanol
dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfonamida.
Sebelum dilakukan percobaan Kelinci terlebih dahulu di cukur bulu mata nya dengan
tujuan agar mempermudah saat penetesan sampel uji saat pengujian nantinya.
Selanjutnya kelinci diperiksa refleks okuler nya menggunakan misai (bulu kuas)
sebelum di tetesi dengan anestetika lokal uji sesuai dosis yang ditentukan.
Selanjutnya, hewan coba diberikan obat Anestetika Lokal yakni Prokain 2%
untuk kelompok 1-3 dan kelompok 4-6 diberikan prokain dengan dosis lebih tinggi yakni
prokain 4 %. Untuk Prokain 2 % dan 4 % diberikan perlahan-lahan dimana larutan
diteteskan kedalam kongjungtiva kelinci tiap menit 0.1 mL sampai 0.5 mL pada mata
Kanan yang sebelumnya pada mata kiri diberikan NaCl fisiologis sebagai
kontrol.
Setelah diberikan obat sesuai dengan dosisnya masing-masing, kelinci diamati.
Setelah mencapai waktu tertentu refleks okuler diamati dengan menyentuhkan
misai tegak lurus dibagian tengah kornea sampai muncul refleks dari hewan uji.
Jika refleks tetap tidak ada penyentuhan dihentikan setelah 100 kali. Dari hasil yang
didapat selama praktikum didapat hasil seperti yang tercantum pada tabel data
pengamatan diatas. Secara umum hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Refleks okuler nya terjadi setelah beberapa kali penyentuhan pada
kornea berkali-kali sampai 6 kali penyentuhan hanya terjadi pada kelompok 1
yang menguji prokain 2 % namun hal tersebut tidak mendukung bahwa pada kelompok 1
efek anestetika lokal telah tercapai, karena efek anestetik tsb dapat dikatakan telah
tercapai jika refleks okuler tidak terjadi sampai penyentuhan 100 kali pada
kornea kelinci uji. Sementara kelompok lain : 2 & 3 dengan dosis yang sama refleks
okuler sudah terlihat pada sentuhan pertama dan kelompok 4-6 dengan dosis prokain 4 %
yang lebih besar, pada goresan pertama saja sudah memberikan refleks okuler pada
kelinci uji yang menunjukkan refleks pada mata normal.
Seperti yang telah dibahas diatas meskipun pada kelompok 1 refleks okuler muncul
setelah beberapa kali penyentuhan pada kornea kelinci, namun tidak bisa dikatakan
efek anestetika telah tercapai, karena sesuai prinsipnya anestetika lokal dapat
dikatakan tercapai jika refleks okuler tidak terjadi sampai penyentuhan 100 kali pada
kornea kelinci uji. Kemungkinan hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
Penetesan obat yang tidak tepat kedalam konjungtiva mata kelinci, kondisi fisiologis
kelinci yang berbeda-beda tiap kelompok pengujian sehingga respon yang ditunjukkan
pun berbeda, dosis yang diberikan masih belum tepat untuk menimbulkan efek anestetika
lokal pada hewan uji,pengamatan praktikan yang tidak tepat atau waktu pengamatan
juga mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.

VIII. Kesimpulan
- Anestetika lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau
dingin.
- Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Metode Regnier.
- Prinsip pengujian ini mata yang normal memberikan respon terhadap
sentuhan pada kornea dengan menunjukkan refleks okuler sementara mata yang
dianestesi, refleks tadi baru muncul setelah berkali-kali kornea disentuh,
sebanding dengan kekuatan kerja anestetika tidak adanya refleks okuler setelah
kornea disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi lokal.
- Pemberian NaCl fisiologis diteteskan kedalam konjungtiva mata kiri kelinci, setelah
itu diberikan obat uji yaitu prokain 2 % / 4% pada konjungtiva mata kanan kelinci.
- Kelinci diperiksa refleks okuler nya menggunakan misai (bulu kuas) yang
disentuhkan pda kornea hewan uji.
- Anestetik lokal Prokain dari kelompok ester ini bekerja singkat. Dalam tubuh zat
ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi
dietilaminoetanol dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya
kerja sulfonamida.
- Hasil pengamatan yang didapat tidak sesuai yang diharapkan. Kemungkinan
hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : Penetesan obat yang
tidak tepat kedalam konjungtiva mata kelinci, kondisi fisiologis kelinci yang
berbeda-beda tiap kelompok pengujian sehingga respon yang ditunjukkan pun
berbeda, dosis yang diberikan masih belum tepat untuk menimbulkan efek
anestetika lokal pada hewan uji,pengamatan praktikan yang tidak tepat atau
waktu pengamatan juga mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.

IX. Jawabaan Pertanyaan


1. Bahas secara singkat penggolongan kimia dari anestetika lokal.
Jawab :
Anastesi local dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa kelompok sebagai
berikut :
a. Senyawa-ester (PABA) : kokain, benzokain, prokain, oksibuprokain, dan tetrakain ;
b. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain dan bupivakain, cinchokain,
artikain, dan pramokain
c. Lainnya : fenol, benzilalkohol, cryofluo-ran, danetilklorida. Semua obat tersebut di
atas adalah sintetis, kecuali kokain yang alamiah
2. Bahas cara pemberiannya dan jenis anestetika yang bias dicapai dengannya.
Jawab :
a. Anestesi permukaan
Anestesi permukaan adalah anestesi yang diberikan pada permukaan dan hanya
menganastesi pada permukaan dan sekitar tempat diberikannya anestesi. Yaitu
pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal di atas selaput mukosa seperti mata,
hidung, atau faring. Contohnya : Chlorethyl
b. Anestesi infiltrasi
Anestesi infiltrasi adalah anestesi yang dibeikan atau disuntikan tapi hanya
menganestesi daerah sekitar tempat penyuntikan. Tidak bersifat anestesi umum yang
menyeluruh mempengaruhi system saraf pusat. Penyuntikan larutan analgetik lokal
langsung diarahkan di sekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang sering
digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau subkutan
3. Apakah setiap anestetika lokal dapat dipakai sebagai anestetika permukaan? Jelaskan.
Jawab : Tidak semua anestesi local bisa digunakan untuk anstesi permukaan. Yang
sering dipakai adalah prokain hidroksida. Contoh lainnya misalnya lidokain lebih
sering digunakan untuk anestesi infiltrasi.
4. Bahas mekanisme kerja dan penerapannya dalam bidang anestesi.
Jawab : Anatetika local mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara.
Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi
impuls melalui sel saraf ujungnya. Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane
sel. Seperti juga alcohol dan barbital, anastetika local menghambat penerusan impuls
dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-natrium, yang
perlu bagi fungsi saraf yang layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-
kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane
neuron. Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan
terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi
kehilangan rasa setempat secara reversible. Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesiologi selama pembedahan
berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi
perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.Empat rangkaian kegiatan yang
merupakan kegiatan sehari-hari dokter anestesi adalah:
 Mempertahankan jalan napas
 Memberi napas bantu
 Membantu peredaran darah
 Mempertahankan kerja otak pasien
5. Diantara anestetika lokal yang digunakan pada percobaan ini, mana yang lebih
potennsial ? terangkan.
Jawab : Prokaina dalah ester aminobenzoa untuk infiltrasi, blok, spinal, epidural,
merupakan obat standar tuntuk perbandingan potensi dan toksisitas terhadap jenis
obat-obat anestetik local lain. Absorbsi berlangsung cepat pada tempat suntikan,
hidrolisis juga cepat oleh enzim plasma (prokain esterase)
6. Keburukkan apa yang dapat timbul bila permukaan kornea dianestesi untuk periode
waktu yang lama dan apa alasannya.
Jawab : Pemberian anestesi pada kornea akan membuat kornea mati rasa. Akan
terjadi kerusakan pada mata karena mata tidak bisa merasakan nyeri dari pengaruh
bahan asing misalnya debu. Pemeberian anestesi pada kornea akan merusak fungsi
kornea mata.

X. Daftar pustaka
Mycek, M. A. , Harvey, R. A. & Champe, P. C. 2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar,
Edisi 2, Hartanto, H.(ed), Penerbit Widya Medika, Jakarta.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.


2008, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Mardjono, Mahar. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : Gaya Baru.

Mardjono, Mahar. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta : Gaya Baru.

Mutschler, Ernest, 1991. Dinamika Obat edisi V. Bandung : ITB.

Tjay ,hoan dan kirana rahardja, 2008. Obat-obat penting edisi VI. Jakarta : PT Gramedia.

Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai