ANESTESI LOKAL
NIM : 1900053
ASISTEN DOSEN :
3. SITI PATIMAH
2020
PERCOBAAN IV
ANESTESI LOKAL
I. Tujuan praktikum
1. Mengenal dan menguasai teknik untuk mencapai anestetik lokal pada hewan.
2. Mengetahui cara pemberian anestetik lokal.
3. Mengetahui cara kerja anestetik lokal.
4. Memahami faktor-faktor yang melandasi perbedaan-perbedaan dalam sifat dan
potensi anestetika lokal.
5. Mengenal berbagai faktor yang mempengaruhi kerja anestetika lokal.
6. Dapat mengkaitkan daya kerja anestetika lokal dengan manifestasi gejala keracunan
serta pendekatan rasional untuk mengatasi keracunan ini.
Anestetika lokal ialah obat yang menghambat konduksi saraf bila dikenakan secara
lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Termasuk dalam golongan
anestetika lokal seperti kokain dan ester-ester asam para amino benzoat (PABA), contoh
prokain dan lidokain. Anestesi lokal permukaan tercapai ketika anestetika lokal di
tempatkan didaerah yang ingin di anestesi. Anestetika lokal diberikan dengan berbagai
teknik pemberian, seperti ; anestesi permukaan, anestesi spinal, anestesi mukosa.
Anestesi lokal ialah obat yang apabila diberikan secara lokal (topikal atau suntikan)
dalam kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang dikenai oleh
obat tersebut. Obat-obat ini menghilangkan rasa atau sensasi nyeri (dan pada konsentrasi
tinggi dapat mengurangi aktivitas motorik) terbatas pada daerah tubuh yang dikenai tanpa
menghilangkan kesadaran.
Struktur Kimia
Umumnya obat anestesis lokal terdiri dari sebuah gugus lipolifit (biasanya sebuah
cincin aromatik) yang diberikatan dengan sebuah rantai perantara (umumnya termasuk
suatu ester atau sebuah amida) yang terikat pada satu gugus terionisasi. Aktivitas optimal
memerlukan keseimbangan yang tepat antara gugus lipofilik dan kekuatan hidrofilik.
Penambahan sifat fisik molekul, maka konfirgurasi stereokimia specifik menjadi penting,
misalnya perbedaan potensi stereoisomer telah diketahui untuk beberapa senyawa.
Karena ikatan ester (seperti prokain) lebih mudah terhidrolisis dari ikatan amida, maka
lama kerja ester biasanya lebih singkat.
Bahan
Alat
- Kelinci
- Gunting
- Nacl fisiologis
- Jarum suntik
- Larutan prokain hcl 2 %
V. Prosedur kerja
1. Gunting bulu mata kelinci
2. Teteskan ke dalam kantong konjungtivanya Lar. Anestetik lokal Prokain
hidroklorida 2% 0,5 ml dan kokain hidroksida 2% 0,5 ml masing-masing pada
mata kanan tiap kelinci.
3. Pada mata kiri tiap kelinci diteteskan Lar. NaCl fis 0,5 ml sebagai control.
4. Tutup mata masing-masing kelopak mata selama satu menit.
5. Catat ada atau tidaknya refleks mata setiap 5 menit dengan menggunakan
aplikator tiap kali pada permukaan kornea masing-masing mata tiap kelinci.
Bandingkan pada mata kiri sebagai control.
6. Catat dan tabelkan pengamatan dengan penentuan secara seksama saat muncul
dan hilangnya efek.
7. Bahas eksperimen ini selengkap mungkin.
8. Tarik kesimpulan dan berikan komentar-komentar saudara untuk eksperimen ini.
VI. Hasil
Waktu
Kelo Konse
10' 15' 20' 25' 30' 35' 40' 45' 50' 55' 6
mpok ntrasi
P K P K P K P K P K P K P K P K P K P K P
Prokain
1 hcl20 50 100 45 100 50 92 56 90 35 99 43 89 31 90 42 100 36 94 27 89 32
mg/ml
Prokain
2 hcl20 85 100 48 93 51 100 21 88 21 85 41 95 54 92 48 90 63 93 36 89 27
mg/ml
Prokain
3 hcl40 83 100 80 100 88 100 70 93 68 95 60 98 72 96 80 100 65 100 90 100 88
mg/ml
Prokain
4 hcl40 85 100 80 100 78 100 76 100 60 100 52 100 73 100 79 92 89 94 70 90 85
mg/ml
Prokain
5 hcl40 30 100 27 100 23 100 17 100 25 100 15 100 21 100 18 100 19 100 27 100 40
mg/ml
VII. Pembahasan
Praktikum kali ini melakukan pengujian mengenai obat-obatan yang berkhasiat
sebagai “Anestetika Lokal” dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji yang
masing-masing diberi perlakuan yang sama (mata kiri kelinci digunakan sebagai kontrol
sementara mata kiri untuk pengujian prokain dengan dosis 2% dan 4%) . Metode yang
digunakan pada kali ini yaitu Anestesi Lokal Metode Regnier. Prinsip pengujian ini mata
yang normal memberikan respon terhadap sentuhan pada kornea dengan menunjukkan
refleks okuler sementara mata yang dianestesi, refleks tadi baru muncul setelah berkali-
kali kornea disentuh, sebanding dengan kekuatan kerja anestetika tidak adanya refleks
okuler setelah kornea disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi lokal.
Masing-masing kelompok dibagi menjadi dua grup besar : 3 kelompok melakukan
pengujian Prokain 2 % sementara 3 kelompok lainnya melakukan pengujian Prokain 4 %.
Pemberian obat ini berguna untuk menimbulkan efek anestesi lokal yang
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin.
Mekanisme kerjanya dengan menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan
permebilitas membran selsaraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang
layak. Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-kalsium yang berada berdekatan
dengan saluran-saluran natrium di membran neuron. Pada waktu bersamaan, akibat
turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat-laun
meningkat, sehingga akhirnya terjadi kehilangan rasa setempat secara reversibel.
Anestetik lokal Prokain dari kelompok ester ini bekerja singkat. Dalam tubuh zat ini
dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi dietilaminoetanol
dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya kerja sulfonamida.
Sebelum dilakukan percobaan Kelinci terlebih dahulu di cukur bulu mata nya dengan
tujuan agar mempermudah saat penetesan sampel uji saat pengujian nantinya.
Selanjutnya kelinci diperiksa refleks okuler nya menggunakan misai (bulu kuas)
sebelum di tetesi dengan anestetika lokal uji sesuai dosis yang ditentukan.
Selanjutnya, hewan coba diberikan obat Anestetika Lokal yakni Prokain 2%
untuk kelompok 1-3 dan kelompok 4-6 diberikan prokain dengan dosis lebih tinggi yakni
prokain 4 %. Untuk Prokain 2 % dan 4 % diberikan perlahan-lahan dimana larutan
diteteskan kedalam kongjungtiva kelinci tiap menit 0.1 mL sampai 0.5 mL pada mata
Kanan yang sebelumnya pada mata kiri diberikan NaCl fisiologis sebagai
kontrol.
Setelah diberikan obat sesuai dengan dosisnya masing-masing, kelinci diamati.
Setelah mencapai waktu tertentu refleks okuler diamati dengan menyentuhkan
misai tegak lurus dibagian tengah kornea sampai muncul refleks dari hewan uji.
Jika refleks tetap tidak ada penyentuhan dihentikan setelah 100 kali. Dari hasil yang
didapat selama praktikum didapat hasil seperti yang tercantum pada tabel data
pengamatan diatas. Secara umum hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Refleks okuler nya terjadi setelah beberapa kali penyentuhan pada
kornea berkali-kali sampai 6 kali penyentuhan hanya terjadi pada kelompok 1
yang menguji prokain 2 % namun hal tersebut tidak mendukung bahwa pada kelompok 1
efek anestetika lokal telah tercapai, karena efek anestetik tsb dapat dikatakan telah
tercapai jika refleks okuler tidak terjadi sampai penyentuhan 100 kali pada
kornea kelinci uji. Sementara kelompok lain : 2 & 3 dengan dosis yang sama refleks
okuler sudah terlihat pada sentuhan pertama dan kelompok 4-6 dengan dosis prokain 4 %
yang lebih besar, pada goresan pertama saja sudah memberikan refleks okuler pada
kelinci uji yang menunjukkan refleks pada mata normal.
Seperti yang telah dibahas diatas meskipun pada kelompok 1 refleks okuler muncul
setelah beberapa kali penyentuhan pada kornea kelinci, namun tidak bisa dikatakan
efek anestetika telah tercapai, karena sesuai prinsipnya anestetika lokal dapat
dikatakan tercapai jika refleks okuler tidak terjadi sampai penyentuhan 100 kali pada
kornea kelinci uji. Kemungkinan hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
Penetesan obat yang tidak tepat kedalam konjungtiva mata kelinci, kondisi fisiologis
kelinci yang berbeda-beda tiap kelompok pengujian sehingga respon yang ditunjukkan
pun berbeda, dosis yang diberikan masih belum tepat untuk menimbulkan efek anestetika
lokal pada hewan uji,pengamatan praktikan yang tidak tepat atau waktu pengamatan
juga mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.
VIII. Kesimpulan
- Anestetika lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau
dingin.
- Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Metode Regnier.
- Prinsip pengujian ini mata yang normal memberikan respon terhadap
sentuhan pada kornea dengan menunjukkan refleks okuler sementara mata yang
dianestesi, refleks tadi baru muncul setelah berkali-kali kornea disentuh,
sebanding dengan kekuatan kerja anestetika tidak adanya refleks okuler setelah
kornea disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anestesi lokal.
- Pemberian NaCl fisiologis diteteskan kedalam konjungtiva mata kiri kelinci, setelah
itu diberikan obat uji yaitu prokain 2 % / 4% pada konjungtiva mata kanan kelinci.
- Kelinci diperiksa refleks okuler nya menggunakan misai (bulu kuas) yang
disentuhkan pda kornea hewan uji.
- Anestetik lokal Prokain dari kelompok ester ini bekerja singkat. Dalam tubuh zat
ini dengan cepat dan sempurna dihidrolisa oleh kolinesterase menjadi
dietilaminoetanol dan PABA (asam para-aminobenzoat), yang mengantagonir daya
kerja sulfonamida.
- Hasil pengamatan yang didapat tidak sesuai yang diharapkan. Kemungkinan
hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : Penetesan obat yang
tidak tepat kedalam konjungtiva mata kelinci, kondisi fisiologis kelinci yang
berbeda-beda tiap kelompok pengujian sehingga respon yang ditunjukkan pun
berbeda, dosis yang diberikan masih belum tepat untuk menimbulkan efek
anestetika lokal pada hewan uji,pengamatan praktikan yang tidak tepat atau
waktu pengamatan juga mempengaruhi hasil pengamatan tersebut.
X. Daftar pustaka
Mycek, M. A. , Harvey, R. A. & Champe, P. C. 2001, Farmakologi : Ulasan Bergambar,
Edisi 2, Hartanto, H.(ed), Penerbit Widya Medika, Jakarta.
Mardjono, Mahar. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : Gaya Baru.
Mardjono, Mahar. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Jakarta : Gaya Baru.
Tjay ,hoan dan kirana rahardja, 2008. Obat-obat penting edisi VI. Jakarta : PT Gramedia.