Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

ANALGESIK

Disusun oleh :

AQILLA FADIA HAYYA

NIM : 32318403

PROGRAM STUDI FARMASI DIPLOMA TIGA

FAKULTAS VOKASI

PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA KAMPUS

KOTA MADIUN

2020
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

ANALGESIK

A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan membandingkan daya
analgesik
2. Mahasiswa mampu mempraktekan uji analgetik pada hewan uji
B. Dasar teori
Nyeri merupakan suatu rasa yang menjadi pertanda adanya suatu
simptom dan berguna sebagai diagnosis awal suatu penyakit. Nyeri juga
merupakan suatu tanda adanya berbagai gangguan tubuh, seperti infeksi
kuman, peradangan dan kejang otot. Rasa nyeri bermanfaat karena
merupakan penanda awal terjadinya inflamasi atau terjadi kerusakan
jaringan (Guyton, 1996).

Rasa nyeri dapat disebabkan oleh berbagai macam rangsangan,


yaitu rangsangan mekanik, kimiawi, kalor atau listrik yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut
mediator nyeri. Mediator-mediator nyeri tersebut adalah histamin,
serotonin, plasmakinin (antara lain bradikinin) dan prostaglandin serta ion-
ion kalium. Prostaglandin yang dibentuk pada peristiwa nyeri,
mensesibilisasi reseptor nyeri dan juga penentu dalam nyeri lama.
Protaglandin akan dibebaskan dalam jumlah banyak ketika asam asetat
diinduksikan sebagai induktor nyeri (Mutschler, 1991).
Berdasar Bahrudin (2018) terdapat beberapa neuroregulator yang
berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara lain adalah:
1. Neurotransmiter
a. Saubstansi P
Ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis berfungsi untuk
menstrasmisikan impuls nyeri dari perifer ke otak dan dapat
menyebabkan vasodilatsi dan edema.
b. Serotin

2 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
Dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri.
c. Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan fosfolipid di membran sel dipercaya
dapat meningkatkan sensitivitas terhadap sel.
2. Neuromodulator
a. Endorfin
Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh.
Diaktivasi oleh daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal,
dan traktus gastrointestinal. Berfungsi memberi efek analgesik.
b. Bradikinin
Dilepaskan dari plasma yang pecah di sekitar pembuluh darah pada
daerah yang mengalami cedera. Bekerja pada reseptor saraf perifer,
menyebabkan peningkatan stimulus nyeri. Bekerja pada sel,
menyebabkan reaksi berantai sehingga terjadi pelepasan
prostaglandin.

Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik


meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi
umum (Mutschler, 1991). Menurut Depkes (1991), analgesik adalah obat
yang digunakan untuk menggurangi rasa sakit atau nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara
seperti menekan kepekaan reseptor rasa nyeri terhadap rangsang nyeri
mekanik, termik, listrik, atau kimia pada saraf pusat atau saraf perifer
dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator
rasa nyeri.

Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung


dan selektif enzim- enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis
biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah
sensibilisasi reseptor nyeri oleh mediator nyeri (Siswandono dan Soekarjo,
2000).

3 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
Berdasarkan kerja farmakologis, analgesik dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu :

1. Analgesik narkotik
Zat yang tergolong analgesik narkotik mempunyai daya penghalau
nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak pada sistem
saraf pusat. Analgesik jenis ini pada umumnya menurunkan
kesadaran (meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan
nyaman (euphoria), serta mengakibatkan ketergantungan fisik dan
psikis (ketagihan atau adiksi). Analgetisik narkotika merupakan
kelompok obat yang mempunyai sifat-sifat seperti opium dan morfin.
2. Analgesik non narkotik
Analgesik non narkotik bersifat tidak adiktif dan kurang kuat
dalam menghalau nyeri dibandingkan dengan analgesik narkotik.
Obat ini juga dinamakan analgesik perifer, tidak menurunkan
kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan. Analgesik golongan
ini digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang dan dijual
bebas. Pada umumnya analgesik golongan ini juga menurunkan suhu
tubuh yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai antipiretik (Tjay
dan Raharja, 2002).
Suatu bahan uji dikatakan memiliki daya analgesik jika pada
hewan uji yang diuji mengalami pengurangan geliatan, hingga 50%
atau lebih (Sirait dkk, 1993).
Asam mefenamat (mefenamic acid) adalah obat yang digunakan
untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri pada sakit
gigi dan setelah cabut gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi,
demam, nyeri setelah operasi, termasuk nyeri haid. Obat pereda nyeri
ini juga bisa digunakan sebagai penghilang rasa sakit pada penyakit
asam urat.

Asam mefenamat (mefenamic acid) bekerja dengan cara


menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX). Suatu enzim yang
berfungsi dalam proses pembentukan prostaglandin. Prostaglandin

4 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
terbentuk saat terjadinya luka dan menjadi penyebab rasa sakit dan
peradangan.
Dengan dihambatnya kerja enzim COX oleh asam
mefenamat, maka pembentukan prostaglandin menjadi lebih sedikit
sehingga mengurangi rasa sakit dan peradangan.
1. Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja
isoenzim COX-1 & COX-2
2. Bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam
jaringan tubuh dengan menghambat enzyme siklooksigenase
sehingga mempunyai efek analgesic, antiinflamasi dan
antipiretik.
3. Secara Reversibel menghambat enzim siklooksigenase 1 dan
2, yang mengakibatkan penurunan pembentukan prekursor
prostaglandin (COX-1 dan 2); memiliki efek antipiretik,
analgesik, dan anti-inflamasi.
4. Asam mefenamat mengikat reseptor prostaglandin sintetase
COX-1 dan COX-2, menghambat aksi prostaglandin sintetase.
Reseptor ini memiliki peran sebagai mediator utama
peradangan dan / atau peran untuk signaling prostanoid dalam
aktivitas dependen plastisitas, sehingga gejala nyeri untuk
sementara berkurang.
C. Alat dan bahan
1. Alat
Alat yang digunakan untuk praktikum adalah :
a. Kapas
b. Alat suntik 24
c. Bak mencit
d. Mortir
e. Sonde/jarum kanul
f. Timbangan digital
g. Erlenmeyer
h. Beker glass

5 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
i. Pengaduk
2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk praktikum adalah :
a. Mencit jantan, umur 60-90 hari, berat 20-30 gram
b. Asam asetat 5%
c. Alkohol 70%
d. Sediaan alami
e. Aquadest
f. Asam mefenamat 250 gram
D. Cara kerja
1. Mencit dipersiapkan, dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
Kelompok I (Kontrol) : diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%.
Kelompok II (Asam mefenamat) : diberi asam mefenamat dosis 32,5
mg/kg BB dan diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%
Induksi nyeri untuk semua kelompok dilakukan dengan cara setiap
mencit disuntik secara intraperitoneal dengan asam asetat 5 %
sebanyak 0,2 ml/ekor.
Pemberian asam mefenamat dilakukan secara peroral dengan dosis
32,5 mg/kg BB
2. Setelah Kelompok I diinduksi nyeri, selanjutnya dihitung jumlah
respon geliat (writhing). Rasa nyeri ditandai dengan respon geliat
(writhing), berupa kedua kaki depan direntangkan ke arah depan,
kedua kaki belakang direntangkan ke arah belakang, perut menekan ke
arah alas/lantai, dan menjilat kaki depan atau belakang berulang-ulang.
Respon geliat mencit dihitung tiap 5 menit selama 20 menit
3. Kelompok II, diberi asam mefenamat dulu secara peroral dosis 32,5
mg/kg BB, setelah 30 menit, kemudian diinduksi nyeri dengan disuntik
secara intraperitoneal menggunakan asam asetat 5 % sebanyak 0,2
ml/ekor.
4. Respon geliat hewan uj pada Kelompok II, selanjutnya dihitung seperti
pada Kelompok I.
5. Hasil yang diperoleh ditabulasikan seperti Tabel 1 di bawah ini.

6 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
6. Daya analgesik dihitung dengan rumus.

daya analgesik =100 %− ( rata−rata jumlah geliat kelompok perlakuan


rata−rata jumlah geliat kelompok kontrol
× 100 % )

Jumlah geliat menit ke- Rata-rata


Kelompok
5 10 15 20
Kelompok I
3 16 33 30 20,6
(kontrol)
Kelompok II (asam
3 3 6 7 4,75
mefenamat)

Keterangan: Kelompok I (Kontrol) : diinduksi nyeri dengan asam asetat


5%, sebanyak 0,2 ml

Kelompok II (As. Mefenamat) : diberi asam mefenamat dosis 32,5


mg/kg BB dan diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%

E. Perhitungan dosis
a. Konversi dosis
Dosis manusia = 250 mg/70 kg bb
Dosis mencit (20 g) = 250 mg X 0,0026 mg = 0,65 mg
1000
Dosis mencit (kg/bb) = 0,65 mg X = 32,5 mg/kg bb
20
b. Pemakaian pada mencit
 32,5 mg asam mefenamat ditimbang dan digerus sampai halus dan
larutkan dalam aquabides 10 ml. Aduk hingga terbentuk suspensi yang
homogen
0,65
 Dosis pemakaian pada mencit adalah = X 10 ml = 0,2 ml
32,5
F. Hasil
 Tabel data :

Jumlah geliat menit ke- Rata-rata


Kelompok
5 10 15 20
Kelompok I
3 16 33 30 20,6
(kontrol)

7 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
Kelompok II (asam
3 3 6 7 4,75
mefenamat)

Keterangan: Kelompok I (Kontrol) : diinduksi nyeri dengan asam asetat


5%, sebanyak 0,2 ml

Kelompok II (As. Mefenamat) : diberi asam mefenamat dosis 32,5


mg/kg BB dan diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%

 Perhitungan daya Analgesik

Daya Analgesik = 100 % - ¿)

4,75
Daya Analgesik = 100 % - ( × 100%)
20,6

Daya Analgesik = 100% - (0,2317 X 100%)

Daya Analgesik = 100 % - 23,17 %

Daya analgesic = 76,83%

 Grafik

35

30 kelompk I
(kontrol)
25 kelompok II
(asam
20 mefenamat)

15

10

0
5 10 15 20

G. Pembahasan
Pada percobaan ini diperoleh hasil bahwa mencit yang diberikan
asam mefenamat sebelum asam asetat 5 % memiliki respon geliat yang
lebih kecil daripada mencit yang langsung diberikan asam asetat 5% , hasil

8 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
menunjukkan perbadaan yang signifikan antara kedua kelompok mencit
ini, rata – rata kelompok I atau kelompok control memperoleh angka 20,6
sedangkan rata – rata kelompok II memperoleh 4,75 sehingga
menghasilkan daya analgesic yaitu 76,83%. Asam mefenamat yang
digunakan secara peroral dengan dosis 0,2 ml sebelum pemberian asam
asetat 5% membukktikan bahwa asam mefenamat dapat menahan nyeri
pada mencit karena padamenit ke – 10 dan menit ke -5 sama yaitu 3 ,
kenaikan jumlah geliat dari menit ke – 10 sampai menit ke – 15 hanya
berjumlah 3 geliat dan kenaikan jumlah geliat dari menit ke – 15 hingga
menit ke – 20 sejumlah 4 geliat.
H. Kesimpulan
Hasil dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa asam mefenamat dapat
bekerja sebagai analgesic dalam tubuh karena dapat menahan nyeri yang
cukup signifikan daripada hasil tanpa asam mefenamat.
I. Daftar pustaka
Bahrudin Mochamad. 2017. Patofisologi Nyeri (Pain). Saintika Medika
13 (1): 7-13

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1991. Pedoman Pengujian dan


Pengembangan Fitofarmaka: Penapisan Famakologi, Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan
dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam Phyto Medika.

Ganong William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel otot Dalam H. M. Djauhari

Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10,


diterjemahkanoleh Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Guyton, A.C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 7 bagian 1.


Terjemahan : Ken Arita Tengadi Penerbit Buku Kedokteran.
E.G.C, Jakarta.

9 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Diterjemahkan oleh Widianto, M.B.
dan Rianti A.S. Bandung: Penerbit ITB..

10 | p r a k ti k u m f a r m a k o l o g i I I

Anda mungkin juga menyukai