Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

ANALGESIK

Oleh:
SINTA AMBAR SUKMAWATI 32318428
D3 – FARMASI SORE

PROGRAM STUDI FARMASI DIPLOMA TIGA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
KAMPUS KOTA MADIUN
2020
DAFTAR ISI

A. TUJUAN..................................................................................................................................3
B. DASAR TEORI.......................................................................................................................3
C. ALAT DAN BAHAN...............................................................................................................5
a. Alat .......................................................................................................................................5
b. Bahan....................................................................................................................................5
D. PROSEDUR KERJA...............................................................................................................6
E. PERHITUNGAN DOSIS ASAM MEFENAMAT................................................................6
a. Konversi Dosis......................................................................................................................6
b. Pemakian pada mencit...........................................................................................................6
c. HASIL......................................................................................................................................6
d. PEMBAHASAN......................................................................................................................7
e. KESIMPULAN........................................................................................................................8
f. DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................8

2|analgesic
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
ANALGESIK

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan membandingkan daya analgesik
2. Mahasiswa mampu mempraktekan uji analgetik pada hewan uji

B. DASAR TEORI
Nyeri merupakan suatu rasa yang menjadi pertanda adanya suatu simptom
dan berguna sebagai diagnosis awal suatu penyakit. Nyeri juga merupakan suatu
tanda adanya berbagai gangguan tubuh, seperti infeksi kuman, peradangan dan
kejang otot. Rasa nyeri bermanfaat karena merupakan penanda awal terjadinya
inflamasi atau terjadi kerusakan jaringan (Guyton, 1996). Reseptor nyeri
(nociceptor) adalah ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi.
Impuls nyeri disalurkan menuju susunan saraf pusat melewati dua jaras, yakni jaras
nyeri cepat dengan neurotransmitternya glutamate dan jaras nyeri lambat dengan
neurotransmitternya substansi P (Guyton & Hall,1997; Ganong,,2003).
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh berbagai macam rangsangan, yaitu
rangsangan mekanik, kimiawi, kalor atau listrik yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri. Mediator-
mediator nyeri tersebut adalah histamin, serotonin, plasmakinin (antara lain
bradikinin) dan prostaglandin serta ion-ion kalium. Prostaglandin yang dibentuk
pada peristiwa nyeri, mensesibilisasi reseptor nyeri dan juga penentu dalam nyeri
lama. Protaglandin akan dibebaskan dalam jumlah banyak ketika asam asetat
diinduksikan sebagai induktor nyeri (Mutschler, 1991).
Rasa nyeri bisa diartikan adalah suatu gejala yang berfungsi melindungi
tubuh. Nyeri bisa merupakan isyarat bahwa dalam tubuh terdapat gangguan, di
jaringan misalnya peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri dapat
merusak jaringan apabila disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis
karena ransangan tersebut memicu adanya pelepasan zat- zat tertentu yang disebut
mediator nyeri. Mediator nyeri dapat berakibat reaksi radang an kejang – kejang
yang menyebabkan aktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan
jaringan lain. Nocireseptor terdapat disemua jaringan maupun organ tubuh , namun
tidak terdapat di SSP.

Berdasar Bahrudin (2018) terdapat beberapa neuroregulator yang berperan


dalam penghantaran impuls nyeri antara lain adalah:
1. Neurotransmiter
a. Substansi P

3|analgesic
Ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis berfungsi untuk
menstrasmisikan impuls nyeri dari perifer ke otak dan dapat menyebabkan
vasodilatsi dan edema.
b. Serotonin
Dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri.
c. Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan fosfolipid di membran sel dipercaya dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap sel.
2. Neuromodulator
a. Endorfin Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh.
Diaktivasi oleh daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal, dan
traktus gastrointestinal. Berfungsi memberi efek analgesik
b. Bradikinin Dilepaskan dari plasma yang pecah di sekitar pembuluh darah
pada daerah yang mengalami cedera. Bekerja pada reseptor saraf perifer,
menyebabkan peningkatan stimulus nyeri. Bekerja pada sel, menyebabkan
reaksi berantai sehingga terjadi pelepasan prostaglandin.
Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum (Mutschler, 1991).
Menurut Depkes (1991), analgesik adalah obat yang digunakan untuk menggurangi
rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Efek ini dapat dicapai dengan
berbagai cara seperti menekan kepekaan reseptor rasa nyeri terhadap rangsang
nyeri mekanik, termik, listrik, atau kimia pada saraf pusat atau saraf perifer dengan
cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator rasa nyeri.
Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung dan selektif
enzimenzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin,
seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensibilisasi reseptor nyeri oleh
mediator nyeri (Siswandono dan Soekarjo, 2000).
Berdasarkan kerja farmakologis, analgesik dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu:
1. Analgesik narkotik Zat yang tergolong analgesik narkotik mempunyai
daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak
pada sistem saraf pusat. Analgesik jenis ini pada umumnya menurunkan
kesadaran (meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan
nyaman (euphoria), serta mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis
(ketagihan atau adiksi). Analgetisik narkotika merupakan kelompok
obat yang mempunyai sifat-sifat seperti opium dan morfin.
2. Analgesik non narkotik Analgesik non narkotik bersifat tidak adiktif dan
kurang kuat dalam menghalau nyeri dibandingkan dengan analgesik
narkotik. Obat ini juga dinamakan analgesik perifer, tidak menurunkan
kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan. Analgesik golongan ini

4|analgesic
digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang dan dijual
bebas. Pada umumnya analgesik golongan ini juga menurunkan suhu
tubuh yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai antipiretik (Tjay
dan Raharja, 2002). Suatu bahan uji dikatakan memiliki daya analgesik
jika pada hewan uji yang diuji mengalami pengurangan geliatan, hingga
50% atau lebih (Sirait dkk, 1993).
Mekanisme kerja asam mefenamat :
Asam mefenamat adalah kelompok anti inflamasi non steroid yang
berkeja dengan menghambat sintesaprostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzim siklooksigenase, sehingga memiliki efek analgesic, anti
inflamasi dan antipiretik. Asam mefenamat meiliki cara kerja seperti OAINS
lainyakni menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
cyclooxygenase. Asam mefenamat memiliki khasiat untuk analgesic dan
antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu – satunya fenamat yang
menujukkan kerja pusat dan kerja perifer (Goodman, 2007)

C. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
a.) Kapas
b.) Alat suntik 24
c.) Bak mencit
d.) Mortir
e.) Sonde/Jarum kanul
f.) Timbangan digital
g.) Erlenmeyer
h.) Beaker glass
i.) Pengaduk

b. Bahan :
a) Mencit jantan, umur 60-90 hari, berat 20-30 gram
b) Asam asetat 5%
c) Alkohol 70%
d) Sediaan alami
e) Aquades/aguabides
f) Asam mefenamat 250 g

5|analgesic
D. PROSEDUR KERJA
1. Mempersiapkan mencit , mengelompokkan menjadi 2, yaitu:
Kelompok I (Kontrol) : diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%
Kelompok II ( Asam Mefenamat): diberi asam mefenamat dosis 32,5 mg/kg BB
dan diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%
Induksi nyeri untuk semua kelompok dilakukan dengan cara setiap menit
disuntik secara intraperitoneal dengan asam asetat 5% sebanyak 0,2 ml/ekor.
Pemberian asammefenamat dilakukan secara peroral dengan dosis 32,5 mg/kg
BB
2. Setelah kelompok I diinduksi nyeri, selanjutnya dihitung jumlah respongelia
(writhing). Rasa nyeri ditandai dengan respon geliat (writhing), berupa kedua
kaki depan direntangkan kea rah depan, kedua kaki belakang direntangkan kea
rah belakang, perut menekan ke alas/rantai, dan menjilat kaki depan atau
belakang berulang – ulang. Respon geliat mencit dihitung tiap 5 menit selama
20 menit.
3. Kelompok II, diberi asam mefenamat dulu secara peroral dosis 32,5 mg/kg BB,
setalah 30 menit, kemudian diinduksi nyeri dengan disuntik secara
intraperitoneal menggunakan asam asetat 5% sebanyak 0,2 ml/ekor.
4. Respon geliat hewan uji pada kelompok II, selanjutnya dihitung seperti
kelompok I.
5. Hasil yang diperoleh ditabulasikan.
6. Daya analgesi dihitung dengan rumus.

E. PERHITUNGAN DOSIS ASAM MEFENAMAT


a. Konversi Dosis
Dosis manusia = 250 mg/70 kg bb
Dosis mencit (20 g) = 250 mg X 0,0026 mg = 0,65 mg
1000
Dosis mencit (kg/bb) = 0,65 mg X = 32,5 mg/kg bb
20

b. Pemakian pada mencit


32,5 mg asam mefenamat ditimbang dan digerus sampai halus dan dilarutkan
dalam aquabides 10 ml. aduk hingga terbentuk suspense yang homogeny.
0,65
Dosis pemakaian pada mencit adalah = × 10 ml = 0,2 ml
32,5

c. HASIL
Kelompok Jumlah geliat menit ke - Rata - rata
5 10 15 20
Kelompok I (Kontrol) 3 16 33 30 20,6
Kelompok II 3 3 6 7 4,75

6|analgesic
( asam mefenamat)

Keterangan:
Kelompok I (Kontrol) : diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%, sebanyak 0,2 ml
Kelompok II (As. Mefenamat) : diberi asam mefenamat dosis 32,5 mg/kg BB dan
diinduksi nyeri dengan asam asetat 5%

Perhitungan daya Analgesik


Daya Analgesik = 100 % - ¿)
4,75
Daya Analgesik = 100 % - ( × 100%)
20,6
Daya Analgesik = 100% - (0,2317 X 100%)
Daya Analgesik = 100 % - 23,17 %
Daya analgesic = 76,83%

d. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini diperoleh hasil bahwa mencit yang diberikan asam
mefenamat sebelum asam asetat 5 % memiliki respon geliat yang lebih kecil
daripada mencit yang langsung diberikan asam asetat 5% , hasil menunjukkan
perbadaan yang signifikan antara kedua kelompok mencit ini, rata – rata kelompok
I atau kelompok control memperoleh angka 20,6 sedangkan rata – rata kelompok II
memperoleh 4,75 sehingga menghasilkan daya analgesic yaitu 76,83%. Asam
mefenamat yang digunakan secara peroral dengan dosis 0,2 ml sebelum pemberian
asam asetat 5% membukktikan bahwa asam mefenamat dapat menahan nyeri pada
mencit karena padamenit ke – 10 dan menit ke -5 sama yaitu 3 , kenaikan jumlah
geliat dari menit ke – 10 sampai menit ke – 15 hanya berjumlah 3 geliat dan
kenaikan jumlah geliat dari menit ke – 15 hingga menit ke – 20 sejumlah 4 geliat.

percobaan analgesik pada menct


35
30
25
20
15
10
5
0
5 10 15 20

kelompok I (KONTROL) kelompok II (PERLAKUAN)

7|analgesic
e. KESIMPULAN
Hasil dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa asam mefenamat dapat
bekerja sebagai analgesic dalam tubuh karena dapat menahan nyeri yang cukup
signifikan daripada hasil tanpa asam mefenamat.

f. DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin Mochamad. 2017. Patofisologi Nyeri (Pain). Saintika Medika 13 (1): 7-
13

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1991. Pedoman Pengujian dan


Pengembangan Fitofarmaka: Penapisan Famakologi, Pengujian Fitokimia
dan Pengujian Klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan Pemanfaatan
Obat Bahan Alam Phyto Medika.

Ganong William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel otot Dalam H. M. Djauhari
Goodman and Gilman, 2007,  Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10,
diterjemahkanoleh Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Guyton, A.C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 7 bagian 1.


Terjemahan : Ken Arita Tengadi Penerbit Buku Kedokteran. E.G.C, Jakarta.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Diterjemahkan oleh Widianto, M.B. dan Rianti
A.S. Bandung: Penerbit ITB..

Sirait, M. D., Hargono, D., Wattimena, J. R., Husin, M., Sumadilaga, R. S., &
Santoso, S. O. (1993). Pedoman Pengujian Pengembangan Fitofarmaka,
Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia Dan Pengujian Klinik
Pengembangan Dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. Jakarta: Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phytomedica.

Siswandono dan B. Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga


University Press

Tjay, T.H., dan K. Rahardja. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Edisi V Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

8|analgesic

Anda mungkin juga menyukai