100%(4)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (4 suara)
5K tayangan3 halaman
Beberapa contoh perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme di Indonesia meliputi perlawanan Sultan Ternate melawan Portugis pada 1575, perang Padri di Sumatra Barat melawan Hindia Belanda 1821-1838, dan perlawanan Diponegoro melawan Hindia Belanda 1825-1830. Perlawanan lainnya terjadi di Aceh, Bali, Banjar, dan Sumatra Utara.
Deskripsi Asli:
1
Judul Asli
Rangkuman Mengenai Perlawanan Terhadap Kolonialisme Dan Imperalisme
Beberapa contoh perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme di Indonesia meliputi perlawanan Sultan Ternate melawan Portugis pada 1575, perang Padri di Sumatra Barat melawan Hindia Belanda 1821-1838, dan perlawanan Diponegoro melawan Hindia Belanda 1825-1830. Perlawanan lainnya terjadi di Aceh, Bali, Banjar, dan Sumatra Utara.
Beberapa contoh perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme di Indonesia meliputi perlawanan Sultan Ternate melawan Portugis pada 1575, perang Padri di Sumatra Barat melawan Hindia Belanda 1821-1838, dan perlawanan Diponegoro melawan Hindia Belanda 1825-1830. Perlawanan lainnya terjadi di Aceh, Bali, Banjar, dan Sumatra Utara.
RANGKUMAN MENGENAI PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME DAN IMPERALISME
A. PERLAWANAN TERHADAP PERSEKUTUAN DAGANG
1. Sultan Baabullah Mengusir Portugis Konflik antara kerajaan di Indonesia dan persekutuan kongsi dagang barat terjadi sejak para konsi dagang menunjukkan kecongkakannya. Sebagai contoh pada tahun 1529 terjadi oerang antara Tidore dan Portugis. Penyebab utamanya adalah Portugis menghalang-halangi pedagang Banda dengan Tidore. Portugis menembaki jung-jung (perahu) dari Banda yang akan membeli cengkeh ke Tidore. Tidore tidak terima dengan tindakan armada Portugis. Lalu melakukan perlawanan, Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya, Portugis mendapat kemenangan. Rakyat Maluku sadar bahwa Portugis hanya akan merusak perdamaian. Sultan Hirun berhasil menyatukan rakyat dan mengobarkan perlawanana pada tahun 1565. Portugis menawarkan perundingan kepada Sultan Hairun. Sultan Hairun adalah raja yang cinta damai, sehingga menerima ajakan Portugis. Ia merasa bahwa perdamaian juh lebih baik. Namun, pada ssat perundingan berlangsung tanpa disangka-sangka tiba-tiba Portugis menangkap Sultan Hairun dan pada ssat itu juga membunuhnya. Pada saat yang bersamaan Ternate dan Tidore bersatu melancarkan serangan terhadap Portugis. Akhirnya pada tahun 1575 Portugis berhasil diusir dari Ternate. 2. Perlawanana Aceh Perlawanan masyarakat Indonesia terhadap Portugis juga dilakukan oleh rakyat Aceh di pilau Sumatra. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar muda (1607-1639). Armada Aceh telah dipersiapkan untuk menyerang kedududkan Portugis di Malaka. Aceh telah memiliki armada laut yang mampu mengangkut 800 prajurit pada tahun 1629. Aceh mencoba mekalukan Portugis tetapi penyerangan yang dilakukan Aceh belum berhasil mendapat kemenangan. Meskipun demikian Aceh masih tetap berdiri sebagai kerajaan yang merdeka. 3. Ketangguhan “Ayam Jantan Dari Timur” Sultan Hasanuddin adalah raja Gowa di Sulawesi Selatan kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dan Bone (Arung Palaka) berselisih paham. Halini dimanfaatkan VOC dengan mengadu domba dua kerajaaan tersebut. VOC mmberikan dukungan sehingga Bone menang saat perang melawan Gowa tahun 1666. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian bongaya pada 18 november 1667. Perjanjia Bongaya adalah perjanjian antara Sultan Hasnuddin dan VOC. Isi dari perjanjian Bongaya adalah sebagai berikut : a. Belanda memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar. b. Belanda mendirikan benteng pertahanan di Maksaar c. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaan berupa daerah di luar Makasar d. Aru Palaka diakuyi sebagai raja Bone. 4. Serangan Mataram Terhadap VOC Mataram adalah kerajaan besar di Jawa Tengah. Keberadaan VOC di Batavia sangat membahayakan Mataram . pada awalnya Mataram dengan Belanda dianggap menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan benteng gudan (lagi) untuk kantor dagang di Jepara tahun 1615. Pada tanggal 8 november 1618, Gubernur Jendral VOC Jan Pieterzooncoen memerintahkan Van Dermaret menyerang Jepara. Serangan pertama dilakukan pada 1628. Pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Baurekso yang tiba di Batavia tanggal 22 agustus 1628. Serangan pertama yang dilakukan oleh Mataram gagal sehingga terpaksa pasuka ditarik ke Mataram tanggal 3 desembar 1628. Pada serangan tersebut tidak kurang dari 1000 prajurit gugur dalam medan perang. Serangan dimulai pada tanggal 1 agustus dan dan berakhir 1 oktober 1629. Namun, serangan kedua inipun gagal karena faktor kelemahan yang sama. Pada tahun 1799 terjadi peristiwa penting dalam sejarah kolonialisme dan imperalisme barat di Indonesia. VOC dinyatakan bangkrut dan hingga bubar. Pada tanggal 31 desember 1799 VOC dinyatakan bubar, semua utang piutang dan segala milik VOC diambil oleh pemerintah. Setalah dibubarkannya VOC, Indonesia berda langsung dibawah pemerintahan Hindia Belanda. B. PERLAWANAN TERHADAP HINDIA BELANDA Perlawanan terhadap Hindia Belanda terjadi diberbagai daerah di Indonesia. Abad XIX merupakan puncak perlawanan rakyat Indonesia diberbagai daerah menentang pemerintahan Hindia Belanda. Bagaimana proses perlawanan rakyat Indonesia abad XIX sebagai berikut : 1. Perang Saparua Di Ambon Masih ingat kakuasaan Inggris yang menggantikan Belanda tahub1811-1816. Kekuasaan tersebut menyadarkan rakyat bahwa Belanda bukanlah yang paling hebat. Ketika Belanda kembli berkuasa di Indonesia tahun 1817, rakyat Ambon mengadakan perlawanan dibawah pimpinan Thomas Matulesi (patimura). Patimura memimpin perlawanan di Saparua dan berhasil dan berhasil merebut benteng Belanda membunuh presiden wanita bernama Christina Marthatiabahu yang merupakan putri tunggal dari Paulus Tiabahu yang merupakan teman dari Kapten Patimura. 2. Perang Paderi Di Sumatra Barat (1821-1838) Perlawanana kaum padri dengan sasaran uatama Belanda meletus di tahun 1821. Kaum padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol (M. Syahab). Tuanku nen cerdik, Tuanku Tambusari dan Tuanku nan Alahan. Perlawanan kaum padri berhasil membuat Beland menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830). Belanda sadar apabila pertempuran dilanjutkan Belanda akan kalah. Belanda pun mengajak damai kaum padri yang diwujudkan di Bonjol tanggal 15 noevember 1825. 3. Perang Diponegora (1825-1830) Pada bulan maret 1830 Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan Belanda di Magelang Jawa Tengah. Perundingan tersebut hanya sebai jalan tipu muslihat karena ternyat Diponegoro ditangkap dan diasingkan di Manado kemudian ke Makassar hingga wafat tahun 1855. Setalah berakhirnya perang Jawa tidak ada lagi perlawanan besar di Jawa. 4. Perang Aceh Banyak tokoh yang gugur. Teunku umar gugur dalam pertempuran di Meulabuh pada 1899, Sultan Aceh Mohammad Daudsyah ditawan tahun 1903 dan diasingkan hingga meninggal di Batavia, Panglima Poem Daud juga menyerah pada tahun 1903, Cut Nyak Dien toko, pimpinan perempuan ditangkap tahun 1906 kemudian diasingkan ke Sumedang, pahlawan perempuan Cut Meutia gugur pada tahun 1910. Perlawanan Aceh pun menyusut hingga tahun 1917. Belanda masih melakukan penyerangan terhada sisa-sia perlawanan Aceh. 5. Perlawanan Sisingamangaraja, Sumatra Utara Perlawanan terhadap Belanda di Sumatra Utara dilakukian oleh Sisingamangaraja XII. Perlawanan ini yaang juga dinamakn perang Batak. Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangraja dapat dikalahkan setelah Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamagaraja dipapkpak kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur. Sehingga Tapanuli dikuasai Belanda. 6. Perang Banjar Perang Banjar berawal dari ketika Belanda campur tangan dalam urusan pergantian raja di kerajaan Banjarmasin. Perlawanan dilakukan oleh Prabu Anim dan Pangeran Hidayat pada tahun 1859. Pengran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom ditangkap Belanda. Pasukan Pangeran Antasai berhasil didesak. Pada tahun 1862 Pangeran Hidayat menyerah dan berakhirlah perlawanan Banjar di pulau Klimantan. Perlawanan benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1905. 7. Perang Jarajaya Di Bali Perang Jagarag belawal ketika Belanda dan kerajaan Tarung menyatakan bahwa setiap kapal kandas diperairan Bali menjadi hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda memprotes Raja Buleleng yang menyita dua kapal milik Belanda. Setelah berhasil menyerang benteng Jagaraya, Belanda melanjutkan ekspedisi militernya pada tahun 1906. Seluruh kerajaan di Bali jatuh kepihak Belanda setelah rakyat melakukuan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan perang Puputan Jagaraya