Anda di halaman 1dari 11

OM SWASTYASTU

Nama Anggota :
1. Dirga Cahya Arbiantara Putra (05)
2. I Ketut Arjun Dinata (11)
3. I Made Darmayasa (12)
4. Putu Herry adi Saputra (30)
Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia
Letnan Jenderal Ter Poorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda, pada tanggal 8 Maret 1942 menyerah
tanpa syarat kepada pasukan Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Perjanjian penyerahan
tersebut berlangsung di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Peristiwa tersebut menandai pendudukan Jepang di Indonesia.
Secara kronologis serangan- serangan pasukan Jepang di Indonesia diawali dengan menguasai Tarakan (10 Januari
1942), kemudian menguasai Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Ambon. Selanjutnya, pasukan Jepang pada bulan
Februari 1942 menduduki Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Palembang,dan Bali.
Jepang lebih dahulu menguasai Palembang karena Palembang mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu untuk
memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat kedudukan Belanda di Indonesia dan Singapura sebagai pusat
kedudukan Inggris. Setelah Jepang menguasai wilayah luar Pulau Jawa, Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan
mendarat di daerah Banten, Indramayu, Kragan, kemudian Jepang melanjutkan serangan ke pusat kekuasaan Belanda
di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942), dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada
Panglima Bala Tentara Jepang, Imamura, di Kalijati, Subang (8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah
Indonesia telah menjadi bagian dari kekuasaan Jepang.
Adapun tujuan pendudukan Jepang di Indonesia :
1. Menjadikan Indonesia sebagai sumber
pemasok bahan mentah untuk industri dan
mesin perang.
2. Jepang menggalang rakyat Indonesia menjadi
bagian dari kekuatan untuk membendung
gempuran pasukan Sekutu yang identic
dengan imperialism barat. Untuk itu, Jepang
menerapkan kerja paksa dalam membangun
kubu pertahanan, jaringan kereta api, dan
melatih penduduk Indonesia dengan
keterampilan militer.
Pemerintahan Jepang Di Indonesia
Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan , kekuasaan atas
wilayah Indonesia dipehang oleh dua Angkatan perang,
yaitu Angkatan Darat ( Rikugun) dan Angkatan Laut
( Kaigun).
Pada masa pendudukan Jepang terdapat tiga pemerintahan
militer, yaitu sebagai berikut :
1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara ke-25)
untuk Sumatera berpusat di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara ke-16)
untuk Jawa dam Madura berpusat di Jakarta.
3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut (Tentara ke-2)
untuk Sulawesi, Kalimantan dan Maluku berpusat di
Makassar.
Panglima tantara ke-16 di Pulau Jawa adalah Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dan kepala staffnya adalah
Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Mereka mendapat tugas untuk membentuk pemerintahan militer di Jawa
dan kemudian diangkat sebagai gunseikan (kepala pemerintahan militer). Untuk staff pemerintahan militer
pusat disebut dengan gunseikanbu yang terdiri dari lima macam departemen, yaitu :
1. Sumobu (Departemen Dalam Negeri)
2. Zaimubu (Departemen Keuangan)
3. Sangvobu (Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan)
4. Kotsubu (Departemen Lalu Lintas)
5. Shihobu (Departemen Kehakiman)
Pemerintah militer Jepang pada bulan Agustus 1942 melakukan peningkatan penataan pemerintahan. Sehingga
dikeluarkan Undang Undang Nomor 28 tentang Aturan Pemerintahan Sipil Jepang di Pulau Jawa, kecuali Daerah
istimewa Surakarta dan Yogyakarta, yang dibagi atas :
6. Keresidenan (shu) dipimpin oleh seorang shuco
7. Kota praja (shi) dipimpin oleh seorang shico
8. Kabupaten (ken) dipimpin oleh seorang kenco
9. Kewedanan atau distrik (gun) dipimpin oleh seorang gunco
10. Kecamatan (son) dipimpin oleh seorang sonco
11. Kelurahan atau desa (ku) dipimpin oleh seorang kuco
Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A didirikan oleh Jepang pada akhir bulan Maret 1942 yang
dipimpin oleh Hihosyi dan Mr. Samssudin. Gerakan Tiga A merupakan upaya
Jepang untuk merekrut dan mengerahkan tenaga rakyat yang akan dimanfaatkan
dalam Perang Asia Timur Raya.
2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Organisasi ini dibentuk pada bulan Maret 1943 dimana ini merupakan
organisasi nasional yang dirangkul Jepang untuk mempropagandakan politik hakko
ichiu kepada rakyat Indonesia.
3. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Jawa Hokokai didirikan pada tahun 1944 oleh Panglima tentara Ke-16. tujuan
organisasi ini adalah untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir ataupun
batin sesuai dengan hokosishin (semangat kebaktian).
4. Chuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
Chuo Sangi In merupakan suatu badan yang bertugas
mengajukan usul kepada pemerintah, menjawab
pertanyaan mengenai masalah-masalah politik, serta
memberikan saran-saran dan tindakan yang perlu diambil
oleh pemerintah Jepang. Organisasi ini dibentuk pada
tanggal 1 agustus 1943.
5. MIAI
MIAI merupakan organisasi pergerakan nasional yang
diperbolehkan berdiri pada masa Pendudukan Jepang
karena dianggap mudah dirangkul oleh Jepang.
6. MASYUMI (Majelis Syura Muslimin)
Pada tanggal 24 Oktober 1943 MIAI dibubarkan dan
diganti oleh Organisasi MASYUMI yang diketuai oleh
Hasyim Asyari.
Kebijakan Pemerintah Jepang di
Indonesia
A. Kebijakan di Bidang Ekonomi
Kebijakan Jepang di bidang ekonomi saat menduduki di Indonesia adalah
pada intinya terpusat pada tujuan mengumpulkan bahan mentah untuk industri
perang. Ada dua tahap perencanaan untuk mewujudkan tujuan
tersebut, yaitu : 
• Tahap penguasaan, Jepang mengambil alih pabrik-pabrik gula milik Belanda
untuk dikelola oleh pihak swasta Jepang, misalnya, Meiji Seilyo Kaisya dan
Okinawa Seilo Kaisya.
• Tahap restrukturisasi (menyusun kembali struktur), Jepang menyusun kembali
struktur beberapa
Adapun ekonomi wilayah untuk
hal yang memenuhi
dilakukan kebutuhan Jepang
pemerintah perang. ketika berkuasa di Indonesia :

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tanggal 8 Maret 1942, pemerintah Jepang menerapkan mata
uang Hindia belanda sebagai satu-satunya mata uang yang berlaku untuk kepentingan jual beli dan
alat pembayaran.
2. Jepang mengeksploitasi kekayaan bangsa Indonesia.
3. Jepang memanfaatkan rakyat Indonesia sebagai tenaga kerja yang sangat murah (romusa).
4. Jepang menjadikan Indonesia sebagai pasar bagi hasil industrinya.
5. Rakyat Indonesia dibebani melakukan tanam paksa untuk memenuhi kebutuhan militer Jepang.
B. Kebijakan di Bidang Ketenagakerjaan
Dibidang ketenagakerjaan, pemerintah Jepang banyak
mengerahkan tenaga kerja secara paksa. Untuk mengerahkan
tenaga kerja tersebut, di desa-desa dibentuk panitia pengerahan
tenaga kerja yang disebut Romukyokai. Tugas Romukyokai adalah
menyiapkan tenaga sesuai dengan jatah yang ditetapkan.
C. Kebijakan di Bidang Sosial
Salah satu kebijakan di bidang sosial adalah pembagian kelas
masyarakatnya dimana penduduk Jepang disebut sebagai “saudara
tua” dan penduduk Indonesia disebut dengan “saudara muda”.
D. Kebijakan di Bidang Pendidikan
Kebijakan Jepang di bidang Pendidikan adalah Jepang
menghilangkan diskriminasi di bidang pendidikan dimana pada
masa Belanda sekolah terbuka hanya untuk kalangan atas saja,
dengan adanya kebijakan tersebut masyarakat Indonesia dapat
belajar tanpa memandang kelas atau terbuka untuk semua
golongan.
E. Kebijakan di Bidang Bahasa Indonesia
Kebijakan yang dilakukan Jepang dalam bidang Bahasa adalah menetapkan Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa yang resmi dan harus digunakan serta melarang penggunaan
Bahasa belanda.
F. Kebijakan di Bidang Budaya.
Kebijakan Jepang di bidang Budaya adalah Jepang mendirikan pusat kebudayaan dengan
nama Keimin Bunka Shidosho pada tanggal 1 April 1943 dimana itu dipakai sebagai sarana
untuk menanamkan dan menyebarkan kesenian serta kebudayaan Jepang bagi bangsa
Indonesia dan untuk mengarahkan agar karya-karya seniman, seperti sajak, lagu, roman,
lukisan, sandiwara, dan film tidak menyimpang dari tujuan Jepang.
OM SANTIH SANTIH SANTIH
OM

Anda mungkin juga menyukai