Disusun oleh:
Nitaufika Aprilia
P17335117025
Dosen Pembimbing:
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu membuat formulasi, melaksanakan pembuatan sediaan, dan
melakukan evaluasi sediaan steril infus IV dengan bahan aktif Kalsium Glukonat
4% dan Kalsium Saccharat 0,5%.
II. PENDAHULUAN
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang
biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat berkembang
biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat) (Syamsuni,
2006).
Obat dibuat steril karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertambahannya terhadap zat asing tidak
selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal. Diharapkan dengan kondisi
steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Sediaan farmasi yang perlu
disterilkan adalah obat suntik injeksi, tablet implan, tablet hipodermik, dan
sediaan untuk mata seperti obat tetes mata, cuci mata dan salep mata (Syamsuni,
2006).
Berdasarkan cara pemberiannya, obat dapat diklasifikasikan kedalam 5
jenis yaitu oral, perektal, sublingual, parenteral serta langsung ke organ seperti
intrakardial (Anief, 2006). Pemberian obat secara oral merupakan salah satu
pilihan yang paling banyak digunakan hal ini dikarenakan pada penggunaan oral
lebih mudah dalam penggunaannya. Penggunaan obat secara oral memiliki
beberapa kelemahan yaitu efek yang diberikan lebih lambat karena harus
melewati proses absorpsi dan metabolisme terlebih dahulu sehingga tidak dapat
digunakan untuk pengobatan darurat dan tidak dapat diberikan kepada pasien
yang tidak sadarkan diri.
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan
dari tubuh. Tujuan dari sediaan infus adalah memberikan atau menggantikan
cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori,
yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral, memperbaiki
keseimbangan asam-basa, memperbaiki volume komponen-komponen darah,
memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh,
memonitor tekanan vena sentral (CVP), dan memberikan nutrisi pada saat sistem
pencernaan mengalami gangguan. Terapi intravena (IV) digunakan untuk
memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau
syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan
memberikan medikasi (Potter, 2005).
Pada praktikum kali ini bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan
sediaan infus intravena adalah Kalsium glukonat 4% dengan kombinasi Kalsium
saccharat sebesar 0,5%. Pembuatan infus dari Kalsium glukonat 4% dan kalsium
saccharat 0,5% ditujukan untuk pengobatan terapi pemeliharaan cairan tubuh dan
terapi pengganti cairan pada penderita defisiensi kalsium (Hipokalsemia) akut dan
tetani akibat defisiensi kalsium dan kurangsnya asupan Kalsium dari makanan.
Kalsium glukonat juga dapat digunakan untuk membalikkan efek jantung akibat
keracunan kalium dalam pengobatan hiperkalemis, sebagai penangkal
hipermagnesia dan dapat digunakan untuk relaksasi otot yang digigit oleh laba-
laba hitam. Umumnya diberikan dalam bentuk injeksi IV secara perlepasan
lambat atau infus kontinyu (Sweetman, 2009).
c. Untuk Hipermagnesemia
2,25 𝑚𝑚𝑜𝑙
Dosis untuk 2,25 mmol : x 400 mL = 25,568 mL
35,2 𝑚𝑚𝑜𝑙
4,55 𝑚𝑚𝑜𝑙
Dosis untuk 4,5 mmol : x 400 mL = 51,136 mL
35,2 𝑚𝑚𝑜𝑙
IV. FORMULASI
1. Kalsium Glukonat
Pemerian Hablur, granul atau serbuk putig, tidak berbau, tidak
berasa, stabil di udara
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm 598)
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam air
mendidih, tidak larut dalam etanol. Larutan bersifat
netral pada lakmus.
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm 599)
Stabilitas
• Panas Terdekomposisi pada suhu diatas 178⁰C
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm 601)
• Hidrolisis Tidak terjadi hidrolisis adanya mineral asam dan akan
berubah membentuk Asam Glukonik dan garam
kalsiumnya.
(Remington The Science and Practice Edisi 21, hlm
1338)
• Cahaya Kalsium Glukonat harus terhindar dari cahaya matahari
langsung karena akan mempercepat dekomposisi.
The Internation Pharmacopeia Edisi 7)
• pH 6,0 – 8,2
(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm 601)
Penyimpanan Disimpan pada wadah terturup baik terlindung dari
cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan
Cara sterilisasi sediaan : Panas lembab, autoklaf 121o C, 15 menit, 15 psi
Kemasan : Botol infus gelas boro silikat tipe 1
2. Kalsium Saccharat
Pemerian Putih, tidak berbau, serbuk Kristal
(Martindale 36th ed, hlm 2272)
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dingin dan alkohol, tidak larut dalam
air panas, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, larut dalam
asam mineral, larut dalam larutan Kalsium Glukonat.
(Martindale 36th ed, hlm 2272)
Stabilitas Tidak stabil pada suhu panas yang sangat tinggi (Pubchem,
calcium saccharate)
Kegunaan Penstabil Kalsium Glukonat
Inkompatibilitas Tidak ditemukan pada HOPE 6th ed, FI Edisi ke-5, USP,
Martindale, Japanese Pharmacopeia, British Pharmacopeia dan
jurnal lainnya.
3. Natrium Klorida
Pemerian Serbuk kristal, putih atau tidak berwarna, memiliki rasa seperti
garam.
(HOPE 6thed, hlm 637, pdf)
Kelarutan Tidak larut dalam etanol, larut dalam 1:250 etanol 95%, larut
dalam 1:10 gliserin dan dalam air 1:2,8 pada suhu 20°C dan 1:2,6
pada suhu 100°C.
(HOPE 6thed, hlm 639, pdf)
Stabilitas Larutan natrium klorida berair stabil namun dapat menyebabkan
pemisahan partikel kaca dari beberapa jenis wadah kaca. Larutan
berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. Bahan padat
stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat
yang sejuk dan kering.
(HOPE 6thed, hlm 639, pdf)
pH sediaan Natrium Klorida adalah 6,7 – 7,3.
(HOPE 6thed, hlm 637, pdf)
Kegunaan Tonicity agent
(HOPE 6thed, hlm 637, pdf)
Inkompatibilitas Larutan natrium klorida korosif terhadap zat besi. Mereka juga
bereaksi untuk membentuk presipitat dengan garam perak, timbal,
dan merkuri. Oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan
asam natrium klorida yang diasamkan. Kelarutan metilparaben
pengawet antimikroba menurun dalam larutan natrium klorida dan
viskositas gel karbomer dan larutan hidroksietil selulosa atau
hidroksipropil selulosa berkurang dengan penambahan natrium
klorida.
(HOPE 6thed, hlm 639, pdf)
4. Karbon Aktif
Pemerian Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak berbau dan tidak
berasa.
(Farmakope Indonesia Edisi ke-5, hlm 137)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.
Farmakope Indonesia Edisi ke-5, hlm 137)
Stabilitas Tidak ditemukan pada HOPE 6th ed, FI Edisi ke-5, USP,
Martindale, Japanese Pharmacopeia, British Pharmacopeia dan
jurnal lainnya.
Kegunaan Depirogenasi
Inkompatibilitas Tidak ditemukan pada HOPE 6th ed, FI Edisi ke-5, USP,
Martindale, Japanese Pharmacopeia, British Pharmacopeia dan
jurnal lainnya.
V. PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan Jumlah (%) Kegunaan
1. Kalsium Glukonat 4,2 % (b/v) Bahan aktif untuk hipokalemia
2. Kalsium Saccharat 0,5% (b/v) Penstabil Kalsium Glukonat
3. NaCl 0,2922% (b/v) Pengisotonis
4. Karbon Aktif 0,1% (b/v) Depirogenasi
5. NaOH qs pH adjuster (Alkalizing agent)
6. HCl qs pH adjuster (Acidizing agent)
7. Aqua pro injeksi Ad 100% (v/v) Pelarut infus steril
BM : 320,26
Ca2+ + Saccharat2- (divalent-divalent electrode)
Liso : 2,0
𝐿𝑖𝑠𝑜 𝑥 17
E:
𝐵𝑀
2,0 𝑥 17
E: = 0,1062 M
320,26
g = 0,0531 g/100mL
Nilai E total dalam sediaan = 0,1867% + 0,0531%
= 0,2398%
NaCl yang dibutuhkan = 0,9% - 0,2398%
= 0,6602%
Osmolaritas
1. Kalsium Glukonat 4%
BM : 448,39
n :3
4𝑔
× 1000 mL = 40 g/L
100 𝑚𝑙
40 ×1000×3
mOsmol : = 267,6779 mOsmol/L
448,39
3. NaCl 0,2922%
BM : 58,44
n :2
0,2922 𝑔
× 1000 mL = 2,922 g/L
100 𝑚𝑙
2,922 ×1000×2
mOsmol : = 100 mOsmol/L
320,26
Miliequivalen
1. Kalsium Glukonat 4%
BM : 448,39
valensi :2
448,39
BE = = 224,195
2
225,195
mEq = = 0,224195 g → 224,195 mg
1000 𝑚𝑙
4𝑔
Kadar Kalsium Glukonat dalam 408 mL = x 408 mL
100 𝑚𝑙
= 16,32 g → 16.320 mg
16.320 𝑚𝑔
mEq = = 72,7937 mEq
224.195 𝑚𝑔
3. NaCl 0,2922%
BM : 58,44
valensi :1
58,44
BE = = 58,44
1
58,44
mEq = = 0,05844 g → 58,44 mg
1000 𝑚𝑙
0,2922 𝑔
Kadar NaCl dalam 408 mL = x 408 mL
100 𝑚𝑙
= 1,1921 g → 1.192 mg
1.192 𝑚𝑔
mEq = = 20,3969 mEq
58,44 𝑚𝑔
Total miliquivalen dalam 408 mL = 72,7937 mEq + 6,3698 mEq + 20,3969 mEq
= 99,5596 mEq
VII. PENIMBANGAN
Dibuat 1 botol infus 400 mL
Dilebihkan 2% = 400 mL + (2%) 400 mL = 408 mL
Penimbangan dibuat sebanyak 500 mL untuk mengantisipasi kehilangan zat pada
saat pembilasan, penyaringan, dan evaluasi volume terpindahkan.
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
4,2 𝑔
× 500 𝑚𝐿 = 21 𝑔
100 𝑚𝐿
1. Kalsium Glukonat 4,2% Kelarutan Kalsium Glukonat dalam air
mendidih 1 :10 maka air mendidih yang
dibutuhkan adalah 21 x 10 = 210 mL
0,5 𝑔
2. Kalsium Saccharat 0,5% × 500 𝑚𝐿 = 2,5 𝑔
100 𝑚𝐿
0,2922𝑔
× 500 𝑚𝐿 = 1,461 𝑔
100 𝑚𝐿
3. NaCl 0,2922% Kelarutan NaCl dalam air adalah 1 :10
maka air yang dibutuhkan adalah 1,461 x
10 = 14,61 ml ~ 15ml
0,1 𝑔
4. Karbon aktif 0,1% × 500 𝑚𝐿 = 0,5 𝑔
100 𝑚𝐿
5. NaOH 0,1N 10 tetes
600 ml – (200 ml + 10 ml + 0,6 + 0,6) =
6. Aqua pro injeksi
388,8 ml
VIII. STERILISASI
A. Alat
B. Wadah
No. Nama alat Jumlah Cara sterilisasi (lengkap)
Panas kering (Oven, 170°C
1. Botol infus kaca 500 ml 1
selama 1 jam)
Gas klorin dioksida pada suhu
2. Karet penutup botol infus 1 30-32oC selama 1 jam, RH 70-
85%, 10-30 mg/L, 80 kPa
Penutup botol infus Panas kering (Oven, 170°C
3. 1
alumunium selama 1 jam)
XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan membuat sediaan parenteral steril yaitu
sediaan infus Kalsium Glukonat 4% dan Kalsium Saccharat 0,5. Kalsium
merupakan salah satu elektrolit yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang
sedikit. Sediaan kalsium dapat diberikan secara oral maupun injeksi yang
digunakan untuk penderita defisiensi kalsium. Pada penggunaan oral tidak dapat
digunakan untuk penderita defesiensi kalsium yang akut karena memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai obat dapat bekerja dalam tubuh hal ini
disebabkan obat harus diabsorbsi terlebih dahulu di dalam saluran pencernaan.
Sediaan kalsium dapat diberikan secara injeksi yang dapat digunakan untuk
penderita hopokalemia akut. Berdasarkan perhitungan dosis untuk volume
pemberian, Kalsium glukonat dibutuhkan >10 mL dalam sekali injeksi sehingga
sediaan injeksi intravena yang dibuat dalam bentuk Large Volume Parenteral
(LVP) atau infus (Agoes, 2009).
Dalam sediaan garam kalsium yang sering digunakan adalah kalsium
klorida dan kalsium glukonat. Kalsium klorida merupakan garam yang dapat
mengiritasi maka jenis garam yang dipilih adalah garam kalsium glukonat untuk
menghindari iritasi (Sweetman, 2009). Rute pemberian sediaan injeksi garam
kalsium glukonat dapat diberikan secara intramuskular, subkutan, dan intravena.
Kalsium glukonat yang diberikan secara intramuskular dapat menyebabkan iritasi
sedangkan penggunaan secara subkutan menyebabkan nekrosis pada kulit. Untuk
menghindari efek yang tidak diinginkan maka kalsium glukonat dapat diberikan
secara intravena (Sweetman, 2009).
Berdasarkan data kelarutan, Kalsium glukonat agak larut dalam air dan
mudah larut dalam air mendidih (Kemenkes RI, 2014) sehingga dalam
pembuatannya Kalsium glukonat dilarutkan dalam air mendidih. Selain itu
Kalsium glukonat tidak mengalami hidrolisis sehingga tetap stabil terhadap air
maka sediaan dapat dibuat dalam bentuk larutan. Sediaan infus merupakan salah
satu sediaan steril yang harus bebas dari pirogen, maka pembawa atau air yang
digunakan adalah aqua pro injeksi.
Pada penyimpanan Kalsium glukonat secara tunggal dapat menjadi jenuh,
untuk menghindari hal tersebut dapat ditambahkan stabilizing agent. Stabilizing
agent yang digunakan adalah Kalsium saccharat 0,5% (Sweetman, 2009).
Kalsium saccharat selain sebagi penstabil berfungsi sebagai peningkat kelarutan
Kalsium glukonat atau disebut dengan salting in antara Kalsium glukonat dan
Kalsium saccharat (USP Convention, 2007).
Dalam sediaan parenteral infus terdapat beberapa syarat yang harus
diperhatikan diantaranya adalah isohidris. Sediaan injeksi harus dibuat isohidris.
Isohidris adalah pH yang berada di dalam tubuh dengan pH yang terdapat dalam
obat sama. Cairan fisiologis plasma dan ekstrasel memiliki pH 7,35-7,45 (Aulton,
2013). pH stabilitas yang dimiliki oleh sediaan infus Kalsium glukonat adalah 6,0-
8,2 (Kemenkes RI, 2014). pH yang dibuat untuk sediaan adalah 6,5-7,5 unntuk
mencapai pH tersebut maka dapat ditambahkan HCl sebagai acidifying agent
apabila terlalu basa atau NaOH sebagai alkalizing agent apabila terlalu asam.
Selain harus isohidris sediaan injeksi infus harus dibuat isotonis. Isotonis
adalah keadaan dimana tekanan osmotis yang terdapat di dalam obat sama dengan
tekanan osmotis yang terdapat di dalam tubuh. Apabila obat yang diinjeksikan
bersifat hipotonis maka sel akan mengembang dan menyebabkan lisis sedangkan
apabila obat yang diinjeksikan bersifat hipertonis maka sel akan mengkerut
(Aultons, 2013). Berdasarkan perhitungan tonisitas bahwa sediaan infus Kalsium
glukonat 4% dan Kalsium saccharat 0,5% bersifat hipotonis sehingga perlu
penambahan pengisotonis. Pengisotonis yang digunakan adalah NaCl agar
diperoleh tonisitas 0,9% yang setara dengan kondisi tubuh. Pada proses
pembuatan diperlukan penambahan NaOH 0,1 N sebanyak 10 tetes untuk
mencapai pH yang diinginkan.
Pada sediaan parenteral infus harus terbebas dari pirogen karena pirogen
dapat menyebabkan demam dan volume yang diberikan untuk sediaan infus besar.
Pirogen merupakan suatu substansi yang dapat menyebabkan suhu pada tubuh
meningkat (Kemenkes RI, 2014). Semakin besar suatu volume sediaan, maka
kemungkinan besar adanya pirogen juga semakin besar. Untuk meminimalisir
jumlah pirogen yang terkandung dalam sediaan dapat ditambahkan depirogenasi
pada proses pembuatan. Depirogenasi yang digunakan dapat berupa karbon aktif.
Mekanisme kerja dari karbon aktif yaitu dapat menyerap partikel dan
pirogen yang terdapat dalam larutan infus. Pada proses pembuatan, karbon aktif
dimasukan ke dalam sediaan infus lalu dipanaskan pada suhu 60-70˚C selama 15
menit sambil diaduk dengan batang pengaduk sesekali. Suhu yang digunakan 60-
70˚C merupakan aktifitas terbaik dalam menyerap pirogen atau partikel. Selain
pirogen dan partikel yang dapat diserap oleh karbon aktif bahan aktif (Kalsium
glukonat) dapat ikut terserap. Maka dari itu kadar pada bahan aktif (Kalsium
glukonat) dilebihkan 5% dari kadar kemurniaan yang didapatkan dalam pustaka
(Kemenkes RI, 2014).
Formula yang digunakan dalam sediaan infus/ Large Volume Parenteral
(LVP) adalah bahan aktif, pengisotonis, pengadjust pH, dan pembawa. Tidak
diperbolehkan adanya dapar dan pengawet. Volume yang diberikan pada sediaan
infus yaitu ≥100 mL dan hanya digunakan untuk single dose. Apabila adanya zat
pendapar dalam sediaan infus dikhawatirkan akan mengganggu pH dapar yang
terdapat di dalam tubuh karena tubuh memiliki dapar tersendiri. Apabila diberikan
secara multiple dose jika sudah dibuka akan kontak dengan jarum maka
berpotensi adanya kontaminasi.
Pada sediaan infus steril tidak diperbolehkan kurang dari volume yang
tertera, maka volume sediaan yang dianjurkan untuk sediaan encer dan lebih dari
50 mL dilebihkan sebanyak 2% (Kemenkes RI, 2014). Pada saat pembuatan
kemungkinan akan kehilangan zat pada saat pembilasan, penyaringan, dan
evaluasi sehingga dilebihkan menjadi 500 mL. Untuk menjamin stabilitas selama
proses sterilisasi akhir dan penyimpanan maka diperlukan wadah yang sesuai
yaitu wadah gelas tipe I borosilikat.
Proses pembuatan infus Kalsium glukonat dan Kalsium saccharat harus
dikerjakan pada kondisi yang bebas mikroorganisme viabel untuk menghindari
bahaya infeksi atau keadaan steril. Tahapan pembuatan sediaan infus yang
pertama yaitu sterilisasi alat yang dilakukan di grey area.
Alat-alat disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakanm metode sterilisasi
yang sesuai. Untuk alat yang terbuat dari kaca maka menggunakan metode panas
kering dengan menggunakan oven pada suhu 170⁰C selama 1 jam, sedangkan
untuk alat yang terbuat dari membrane berpori dapat dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan metode panas lembab dengan autoklaf pada suhu 121⁰C selama 15
menit pada tekanan 15 Psi. Bahan-bahan yang digunakan harus dilakukan
sterilisasi sesuai dengan monografi masing-masing bahan.
Sediaan infus Kalsium glukonat yang telah selesai dibuat, dimasukkan ke
dalam wadah dosis tunggal terbuat dari kaca tipe I tertutup baik (Kemenkes
RI,2014). Setelah itu dilakukan sterilisasi akhir dengan metode panas lembab
(Autoklaf suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 15 Psi) dikarenakan bahan
aktif stabil pada suhu tinggi. Sediaan larutan infus yang telah disterilisasi
menunjukkan perubahan warna yang semula bening menjadi agak kekuningan, hal
tersebut dapat terjadi karena adanya penambahan Kalsium saccharat sebagai
pengstabil. Kalsium saccharat memiliki stabilitas panas yang tidak stabil pada
suhu sangat tinggi. Sediaan larutan infus dilakukan evaluasi pH, volume injeksi
dalam wadah, penetapan kejernihan dan warna, uji partikulat dan uji kebocoran.
Uji sterilitas, endotoksin, pirogen dan penetapan kadar tidak dilakukan karena
keterbatasan waktu dan alat.
Uji penetapan pH menggunakan pH meter, pengujian dilakukan secara
triplo agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Sediaan infus yang dicek memiliki
pH berturut-turut pada 3 kali pengulangan yaitu 7,23; 7,23 dan 7,22, sehingga
rata-rata pH sediaan infus yaitu 7,2267±0,0004. pH sediaan infus yang dibuat
memenuhi syarat karena masuk kedalam rentang pH stabilitas sediaan infus
Kalsium glukonat 6,0-8,2 dan memasuki rentang pH yang diinginkan yaitu 6,5-
7,5.
Uji volume injeksi dalam wadah dilakukan dengan menuangkan sediaan
larutan infus kedalam gelas ukur 500 mL. Volume sediaan infus tersebut adalah
408 mL, volume tersebut memenuhi syarat karena volumenya tidak kurang dari
volume yang tertera pada etiket (400 ml).
Uji partikulat dilakukan dengan menggunakan sorot lampu terhadap
sediaan larutan infus menggunakan senter dengan latar belakang hitam, kemudian
diganti dengan latar belakang putih. Latar belakang hitam bertujuan agar partikel
pengotor berwarna putih atau tidak berwarna dapat terlihat secara visual
sedangkan latar belakang putih bertujuan agar partikel pengotor berwarna hitam
dapat terlihat secara visual. Syarat dalam penetapan kejernihan tidak adanya
partikel berwarna maupun tidak berwarna dalam sediaan. Berdasarkan evaluasi
penetapan kejernihan, sediaan larutan infus tidak terdapat partikel pengotor
sehingga memenuhi syarat.
Uji kejerniah dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan
partikulat dibandingkan dengan larutan pembawa yaitu aqua pro injeksi. Syarat
dari kejernihan yaitu kejernihan sama dengan larutan pembawa. Berdasarkan hasil
evaluasi, sediaan larutan infus yang dibuat adalah jernih tetapi warnanya
kekuningan sehingga tidak memenuhi syarat.
Uji kebocoran dilakukan dengan membalikan sediaan larutan infus dalam
wadah yang dibawahnya dialasi dengan kertas coklat diamati selama 1 jam.
Berdasarkan hasil evaluasi, tidak terjadi kebocoran karena tutup wadah tertutup
rapat sehingga memenuhi syarat.
XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril injeksi/ infus adalah sebagai
berikut:
Anief, Moh. (2006). Ilmu Meracik Obat, Jakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Aulton, M.E., dan Taylor K.M.G., (2013), Aulton’s Pharmaceutics: The Design
and Manufacture of Medicines, Fourth Edition, Churcihill Livingstone
Elsevier
British Pharmacopoeia Comission. (2009). British Pharmacopoeia 2009. London:
British Pharmacopoeia.
Potter, P.A, Perry, A.G., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik, Edisi 4. Volume 2, Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk. Jakarta : EGC
Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference Thirty Sixth
Edition. New York: Pharmaceutical Press.
b. Kemasan Primer
c. Brosur
d. Hasil Evaluasi
Gambar 1 Gambar 2
Evaluasi kebocoran Evaluasi bebas partikulat
Gambar 3
Evaluasi uji pH
Gambar 4 Gambar 5
Evaluasi kejernihan Evaluasi volume injeksi