SEDIAAN STERIL
“INFUS NaCl - D5% ”
DISUSUN OLEH :
= 50 gram
0,45/100 x
NC-02 NaCl Zat aktif 4500 mg
1000 ml
= 4,5 gram
1000 ml - (50
AQ-03 Aqua Pro Injeksi Pelarut gr 945,5 ml
+ 4,5
gram) =
945,5
ml
IV. Alasan Formulasi
a. Alasan Pemilihan Zat Aktif
NaCl (Natrium Chloride/Sodium Chloride)
NaCl berfungsi sebagai elektrolit tubuh yang berfungsi untuk
Dextrose
Dextrose untuk injeksi IV adalah 5 % dan berfungsi sebagai penambah
atau pelengkap cairan tubuh. Sedeiaan infus yang dibut merupakan tekanan
tunggal sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroba sangat kecil.
Penggunaan glukosa pada sediaan ini sebagai bahan utamanya dimaksudkan
untuk menambah energi pada pasien yang kehilangan banyak cairan tubuh
karena Hipokalemia dehidrasi.
b. Alasan Pemilihan Zat Tambahan
Aqua Pro Injeksi
Aqua Pro Injeksi digunakan untuk bahan pelarut injeksi. Selain sebagai
bahan dalam pembuatan injeksi karena bebas pirogen. Alasan dari
penggunaan
A.P.I yaitu dalam ilmu farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat
tambahan lainnya yang mudah terhidrolisa (mudah terurai dengan karena
adanya kelembapan).
V. Uraian Bahan
Dextrose (FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)
Nama resmi : D Glukosa
Monohidrat Bobot molekul : 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih,
tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air
mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam
alkohol
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8 g/kg/jam (DI hal
1427-1429). Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan
penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat
menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin
Na,Eritromisin, Vit B komplek (Martindale 28 hal: 21).
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat
pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus
dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk
edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral
hemorage Titik lebur : 83°C
VI. Perhitungan
Tonisitas
Diketahui : Larutan 0,9% NaCl, BM = 58,5
Na+ NaCl + Cl- jumlah ion = 2
M osmolarita NaCl = ?
Jawab : Larutan 0,45% NaCl = 0,45 g/100 ml = 4,5 g/L
m osmole/liter = 4,5 x 1000 x 2: 58,5 = 153,84 (HIPOTONIS)
Osmolaritas glukosa anhidrat 5%
5 % glukosa anhidrat = 5 g/100 ml = 50 g/L
BM = 198,17 ; n = 1
mosM/L = 50/198,17 x 1 x 1000 = 252,3 ( HIPOTONIS )
Hubungan Antara Osmolarita Dan Tonisitas
Osmolarita (m osmole / liter) Tonisitas > 350 Hipertonis
B. Cara Kerja
1. Zat aktif ditimbang dalam kaca arloji (penimbangan dilebihkan 5 %)
2. Masukkan ke dalam gelas piala steril yang sudah dikalibrasi sejumlah volume
Kaca Arloji Batang Pengaduk Gelas ukur 1000 ml Erlenmeyer 1 L Corong
Spatula Kertas saring Botol infus flakon 1000 ml Karet tutup flakom infus yang
akan dibuat
3. Tuangkan aqua pro injeksi untuk melarutkan zat aktif dan untuk membilas kaca
arloji, tuangkan sampai tanda batas
4. Siapkan Erlenmeyer, corong, dan kertas saring rangkap 2 yang telah terlipat dan
telah dibasahi air bebas pirogen (air bebas pirogen telah dibuat sebelumnya).
Airnya ditampung di Erlenmeyer lain (disiapkan 2 Erlenmeyer).
5. Saring larutan hangat-hangat ke dalam Erlenmeyer
6. Ukur volume larutan dalam gelas ukur tepat sesuai volume infus per botol.
Kekurangan volume di ad dengan aqua bidestilata bebas pirogen (yang telah
disiapkan) yang terlebih dahulu digunakan untuk membilas gelas piala dan
kemudian disaring ke dalam Erlenmeyer.
7. Tuang larutan ke dalam kolom G3 dengan bantuan pompa penghisap (pori-pori
kertas Whattman 0,22 µm) kemudian dimasukkan ke dalam botol infus yang
sudah ditara
8. Botol ditutup dengan flakon steril, kemudian diikat dengan simpul champagne
LAMPIRAN KETERANGAN
IX. Pembahasan
Infus merupakan sediaan dalam volume besar yang digunakan untuk satu kali
pakai, dengan kecepatan pemberian yang diatur. Untuk pembuatan sediaan infus, tidak
perlu ditambahkan pengawet Tidak ditambahkan pengawet dan cukup di sterilkan
dengan autoklaf. Pada sediaan steril harus dipenuhi syarat sterilisasi.
Dipilih cara sterilisasi yang sesuai dengan stabilitas zat aktif
Sterilisasi A : Sterilisasi akhir yang menggunakan autoklaf
Sterilisasi C
Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan:
Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian,
wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis.
Umumnya kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar
(laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan
udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai acuan) pada
posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih
rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A.
Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah (PerBPOM, 2018)
Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan minimal Kelas D.
Penanganan bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya untuk
disterilisasi atau disaring dengan menggunakan filter mikroba, hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi hendaklah dilakukan
di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan filtrasi, penyiapan bahan dan produk
hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B. Transfer wadah setengah-tertutup,
yang akan digunakan dalam proses beku- kering (freeze drying) hendaklah, sebelum
proses
Lukas, Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta