Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM FARMASETIKA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLIDA


JURUSAN FARMASI

OLEH :

KELOMPOK :I
KELAS :C
ASISTEN : AGNES LALLO ALLOLAYUK

Nilai
Nama Nim Tugas Nilai diskusi
dokumen

Syahrul G70119053 Preformulasi

Gladies Melinda Lokong G70119021 Preformulasi

Naldi G70119087 Formulasi

Eka Saputri G70119105 Formulasi

Habiba Rosita G70119129 Kemasan

Orin Grivena Aghogho G70119120 Kemasan

Sukmawati Alwi G70119014 Evaluasi

Dea Aristi Husain G70117023 Evaluasi


Hasni Adelia Rahmatu G70117203 Evaluasi

PALU
2021
1. Rancangan produksi
Nama produk : Suppo Benxide
Nama Perusahaan : PT. Tadika Mesra
Nomor registrasi sediaan : DTL2110510553A1
Kandungan Benzokain+ZnO : Benzokain = 0,80 gr
ZnO = 0,20
Bobot tablet : 2 gr / 2000 mg
Jumlah tablet yang dibuat :6

Formula
Setiap 2 gr sediaan mengandung

No. Nama Bahan Fungsi Jumlah

% gr

1. Benzokain+ZnO Zat Aktif 3% 0,06 gr

2. Cera Alba Polimer 4% 0,08 gr


hidrofilik

3. Lemak coklat Basis 96% 1,86 gr

Bahan kemas
Primer : Strip
Sekunder : Individual folding box
Label : Kertas Stiker
Leaflet : Kertas 70 gsm
2. Rancangan Batch Produksi

Nama perusahaan : PT. Tadika Mesra


Nnomor Registrasi Produk : DTL2110510553A1
Jumlah
No. No. item Nama bahan Fungsi Per
Per pc
batch
1. B-00001 Benzokain+ZnO Zat aktif 0,06 gr 0,66 gr
2. B-00002 Cera Alba Polimer 0,08 gr 0,48 gr
Hidrofilik
3. B-00003 Lemak Coklat Basis 1,86 gr 11,16gr

3. Dasar Formulasi (masing-masing 3 pustaka)

a. Dasar Pemilihan Zat Aktif


1. Benzocaine adalah obat anestesi lokal yang banyak digunakan sebagai pereda nyeri. Obat ini
sering diaplikasikan sebagai komposisi dalam salep anestesi untuk wasir. Obat ini juga telah
tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, seperti oral, topikal, atau obat tetes.(Yunita.,E. 2019)

2. Benzocaine adalah obat yang bersifat bebas. Artinya obat ini bisa dibeli di apotek baik dengan
maupun tanpa resep dokter. Fungsi lain dari benzocaine secara umum adalah untuk mengurangi
rasa sakit atau tidak nyaman akibat (Tjay dan Rahardja. 2008)

3. Benzokain digunakan untuk meredakan nyeri dan gatal-gatal yang disebabkan luka bakar,
gigitan atau sengatan serangga, racun tanaman, luka kecil atau goresan(Tim MGMP pati. 2019)

4. Zinc Oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan fungsi kulit, membantu
mencegah kelainan, dan me-regulasi kelenjar sebacea Zat ini merupakan gabungan mineral
dengan oksigen yang sangat efektif untuk sintesis protein dan meningkatkan sistem imun.
(Morkoc, 2009).

5. ZnO bagi kulit yaitu membantu penyembuhan bekas luka pada kulit, mengtrolinflamasi dan
kelebihan minyak. Seng oksida banyak digunakan untuk berbagaikelainan seperti kelainan
seperti bekas luka dan ruam. selain itu juga bias digunakansebagai tabir surya losion dan
melindungi kulit dari populasi dan dapatmembantu penyembuhan luka.(Setiawan.,dkk 2018).

6. Seng Oksida (ZnO) berfungsi untuk menahan atau mengangkat nanopartikel disuatu tempat
seperti pencemaran air (Afni. R, S. 2020).

b. Dasar Pembuatan Zat Aktif menjadi sediaan


1. Untuk sediaan rektal, basis atau bahan dasar harus dapat melarut atau melebur dengan mudah
pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat sepenuhnya lepas dari basis setelah
dimasukkan ke dalam rectum dan dapat segera memberikan efek yang diinginkan (Amin., F.
dkk. 2009).
2. Supositoria adalah bentuk sediaan padat dimana satu atau lebih bahan aktif terdispersi dalam
basis yang sesuai dan memiliki bentuk yang sesuai untuk dimasukkan melalui rektal sehingga
memberikan efek lokal atau sistemik (Trianggani., D. F. dkk. 2017).

3. Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaianya dengan cara memasukan
melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan
memberikan efek lokal atau sistemik (Afikoh., N. dkk. 2017).

c. Dasar pemilihan kekuatan sediaan


1. Superhoid Suppositoria. Sediaan suppositoria mengandung benzocaine 1%, ZnO 2%, alukol
0,25%. Obat ini digunakan untuk nyeri wasir luar dan dalam, anal fissures, dan proktitis. Obat
ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp7.295/pcs(Ansara,1979)

2. Superhoid Suppositoria mengandung zat aktif Benzocaine, Zinc Oxyde, Alucol. Obat ini
digunakan sebagai pereda rasa nyeri pada kasus wasir luar dan dalam, anal fissures dan
proctitis. Benzokain 1,0%,ZnO 2%,Alukol 0,25% (Anita.M, 1995).

3. Zink oksida mengandung 120 MG dengan dosis 1-2 suppositoria sehari sehari melalui dubur
digunakan sebelum tidur dan tidak dipakai secara terus-menerus (Hastuti., 2003).

d. Dasar pemilihan zat tambahan


 Cera Alba
1. suppositoria dengan sifat fisik paling baik adalah suppositoria dengan basis
oleum cacao dengan penambahan cera alba 4% (Kurnia dan Ratnapuri, 2019).
2. Malam putih digunakan untuk menyesuaikan titik peleburan suppositoria.
Malam putih juga digunakan dalam system pelepasan terkontrol
(Amin.dkk,2009).
3. Salah satu senyawa yang berfungsi sebagai pengeras atau stiffening agent
adalah cera alba yang dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan titik
leleh oleum cacao. Dilaporkan kurang dari 3% cera alba dapat menurunkan
titik leleh oleum cacao, sedangkan pada penambahan lebih dari 5% dapat
menaikkan titik leleh di atas suhu tubuh, dan disarankan penggunaan sebesar
4% (Nuryanti.dkk,2016).

 Lemak Coklat

1. Oleum cacao sebagai basis suppositoria memiliki beberapa keunggulan yaitu meleleh pada
suhu tubuh dan tidak tercampurkan oleh cairan tubuh (Nuryanti. dkk. 2016).

2. lemak coklat meleleh antara 30 - 36ºC merupakan basis suppositoria yang ideal yang dapat
melumer pada suhu tubuh dan tetap padat pada suhu kamar (Amin F. dkk. 2009).

3. Lemak coklat merupakan basis supositoria yang paling banyak digunakan karena basis ini
mempunyai sifat-sifat fisik yang memenuhi persyaratan ideal. Lemak coklat bersifat
netral secara kimia dan fisiologis serta banyak digunakan karena daerah leburnya 31-
34ºC, dan pada suhu kamar, bentuk lemak coklat bagus (Voigt, R. 1995).

 Paraffin Cair
1. Parafin cair merupakan sejenis minya/campuran minyak yang digunakan sebagai bahan
pelumas, pada formulasi pelumas 70% - 90% campuran minyak pelumas dasar dan
ditambahkan dengan bahan aktif untuk meningkatkan sifatnya (Askaw. 2014)

2. Parafin cair digunakan sebagai pelumas karena harganya yang murah, tidak mudah rusak dan
stabil selama penyimpanan (Siskayanti. 2017)

3. Parafin cair cocok digunakan sebagai pelumas dalam pembuatan sediaan suppo (Trisnggsni.
2017)

e. Dasar pemilihan bahan kemas

1. Bahan pengemas primer merupakan bahan yang tidak langsung dengan produk. tablet dikemas
kekantong alumunium foil. tidak tembus cahaya dan udara (Wirasaputro. 2018)

2. Menggunakan kemasan alumunium foil bisa membuat produk lama karena memiliki sifat tidak
tembus cahaya

3. keuntungan alumunium foil yaitu dapat membuat luas permukaan yang besar dan tidak tembus
cahaya (Sucipto. 2017)

f. Dasar pemilihan metode Dispersi Padat

1. Metode dispersi padat telah banyak digunakan untuk meningkatkan laju disolusi obat dengan
kelarutan rendah (Trianggani. 2017).

2. Metode dispersi memiliki kelebihan diantaranya mudah dalam persiapan optimasi dan
reproduksibilitas pembuatannya (Laffon. 2011).

3. Dispersi padat yaitu suatu keadaan dimana bahan aktif terdispersi dalam polimer pembawa pada
keadaan padat (Chiou,dkk. 1971).
4. Skema kerja dan peralatan

4.1 Skema Kerja

Siapkan Alat dan Bahan

Ditimbang

Bahan di Neraca analitik

- Dilelehkan
Lemak coklat dan cera alba
pada suhu 35 derajat
celcius
- Ditambahkan

Benzokain+ZnO yang telah


digerus dan diaduk sampai
homogen

- Dioleskan

Parafin cair pada cetakan

- Dituang

Dalam Cetakan

- Diberikan

15 menit pada pada


suhu ruang

- Disimpan

Kedalam lemari pendingin


pada suhu 4 derajat celcius
selama 15 menit
4.2 Peralatan
a. Alat
1. Neraca analitik
2. hot plate
3. batang pengaduk
4. cetakan suppo
5. lemari pendingin
6. sendok tanduk
7. cawan petri

b. Bahan

1. Benzokain+ZnO

2. Cera alba

3. parafin cair

4. lemak coklat

5. handscoon

6. masker
5. Preformulasi dan Informasi Bahan
1. Benzokain
 Farmakologi (Mims, 2021)

Indikasi : Mulut/Tenggorokan
Kontraindikasi : Epiglotis (semprotan oral),
methaemoglobinaemia.
Mekanisme Kerja : Benzokain, anestesi lokal ester, memblokir
inisiasi dan konduksi impuls saraf dengan
menurunkan permeabilitas membran saraf
terhadap ion Na, yang mengakibatkan
penghambatan depolarisasi dengan blokade
konduksi yang dihasilkan.
Farmakokinetik : Penyerapan: Diserap dengan baik dari selaput
lendir dan kulit yang mengalami trauma; kurang
diserap dari kulit utuh.Metabolisme:
Dimetabolisme di hati (tingkat lebih rendah) dan
plasma melalui hidrolisis oleh
kolinesterase.Ekskresi: Melalui urin, sebagai
metabolit.
Efek Samping : Rasa terbakar atau eritema lokal, sensasi
menyengat, dermatitis kontak, ruam, urtikaria,
methaemoglobinaemia, edema, nyeri tekan.
Perhatian : Pasien dg asma, bronkitis, emfisema,
penyakit jantung; perokok. anak. Kehamilan
dan menyusui.
Dosis : Permukaan mulut dan tenggorokanDewasa:
Sebagai gel, pasta, semprotan atau larutan
hingga 20%: Oleskan ke area yang terkena
hingga 4 kali sehari.
Mulut/TenggorokanSakit
tenggorokanDewasa: Sebagai loz: Hingga 10
mg dilarutkan perlahan di mulut dan diulangi
setiap 2 jam, jika perlu. Sebagai semprotan: 3
semprotan (3 mg) ke bagian belakang
tenggorokan, ulangi setiap 2-3 jam. Maks: 8
dosis setiap hari.Anak: 6-12 thn Sebagai
semprotan: 1 semprotan (1 mg) ke bagian
belakang tenggorokan, ulangi setiap 2-3 jam.
Maks: 8 dosis setiap hari.
Topikal/KulitAnestesi topikal, analgesia
topikalDewasa: Sebagai semprotan 5-20%,
krim, salep, lotion, gel atau sol: Oleskan 3-4
kali sehari.
Interaksi Obat : Dapat memusuhi efek terapeutik sulfonamid.
Antikolinesterase dapat menghambat
metabolisme benzokain.

 Farmasetika (FI III, 1979 Hal :)

Nama resmi : AETHELYS AMINOBENZOAS


Nama lain : Benzokain
RM/BM : C9H11NO2/165,19
Rumus struktur :

(Pubchem,2021)
Kegunaan : -
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur putih; tidak berbau,
stabil diudara dan bersifat anastesi local pada lidah.
kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
kloroform dan dalam eter;agak sukar larut dalam
minyak zaitun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Stabilitas : Stabil dalam larutan encer.


Inkompatibilitas : Asidic medium.

2. Zinc Oxide (ZnO)


 Farmakologi (Mims, 2021)

Indikasi : Topikal/Kulit
Kontraindikasi : Reaksi hipersensitivitas terhadap zinc sangat
jarang, tetapi hal ini merupakan
kontraindikasi pemberian zinc.
Mekanisme Kerja : Seng oksida adalah zat ringan dengan sifat
antiseptik yang menenangkan, protektif, dan
lemah. Ini memberikan penghalang fisik
untuk mencegah iritasi kulit dan membantu
menyembuhkan kulit yang rusak. Ini juga
mencerminkan radiasi UV dan digunakan
sebagai tabir surya fisik.
Farmakokinetik : -
Efek Samping : Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Iritasi
lokal.
Perhatian : Hindari kontak dengan mata atau gunakan
pada kulit yang rusak atau rusak. Hindari
paparan sinar matahari jangka panjang
Dosis : Pelindung kulit
Dewasa: Sebagai krim 6%, 11,3%, 13%, 3,8%,
7,5%, 10%, 20%, 40% oint atau 9,1% bubuk:
Oleskan secara bebas ke area yang terkena
sesering yang diperlukan.
Anak: Sama seperti dosis
dewasa.Topikal/KulitRuam popokDewasa:
Sebagai 3,8%, 7,5%, 10%, 20% oint, 13% krim
atau 40% pasta: Oleskan secara bebas ke
area yang terkena sesering yang diperlukan
pada setiap penggantian popok.Anak: Sama
seperti dosis dewasa.
Topikal/Kulit Tabir surya
Dewasa: Sebagai krim 20%, 10% atau sebagai
lotion 14%: Oleskan secara bebas ke area
yang terkena (misalnya wajah, leher) 15
menit sebelum paparan sinar matahari,
aplikasikan kembali setidaknya 2 jam.Anak:
>6 bulan Sama seperti dosis dewasa.
Interaksi Obat : Dihadapan cahaya, dapat menyebabkan
perubahan warna hitam dengan gliserol.

 Farmasetika (FI III, 1979 Hal :)

Nama resmi : ZINCI OXYDUM


Nama lain : Seng oksida
RM/BM : ZnO/81,38
Rumus struktur :

(Pubchem,2021)
Pemerian : Serbuk amorf sangat halus,putih atau putih
kekuningan,tidak berbau, tidak berasa, lambat laun
menyerap karbon dioksida diudara.
kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol (95%) P. larut dalam asam mineral
encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baii
Stabilitas : -
Inkompatibilitas : Zink oksida dan gliserol tidak boleh terpapar sinar
matahari. Jika terjadi paparan maka akan terjadi
perubahan warna menjadi hitam.
3. Paraffin cair (FI III, 1979 Hal : 474-475).

Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM


Nama Lain : Paraffin cair
RM/BM : -/-
Rumus Struktur : -
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi;
tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir
tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter
P.
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Sebagai pelumas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya.
Persyaratan Kadar : -
Stabilitas : Parafin stabil, meskipun pencairan dan
pembekuan berulang dapat mengubah sifat
fisiknya. Parafin harus disimpan pada suhu tidak
melebihi 40oC dalam wadah tertutup baik (Rowe,
2009).
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bahan pengoksidasi kuat
4. Cera Alba (FI IV,1995 Hal :186).

Nama Resmi : White wax


Nama Lain : Cera alba / malam putih
RM/BM : -
Rumus Struktur : -
Pemerian : Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya
dalam keadaan lapis tipis, bau khas lemah dan
bebas bau tengik.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform
dan eter juga minyak lemak.
Khasiat : -
Kegunaan : Sebagai polimer hidrofilik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan Kadar : -
Stabilitas : Stabil jika disimpan pada wadah tertutup dan
terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi.
5. Lemak coklat (FI III, 1979 Hal : 453).

Nama Resmi : OLLEUM CACAO


Nama Lain : Lemak coklat.
RM/BM : -/-
Rumus Struktur : -
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan; bau khas
aromatik; rasa khas lemak; agak rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut
dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter
minyaktanah P.
Khasiat : Zat tambahan.
Kegunaan : Sebagai basis.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Persyaratan Kadar : -
Stabilitas : Basa supositoria lemak keras cukup stabil
terhadap oksidasi dan hidrolisis, dengan nilai
ypdium menjadi ukuran ketahanannya terhadap
oksidasi dan ketengikan. Kadar air biasanya
rendah dan kerusakan karena higroskopisitas
jarang terjadi (Rowe, 2009).
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan basis suppsitoria
sekarang tidak banyak dilaporkan dalam literatur.
Terjadinya reaksi kimia antara basis supositoria
lemak keras dan obat relatif jarang terjadi, tetapi
potensi reaksi seperti itu dapat ditunjukkan oleh
besarnya nilai hidroksil basa (Rowe, 2009).
6. Perhitungan
Perhitungan dosis Benzokain & ZnO
Dosis sekali :-
Dosis sehari :-

Perhitungan Bahan
Benzokain+ZnO 3%
Cera alba 4%
Lemak coklat 96 %

3
Bobot obat 3% = x 2000 mg = 60 mg = 0,06 gr
100

Nilai Faktor Perpindahan :


Benzokain = 0,80 1
ZnO = 0,20

Menghitung Displaement Value / Perpindahan Nilai (DV) :


Bobot Obat
DV =
Bobot Obat Yang Tergantikan(x )

0,06
1 =
X

0,06
x = = 0,06
1

Bobot Yang Dibutuhkan Untuk Basis = 2 gr – 0,06 = 1,94 gr


Bobot Yang Dibutuhkan yaitu Basis terdiri dari 96% lemak coklat dan 4%
Cera alba :
96
a. Lemak coklat = x 1,94 gr = 0,08 gr
100

4
b. Dekstrosa = x 1,94 gr= 1,86 gr
100

Membuat 5 suppo tetapi dilebihkan 1 untuk menjaga penyusutan

1. Zat aktif = 6 x 0,06 gr = 0,36 gr


2. Lemak coklat = 6 x 1,86 gr = 11,16 gr
3. Cera Alba = 6 x 0,08 gr = 0,48 gr
7. Rancangan dasar proses manufaktur
 Persiapan kemasan primer
1. Disiapkan kemasan yang telah didesain untuk digunakan
2. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengemasan

 Pencampuran
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang semua bahan menggunakan neraca analitik
3. Dilelehkan lemak coklat dan cera alba pada suhu 35 derajat celcius kedalam
hotplate
4. Dimasukkan kedalam lumpang Benzokain+ZnO digerus hingga homogen
5. Dimasukkan zat aktif yang sudah digerus ke dalam basis yang telah
dilelehkan dan diaduk hingga homogen
6. Dioleskan parafin cair pada cetakan
7. Dituang bahan kedalam cetakan
8. Dibiarkan pada suhu ruangan selama 15 menit
9. Disimpan ke dalam lemari pendingin 4 derajat celcius selama 15 menit

 Labeling
1. Ditutup kemasan primer yang telah berisi sediaan
2. Ditempel label yang telah didesain pada kemasan primer

 Kemasan sekunder
1. Dimasukkan strip suppositoria ke dalam box
2. Dimasukkan leaflet ke dalam box yang telah didesain.
8. Kemasan
a. Kemasan sekunder

b. Leaflet
DAFTAR PUSTAKA
Andasari.,dkk. (2020). Formulasi Tablet Kunyah Asetosal Dengan Variasi Konsentrasi PVP

Sebagai Bahan Pengikat. Klaten : Stikes Muhammadiyah Klaten

Arum., F. dkk. (2016). uji sifat fisik formulasi tablet anti diabetes ekstrak pare (momordica charantia l.)

dengan variasi konsentrasi pemanis aspartam secara granulasi basah. cerata Jurnal Ilmu

Farmasi 6 (1), 2016

Augstburger., L.L dan Hoeg., S.W. (2016). Pharmaceutical dosage forms tablet. Fornas : CRC Press

Aulton, M.E dan Taylor M.G. (2018). Aulton’s pharmacetic the design and manufacturs of

medicine. China : elsever

David P. (2014).Peranan vitamin c pada kulit. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Vol.1 No.2

Departemen Kesehatan Republik Indonesi. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesi. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Dewi., R. dkk. (2014). Tablet Effervescent Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi

Kadar Pemanis Aspartam. Pharm Sci Res. August 2014 (Vol. 1 No.2)

Elselver. (2020). Mosby’s drug guide for nursing students. Tenth Edition united states of america. Elselver

mosby

Fatmawaty A, Nisa M, Rezki R.(2015). Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta : Deepublish

Hasyim., dkk. (2011). karakteristik metode kerja kempa langsung menggunakan pengisi avicel ph 102

konsentrasi 6%, 5% dan 4% pada pembuatan tablet ctm.Jurnal Farmasi Sandi Karsa.vol.1

Lilis R.dkk. (2018). Penentuan kadar vitamin c beberapa jenis cabai (capsicum sp.) dengan

spektrofotometri uv-vis. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1


Mahdiyyah., M. dkk. (2020). Review: Formulasi dan Evaluasi Sediaan Oral Effervescent. Majalah

Farmasetika, 5 (4) 2020, 191-203

Mulangsri., D. A. K. dkk. (2016). formulasi kombinasi pemanis sukrosa dan aspartam terhadap sifat fisik

tablet hisap ekstrak etanol daun pare (Momordica charantina L.). Jurnal Ilmu Farmasi dan

Farmasi Klinik 13 (2), 39-45, 2016.

Medscape. (2021). diakses pada tanggal 12 oktober 2021.

Najihudin, A. dkk., (2021). Formulation and evalution of tablets of active antioxidant fraction green

grass jelly leaves (premna oblongata Miq.). Jawa Barat : Universitas Garut

Noval., dkk. (2021). Evaluasi Pengaruh Variasi Konsentrasi Pati Biji Cempedak Sebagai Bahan Pengisi

Pada Formulasi Tablet Paracetamol. Banjarmasin : Sari Mulia University

Parikh., D. N. (2010). Handbook of pharmaceutical of gradution technology. Francis : DPS Press

Putra., dkk. (2019). Penggunaan polivinil piroidon (PVP) sebagai bahan pengikat pada formulasi tablet

ekstrak daun sirih (Pipper bettle L.). Jurnal Farmasi Udayana, Vol 8, No. 1, Tahun 2019, 14-21

Resti A. dkk. (2017). Formulasi Tablet Ekstrak Angkak (Red Yeast Rice) dengan variasi croscarmellose

sodium sebagai penghancur dan lactosa sebagai pengisi. Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 3 (1),

83-90, 2017

Riyanti dan Rohmani. (2011). Pengaruh Variasi Konsentrasi Avicel PH 102 dengan Dikalsium Fosfat

Anhidrat sebagai Fillerbinder terhadap Sifat Fisik Tablet Vitamin C. Jurnal Annual

Farmasi.Vol.1

Romantika., R. C. dkk. (2017). Formulasi dan Karakteristik Tablet Effervescent Jeruk Baby Java (Cytrus

sinensis L. Osbeck) Kajian Proporsi Asam Sitrat. Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri

Volume 6 Nomor 1: 15-21

Roweetal. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed. London: Pharmaceutical Press

Sean. (2009). Martindale : The Complete Drug Reference. USA : RPS Publishing
Suhery., dkk. (2016). Perbandingan Metode Granulasi Basah dan Kempa Langsung Terhadap Sifat Fisik

dan Waktu Hancur Orally Disintegrating Tablets (ODTs) Piroksikam.Jurnal Sains

farmasi&klinis.vol 2

Suparman, dkk. (2010). Pengaruh penggunaan amilum singkong pregelatinasi sebagai bahan penghancur

terhadap sifat fisik tablet aspirin. Pharmacy, Vol.07 No. 03 Desember 2010

Suparman., dkk. (2011). Optimasi Penggunaan Spray Dried Lactose Dan Avicel Ph 102 Sebagai Filler

Binders Tablet Aspirin. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwekerto

Syukri Y. dkk. (2018). Studi Pembuatan Minuman Serat Alami Yang Kaya karoten. Jurnal Teknologi

Pangan Dan Hasil Pertanian Vol 1 (1), 2018

Team Medical Mini Notes. (2019). Basic Pharmacology & Drug Notes. Makassar: MMN Publishing

Tovey, D.G. (2018). Pharmaceutical Formularica The Scince and Technology of Dosage Forms.United

Kingdom ; British Library

Uswatun H. (2018). Penentuan kadar vitamin c pada mangga kweni dengan menggunakan metode

iodometri. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 16 (1)

www. pubchem. com diakses pada tanggal 23 September 2021

Anda mungkin juga menyukai