PENDAHULUAN
yang dapat menyerang manusia dan primata. Penyebaran parasit ini dari satu
individu ke individu yang peka, dapat terjadi melalui kontak langsung atau
anaerob bakterial lainnya yang dapat diberikan secara per oral atau per
rektal. Antibiotik adalah zat – zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan
1
2
daripada bentuk sediaan padat (tablet atau kapsul dari bahan obat yang
adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap dan bila digojog secara perlahan-
harus menjamin sediaan mudah digojog atau dituang (Anief, 2005 : 149).
stabil secara kimia apabila ada dalam bentuk larutan tetapi stabil bila
disuspensikan. Dalam hal seperti ini suspensi oral dapat menjamin stabilitas
kimia dan memungkinkan dosis terapi secara cairan (Ansel, 1989 : 355).
METRONIDAZOL”.
suspensi metronidazol ?
metode dispersi.
sedimentasi.
4
metronidazol.
polisakarida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Suspensi
sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979 : 32)
suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam fase cairan pembawa.
Suatu sediaan suspensi yang dibuat harus tetap homogen pada saat
pemakaian, paling tidak pada saat pengocokan dan penuangan sesuai dengan
5
6
terutama anak-anak.
adalah:
adalah:
suspensi.
partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk waktu yang lama
2.1.1.1. Creaming
terdispersi kembali.
kembali). Hal ini bisa terjadi baik karena peristiwa fisik seperti
9
berikut:
2006 : 142).
2006 : 143).
2006 : 143).
1995 : 560).
bakterial.
tidak berasa.
kekuningan.
1979 : 612).
pewangi.
lakmus.
Konsentrasi : < 30 %.
(multiple dose).
terbakar.
Kegunaan : Antibakteri .
Kegunaan : Antifungi.
menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat.
2.1.6.2. Penentuan pH
1989 : 101).
1995 : 65).
20
Jika :
ρair = m air
V air
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
Keterangan :
stabilitas fisiknya.
ŋ1 1 x t1
=
ŋ2 2 x t2
Keterangan:
F = Vu
Vo
Keterangan:
mengendap
mendekati 1.
Penafsiran hasil :
pendiaman.
23
2.2. Hipotesis
METODE PENELITIAN
agent terhadap sifat fisik suspensi metronidazol yang akan dihasilkan dalam
Bersama Kota Tegal yang dipesan dari PT. Brataco. Kemudian dibuat
sampling yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara acak.
nilai:
3.3.1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kadar CMC, Karbomer
dan Tragakan.
24
25
3.3.2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik suspensi
Tiap 5 ml mengandung:
CMC 1% - -
Karbomer - 1% -
Tragakan - - 1%
Sirup Simplek 20 % 20 % 20 %
Gliserin 5% 5% 5%
Sorbitol 15 % 15 % 15 %
Aquadest ad 5 ml ad 5 ml ad 5 ml
26
a. Alat
gelas ukur 50 ml, gelas ukur 10 ml, beaker glass 250 ml, pipet
b. Bahan
botol.
29
3.6.2. Uji pH
indikator.
e. Mencatat hasilnya.
Mencatat hasilnya
ditimbang.
Caranya:
Mencatat waktu air mengalir (t air) dari tanda batas atas sampai
Mencatat waktu suspensi mengalir (tsuspensi) dari tanda batas atas sampai tanda
ŋ1 1 x t1
=
ŋ2 2 x t2
Langkahnya:
berskala 25 ml.
mengendap (Vo).
F = Vu
Vo
CMC, Karbomer dan Tragakan sebagai suspending agent terhadap sifat fisik
penelitian ini digunakan tiga jenis suspending agent yang berbeda yaitu
kedalam mortir yang berisi air panas, kemudian diaduk sampai terdispersi
metronidazol bersifat sukar larut dalam air sehingga perlu zat pembasah
37
38
digunakan semuanya bersifat mudah larut dalam air alasannya karena untuk
sediaan suspensi berbentuk cair kental berwarna orange, mempunyai bau khas
jeruk dan berasa manis. Sediaan suspensi dibuat dalam volume 3 botol @ 60
evaluasi terhadap sifat fisik suspensi yang meliputi uji organoleptik, uji pH,
bentuk, warna, bau dan rasa serta ada tidaknya perubahan bentuk
perubahan terhadap bentuk fisik yang meliputi warna, bau, dan rasa.
39
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
ciri fisik yang sama yaitu berbentuk cair kental, berwarna orange,
4.2.2. Uji pH
Standar pH larutan adalah 5,3 – 6,5. Data yang diperoleh dari hasil
pH Standar Formula
I II III
5,3 – 6,5 6 6 6
Keterangan :
• Formula I = CMC
• Formula II = Karbomer
• Formula III = Tragakan
suspensi metronidazol.
bobot jenis dari sediaan suspensi yang dibuat. Standar nilai bobot
jenis air adalah 1 g/ml. Data yang diperoleh dari hasil penelitian
terbesar pada formula III yaitu 1,20 g/ml dan bobot jenis terkecil
ANOVA
Bobot_Jenis
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .022 2 .011 97.300 .000
Within Groups .001 6 .000
Total .022 8
42
suspensi metronidazol.
metronidazol.
air (Martin, dkk., 2008 : 1098). Data yang diperoleh dari hasil
ANOVA
Viskositas
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 16530.491 2 8265.245 36.209 .000
Within Groups 1369.575 6 228.263
Total 17900.066 8
44
suspensi metronidazol.
metronidazol.
diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Uji Sedimentasi
Replikasi
Formula I Formula II Formula III
1 0,64 0,89 0,91
2 0,62 0,84 0,90
3 0,60 0,80 0,92
Rata – rata 0,62 0,84 0,91
45
I 19 21 16
II 23 27 22
III 26 29 24
Keterangan:
• Formula I = CMC
• Formula II = Karbomer
• Formula III = Tragakan
ANOVA
UjiSedimentasi
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .104 2 .052 212.773 .000
Within Groups .001 6 .000
Total .105 8
46
suspensi metronidazol.
metronidazol.
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil uji organoleptik, uji pH, uji bobot jenis, uji
viskositas dan uji sedimentasi serta analisa data menggunakan one way
metronidazol adalah tragakan pada Formula III dilihat dari uji bobot
5.2. Saran
presipitasi (pengendapan).
berbeda.
47
48
DAFTAR PUSTAKA
hal. 149
Farida Ibrahim Edisi 1V. Jakarta : UI-Press, hal. 101, 354, 355
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 32, 567, 612, 770
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 17, 18, 175, 413,
Lachman, L., Herbert A. Liebeman, Joseph L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek
Farmasi Industri Edisi III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta : UI-
hal. 1098
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : EGC, hal. 134, 136, 138, 141, 142,
143, 145
Tjay, Tan Hoan., Kirana Raharja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI. Jakarta : PT
1.1. Formula I
• Aquadest ad 60 ml
1.2. Formula II
• Sirup Simplek = 20 x 60 ml = 12 ml
100
- Gula = 65 x 12 ml = 7,8 g
100
- Air panas = 12 ml – 7,8 g = 4,2 ml
• Aquadest ad 60 ml
• Aquadest ad 60 ml
53
Rumus:
ρair = m air
V air
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
Keterangan :
2.1.1. Replikasi 1
ρair = m air
V air
25,43 g
=
25 ml
= 1,01 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
27,59 g
=
25ml
= 1,10 g/ml
2.1.2. Replikasi 2
ρair = m air
V air
25,76 g
= 25 ml
= 1,03 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
27,98 g
=
25ml
= 1,11 g/ml
55
2.1.3. Replikasi 3
ρair = m air
V air
25,50 g
=
25 ml
= 1,02 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
27,64 g
=
25ml
= 1,10 g/ml
2.2.1. Replikasi 1
ρair = m air
V air
24,54 g
= 25 ml
= 0,98 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
27,21g
= 25ml
= 1,08 g/ml
56
2.2.2. Replikasi 2
ρair = m air
V air
24,46 g
= 25 ml
= 0,97 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
27,83 g
=
25ml
= 1,11 g/ml
2.2.3. Replikasi 3
ρair = m air
V air
25,35 g
= 25 ml
= 1,01 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
27,1g
=
25ml
= 1,08 g/ml
57
2.3.1. Replikasi 1
ρair = m air
V air
26,20 g
= 25 ml
= 1,04 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
30 g
=
25ml
= 1,20 g/ml
2.3.2. Replikasi 2
ρair = m air
V air
26,31g
=
25 ml
= 1,05 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
30,02 g
=
25ml
= 1,20 g/ml
58
2.3.3. Replikasi 3
ρair = m air
V air
26,76 g
=
25 ml
= 1,07 g/ml
ρsuspensi = m suspensi
V suspensi
30,15 g
=
25ml
= 1,20 g/ml
59
ŋ1 1 x t1
=
ŋ2 2 x t2
Keterangan:
• ŋ1 = kekentalan suspensi
3.1.1. Replikasi 1
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 244,37
=
0,8007 1,68
195, 66
ŋ suspensi =
1,68
= 116,46 cp
3.1.2. Replikasi 2
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 257,89
=
0,8007 1,55
206,49
ŋ suspensi =
1,55
= 133,21 cp
61
3.1.3. Replikasi 3
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 260,10
=
0,8007 1,50
208,26
ŋ suspensi =
1,50
= 138,84 cp
3.2.1. Replikasi 1
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 155,60
=
0,8007 1,52
124,58
ŋ suspensi =
1,52
= 81,96 cp
62
3.2.2. Replikasi 2
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 183,30
=
0,8007 1,36
146,76
ŋ suspensi =
1,36
= 107,91 cp
3.2.3. Replikasi 3
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 174,34
=
0,8007 1,44
139,59
ŋ suspensi =
1,44
= 96,93 cp
63
3.3.1. Replikasi 1
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 338,42
=
0,8007 1,48
270,97
ŋ suspensi =
1,48
= 183,08 cp
3.3.2. Replikasi 2
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 393,76
=
0,8007 1,64
315,28
ŋ suspensi =
1,64
= 192,24 cp
64
3.3.3 Replikasi 3
ŋ1 1 xt1
=
ŋ2 2x t2
ŋ suspensi 424,02
=
0,8007 1,54
339,51
ŋ suspensi =
1,54
= 220,46 cp
65
F=
Keterangan :
4.1.1. Replikasi 1
F=
F=
F = 0,64
4.1.2. Replikasi 2
F=
,
F=
F = 0,62
66
4.1.3. Replikasi 3
F=
F=
F = 0,60
4.2.1. Replikasi 1
F=
,
F=
F = 0,89
4.2.2. Replikasi 2
F=
F=
F = 0,84
4.2.3. Replikasi 3
F=
F=
F = 0,80
67
4.3.1. Replikasi 1
F=
,
F=
F = 0,91
4.3.2. Replikasi 2
F=
,
F=
F = 0,90
4.3.3. Replikasi 3
F=
F=
F = 0,92
68
Gelas Ukur
71
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Studi Pustaka
3. Pembuatan
Proposal
4. Bimbingan KTI
5. Pelaksanaan
Penelitian
6. Pengolahan data
6. Pembuatan
Laporan
72
73
CURICULUM VITAE