1. Tujuan
Menetapkan pembuatan sediaan larutan sirup yang baik serta mengetahui
parameter evaluasi.
2. Prinsip
2.1 Berdasarkan cara pembuatan sirup;
2.2 Berdasarkan alat viskometer oswald;
2.3 Berdasarkan pH metter;
2.4 Berdasarkan pH indikator universal.
3. Teori
Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat dipersiapkan dari campuran yang
mana saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Misalnya suatu
zat terlarut padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas,
dengan cara yang sama untuk zat terlarut dan gas, ada 9 tipe campuran halogen
yang mungkin dibuat. Bagaimanapun, dalam farmasi perhatian terhadap larutan
sebagian besar terbatas pada pembuatn larutan dari suatu zat padat, zat cair dalam
suatu pelarut cair dan tidak begitu sering larutan suatu gas dalam pelarut cair.
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebgai sediaan “cair yang
mngandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam
air, yang karena bahan-bahannya, zara peracikannya atau penggunaannya, tidak
dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya.” Sesungguhnya, banyak prosuk
farmasi yang menurut prinsip kimia fisik merupakan campuran homogen dari zat-
zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan
ke dalam jenis produk lainnya. Misalnya larutan obat-obat dalam air mengandung
gula digolongkan sebagai sirup; larutan yang mengandung hidroalkohol yang
diberi gula (kombinasi dari air dan etil alkohol) disebut elixir; larutan dari bahan-
bahan yang berbau haru disebut spirit jika pelarutnya mengandung alkohol atau
air aromatik jika pelarutnya mengandung air. Larutan yang dibuat dengan menyari
1
unsur-unsur aktif dari bahan obat alam disebut tinktur atau ekstrak encer,
tergantung pada cara pembuatan dan konsentrasinya.
Larutan oral, sirup, dan elixir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu
dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan
memberikan efek sistemik. Kenytaannya bahwa obat-obat itu diberikan dalam
bentuk larutan, biasanya berarti bahwa absorbsinya dalam sistem saluran cerna ke
dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat daripada dalam
bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat obat yang sama.
Dalam larutan diberikan secara oral biasanya terdapat zatzat terlarut lain
selain dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi
warna, pemberi rasa, pemanis, atau penstabil larutan. Dalam penyususnan formula
atau pencampuran suatu larutan farmasi, ahliahli farmasi harus memanfaatkan
keterangan tentang kelarutan dan kestabilan dari masing-masing zat terlarut yang
ada dengan memperhatikan pelarut atau sisten pelarut yang digunakan. Ahli
farmasi harus berhati-hati menghadapi penggunaan kombinasi obat atau bahan-
bahan farmasi yang akan menimbulkan interaksi kimia atau fisik yang akan
mempengaruhi mutu terapeutik atau stabilitas farmsetik produk.
2
3.2 Keuntungan dan Kerugian Sirup
3.2.1 Keuntungan Sirup
1. Sesuai untuk pasien yang susah menelan obat dengan
sediaan padat. Contohnya : anak – anak, lanjut usia,
dan parkinson.
2. Dapat menarik keinginan pasien untuk minum obat,
karena rasanya yang enak dan baunya yang sedap.
Sehingga anak – anak tidak takut untuk minum obat.
3. Sesuai untuk bahan obat yang bersifat higroskopis.
4. Merupakan campuran yang homogen.
5. Dosis dapat diubah ubah pembuatannya
6. Mempunyai rasa manis
7. Obat lebih mudah diabsopsi dalam tubuh
3
3.3 Cara Penyimpanan Sediaan Sirup
3.3.1 Sebaiknya di simpan di tempat sejuk.
3.3.2 Sebaiknya tidak terkena sinar matahari langsung.
3.3.3 Tutup rapat penutup pada botol sirup.
4
8. Masukkan ke dalam botol coklat yang telah ditara
sebelumnya, penambahan volume larutan yang ditara di
dalam botol disesuaikan dengan kekentalan larutan
yang dibuat. Botol sediaan diberi etiket, brosur,
dikemas dan disimpan di tempat yang terlindung dari
cahaya.
3.5 Kelarutan
5
Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan
kelarutan suatu obat dan dalam memepersiapkan larutannya.
Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan
dikatakan mempunyai panas larutan negatif, yang menyebabkan
meningkatnya kelarutan dengan kenaikan suhu.
4 Formulasi
R/ Ambroxol HCl 30mg/5 mL
Syrupus simplex 20%
Sorbitol 20%
Menthol 0,015%
Nipagin 0,015%
Aqudest q.s 60 mL
6
6 Prosedur
6.5 Prosedur Pembuatan Sirup
Langkah pertama disiapkan alat beserta bahan yang akan
digunakan, ditimbang masing-masing bahan. Setelah masing-masing
bahan ditimbang, langkah selanjutnya ialah melarutkan ambroxol
dalam sebagian sorbitol diaduk sampai homogen, selanjutnya
melarutkan nipagin dalam sebagian sorbitol, diaduk sampai homogen.
Lalu kemudian melarutkan menthol dengan sebagian sorbitol lalu
diaduk sampai homogen. Setelah semua menjadi bentuk larutan,
disiapkan magnetic stirer lalu disimpan beakerglass diatas alat
tersebut. Kemudian dimasukan terlebih dahulu larutan ambroxol
kemudian ditambahkan sebagian sirup simplex, lalu dimasukan larutan
nipagin dan sisa sirup simplex, kemudian ditambahkan larutan menhol
beserta perasa strawberry. Langkah terakhir diaddkan samapi 300ml.
Setelah tercampur semua diaduk sampai homogen dengan kecepatan
70 rpm dengan pengaturan suhu diatas 45 0C
Alasan ambroxol, menthol, dan nipagin dilarutkan dalam campuran
sorbitol dan air karena ambroxol sedikit larut dalam air, menthol dan
nipagin tidak larut dalam air. Dan pengaturan suhu dinaikan agar
meningkatkan kelarutan.
6.6.2 BJ
Langkah pertama ditimbang piknometer kosong, kemudian
dimasukkan larutan yang kita buat sampai penuh pada piknometer.
Kemudian ditimbang piknometer yang sudah berisi sirup lalu dihitung
massa jenis dari sirup tersebut.
7
6.6.3 Viskositas
Dengan menggunakan viskometer ostwald. Dimasukkan
larutan pada viskometer ostwald. Dihisap menggunakan ball pipet
sampai batas atas, kemudian dibiarkan mengalir sampai batas bawah,
dan dicatat waktu akhir larutan tersebut sampai batas bawah. Dihitung
viskositasnya.
6.6.4 pH
Dengan menggunakan pH universal, dicelupkan strip pH
dalam larutan, kemudian setelah dicelupkan strip test nya disesuaikan
dengan warna-warna yang terdapat pada tabel pH.
7. Data Praformulasi
7.1 Zat Aktif
No Batch/ Lot :
Warna : Putih atau kekuningan
Rasa :
Bau : tidak berbau
8
Penampilan : Serbuk kristal
Khasiat : mukolitik
Polimorfisma, solvat dan sifat kristal :
Ukuran partikel :
Kelarutan (mg/ml) : Sedikit larut dalam air, larut dalam metil alkohol,
praktis tidak larut dalam methil klorida.
a. Umum
Kelarutan dalam air : sedikit larut
Kelarutan dalam etanol : sedikit larut
Lainnya : praktis tidak larut dalam diklorometan
b. Khusus
Kelarutan dalam HCl 0,1 N :
Kelarutan dalam dapar Ph 6,8 :
Titik lebur : 233-234,5o
Bobot Jenis
a. Sebenarnya :
b. Bulk :
pH, % konsentrasi larutan dalam H2O : 4,5 – 6,0
pKa dan koefisien partisi : -
Kecepatan Disolusi dalam
a. permukaan tetap :
b. suspensi :
Stabilitas ‘bulk’ obat
a. 60 derajat C selama 30 hari
b. 600 lumen selama 30 hari
c. Kelembaban relatif 75%, 25 derajat C selama 30 hari
Alasan pemilihan dosis : digunakan dosis 30 mg karena ditujukan
untuk diminum oleh orang dewasa.
(Raymond Rowe, C. 2009British Pharmacopoea, 2009. Hal,
256)
9
7.2 Zat Tambahan
7.2.1 Nama Zat : Sorbitol
No Batch/ Lot :
Warna : putih atau hampir tidak bewarna
Rasa : manis
Bau : tidak berbau
Penampilan : serbuk, butiran dan kepingan
Khasiat : sebagai pemanis sekaligus mencegah kristalisasi
pada tutup botol
Polimorfisma, solvat dan sifat kristal : -
Ukuran Partikel : 125 – 590 μm
Kelarutan ( mg/ml) :
a. Umum
Kelarutan dalam air : sangat mudah larut
Kelarutan dalam etanol : sukar larut
Kelarutan dalam methanol: sukar larut
Kelarutan dalam asetat : sukar larut
Titik lebur :
Anhidrat, 110 – 1120C
Gama polimer, 97,7 0C
Metastabil dari 930C
Bobot Jenis
a. Sebenarnya : 1.49 gram/cm3
b. Bulk : 0.448 gram/cm3
pH, % konsentrasi larutan dalam H2O : 4.5 -7 untuk 10%
larutan air
10
Alasan pemilihan sorbitol 20% : karena pada rentang
konsentrasi 20-35 digunakan sebagai sweeting agent untuk
sediaan oral.
(Raymond Rowe, C. 2009Handbook of Pharmaceutical
Excepients Edition 6th, hal. 679)
Struktur kimia :
11
Khusus
a. Kelarutan dalam HCL 0,1 N :
b. Kelarutan dalam dapar pH 6,8 :
Titik lebur : 34 0C
Bobot jenis :
a. Sebenarnya :
b. Bulk :
a. Permukaan tetap :
b. Suspensi :
12
Warna : kristal putih
Rasa : rasa manis
Bau : tidak berbau
Penampilan : bubuk kristal putih
Khasiat : sweeting agent
Polimorfisma, solvat dan sifat kristal : kubik
Ukuran partikel : 64 mikro meter
Kelarutan (mg/ml) :
Umum
a. Kelarutan dalam air : sangat larut
b. Kelarutan dalam etanol : sedikit larut
c. Lainnya : praktis tidak larut dalam
etanol anhidrat, dan kloroform.
Khusus
a. Kelarutan dalam HCL 0,1 N :-
b. Kelarutan dalam dapar pH 6,8 :-
Titik lebur : 160 – 1860 C
Bobot jenis :
13
b. Suspensi :
Stabilitas bulk obat :
a. 60oc selama 30 hari :
b. 600 lumen selama 30 hari :
7.2.4 Nipagin
No batch/lot :
14
Ukuran partikel :
Kelarutan (mg/ml) :
Umum
Kelarutan dalam air : sukar larut
Khusus
Bobot jenis
a. Sebenarnya : 174.14
b. Bulk :
pH % konsentrasi larutan dalam H2O : 9.5–10.5 (0.1% w/v
aqueous solution)
15
8. Data Percobaan dan Perhitungan
0,360
Ambroxol 360 mg/ 60 ml = 𝑥 100 = 0,6
60
=100- (40,63)
=100- 40,63
=59,37
8.2 Evaluasi
A. Perhitungan Viskositas
1. Hari ke-1
ρ2 .t2
Ƞ2 = 𝑥 Ƞ1
ρ1 .t1
16
1,158 .30,206
Ƞ2 = 𝑥 0,00899
1 .8,84
Ƞ2 = 0,035 poise
2. Hari ke-2
1,158 .33,18
Ƞ2 = 𝑥 0,00899
1 .8,84
Ƞ2 = 0,039 poise
3. Hari ke-3
1,158 .33,66
Ƞ2 = 𝑥 0,00899
1 .8,84
Ƞ2 = 0,039 poise
4. Hari ke-4
1,158 .32,046
Ƞ2 = 𝑥 0,00899
1 .8,84
Ƞ2 = 0,037 poise
1. organoleptis
Bau Strawberry + + +
Warna Agak + ++ ++
keruh
Endapan - - - -
Kejernihan - - - -
2. PH
PH universal 5 5 5 5
4. Volume - - - -
Sedimentasi
5. BJ 1,1588
17
Keterangan : (-) = Tidak ada endapan, Jernih
(+) = Agak Keruh
(++) = Keruh
9. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibuat sirup Ambroxol HCl. Ambroxol dilarutkan
dalam campuran air dan sorbitol karena ambroxol HCl sedikit laru dalam air
karena struktur ambroxol HCl hanya mengandung 1 gugus hidroksil saja. Selain
itu ambroxol mmepunyai bentuk serbuk kristal. Karena salah satu faktor
kecepatan bahan obat untuk melarut adalah tergantung pada ukuran partikel
bahan, semakin halus serbuk, makin besar luas permukaan yang mengalami
kontak dengan pelarut dan proses pelarutan semakin cepat.
Melarutkan ambroxol dibantu dengan sorbitol karena sorbitol banyak
mengandung gugus hidroksil. Begitu juga dengan menthol dilarutkan dengan
bantuan sorbitol, menthol sebenarnya larut dalam etanol tapi, karena sediaan yang
dibuat adalah sirup sehingga tidak boleh mengandung alkohol, alternatif yang
dipakai adalah menggunakan sorbitol, karena sorbitol mengandung gugus
hidroksil sebagaimana alkohol. Sama dengan ambroxol dan menthol, nipagin juga
dilarutkan dalam campuran air dan sorbitol, karena nipagin tidak larut dalam air,
tapi larut dalam alkohol.
Selanjutnya untuk menaikkan kelarutan ketika pengocokkan dengan
magnetic stirer dengan kecepatan 70 rpm, karena salah satu yang memepengaruhi
kelarutan adalah pengocokkan, semakin besar pengadukan, semakin banyak
pelarut yang tidak terjenuhkan melintasi obat dan semakin cepat pembentukan
larutan. Selain pengocokan, dengan menaikkan suhu, karena suhu merupakan
faktor penting dalam penentuan kelarutan obat, karena sebagian besar bahan kimia
mengabsorbsi panas ketika bahan tersebut dilarutkan dan disebut memiliki panas
pelarutan positif, menghasilkan peningkatan kelarutan dengan meningkatnya
suhu.
Dalam formulasi sirup mengandung perasa dan pewangi untuk membuat
pengobatan lebih menarik dan enak. Ditambahkan juga nipagin yang berfungsi
sebagai pengawet dengan mekanisme menghilangkan permeabilitas membran
18
sehingga isi sitoplasma keluar dan menghambat sistem transport elekrolit yang
lebih efektif terhadap kapang dan khamir dibandingkan terhadap bakteri, serta
lebih efektif menghambat bakteri Gram posistif dibandingkan dengan bakteri
Gram negatif.
Dari hasil evaluasi organoleptis didapatkan bau menthol yang tidak
tercium, karena ada kesalahan ketika pengocokkan menthol menggunakan suhu
tinggi yang melebihi titik didih menthol yaitu 34 0C, sehingga mengakibatkan
menthol menguap, karena suhu yang digunakan adalah 45 0C.
Selanjutnya warna dari larutan agak keruh tapi tidak mengendap
(mengapung), hal ini disebabkan karena beberapa faktor, yaitu dari magnetic stirer
yang tidak dibersihkan terlebih dahulu, botol yang tidak dibersihkan terlebih
dahulu, dan dari beaker glass yang masih terdapat sisa serabut tissue. Selanjutnya
ph larutan yang dibuat adalah terdapat dalam rentang 5, karena ambroxol HCl
bersifat asam, dan pada waktu ke 72 jam, ph turun menjadi 4,84 ini membuktikan
sediaan larutan yang dibuat tidak stabil, karena di dalam formulasi tidak terdapat
zat penstabil. Hasil dari evaluasi viskositas didapat rentang 0,035-0,039 poise, ini
menunjukkan bahwa viskositas larutan yang dibuat tidak terlalu kental dan tidak
terlalu encer, karena nilai yang didapat, rentangnya tidak terlalu jauh dengan nilai
viskositas air.
10.1 Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat ambroxol adalah dengan menstimulasi sel
serous dari tonsil pada mukos membran saluran bronchus, sehingga
meningkatkan sekresi mukos didalamnya dan merubah kekentalan
komponen serous dan mukos dari sputum menjadi lebih encer
dengan menurunkan viskositasnya.
19
10.2 Farmakokinetik
Absorpsi : diabsorpsi dengan baik dan cepat setelah pemberian oral
(70-80%). Puncak konsentrasi dalam plasma dicapai
dalam waktu 0,5 sampai 3 jam.
Distribusi : dalam dosis terapi, sekitar 90% dari ambroxol yang
berikatan dengan protein plasma di dalam darah.
Metabolisme : sekitar 30% setelah pemberian oral dieliminasi
melalui first pass effect. Ambroxol pertama kali
dimetabolisme di hati melalui proses glukuronidasi dan
beberapa sisanya (sekitar 10% dari dosis) dimetabolisme
menjadi metabolit kecil yakni asam dibromanthranilik.
Eksresi : jumlah eksresi ginjal adalah 90%.
11. Kesimpulan
Dari pembuatan sirup yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sirup
ambroxol HCl yang dibuat tidak stabil dilihat dari suhu dan sirup yang dibuat
konsentrasi flavoring agent berkurang karena faktor pemanasan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Loyd V, dkk. 2014. Bentuk Sediaan Farmasetik dan Sistem Penghantaran
Obat. Edisi ke-9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anonim. 2009. British Pharmacopoeia. Britain : The Departement of Health.
21
Lampiran
1. Kemasan
22
2. Etiket
3. Brosur
23
24
Distribusi kerja :
1. Judul, tujuan, prinsip, teori : Nunik Andini Sari, Lisarah Fauziah
2. Alat, bahan, prosedur : Deni
3. Data percobaan dan perhitungan : Vini Fitriyah
4. Data evaluasi : Vini Fitriyah
5. Data praformulasi, alasan pemilihan bahan tambahan, dosis, dan alasan
prosedur pengerjaan : Lisarah Fauziah dan Vini Fitriyah
6. Pembahasan : Lisarah Fauziah, Deni
7. Aspek Farmakologi : Lisarah Fauziah
8. Kesimpulan : Lisarah Fauziah dan Vini Fitriyah
9. Kemasan, etiket, brosur : Nunik Andini Sari
25