Anda di halaman 1dari 10

FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin coconut oil) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN Kori

Yati dan Fith Khaira Nursal Jurusan Farmasi FMIPA UHAMKA ABSTRAK Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak kelapa murni yang dibuat dari daging kelapa segar yang dioleh pada suhu rendah sehingga kandungan yang penting dalam minyak tetap dapat dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mikroemulsi VCO yang memenuhi criteria farmasetika dan mudah digunakan untuk tujuan kosmetika. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan tween 80 sebagai surfaktan dan ditambahkan dalam beberapa variasi konsentrasi (40%, 45%, 50%, 55% dan 60%), serta ditambahkan juga sorbitol sebagai kosurfaktan. Sediaan dievalusi selama 8 minggu yang meliputi organoleptis, pH, BJ, viskositas, pemisahan fase dengan metode free thaw dan sertrifugasi, serta pengukuran tegangan permukaan dan diameter partikel/globul. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi yang jernih dan stabil secara fisik dihasilkan dengan konsentrasi tween 80 sebanyak 45%. Kata kunci : mikroemulsi, VCO, surfaktan, kosurfaktan. PENDAHULUAN Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) merupakan minyak kelapa yang dihasilkan dengan sebuah proses alamiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan sintetik lainnya yang tidak mempunyai efek samping bagi tubuh. Minyak kelapa murni mengandung senyawa-senyawa aktif yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Senyawa-senyawa aktif tersebut antara lain tokoferol, dan beberapa jenis asam lemak seperti kaproat, kaprilat, kaprat, dan laurat. Tokoferol berkhasiat sebagai antioksidan sehingga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan menangkal radikal bebas (Nur, A. 2005). Manfaat yang luas dari minyak kelapa murni tidak hanya digunakan sebagai pengobatan, tetapi juga untuk perawatan dan kecantikan kulit. Minyak kelapa murni mengandung antioksidan tinggi yang berkhasiat sebagai anti radikal bebas dan anti penuaan pada kulit. Tetapi hal ini kurang didukung oleh bentuk sediaan minyak kelapa murni jika digunakan secara topikal. Selain itu minyak kelapa murni sulit dibersihkan dengan air sehingga kurang nyaman. Untuk mengatasinya minyak kelapa murni dapat

diformulasi dalam bentuk mikroemulsi. Mikroemulsi merupakan suatu sistem dispersi yang dikembangkan dari sediaan emulsi. Mikroemulsi merupakan sistem dispersi minyak dengan air yang distabilkan oleh lapisan antarmuka dari molekul surfaktan (El-laithy, H. M. 2003). Mikroemulsi terdiri dari minyak, air, surfaktan, dan co-surfaktan. Surfaktan yang digunakan dapat tunggal maupun campuran dengan surfaktan yang lain (Purnojati, P. Patil R,T, Sheth P,D, Bommared G, Dondeti P dan Egbaria K. 2002). Jika dibandingkan dengan emulsi, mikroemulsi mempunyai beberapa kelebihan diantaranya stabil secara termodinamika, jernih, transparan, viskositasnya rendah, serta mempunyai tingkat solubilisasi yang tinggi sehingga dapat meningkatakan bioavaibilitas obat di dalam tubuh. Karateristik tersebut membuat mikroemulsi mempunyai peranan sebagai alternatif dalam formula untuk zat aktif yang tidak larut (Gulati R, Sharma. S dan Gupta V. 2002 & Gulati R, Sharma. S dan Gupta V. 2002). METODOLOGI Minyak kelapa murni (VCO), tween 80, nipagin, nipasol, sorbitol, berbagai pereaksi kimia dan aquadest Alat Timbangan analitik, oven, lemari pendingin, piknometer 25 ml, pH meter, viskometer Brookfield, nanosizer, tensiometer Do Nouy, alat sentrifugasi dan alat-alat gelas lainnya

Mikroemulsi dapat digunakan secara baik secara oral maupun topikal. Penggunaannya secara topikal yang dapat meningkatkan kelarutan minyak dan ukuran partikel yang sangat kecil semakin mempercepat mikroemulsi menembus lapisan-lapisan kulit manusia (Gulati R, Sharma. S dan Gupta V. 2002). Oleh karena itu, minyak kelapa murni sangat baik jika dibentuk dalam sediaan mikroemulsi. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan sediaan mikroemulsi minyak dalam air (M/A) dengan menggunakan minyak kelapa murni sebagai fase minyak. Percobaan dilakukan dengan variasi surfaktan tween 20 yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi surfaktan yang terbaik dan optimal agar menghasilkan sediaan mikroemulsi yang jernih. Selama percobaan karateristik, dan kestabilan mikroemulsi diperhatikan dari pemeriksaan organoleptis, bobot jenis, uji pH, uji stabilitas, uji viskositas, sentrifugasi, dan pengukuran ukuran partikel mikroemulsi (Rieger MM. 2000, Martin, A. 1993 dan Idson, B. 1989. Bahan Cara Kerja 1. Pemeriksaan yang dilakukan adalah uji identifikasi fisika, kimia dan mikrobiologi, serta pemeriksaan organoleptik VCO. 2. Pembuatan sediaan mikroemulsi minyak kelapa murni : Tween 80 dilarutkan dalam aquadest, lalu di tambahkan nipagin dan nipasol yang telah dilarutkan juga sebelumnya, campuran diaduk hingga homongen menggunakan

ii

magnetic stirrer (M1). Minyak kelapa murni (VCO) di tambahkan ke dalam M1, dihomogenkan, lalu tambahkan

sorbitol sampai terbentuk larutan yang homogen, jernih dan transparan.

Tabel I. Formula mikroemulsi Bahan Minyak kelapa murni (%) Tween 80 (%) Sorbitol (%) Nipagin (%) Nipasol (%) Aquadest ad (%) F1 5 40 10 0,18 0,02 100 F2 5 45 10 0,18 0,02 100 F3 5 50 10 0,18 0,02 100 F4 5 55 10 0,18 0,02 100 F5 5 60 10 0,18 0,02 100 Kegunaan Fase minyak Surfaktan Kosurfaktan Pengawet Pengawet Fase air

3. Evaluasi sediaan mikroemulsi minyak kelapa murni a. Organoleptis Pengamatan secara visual terhadap bau, bentuk, dan warna mikroemulsi b. pH Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dan pemeriksaan dilakukan selama 8 minggu. Caranya yaitu : E lektroda dicuci dan dibilas dengan air suling, keringkan. K alibrasi alat menggunakan larutan dapar standar pH 4 dan pH 7. E lektroda dimasukkan ke dalam mikroemulsi, catat pHnya c. Bobot Jenis Bobot Jenis diukur menggunakan piknometer

25 ml. Caranya sebagai berikut : P iknometer dibersihkan dengan cara dibilas dengan aqua destillata lalu dikeringkan. Kemudian ditimbang (Wo). P iknometer diisi dengan aqua destillata, lalu ditimbang (W1). P iknometer diisi dengan sediaan uji, lalu ditimbang (W2). BJ dihitung dengan rumus :
BJ =

d. Viskositas Kekentalan sediaan diukur menggunakan viskometer Brookfield. Mikroemulsi dimasukkan ke dalam gelas piala 500 ml, atur spindle dan rpm yang digunkan, nyalakan

W 2 W 0 W1 W 0

iii

alat viscometer, catat hasil yang diperoleh. e. Pemisahan fase Pemisahan fase di amati dengan mengamati mikroemulsi yang disimpan pada suhu yang berbeda dalam beberapa siklus atau masa penyimpanan. Siklus penyimpanannya adalah : i. freeze thaw Siklus pemisahan fase metode freeze-thaw dilakukan dengan cara penyimpanan pada suhu 4C dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu 45C. Amati perubahan organoleptis yang terjadi setiap siklus. ii. sentrifugasi Sentrifugasi dilakukan 3000 rpm selama 30 menit. f. Tegangan permukaan Tegangan permukaan diukur dengan menggunakan metode cincin Du Nouy dengan alat surface tensiomat. Sediaan yang akan diukur

dimasukkan ke dalam wadah, lalu wadah diletakkan di meja sampel, digerakkan perlahan-lahan sampai cincin berada sekitar 5 mm dibawah permukaan cairan di dalam wadah. Cincin digerakkan perlahan sehingga cincin menarik lamella keluar permukan cairan. Dicatat nilai tegangan permukaan yang diperoleh. g. Ukuran globul Pengukuran distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan Nanosizer. Sediaan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet, lalu dimasukkan ke dalam alat Nanosizer dan dibaca data yang diperoleh. B. Analisa Data Data hasil pengamatan yang diperoleh pada uji sediaan mikroemulsi dianalisis menggunakan uji analisis varian (ANAVA) satu arah

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pemeriksaan Karakteristik minyak kelapa murni Bentuk fisik minyak kelapa karateristik minyak kelapa murni murni berupa larutan, jernih dan yang telah dilakukan dapat bau khas. Hasil pemeriksaan dilihat pada tabel berikut :

iv

Tabel II. Hasil pemeriksaan karateristik minyak kelapa murni Pemeriksaan Hasil pemeriksaan APCC Standar Warna Jernih Jernih Bobot jenis 0,9192 g/cm3 0,915-0,920 Indeks bias 1,44835 1,4480-1,4492 Kadar air 0,1398% 0,1-0,5% Bilangan iodium 4,3676 gI2/100 g 4,1-11,0 Bilangan penyabunan 252,45 mgKOH/g 250-260 Bilangan asam 0,4009 mg KOH/g Max 0,5 Bilangan asam lemak bebas 0,2934% 0,5% Bilangan peroksida 1,1666 meq/kg 3 meq/kg minyak 2. Evaluasi sediaan a. Pengamatan Organoleptis Secara organoleptis menunjukkan bahwa kelima formula tersebut tidak ada perubahan dari segi warna dan bau selama 8 minggu masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa kelima formula memiliki stabilitas yang cukup baik selama penyimpanan. Penyimpanan mikroemulsi dilakukan pada suhu kamar yang tetap dan sediaan tersimpan dalam wadah tertutup rapat, sehingga membuat mikroemulsi stabil serta tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. b. Pengukuran pH Hasil pengukuran pH menunjukkan terjadinya penurunan dan peningkatan pH yang cenderung tidak terlalu besar selama penyimpanan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan stabil secara termodinamika dan tidak adanya reaksi kimia baik yang ditimbulkan oleh wadah tempat penyimpanan ataupun antara bahan-bahan yang terkandung dalam sediaan. Formula F1, F2 dan F3 memberikan pH kulit karena berada pada range diantara 4,5-6,5, sedangkan F4 dan F5 mempunyai pH diatas range pH kulit.

Gambar 1. Grafik hasil pengukuran pH c. Pengukuran Bobot Jenis Berdasarkan hasil pengukuran terhadap bobot jenis dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka bobot jenis sediaan semakin besar. Bobot jenis (BJ) kelima formula tersebut tidak terlalu besar sehingga sediaan dapat mengalir dengan baik dan mudah dituang. Hasil pengukuran bobot jenis dapat dilihat pada tabel berikut :

8 7 6 5 3 2 1 0
n m s a e K

Tabel III. Hasil pengukuran bobot jenis Formula BJ F1 1,0633 F2 1,0750 F3 1,0766 F4 1,0843 F5 1,0883 ) H p ( d. Pengukuran Viskositas Hasil pengukuran viskositas mikroemulsi selama 8 minggu dengan menggunakan viskometer Brookfield tipe DV-E dan data viskositas menunjukkan bahwa F1, F2, F3, F4 dan F5 mempunyai viskositas yang cenderung mengalami peningkatan pada minggu-

4 minggu

pertama dan kemudian setelah minggu ke4 mengalami penurunan viskositas. Semakin tinggi konsentrasi surfaktan yang digunakan maka viskositasnya menjadi lebih besar. Hasil pengukuran viskositas selama 8 minggu dapat dilihat pada grafik berikut:

0
vi

Gambar 2. Hasil pengukuran viskositas

e. Pengamatan pemisahan fase i. Hasil pemisahan fase pada siklus freeze thaw. Pengamatan pemisahan fase melalui metode freeze-thaw pada dua suhu yang berbeda yaitu suhu 4C dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu 45C dilakukan selama 8 siklus. Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu 4C terlihat kelima formula sediaan menunjukkan perubahan tampilan fisik bila dibandingkan dengan sediaan sebelum disimpan, dan berwarna putih susu serta laju alir yang lebih kental. Fase minyak cenderung pula untuk membeku pada suhu rendah, akibatnya partikel-partikel cenderung untuk bergabung membentuk suatu ikatan antar partikel yang lebih rapat yang

6000 5000 4000


) s p c ( a t o k s i V

3000 2000 1000

mengakibatkan sediaan menjadi berwarna putih susu karena struktur yang lebih rapat dan teratur. Hasil pengamatan pada suhu 45C terlihat kelima formula sediaan kembali ke bentuk semula dimana larutan menjadi jernih dan transparan, dan mudah dituang, serta tidak adanya perubahan seperti pengendapan, pecah atau terjadinya gumpalan yang menunjukkan sediaan stabil pada suhu tinggi. ii. Hasil pemisahan fase pada sentrifugasi. Pengamatan pemisahan fase dengan metode sentrifugasi, dilakukan pada kecepatan putaran 3000 rpm selama 30 menit. Pada pengamatan ini, kelima formula mikroemulsi tidak menunjukkan adanya dua fase yang terpisah (creaming) melainkan tetap merupakan suatu

vii

larutan yang terdispersi sempurna dan tetap mengalir dengan baik. Kelima formula menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi cukup stabil. f. Pengukuran tegangan permukaan Hasil pengukuran tegangan permukaan diperoleh nilai yang cukup rendah, ini disebabkan karena adanya surfaktan dan kosurfaktan dalam jumlah yang banyak

yang akan menurunkan tegangan antar muka minyak dan air. Nilai tegangan permukaan mikroemulsi lebih kecil dibandingkan nilai tegangan permukaan air yaitu 72 dyne/cm. Mikroemulsi akan lebih stabil apabila tegangan permukaannya semakin rendah. Hasil pengukuran tegangan permukaan sediaan mikroemulsi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV. Hasil pengukuran tegangan permukaan Mikroemulsi Formula Hasil (dyne/cm) F1 42,3833 0,1169 F2 42,3667 0,1095 F3 42,5833 0,1835 F4 42,2000 0,1789 F5 42,3667 0,2160 n=6 g. Pengukuran ukuran partikel/globul Pengukuran ukuran partikel diperoleh dengan menggunakan data distribusi intensitas yang diujikan pada F3 yang mengandung tween 80 dengan konsentrasi 45% memiliki ukuran distribusi partikel 63,3 nm yang berarti bahwa mikroemulsi yang dibuat memenuhi syarat ukuran partikel mikroemulsi yang berkisar antara 10-100 nm (Eccleston. 1995). Pemilihan penetapan ukuran partikel pada F3 karena mewakili formula yang terbaik. Hasil uji statistik terhadap viskositas menggunakan analisa non parametrik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai sig (0,151) > (0,05) yang berarti Ho diterima, dan dapat dinyatakan data viskositas terdistribusi normal. Hasil uji statistik terhadap viskositas menggunakan analisa ANAVA satu arah menunjukkan nilai sig (0,000) < (0,05) yang berarti Ho ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variasi konsentrasi tween 80 menyebabkan adanya perbedaan bermakna pada tiap formula mikroemulsi. Berdasarkan evaluasi mikroemulsi minyak kelapa murni dan tween 80 diatas dapat membentuk sediaan yang memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai sediaan kosmetika, dengan memanfaatkan sifat yang terkandung dalam VCO tersebut. Diharapkan

viii

pada penelitian selanjutnya diperoleh formula yang menunjang peranan VCO dalam bentuk mikroemulsi dan dapat menjanjikan dalam dunia farmasi dan kosmetika KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi minyak kelapa murni yang memenuhi persyaratan farmasetika adalah formula 3 dengan konsentrasi minyak kelapa murni 5% dan tween 80 sebesar 45%.

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami sampaikan kepada saudari Wina Septilawati atas bantuannya dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Eccleston, Gillian M. 1995. Microemulsions. Dalam : Swarbick, J. Boylan, C.J. Encyclopedia Of Pharmaceutical Technology. Vol. 9. New York. Marcell Dekker. Inc. Hal 379-387. Gulati R, Sharma. S dan Gupta V. 2002. Pharmacokinetcs of Cyclosporine from Conventional and New Microemulsions Formulation Healthy Volunteers.http://www.Pana ceabiotes.Com/publication/jo urnal/panimun Bioral 14.htm. 4 Juni 2009. pkl. 14.55. Idson, B. 1989. Pharmaceutical Emulsion. Dalam:

Liebermen, Hebert, A. Rieger, Martin M. 1995. Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse System Vol. 2. Marcel Dekker. Inc. New York. Hal 336 339. Martin, A., Swarbick, J., dan A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik 2. Edisi III. Terjemahan: Yoshita. UI Press, Jakarta. Hal 940-1010, 1162, 1163, 1170. Nur, A. 2005. Virgin Coconut Oil : Minyak Penakluk Aneka Penyakit, Cetakan ke-5. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta. Hal 2. Purnojati, P. Patil R,T, Sheth P,D, Bommared G, Dondeti P dan Egbaria K. 2002. Design and Deveploment of Topical Microemulsion for Poorly Water Soluble Antifungal Agents 8 hlm. http://www.jrnlapplidresearch .com/aticle/volirissi/purnojati .htm. 4 Juni 2009. pkl. 12.30. Rieger MM. 2000. Harrys Cosmetcology 8th ed. New York : Chemical Publishing co. Inc. Hal 891 892. Rowe, RC. Sheskey, J.P 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipient Fourth Edition. London : The Pharmaceutical Press. Hal 310,375, 411. Setiaji, B dan Surip Prayugo. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Cetakan ke-2, Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 14.

ix

Korespondensi : Kori Yati Jurusan Farmasi FMIPA UHAMKA E-mail : koriyati_apt@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai