Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II (AFF 332)

OBAT STIMULANSIA SISTEM SARAF PUSAT

Kelompok 5:
1. Damar Pramesti K B04150024
2. Leliana Nugrahaning W B04150026
3. Dian Utami B04150035
4. Alfin Wisnu A B04150047
5. M. Fauzan F B04150115
6. Ikhwanul Khairia B04150125

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan
sistem saraf lainnya di dalam tubuh yang bekerja di bawah kesadaran atau kemauan.
SSP juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf
lainnya. Sistem saraf pusat dibagi menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum
tulang belakang (medula spinalis). SSP dapat dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu,
dapat ditekan kerjanya maupun distimulasi. Obat yang dapat menstimulasi dan
merangsang Sistem Saraf Pusat disebut stimulan.

Stimulan juga dapat menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik. Beberapa


stimulan menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan, khususnya jenis-jenis
yang memberikan pengaruh terhadap SSP. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk
menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, di
dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja), untuk
menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau
kesadaran (seperti didalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh, juga
untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis
sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD)

Pada manusia, studi yang telah dilakukan secara konsisten menunjukkan


hasil yaitu pemberian obat-obatan stimulan mengalami peningkatan pada
performans akademiknya, terutama karena meningkatkan konsentrasi, organisasi,
dan kemampuan untuk terjaga sehingga dapat belajar lebih lama terlepas pemberian
tersebut legal atau tidak (Advokat et al. 2008).

Tujuan
Mengetahui perbedaan efek dari obat-obatan stimulan yang diberikan pada
katak dan tikus.

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf pusat merupakan bagian dari system saraf yang terdiri atas otak
dan sumsum tulang belakang. System saraf pusat memiliki fungsi mengkoordinasi
segala aktivitas tubuh manusia (Tjay 2007). Sebagian besar obat yang
mempengaruhi system saraf pusat bekerja dengan mengubah beberapa tahapan
dalam proses neurotransmisi serta dapat mempengaruhi presinaptik, produksi,
penyimpanan, atau pengakhiran kerja neurotransmitter, dan postsinaptik. Stimulant
system saraf pusat memiliki dua golongan obat yang bekerja terutama pada susunan
sistem saraf pusat. Golongan pertama yaitu stimulant psikomotor yang
menimbulkan eksitasi dan euphoria, mengurangi perasaan lelah, dan meningkatkan
aktivitas motoric. Golongan kedua yaitu stimulantpsikotomimetik atau halusinogen
yang menimbulkan perubahan mendasar dalam pola pemikiran dan perasaan serta
sedikit berpengaruh pada sambungan otak dan sumsum tulang belakang (Mycek
dan Mary 2013).

Menurut Wade (2008) stimulant bekerja mempercepat aktivitas dalam


system saraf pusat. Obat yang bekerja sebagai stimulant antara lain: kafein, kokain,
amfetamion, dan hidroklorida metamfetamin. Dalam dosis sedang kelompok obat
stimulant menghasilkan perasaan senang, percaya diri, dan kegembiraan, atau
euphoria. Dalam dosis besar, obat ini menghasilkan perasaan gugup dan cemas.
Dalam dosis yang sangat besar, obat ini menyebabkan kejang-kejang (konvulsi),
gagal jantung, dan berakibat kematian.
Kafein merupakan obat perangsang psikomotorik untuk menghilangkan
rasa letih, lapar, mengantuk, meningkatkan konsentrasi serta meningkatkan prestasi
otak dan memperbaiki suasana jiwa. Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos,
terutama otot polos bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan
meningkatkan diuresis (Patra 2014). Amfetamin merupakan obat sintesis yang
memberikan efek para penggunan merasa segar tetapi tidak meningkatkan
cadangan energy, rasa lelah, mudah terganggu, dan depresi akan munciul ketika
efek obat ini hilang (Wade 2008).

METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pratikum adalah spuid 1 ml, jam dan
kandang hewan. Bahan yang digunakan yaitu, mencit, katak, caffein, striknin,
cardiazol, dan amfetamin.

b. Cara Kerja
 Stimulansia cortex cerebri (Caffein)
1. Lakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung).
2. Kafein disuntikan secara subkutan (SC) pada daerah abdominal melalui
saccus limphaticus femorali dengan dosis bertingkat mulai 0.05 ml, 0.1
ml, 0.2 ml, dan seterusnya.
3. Diamati perubahan fisiologis katak setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulasi pada
katak. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu mulai dari cortex
cerebri, medulla oblongata, dan medulla spinalis untuk mengetahui titik
tangkap kerja obat dari obat tersebut.
 Stimulansia coretex cerebri (Amphetamin)
1. Lakukan pemeriksaan fisiologis mencit normal (aktivitas motoris tubuh,
refleks, salivasi, defekasi, tonus otot , frekuensi napas dan jantung).
2. Amphetamin disuntikan secara subkutan (SC) pada daerah punggung
dengan dosis bertingkat mulai 0.05 ml, 0.1 ml, 0.2 ml, dan seterusnya.
3. Diamati perubahan fisiologis mencit setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
 Stimulansia Modulla oblongata (Cardiazol)
1. Lakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung).
2. Cardiazol disuntikan secara subkutan (SC) pada daerah abdominal
melalui saccus limphaticus femorali dengan dosis bertingkat mulai 0.05
ml, 0.1 ml, 0.2 ml, dan seterusnya.
3. Diamati perubahan fisiologis katak setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulasi pada
katak..
5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu mulai dari cortex cerebri,
medulla oblongata, dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap
kerja obat dari obat tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Obat dapat berasal dari berbagai sumber. Banyak diperoleh dari ekstraksi
tanaman, misalnya nikotin dalam tembakau, kofein dari kopi dan kokain dari
tanaman koka. Obat yang termasuk golongan obat stimulansia pada umumnya ada
dua mekanisme yaitu: Memblokade system penghambatan dan meninggikan
perangsangan synopsis. Sensasi yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih
dan bisa berpikir lebih fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk berpikir berat dan
bekerja keras, namun akan muncul kondisi arogan yang tanpa sengaja muncul
akibat penggunaan zat ini. Nafsu makan akan sangat ditekan, ekskresi akan ditekan,
tekanan darah bertendensi untuk naik secara signifikan.
A. Stimulansia cortex cerebri (katak-kafein)
Menit Dosis Posisi tubuh Reflek Rasa Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) nyeri Napas Jantung

Pre-injeksi - Tegak, sudut 300 +++ +++ +++ 72 84 -


0
0 0.05 Tegak, sudut 25 +++ +++ +++ 80 104 -
0
5 0.1 Tegak, sudut 20 +++ +++ +++ 100 120 -
0
10 0.2 Tegak, sudut 15 ++ +++ ++ 80 84 -
15 0.4 - - - - - - +
Keterangan: +++ : Cepat sekali; ++ : Cepat; + : Lambat, - : Hilang

Caffein adalah suatu obat stimulasi yang bersifat psikoaktif dari golongan
xanthine-alkaloid yang berwarna putih. Caffeine dimetabolisme di hati oleh
sitokrom P450 oksidasemenjadi tiga metabolit, yaitu paraxanthine, theobromine
dan theophyline. Obat ini dapat menembus sawar otak dan mempengaruhi
pembuluh darah di otak, sehingga badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan
pelepasan adrenalin ke tubuh dan membuat sel-sel selau aktif dan terjaga. Obat ini
juga memanipulasi pelepasa dopamine di otak dan membuat perasaan menjadi
tenang dan “melayang”.
Pada pemberian dosis 0.1 ml di menit ke-5 menunjukkan peningkatan
semua aspek secara segnifikan, namun posisi tubuh menurun menjadi 20 derajat,
lalu pada pemberian dosis 0.2 ml tampak penurunan frekuensi nafas dan jantung
disertai refleks dan tonus otot, lalu pemberian 0.4 ml semua aspek hilang dan terjadi
konvulsi. Xantin caffeine yang mengandung gugus metal merangsang susunan saraf
pusat, menimbulkan diaresis, merangsang otot jantung, dan melemaskan otot polos
terutama bronkus. Kafein merangsang miokard secara langsung. Pemberian kafein
pada dosis besar pada manusia atau hewan percobaan menyebabkan efek
perangsangan langsung pada miokard menjadi menonjol dengan akibat takikardia
dan konvulsi. Pemberian digitalis dengan dosis bertingkat hingga katak mati
menunjukkan toksisitas digitalis terhadap kerja jantung dalam peranannya menjaga
sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

B. Stimulansia cortex cerebri (tikus-amphetamin)

Menit Dosis Aktifitas Reflek Defekasi/ Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) Tubuh urinasi/ Napas Jantung
(Kewaspadaan/ salivasi
per.khusus/
Refleks)
Pre-injeksi - +++ +++ - +++ 144 140 -
0 0.05 +++ +++ +++ +++ 168 160 -
5 0.1 +++ +++ + +++ 184 156 -
10 0.2 +++ +++ +++ +++ 188 168 -
15 0.4 +++ +++ +++ +++ 252 180 -
Keterangan: +++ : Cepat sekali; ++ : Cepat; + : Lambat, - : Hilang

Amphetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem


saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba
yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.
Amphetamin adalah senyawa yang termasuk psikostimulansia, yang dapat
menghilangkan rasa , serta meningkatkan daya konsentrasi dan kapasitas yang
bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotik. Pada dosis yang
berlebih malah menjadikan racun disertai kejang.. Ciri konvulsi pada saat itu terjadi
loncat-loncat pada hewan coba, hypersalivasi, dan ada defekasi. Pada pemberian
dosis 0.4 ml terihat gejala konvulsi pada tikus karena peningkatan aktivitas tubuh,
refleks, frekuensi nafas dan frekuensi jantung.
Obat-obat dari kelompok dari amphetamin terutama memicu pelepasan
noradrenalin dan menghambat re-uptakenya. Akibatnya terjadi peningkatan
frekuensi jantung dan tekanan darah. Euphoria terutama disebabkan oleh
meningkatnya dopamine bebas yang disusul dengan perasaan lelah serta depresi
dan dapat berlangsung berminggu-minggu. Peningkatan juga dapat menyebabkan
gejala ketagihan dan perubahan perilaku.

C. Stimulansia medulla oblongata (katak-kardiazol)

Menit Dosis Posisi tubuh Reflek Rasa Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) nyeri Napas Jantung

Pre-injeksi - Tegak, sudut +++ +++ ++ 84 80 -


450

Tegak, sudut
0 0.05 400 +++ +++ ++ 84 76 -

Tegak, sudut
5 0.1 400 ++ ++ +++ 88 92 -

Tegak, sudut
10 0.2 400 ++ + +++ 92 72 -

15 0.4 - - - +++ - - ++
Keterangan: +++ : Cepat sekali; ++ : Cepat; + : Lambat, - : Hilang

Penyuntikan cardiazol di daerah abdominal yang melalui saccus limphaticus


dengan cara subkutan pada mennit ke-0 efek yang ditimbulkan berupa panurunan
frekuensi jantung. Namun, terjadi peningkatan frekuensi nafas dan jantung menjadi
88 kali/menit dan 92 kali/menit pada penambahan dosis menjadi 0.1 ml. Pada menit
ke-10, hanya terlihat efek dari cardiazol tersebut, yaitu terjadi penurunan frekuensi
denyut jantung menjadi 72 kali/menit dan belum terlihat adanya konvulsi. Pada
menit ke-15 katak memperlihatkan perubahan yang signifikan terhadap efek
cardiazol tersebut. Perubahan yang terjadi hanya rasa nyeri yang hilamg, frekuensi
denyut jangtung dan nafas hilang, serta ada konvulsi pada penambahan dosis
menjadi 0.4 ml. Perusakan daerah otak dari cortek cerebri dilakukan setelah gejala
konvulsi terlihat, tetapi masih menunjukkan gejala konvulsi, lalu dilakukan
perusakan kembali pada daerah medulla oblongata dan gejala konvulasi hilang. Hal
ini membuktikan bahwan cardiazol memiliki titik tangkap kerjanya di medulla
oblongata.

D. Stimulansia medulla spinalis (katak-striknin)

Menit Dosis Posisi tubuh Reflek Rasa Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) nyeri Napas Jantung

Pre- - Tegak, sudut 450 ++ ++ ++ 112 108 -


injeksi
0 0.05 Tegak, sudut 450 +++ +++ +++ 50 - +++
Keterangan: +++ : Cepat sekali; ++ : Cepat; + : Lambat, - : Hilang

Striknin merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada
hewan coba konvulsi ini berupa ekstensif tonik dari badan dan semua anggota
gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang
merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah
kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu
pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada
hewan yang hanya mempunyai medula spinalis secara langsung. Atas dasar ini efek
striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan konvulsinya
disebut konvulsi spinal. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, katak
yang diinjeksi dengan striknin dengan dosis 0,05ml menunjukkan adanya konvulsi
ketika disentuh setelah didiamkan selama kurang lebih 5 menit . Untuk menguji
titik tangkap kerja dari striknin dilakukan perusakan cortex cerebri pada awalnya
namun katak masih mengalami konvulsi begitu juga ketika medulla oblongatanya
yang dirusak. Ketika medulla spinalisnya yang dirusak katak tidak mengalami
konvulsi lagi, yang menunjukkan titik tangkap kerja dari striknin adalah medulla
spinalis.
SIMPULAN
Cafein dan amphetamine bekerja pada cortex cerebri. Cafein dapat
menembus sawar otak dan mempengaruhi pembuluh darah di otak, sehingga badan
dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan pelepasan adrenalin ke tubuh dan
membuat sel-sel selau aktif dan terjaga srhingga menghasilkan perasaan tenang dan
“melayang”. Amphetamine dapat menghilangkan rasa kelelahan dan penat,
Amphetamine memicu pelepasan noradrenalin dan menghambat re-uptakenya.
Cardiazole bekerja pada medulla oblongata dengan menghambat sistem GABA-
nergik, sehingga akan meningkatkan eksibilitas sistem syaraf pusat. Sedangkan
striknin bekerja pada medulla spinalis dengan cara mengadakan antagonisme
kompetitif terhadap transmiter penghambatan yang merupakan konvulsan kuat
dengat sifat kejang yang khas.

DAFTAR PUSTAKA
Advokat C, Martino L, Guidry D. 2008. Licit and illicit use of attention-deficit
hyperactivity (ADHD) medication by college students. J. Am. Coll. Health
56, 601-606
Mycek dan Mary. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta (ID): Widya
Medika.
Patra K. 2014. ISO Indonesia. Jakarta (ID): IAI.
Tjay TH. 2007. Obat-obat penting Edisi V. Jakarta (ID): Gramedia.

Wade C. 2008. Psikologi Edisi 9 Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai