Kelompok 5:
1. Damar Pramesti K B04150024
2. Leliana Nugrahaning W B04150026
3. Dian Utami B04150035
4. Alfin Wisnu A B04150047
5. M. Fauzan F B04150115
6. Ikhwanul Khairia B04150125
Tujuan
Mengetahui perbedaan efek dari obat-obatan stimulan yang diberikan pada
katak dan tikus.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem saraf pusat merupakan bagian dari system saraf yang terdiri atas otak
dan sumsum tulang belakang. System saraf pusat memiliki fungsi mengkoordinasi
segala aktivitas tubuh manusia (Tjay 2007). Sebagian besar obat yang
mempengaruhi system saraf pusat bekerja dengan mengubah beberapa tahapan
dalam proses neurotransmisi serta dapat mempengaruhi presinaptik, produksi,
penyimpanan, atau pengakhiran kerja neurotransmitter, dan postsinaptik. Stimulant
system saraf pusat memiliki dua golongan obat yang bekerja terutama pada susunan
sistem saraf pusat. Golongan pertama yaitu stimulant psikomotor yang
menimbulkan eksitasi dan euphoria, mengurangi perasaan lelah, dan meningkatkan
aktivitas motoric. Golongan kedua yaitu stimulantpsikotomimetik atau halusinogen
yang menimbulkan perubahan mendasar dalam pola pemikiran dan perasaan serta
sedikit berpengaruh pada sambungan otak dan sumsum tulang belakang (Mycek
dan Mary 2013).
METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada pratikum adalah spuid 1 ml, jam dan
kandang hewan. Bahan yang digunakan yaitu, mencit, katak, caffein, striknin,
cardiazol, dan amfetamin.
b. Cara Kerja
Stimulansia cortex cerebri (Caffein)
1. Lakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung).
2. Kafein disuntikan secara subkutan (SC) pada daerah abdominal melalui
saccus limphaticus femorali dengan dosis bertingkat mulai 0.05 ml, 0.1
ml, 0.2 ml, dan seterusnya.
3. Diamati perubahan fisiologis katak setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulasi pada
katak. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu mulai dari cortex
cerebri, medulla oblongata, dan medulla spinalis untuk mengetahui titik
tangkap kerja obat dari obat tersebut.
Stimulansia coretex cerebri (Amphetamin)
1. Lakukan pemeriksaan fisiologis mencit normal (aktivitas motoris tubuh,
refleks, salivasi, defekasi, tonus otot , frekuensi napas dan jantung).
2. Amphetamin disuntikan secara subkutan (SC) pada daerah punggung
dengan dosis bertingkat mulai 0.05 ml, 0.1 ml, 0.2 ml, dan seterusnya.
3. Diamati perubahan fisiologis mencit setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
Stimulansia Modulla oblongata (Cardiazol)
1. Lakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung).
2. Cardiazol disuntikan secara subkutan (SC) pada daerah abdominal
melalui saccus limphaticus femorali dengan dosis bertingkat mulai 0.05
ml, 0.1 ml, 0.2 ml, dan seterusnya.
3. Diamati perubahan fisiologis katak setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulasi pada
katak..
5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu mulai dari cortex cerebri,
medulla oblongata, dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap
kerja obat dari obat tersebut.
Caffein adalah suatu obat stimulasi yang bersifat psikoaktif dari golongan
xanthine-alkaloid yang berwarna putih. Caffeine dimetabolisme di hati oleh
sitokrom P450 oksidasemenjadi tiga metabolit, yaitu paraxanthine, theobromine
dan theophyline. Obat ini dapat menembus sawar otak dan mempengaruhi
pembuluh darah di otak, sehingga badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan
pelepasan adrenalin ke tubuh dan membuat sel-sel selau aktif dan terjaga. Obat ini
juga memanipulasi pelepasa dopamine di otak dan membuat perasaan menjadi
tenang dan “melayang”.
Pada pemberian dosis 0.1 ml di menit ke-5 menunjukkan peningkatan
semua aspek secara segnifikan, namun posisi tubuh menurun menjadi 20 derajat,
lalu pada pemberian dosis 0.2 ml tampak penurunan frekuensi nafas dan jantung
disertai refleks dan tonus otot, lalu pemberian 0.4 ml semua aspek hilang dan terjadi
konvulsi. Xantin caffeine yang mengandung gugus metal merangsang susunan saraf
pusat, menimbulkan diaresis, merangsang otot jantung, dan melemaskan otot polos
terutama bronkus. Kafein merangsang miokard secara langsung. Pemberian kafein
pada dosis besar pada manusia atau hewan percobaan menyebabkan efek
perangsangan langsung pada miokard menjadi menonjol dengan akibat takikardia
dan konvulsi. Pemberian digitalis dengan dosis bertingkat hingga katak mati
menunjukkan toksisitas digitalis terhadap kerja jantung dalam peranannya menjaga
sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Menit Dosis Aktifitas Reflek Defekasi/ Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) Tubuh urinasi/ Napas Jantung
(Kewaspadaan/ salivasi
per.khusus/
Refleks)
Pre-injeksi - +++ +++ - +++ 144 140 -
0 0.05 +++ +++ +++ +++ 168 160 -
5 0.1 +++ +++ + +++ 184 156 -
10 0.2 +++ +++ +++ +++ 188 168 -
15 0.4 +++ +++ +++ +++ 252 180 -
Keterangan: +++ : Cepat sekali; ++ : Cepat; + : Lambat, - : Hilang
Menit Dosis Posisi tubuh Reflek Rasa Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) nyeri Napas Jantung
Tegak, sudut
0 0.05 400 +++ +++ ++ 84 76 -
Tegak, sudut
5 0.1 400 ++ ++ +++ 88 92 -
Tegak, sudut
10 0.2 400 ++ + +++ 92 72 -
15 0.4 - - - +++ - - ++
Keterangan: +++ : Cepat sekali; ++ : Cepat; + : Lambat, - : Hilang
Menit Dosis Posisi tubuh Reflek Rasa Tonus otot Frek. Frek. Konvulsi
(ml) nyeri Napas Jantung
Striknin merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada
hewan coba konvulsi ini berupa ekstensif tonik dari badan dan semua anggota
gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang
merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah
kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu
pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada
hewan yang hanya mempunyai medula spinalis secara langsung. Atas dasar ini efek
striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan konvulsinya
disebut konvulsi spinal. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, katak
yang diinjeksi dengan striknin dengan dosis 0,05ml menunjukkan adanya konvulsi
ketika disentuh setelah didiamkan selama kurang lebih 5 menit . Untuk menguji
titik tangkap kerja dari striknin dilakukan perusakan cortex cerebri pada awalnya
namun katak masih mengalami konvulsi begitu juga ketika medulla oblongatanya
yang dirusak. Ketika medulla spinalisnya yang dirusak katak tidak mengalami
konvulsi lagi, yang menunjukkan titik tangkap kerja dari striknin adalah medulla
spinalis.
SIMPULAN
Cafein dan amphetamine bekerja pada cortex cerebri. Cafein dapat
menembus sawar otak dan mempengaruhi pembuluh darah di otak, sehingga badan
dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan pelepasan adrenalin ke tubuh dan
membuat sel-sel selau aktif dan terjaga srhingga menghasilkan perasaan tenang dan
“melayang”. Amphetamine dapat menghilangkan rasa kelelahan dan penat,
Amphetamine memicu pelepasan noradrenalin dan menghambat re-uptakenya.
Cardiazole bekerja pada medulla oblongata dengan menghambat sistem GABA-
nergik, sehingga akan meningkatkan eksibilitas sistem syaraf pusat. Sedangkan
striknin bekerja pada medulla spinalis dengan cara mengadakan antagonisme
kompetitif terhadap transmiter penghambatan yang merupakan konvulsan kuat
dengat sifat kejang yang khas.
DAFTAR PUSTAKA
Advokat C, Martino L, Guidry D. 2008. Licit and illicit use of attention-deficit
hyperactivity (ADHD) medication by college students. J. Am. Coll. Health
56, 601-606
Mycek dan Mary. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta (ID): Widya
Medika.
Patra K. 2014. ISO Indonesia. Jakarta (ID): IAI.
Tjay TH. 2007. Obat-obat penting Edisi V. Jakarta (ID): Gramedia.