Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 2
SISTEM EKSKRESI URINARI

Disusun Oleh:
Nama : Zahra Zerlina (10060317043)
Ghina Zulia R (10060317044)
Bella Khofila A (10060317045)
Gina Aulia (10060317046)
Silvi Adella M (10060317047)
Shift/Kelompok : B/I
Tanggal Praktikum : 24 September 2018
Tanggal Laporan : 1 Oktober 2018
Asisten : Dina Rosdiana Sari, S.Farm.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG 2018 M / 1440 H
I. Prinsip

Sistem ekresi urinari bereperan dalam mengatur kesetimbangan


komposisi kimiawi cairan tubuh.

II. Tujuan

1. Menjelaskan pentingnya system eksresi urinary dalam menjaga


homeostasis tubuh
2. Mengenal beberapa karakteristik urin normal sehingga dapat melakukan
analisa secara sederhana adanya kelainan-kelainan dalam tubuh
berdasarkan pemeriksaan sampel urin

III. Landasan Teori

A. Urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga hemostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra.
1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Kemih

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa


zat cair ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat
(kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari
dalam tubuh jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses
yang ada di dalam tubuh bahkan meracuni tubuh (Waluyo, 2007: 23).
Dalam ekskresi urin terdiri dari susunan system urinaria sebagai berikut :
a. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urin.
b. Ureter, yang menyalurkan urin dari ginjal ke kandung kemih .
c. Kandung kemih, yang bekerja sebagai penampung
d. Uretra, yang mengluarkan urin kandung kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama didaerah lumbal,
disebelah kanan dan kiri tulang belakang ,di bungkus lapisan lemak yang tebal di
belakang peritoneum, dan karena itu diluar rongga peritoneum, Bentuk ginjal
seperti biji kacang dan sisi dalamnya atau hilum mengahadap ke tulang punggung.
Sisi luarnya cembung, pembuluh-pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar
pada hilum. Diatas setiap ginjal menjulang sebuah kelenjar suprarenal. Ginjal
kanan lebih rendah, pendek dan tebal dari yang kiri karena adanya hepar pada sisi
kanan (Pearce,1989).
Ginjal memiliki panjang sekitar 11 cm, lebar 6 cm, dan tebal 3 cm serta
berat antara 115-170 gram, terbenam dalam dasar lemak yang disebut lemak
porirenal (Watson,1997). Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dari jaringan fibrosa
yang rapat membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus dan
didalamnya demikian secara otomatis air tidak akan mengikuti ion klorida yang
diangkut secara aktif. Bagian desenden memudahkan difusi bebas berbagai bahan
dan akibatnya, setiap perubahan pada osmolalitas filtrat nya akan dicerminkan
dalam jaringan interstisial disekitarnya (Andry,1995). Proses perubahan yang
terjadi di dalam tubulus distal mencakup penyerapan, sekresi, dan pengasaman
(Andry,1995). Ginjal selain mengatur volume dan komposisi cairan ekstra sel
dalam batas normal juga berfungsi untuk :
a. Mengatur volume plasma dan cairan tubuh lain.
b. Menjaga keseimbangan asam basa darah.
c. Mengeluarkan rennin .
d. Mengeluarkan produk-produk sisa metabolisme
e. Mempertahankan keseimbangan ion-ion dalam plasma
f. Menghasilkan eritroprotein yang berguna dalam proses eritropoesis.
Uretra adalah sebuah saluran dari leher kandung kemih ke lubang luar,
dilapisi membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi
kandung kemih. Wanita memiliki panjang uretranya 2 sampai 3cm, pada pria 17
sampai 22 cm (Pearce 1989). Urin yang disemprotkan ke bawah ureter oleh arus
peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit. Urin memasuki kandung kemih
dalam serangkaian semburan. Masuk dengan cara oblik melalui dinding kandung
kemih dan menjamin ujung dasarnya tertutup selama mikturisi oleh kontraksi
kandung kemih, sehingga menghalangi arus balik urin ke ureter dan menghalangi
penyebaran infeksi dari kandung kemih kearah atas. (Gibson,1995) Kandung
kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari ureter.
Saat kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut
terletak di dalam pelvis, saat kandung kemih terisi lebih dari setengahnya kandung
kemih tersebut menekan dan timbul keatas abdomen diatas pubis (Gibson,1995).
Leher kandung kemih merupakan bagian organ yang paling tetap. Kandung kemih
dapat menahan lebih dari 500 ml urin , tetapi akan timbul nyeri. Keinginan untuk
mengosongkan kandung kemih pada kondisi normal akan terasa ketika organ ini
berisi 250 sampai 300 ml urin (Watson, 1997). Kandung kemih dikendalikan oleh
saraf pelvis ,dan serabut simpatis. Mempunyai tiga muara yaitu dua muara ureter
dan satu muara uretra. Kandung kemih mempunyai 2 fungsi,yaitu :
a. Tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh .
b. Mendorong urin keluar tubuh dengan bantuan uretra. (Pearce,1989)
2. Pembentukan Urin
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar (±96%)
air dan sebagian kecil zat terlarut (±4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan
sementara dalam kandung kemih dan dibuang melalui proses miknutrisi. (Evelyn
C. Pearce, 2002)
Proses pembentukan urin, yaitu :
a Penyaringan (Filtrasi) : capsula Bowman dari badan malpigi menyaring
darah dalam glomerulus yang mengandung, air , garam, gula, urea, dan zat
bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrate
glomerulus (urin primer). Didalam filtrat ini terlarut zat seperti glukosa,
asam amino, dan garam-garam.
b Penyerapan kembali (Reabsorbsi) : dalam tubulus kontortus proksimal zat
dalam urin primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan
filtrat tubulus (urin sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
c Pengeluaran (Sekresi) : dalam tubulus kontprtus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabrosbsi aktif
ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke
tubulus kolektifus ke pelvis urenalis.(Roger Watson, 2002)
3. Ciri-ciri urin normal
Jumlah urin normal rata-rata adalah 1-2 liter sehari, tetapi berbedabeda
sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila
terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang
diperlukan untuk melarutkan ureanya. Urin yang normal warnanya bening oranye
pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus
dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1010 sampai 1025. (Pearce,
1989)
Menurut (Istamar, 2004), jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc
tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. Warna bening muda
dan bila dibiarkan akan menjadi keruh, warna kuning terantung dari kepekatan,
diet obat – obatan dan sebagainya. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama
maka akan berbau amoniak. Berat jenis 1.015 – 1.020.
B. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
berkembang biaknya mikroorganisme didalam saluran kemih. Saluran kemih yang
normal tidak mengandung bakteri, virus ataupun mikroorganisme. Tanpa terbukti
adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih mungkin diagnosis pasti
ditegakkan. Infeksi saluran kemih dapat dijumpai wanita maupun pria. Wanita
lebih sering menderita infeksi saluran kemih dari pada pria. Infeksi bakteriuri
pada wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya umur dan aktifitas seksual.
Di kelompok wanita yang tidak menikah angka kejadian ISK lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah. Lebih kurang 35% kaum
wanita selama hidupnya pernah menderita ISK akut dan umur tersering adalah di
kelompok umur antara 20 sampai 50 tahun (Samirah, dkk, 2011). Infeksi ini dapat
menyebar ke atas melalui darah, khususnya neonatal atau lebih lazimnya dapat
menyebar keatas melalui kandung kemih ke uretra dan pelvis. Cara untuk
membedakan antara infeksi saluran kemih bagian atas dan bawah sangat sulit.
Karena itu sering dipakai istilah pielonefritis atau pielitis, untuk menunjukkan
infeksi seluruh saluran kemih. (Pohan dan Widodo, 1992)

Etiologi dan Patogenesis


Bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih umumnya berasal
dari tubuh penderita sendiri. Ada 4 cara terjadinya infeksi yaitu :
a Penyebaran melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ
lain ke bagian saluran kemih.
b Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke
buli-buli atau ginjal.
c Secara asending yaitu terjadinya migrasi mikroorganisme melalui uretra,
buli-buli dan ureter ke ginjal (Widodo,1992 ). Masuknya mikroorganisme
dalam kandung kemih, antara lain faktor anatomi dimana pada wanita
memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki- laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat kedalam saluran kemih (pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi.
d Secara Hematogen yaitu sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin
yang yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan.

IV. Prosedur Kerja

a. Pengamatan mikroskopik urin

Dimasukkan sebanyak 10mL urin ke dalam tabung sentrifuga. Kemudian


di sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Setelah selesai
dibuang cairan diatasnya. Lalu endapan yang ada dikocok dengan sedikit sisa
cairannya. Kemudian diteteskan pada kaca objek tertutup (diserapkan dari pinggir
kaca objek agar tidak timbul gelembung udara). Setelah itu diamati dibawah
mikroskop dan dilakukan identifikasi sedimen.

b. Uji karakteristik urin

Diambil sedikit urin kemudian diamati warna serta bau urin. Lalu diukur
pH urin dengan digunankannya indicator universal atau pH meter. Setelah itu
dihitung bobot jenis urin dengan digunakannya piknometer dengan cara:

Ditimbang bobot piknometer kosong (dalam keadaan bersih dan kering)


sehingga diperoleh nilai W1. Kemudian diisi piknometer tersebut dengan akuades
bebas gas. Lalu bagian luar piknometer di lap hingga kering dan ditimbang
sehingga diperoleh W2. Akuades dibuang dari piknometer tersebut lalau
piknometer dibilas dengan alcohol dan dikeringkan (sebaiknya di dalam oven).
Setelah kering, piknometer diisi dengan sampel urin dan ditimbang sehingga
diperoleh W3. Kemudian bobot jenis urin dihitung denga persamaan berikut:

BJ = (𝑊3 − 𝑊1)/(𝑊2 − 𝑊1)

Catatan:

pH urin normal: 6,0 (gradwohl) ; 5-7 (tortora)


warna urin normal: kuning (tortora)
Bau urin normal: aromatic (tortora)
Bj urin normal: 1,001-1,060 (Gradwohl) & 1,008-1,030 (Tortora)

c. Analisa Kimia zat-zat yang terlarut di dalam urin


1. Penetapan urea
Penetapan kadar urea didalam sampel urin:
Diteteskan urin sebanyak 2mLpada kaca objek. Kemudian diteteskan 2 tetes asam
nitrat pada sampel urin. Lalu dipanaskan secara perlahan dan diamati adanya
Kristal rhombi atau hexagonal dari urea nitrat.

2. Penetapan ion klorida


Penetapan kadar ion klorida pada sampel urin:
Dimasukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan beberapa
tetes perak nitrat. Diamati adanya kekeruhan atau endapan putih, jika ada maka
didalam urin terdapat ion klorida.
3. Penetapam Aseton
Dimasukkan 3mL urin ke dalam tabung reaksi, kemudian dibasakan
sampel urin dengan menggunakan beberapa tetes larutan NaOH/KOH. Setelah itu
ditambahkan beberapa larutan Na-nitroprosid kemudian dikocok. Lalu
ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat kemudian dikocok. Terjadinya
warna ungu samapa merah menunjukkan adanya aseton. Sedangkan warna merah
menunjukkan adanya alcohol, asam asetat, aldehid, dan asam diasetat (badan
keton).

4. Penetapan Gula Pereduksi


Dimasukkan 1mL fehling kedalam tabung reaksi kemudian diencerkan
4mL akuades. Dipanaskan perlahan. Lalu ditambahkan urin sebanyak 2ml sedikit
demi sedikit , sampai warna biru tepat hilang. Terjadinya endapan merah bata
menunjukkan adanya gula pereduksi.

5. Penetapan kualitatif Albumin


Dimasukkan urin ke tabung reaksi kira-kira sampai seperempat isi tabung.
Kemudian didihkan perlahan-lahan dan diamati apa yang terjadi. Setelah itu
ditambahkan 2-3 tetes larutan asam asetat glasial : air (1:1) lalu dikocok.
Terjadinya kekeruhan menunjukan adanya albumin.
Beberapa catatan dalam pengamatan albumin:
 Jika urin menjadi keruh setelah pendidihsn dan menjadi jernih kembali
setelah penambahan asam asetat menunjukan adanya fosfat.
 Jika selama penambahan asam asetat terjadi gelembung udaea, menunjukan
adanya kalsium karbonat atau ammonium karbonat
 Jika urin keruh, jernih setelah pendidihan tapi timbul lagi kekeruhan setelah
penambahan asam, menunjukkan senyawa urat yang terkandung hanya
sedikit.
 Jika urin keruh, tetap keruh setelah pendidihan maupun penambahan asam,
menunjukkan mengandung mikroorganisme
 Jika kekeruhan timbul setelah pendidihan dan tetap keruh atau bertambah
keruh menunjukkan adanya albumin.
V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

HASIL PENGAMATAN URIN PRIA


JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN LITERATUR
WARNA KUNING
KEJERNIHAN JERNIH PEKAT
pH 6
BAU PESING AROMATIK
BOBOT JENIS 1,007
MIKROSKOPIK
UREA -
ION KLORIDA +
ASETON / BADAN +
KETON
GULA PEREDUKSI -
ALBUMIN -

W1 = 10,93gr
W2 = 17,54gr
W3 = 17,59gr
17,59−10,93
Bj = 17,54−10,93 = 1,007gr

HASIL PENGAMATAN URIN WANITA


JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN LITERATUR
WARNA KUNING
KEJERNIHAN JERNIH
PH 6
BAU PESING AROMATIK
BOBOT JENIS 1,0285
MIKROSKOPIK Terdapat beberapa
sedimen mikro seperti
hifa, eritrosit, bilirubin
UREA -
ION KLORIDA ++
ASETON -
GULA PEREDUKSI -
ALBUMIN -

W1 = 8,6017gr
W2 = 13,6247gr
W3 = 13,7682gr
13,7682−8,6017)
Bj = = 1,0285gr
(13,6247−8,6017
VI. Pembahasan
a. Pengamatan mikroskopik urin

Dimasukkan sebanyak 10mL urin ke dalam tabung sentrifuga. Kemudian


di sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm hal dilakukan untuk
memisahkan padatan yang ada diurin dengan cairannya. Setelah selesai dibuang
cairan diatasnya. Lalu endapan yang ada dikocok dengan sedikit sisa cairannya.
Kemudian diteteskan pada kaca objek tertutup (diserapkan dari pinggir kaca objek
agar tidak timbul gelembung udara). Setelah itu diamati dibawah mikroskop dan
dilakukan identifikasi sedimen dilakukannya identifikasi sedimen untuk melihat
hal-hal yang terdapat di dalam urin baik organic maupun non organic. Pada
sampel urin wanita terdapat hifa, eritrosit, bilirubin

b. Uji karakteristik urin

Diambil sedikit urin kemudian diamati warna serta bau urin. Lalu diukur
pH urin dengan digunankannya indicator universal atau pH meter. Setelah itu
dhitung bobot jenis urin. Pada uji karakteristik urin ini didapatkan hasil yang
berbeda antara sampel urin perempuan dan laki-laki. Tetapi kedua sampel
memiliki pH 6, urin yang bewarna kuning, memiliki bau yang aromatic,dan kedua
sampel mempunyai hasil yang sama yaitu urin jernih namun pada sampel laki-
laki urinnya lebih pekat. Pada sampel urin wanita memiliki BJ yaitu 1,0285
sedangkan pada sampel urin pria memiliki BJ yaitu 1,007. Dengan begitu urin dari
kedua sampel termasuk urin normal. Menurut Uliyah urin normal adalah berwarna
kuning, urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh, Urin berbau
khas yaitu berbau ammonia, Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi
lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa
jika mengkonsumsi banyak sayuran, Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml
(Uliyah, 2008).

c. Analisa Kimia zat-zat yang terlarut di dalam urin


1. Penetapan urea
Diteteskan urin sebanyak 2mLpada kaca objek. Kemudian diteteskan 2
tetes asam nitrat pada sampel urin, asam nitrat dapat mendeteksi urea dengan cara
melihat Kristal rhombis. Lalu dipanaskan secara perlahan hal ini dilakukan agar
kandungan air dalam urin berkurang. dan diamati adanya Kristal rhombis atau
hexagonal dari urea nitrat. Pada kedua sampel urin tidak terdapat Kristal rhombis
dan hexagonal yang berarti terdapat urea didalam urin. Urea merupakan hasil sisa
metabolism protein atau asam amino. Urea yang terbentuk merupakan toksik bagi
sel-sel tubuh sehingga harus dikeluarkan dari tubuh.
2. Penetapan ion klorida
Dimasukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
beberapa tetes perak nitrat hal ini dikarenakan saat ditambahkannya beberapa tetes
perak nitrat maka ion NaCl yang berada di dalam urin akan bereaksi dan
membentuk endapan AgCl. Diamati adanya kekeruhan atau endapan putih, jika
ada maka didalam urin terdapat ion klorida yang berasal dari AgCl. Pada kedua
sampel urin terdapat ion klorida.

3. Penetapam Aseton
Dimasukkan 3mL urin ke dalam tabung reaksi, kemudian dibasakan
sampel urin dengan menggunakan beberapa tetes larutan NaOH/KOH. Setelah itu
ditambahkan beberapa larutan Na-nitroprosid kemudian dikocok. Lalu
ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat kemudian dikocok maka hasil yang
dapat bewarna ungu karena penetapan ini mengggunakan uji rethora dimana Na-
nitroprosid bereaksi dengan asam asetat dalam suasana basa dan menghasilkan
cincin ungu (Hardjoeno,H; Fitriani, 2007). Terjadinya warna ungu samapa merah
menunjukkan adanya aseton. Sedangkan warna merah menunjukkan adanya
alcohol, asam asetat, aldehid, dan asam diasetat (badan keton). Pada penetepan
aseton sampel urin laki-laki urin berwarna merah sedangkan pada sampel urin
perempuan tidak terdapat aseton.

4. Penetapan gula pereduksi


Dimasukkan 1mL fehling kedalam tabung reaksi kemudian diencerkan
4mL akuades. Dipanaskan perlahan. Lalu ditambahkan urin sebanyak 2ml sedikit
demi sedikit , sampai warna biru tepat hilang. Terjadinya endapan merah bata
menunjukkan adanya gula pereduksi. Pada penetapan ini dalam suasana alkali,
gula pereduksi mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang
mengendap dan bewarna merah. Di kedua sampel tidak terkandung gula
pereduksi.

5. Penetapan kualitatif Albumin


Dimasukkan urin ke tabung reaksi kira-kira sampai seperempat isi tabung.
Kemudian didihkan perlahan-lahan dan diamati apa yang terjadi. Setelah itu
ditambahkan 2-3 tetes larutan asam asetat glasial : air (1:1) lalu dikocok.
Terjadinya kekeruhan menunjukan adanya albumin.

Zat terlarut di dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain
(1) zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat
warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama
NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan
obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh
misalnya hormon (Ethel, 2003). Berdasarkan literatur maka sampel urin wanita
termasuk urin normal karena didalam urin mengandung ion Cl, tidak mengandung
aseton, gula pereduksi, dan albumin sedangkan sampel urin pria belum termasuk
didalam urin normal karena terkandung aseton di dalam urin.

VII. Kesimpulan

Pada percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada sampel urin
wanita termasuk urin normal, dan pada sampel urin laki-laki tidak normal karena
terdapat aseton.

VIII. Daftar Pustaka

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Hardjoeno & Fitriani. 2007;1.2:21-39. Substansi dan Cairan Tubuh.


Makassar: Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin (LEPHAS)

Evelyn, C. Pearce. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia.
Jakarta.

Watson, R. 1997. Anatomi Dan Fisilogi Untuk Perawat, Edisi 10. Jakarta : EGC.

Andry, dkk. 1995. Prinsio Diet Penyakit Ginjal. Jakarta : Arean.

Gibson, J. 1995. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jilid II. Jakarta : EGC.

Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :


Penerbit PT Gramed

Waluyo, L,. 2007. Mikrobiologi Umum. UPT Penerbita UMM. Malang


TUGAS

2.1 a. Carilah dari literature gambar anatomi system urinary laki-laki dan
perempuan. Gambarkan secara sederhana pada jurnal dan laporan saudara!

b. Tuliskan fungsi masing-masing organ yang menyusun system ekskresi


urinary

Ginjal : mengeluarkan secret urin.


Ureter : menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih.
Kandung kemih : menampung urin.
Uretra : saluran pembuang pada system kemih atau eksresi dan system
seksual.
Prostat : mengeluarkan sejenis cairan yang menjadi 2/3 bagian dari air mani.

2.2 a. Bagaimanakah ciri-ciri urin yang normal? Jelaskan berdasarkan hasil


penulusuran pustaka dan hasil pengamatan pada sampel urin!
 Air 96% dan Bahan padat 4% (limbah hasil metabolisme)
 Memiliki pH 6 (gradwohl) 5-7,8 (tortora)
 Warna kuning (tortora)
 Bau aromatic (tortora)
 Bj urin 1,001-1,060 (gradwohl), 1,008-1,030 (tortora)

b. Jelaskan kondisi apa yang dapat ditunjukkan oleh masing-masing sedimen


mikro dalam urin!

 Jika terdapat sel darah, maka ada luka pada system urinarin.
 Jika terdapat mikroorganisme, maka adanya infeksi pada system urinary.
 Jika terdapat asam urin, maka kandungan asam urat berlebih.
 Jika terdapat kolestrol, maka kandungan kolestrolnya berlebih.
c. Jelaskan apa persamaan dan perbedaan karakteristik mikroskopik urin laki-laki
dan perempuan!

Persamaan : berbau khusus, mengandung ion klorida, tidak mengandung aseton,


gula preduksi, dan albumin.

Perbedaan : warna kepekatan, kejernihan, pH, bobot jenis, urea, mikroskopis.

2.3 a.Tuliskan hasil pengamatan dalam bentuk table di jurnal kerja!

HASIL PENGAMATAN URIN PRIA

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN LITERATUR


WARNA KUNING
KEJERNIHAN JERNIH PEKAT
pH 6
BAU PESING AROMATIK
BOBOT JENIS 1,007
MIKROSKOPIK
UREA -
ION KLORIDA +
ASETON / BADAN +
KETON
GULA PEREDUKSI -
ALBUMIN -

W1 = 10,93gr
W2 = 17,54gr
W3 = 17,59gr
17,59−10,93
Bj = 17,54−10,93 = 1,007gr
HASIL PENGAMATAN URIN WANITA

JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN LITERATUR


WARNA KUNING
KEJERNIHAN JERNIH
PH 6
BAU PESING AROMATIK
BOBOT JENIS 1,0285
MIKROSKOPIK Terdapat beberapa
sedimen mikro seperti
hifa, eritrosit, bilirubin
UREA -
ION KLORIDA ++
ASETON -
GULA PEREDUKSI -
ALBUMIN -

W1 = 8,6017gr
W2 = 13,6247gr
W3 = 13,7682gr
13,7682−8,6017)
Bj = (13,6247−8,6017= 1,0285gr

b. simpulkan bagaimana kondisi urin sempel berdasarkan hasil uji karakteristrik


urin

Warna kuning yang dihasilkan dari bilirubin. Urin pria agak keruh, urin wanita
jernih. Kedua sempel memiliki pH 6, memiliki bau aromatis, sempel urin Bj pada
pria 1,007 sedangkan pada wanita 1,0285, pada kedua sempel tidak mengandung
urea, guula, dan albumin. Pada sempel urin pria mengandung aseton dan wanita
tidak mengandung aseton, dikeduanya mengandung ion klorida.

c. jelaskan persamaan dan perbedaan karakteristrik urin secara fisiologi antara


laki-laki dan perempuan.

Persamaan : memiliki pH 6, memiliki bau yang aromatis, tidak mengandung urea,


gula, albumin dan ion klorida.

Perbedaan : warna, Bj urin, sampel pria mengandung aseton.


2.4 Setelah membandingkan hasil pemeriksaan dengan literature, berikan
kesimpulan pada sempel urin yang saudara periksa!

Pada sampel urin wanita termasuk urin yang normal karena memiliki warna
urin yang kuning dan tidak mengandung urea, gula, albumin dan aseton, urin
berbau aromatis. Sedangkan urin pria tidak termasuk urin yang normal karena
pada sampel urin pria mengandung aseton dan warna urin keruh.

Anda mungkin juga menyukai