PERCOBAAN KE-1
Kelompok 6/D
1. Sistem kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu dan
lainnya saling berhubungan. Kerangka tubuh manusia tersebut antara lain, tulang kepala,
tulang kerangka dada, tulang wajah, tulang belakang dan pinggul, dan lainnya. Fungsi
dari sistem rangka antara lain untuk menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak
rubuh, untuk melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru,
sebagai tempat melekatnya otot-otot, memberikan bentuk pada banagunan tubuh (Amin,
2016).
2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada tubuh manusia berfungsi untuk menerima makanan, mencerna
makanan, memproses pencernaan makanan, lalu menyerap zat gizi yang terdapat pada
makanan ke aliran darah, dan membuang ampas atau sisa makanan yang tersisa atau tidak
dapat dicerna oleh tubuh. Sistem pencernaan mulai dari mulut sampai ke anus yaitu dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar dan berakhir di anus (Amin, 2016).
3. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan adalah anatomi tubuh manusia yang berfungsi untuk bernafas. Organ
tubuh yang digunakan dalah paru-paru. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang
sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa/alveoli). Paru-paru terletak pada
rongga dada. Pada rongga dada tengah terletak paru-paru sedangkan pada rongga dada
depan terletak jantung. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kanan dan kiri.
Paru-paru kanan terbagi atas tiga belah paru (lobus). Dan paru-paru kiri terdiri dari dua
belah yaitu belah atas dan belah bawah. Pada sistem pernafasan, oksigen merupakan
kebutuhan yang sangat utama, karena manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida dan uap air (Amin, 2016).
4. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
dibutuhkan lagi oleh tubuh. Hasil pembakaran dan sisa metabolisme perlu dikeluarkan
ke luar tubuh agar tidak meracuni tubuh, untuk itu diperlukan sistem pengeluaran atau
disebut sistem ekskresi. Alat pengeluaran pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru,
dan hati. Ginjal adalah alat pengeluaran utama. Ginjal berfungsi mengeluarkan air,
amonia, dan zat warna empedu. Hasil dari penyaringan di ginjal berupa urine. Kulit
berperan untuk mengeluarkan air dan garam (Soewolo, 2000).
5. Sistem Transportasi
Suatu sistem organ sirkulasi darah yang terdiri atas jantung, komponen darah dan
pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi tubuh keseluruh
jaringan tubuh yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Sistem peredaran darah
memiliki tiga komponen dasar yaitu jantung pembuluh darah, dan darah (Syaifuddin,
2011).
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam mempelajari anatomi adalah (Iswari,
2018):
1. Anterior adalah bagian depan.
2. Posterior adalah bagian sebelah belakang.
3. Superior adalah bagian sebelah atas.
4. Inferior adalah bagian sebelah bawah.
5. Medial adalah bagian tengah.
6. Lateral adalah bagian ke samping.
7. Kaudal adalah bagian ke arah ekor.
8. Dorsal adalah bagian punggung.
9. Ventral adalah bagian perut.
10. Kranial adalah bagian ke arah kepala.
11. Rostral adalah bagian moncong.
12. Fontral adaiah bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang sagital (yang membagi
tubuh menjadi bagian depan dan belakang).
13. Transverse adalah bidang horizontal yang tegak lurus dengan bidang sagital (yang
membagi tubuh menjadi tubuh bagian atas dan bawah).
14. Mid Sagital Plane, adalah yang membagi tubuh untuk rnenjadi sama dan semetris kiri
dan kanan.
Setiap makhluk hidup, baik dari prokariota hingga organisme multiseluler yang paling
kompleks akan melakukan pertukaran zat dengan lingkungannya pada tingkat seluler,
pertukaran zat tersebut sangat penting bagi metabolisme sel. Membran plasma merupakan
batas kehidupan, yang memisahkan sel hidup dengan sekelilingnya yang mati. Seperti semua
membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif, yakni membran ini
memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengan lebih mudah daripada substansi
lainnya. Transpor zat melalui membran plasma ini dibedakan menjadi dua, yaitu transport zat
yang memerlukan energy (transport aktif) dan transport zat yang tidak memerlukan energi
(transport pasif). Transpor aktif meliputi proses pompa ATP, eksositosis, dan endositosis.
Adapun transport pasif meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi terbantu (Campbell, 2003).
Menurut Irnaningtyas dan Istiadi (2014), interaksi sel, baik dengan sel lainnya maupun
dengan lingkungannya, sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel
tersebut. Interaksi sel dilakukan dengan cara transpor melalui membran plasma. Transpor zat
melalui membran dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Transpor aktif
Menggunakan energi untuk menggerakkan zat terlarut melawan gradiennya. Kebutuhan
energi dalam transpor aktif dibutuhkan untuk memompa zat terlarut melintasi membran
melawan gradien konsentrasinya; sel harus menggunakan energi. Oleh karena itu, tipe
lalu lintas membran ini disebut transpor aktif (active transport). Semua protein transpor
yang menggerakkan zat terlarut melawan gradien konsentrasi merupakan protein
pembawa, bukan protein saluran. Transpor aktif memungkinkan sel mempertahankan
konsentrasi internal zat terlarut kecil yang berbeda dari konsentrasi di lingkungan. ATP
menyediakan energi bagi sebagian besar transpor aktif (Campbell, 2010).
2. Transfor pasif
Transfor pasif adalah difusi zat melintasi membran tanpa mengeluarkan energi
(Campbell, 2010). Transpor pasif hanya terjadi dari gardien zat konsentrasi tinggi ke arah
gradien zat konsentrasi rendah (sesuai dengan gradien konsentrasi), melalui bilayer lipid,
terusan protein, ataupun protein pembawa, tidak mengeluarkan energi, yang termasuk ke
dalam transpor pasif diantaranya:
a. Difusi sederhana merupakan jika tidak ada gaya lain,suatu zat akan berdifusi dari
tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah
(Campbell, 2010).
b. Difusi dengan fasilitas merupakan proses perlaluan zat yang bersifat transpor pasif
tetapi memerlukan bantuan protein pembawa sehingga zat yang diangkut bersifat
specifik (Utari, & Tresnawati, 2011).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel,
ketebalan membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin
cepat partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal
membran dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi,
menyebabkan semakin lambat kecepatan difusinya. Begitu pula dengan besarnya luas dan
tingginya suhu akan menyebabkan bertambah cepatnya laju difusi (Campbell, 2010).
Osmosis merupakan transpor pasif air yaitu perpindahan ion/molekul dari kerapatan
tinggi ke kearapatan rendah dengan melewati membran selektif permeable atau semi
permeabel. Hal ini berarti membran tersebut hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul air
tetapi tidak oleh molekul lainnya (Utari, & Tresnawati, 2011).
Alat Bahan
4.2 Fisiologi
4.2.1 Percobaan Difusi
i. Difusi Sederhana
Disiapkan KMnO4, air hangat, dan air dingin. Dimasukkan KMnO4 ke dalam gelas
piala yang didalamnya telah diisi oleh air sebanyak setengahnya. Kemudian diamati
selama 1jam dengan interval waktu 15 menit. Dilakukan juga hal yang sama pada air
hangat, dimasukkan KMnO4 ke dalam gelas piala yang telah diisi air hangat lalu
diamati selama 1 jam dengan interval waktu 15 menit.
10 + ++
20 ++ ++++
30 +++ ++++++
40 ++++ ++++++++
50 +++++ ++++++++++
60 ++++++ ++++++++++++
0 0 0
15 1 1.5
30 1.2 2.8
45 1.5 3.2
60 1.8 4
75 2.0 5
90 2.2 5.2
105 2.5 6
Tugas Pengamatan 4:
a. Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung. Pada tabung
mana yang terdapat endapan putih? Mengapa demikian?
Tabung yang terdapat endapan putih adalah pada tabung 3, karena
berasal dari reaksi antara NaCl dan AgNO3
b. Jelaskan fungsi larutan AgNO3 yang digunakan!
Fungsi larutan AgNO3 adalah untuk mengidentifikasi adanya ion
klorida
• Uji Kandung Glukosa
Larutan Benedict pada percobaan ini berfungsi sebagai indikator adanya glukosa
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah bata. Pada tabung 4
yang berisi 3 ml cairan dari gelas piala dan larutan Benedict larutan menjadi warna
biru, pada tabung 5 yang berisi aquades dan larutan Benedict larutan berubah warna
menjadi biru, dan pada tabung 6 yang berisi glukosa dan larutan Benedict berubah
warna menjadi warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa pada larutan uji / larutan
pada gelas piala tidak mengandung glukosa karena tidak adanya perubahan warna
menjadi merah atau tidak terdapat endapan berwarna merah.
Uji Kandungan Glukosa
Tabung Komposisi Hasil reaksi
Larutan tetap
4 Cairan dari gelas piala +larutan Benedict berwarna biru/tidak
terdapat endapan
Larutan tetap
5 Aquades+larutan Benedict berwarna biru/ tidak
terdapat endapan
Larutan berwarna
6 Glukosa+larutan Benedict merah/terdapat
endapan merah bata
Tugas Pengamatan 5:
a. Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung. Pada tabung
yang mana terbentuk endapan hijau, kuning, atau merah? Mengapa
demikian?
• Pada tabung 4 larutan tetap berwarna biru/tidak terdapat endapan
• Pada tabung 5 larutan tetap berwarna biru/ tidak terdapat endapan
• Pada tabung 6 larutan berwarna merah/terdapat endapan merah bata
b. Jelaskan fungsi larutan benedict yang digunakan!
Fungsi larutan benedict adalah untuk menunjukkan adanya senyawa
monosakardia dan gula pereduksi ditandai dengan adanya endapan
merah, kuning, hijau.
• Uji Kandung Albumin
Larutan HNO3 berfungsi sebagai indikator adanya albumin pada larutan yang
ditandai dengan mengkeruhnya warna larutan/ terdapat endapan putih pada
larutan.Pada tabung 7 yang berisi cairan dari gelas piala dan HNO3 larutan tidak
mengalami perubahan tetap berwarna/ bening,pada tabung 8 yang berisi aquades dan
HNO3 larutan berwarna bening dan pada tabung 9 yang berisi putih telur dan HNO3
larutan berubah warna menjadi keruh atau mengandung endapan.
Pada kantung 1 bobot cenderung stabil karena pada keadaan isotonik. Pada tabung 2,3,4
mengalami kenaikan bobot secara perlahan karena terjadi osmosis dari gelas ke kantong
selofan dan pada kantung 5 mengalami penurunan bobot karena terjadinya osmosis dari
kantung selofan ke gelas. Berikut tabel data hasil reaksi.
Kantung Berat kantung tiap 15 menit (dalam gr)
0 15 30 45 60 75
1 10.20 10.21 10.20 10.20 10.19 10.20
2 12.70 12.75 12.81 13.05 13.19 13.28
3 14.51 14.60 14.79 14.96 15.20 15.31
4 16.25 16.32 16.45 16.89 16.98 17.21
5 10.18 10.09 10.04 9.95 9.86 9.72
Tugas Pengamatan 7:
a. Bandingkan bobot masing-masing kantung pada setiap
pengulangan. Jelaskan fenomena yang terjadi. Mengapa demikian?
• Kantong 1: tidak terjadi fenomena osmosis, karena
konsentrasinya sama/stabil
• Kantong 2: terjadi fenomena osmosis, air hangat dibeaker glass
berpindah ke kantung selofan karena konsentrasi air hangat lebih
rendah dibandingkan larutan dikantung selofan sehingga bobot
kantung cenderung naik
• Kantung 3: terjadi fenomena osmosis, air hangat dibeaker glass
berpindah ke kantung selofan karena konsentrasi air hangat lebih
rendah dibandingkan larutan dikantung selofan sehingga bobot
kantung cenderung naik
• Kantung 4: terjadi fenomena osmosis, air hangat dibeaker glass
berpindah ke kantung selofan karena konsentrasi air hangat lebih
rendah dibandingkan larutan dikantung selofan sehingga bobot
kantung cenderung naik
• Kantung 5: terjadinya fenomena osmosis, air hangat dikantung
dikantung selofan berpindah ke beaker glass berisi sukrosa 60%,
karena air hangat dikantung selofan memiliki konsentrasi lebih
rendah dibandingkan sukrosa dibeaker glass, sehingga bobot
kantung selofan cenderung turun.
VI. Pembahasan
Pada praktikum ini, akan dilakukan percobaan anatomi dan juga fisiologi. Pada percobaan
anatomi dilakukan dengan cara membedah mencit untuk mengetahui letak organ tubuh. Dan
untuk percobaan fisiologi dilakukan percobaan difusi dan osmosis untuk mengetahui mekanisme
transportasi zat di dalam tubuh.
6.1. Anatomi
Pada percobaan pertama ini dilakukanya pembedahan (dissection) pada tubuh tikus
kelompok hewan pengerat (rodent). Kelompok hewan ini sangat umum digunakan karena
memiliki kesamaan DNA 99% dengan manusia meskipun penampilan hewan ini sendiri dengan
manusia sangat berbeda. Namun, struktur penyusun organ visceral tikus dan manusia serupa dan
juga berkembang dengan cara yang sama dimulai dari tahap embrio. Bahkan, cara tubuh manusia
mempertahankan homeostasis dengan hormon – hormon tertentu juga merupakan hormon yang
sama digunakan oleh kelompok tikus ini. Selain itu, bagaimana kehidupan sosial tikus dan
respon insting mereka juga mirip dengan manusia. Misalnya, kecendrungan untuk menghindari
suatu hal yang tidak menyenangkan, saat berada pada lingkungan ramai cenderung membentuk
kelompok untuk mendominasi kelompok lain,keterterikan seksual,dll. Tikus dan manusia juga
bisa terserang jenis penyakit yang sama, oleh karena itu tikus sering dianggap hewan pembawa
penyakit dari hewan ke manusia.
Pada pembedahan ini yang menjadi objek pengamatan adalah organ – organ visceral pada
tikus dan membandingkanya dengan organ pada manusia.
A. SKELETAL
Femur
Mandibula
Patella
Clavicle
Fibula
Humerus Tibia
Ulna
Radius
Sebagian besar lapisan luar tulang disebut korteks yang membungkus membentuk tulang
berongga (trabekula). Orientasi trabekula bergantung pada beban yang diterapkan. Bagian
terluar atau periosteal ditutupitulang ditutupi oleh membran fibrosa yang tebal (periosteum) yang
mengandung sel-sel yang dapat membentuk tulang dengan osifikasi intramembran. Meduler
Rongga tulang dilapisi oleh selapis sel tipis yang dikenal sebagai endosteum.
Ketebalan tulang kortikal bervariasi baik dalam tulang dan antar tulang. Perbedaan antara
tulang dicontohkan dengan membandingkan tebal korteks tulang panjang besar dengan korteks
tipis vertebra dan tulang kecil tangan dan kaki. Permukaan tulang individu ditandai oleh berbagai
“landmark” (tonjolan tulang) yang mewakili situs penyisipan tendon dan ligament (misalnya,
penyisipan ligamen patela pada tuberositas tibia). Ada perbedaan kecil dalam penonjolan tulang
antara hewan pengerat dan manusia, seperti keunggulan yang lebih besar dari tuberositas deltoid
hewan pengerat.
SISTEM RESPIRASI
B. HIDUNG
Keduanya manusia dan rodent menggunakan hidung
sebagai portal masuk dari sistem respiratori. Selain sebagai
fungsi tambahan untuk organ sensor penciuman (olfaktori) juga
berfungsi sebagai pelindung dari organ respiratori kedalamnya
dengan memfilter,melembapkan maupun menyamakan suhu
udara yang dihirup. Pada keduanya, rongga nasal manusisa dan
rodent dibagi menjadi dua jalur utama oleh nasal septum. Tiap
dari jalur nasal memanjang dari nostril (lubang hidung) hingga
nasofaring( pangkal faring/ dekat pangkal lidah).
Turbinate, struktur tulang yang dilapisi oleh jaringan
mukosa tervaskularisasi, meneruskan jalan napas dari dinding
lateral ke ruang utama hidung pada hewan pengerat, primata
Gambar 4. Organ Respirasi Tikus
bukan manusia, dan manusia. Hidung manusia memiliki tiga
turbinat: superior, tengah, dan inferior. Struktur ini relative
sederhana bentuknya dibandingkan dengan turbinat hewan pengerat, yang memiliki pola lipatan
dan percabangan yang kompleks. Turbinat menambah luas permukaan ruang dalam hidung
dimana hal ini penting untuk memfilter,melembapkan dan menghangatkan udara yang masuk.
Ruang turbinat utama manusia sekitar 5-8 cm panjangnya dengan total luas permukaan 150-200
cm (dari kedua lubang hidung). Ukuran ini lima kali lebih besar dari yang dimiliki rodent.
Meski ada beberapa kesamaan dari nasal rodent, primate non manusia dan manusia. Namun
juga didapati perbedaan tertentu berdasar bentuk arsitektur nasal. Rodent memiliki lebih hidung
lebih complex dengan olfaktori sebagai fungsi utama (macarosmatic), dimana manusia relatifnya
hidung memiliki fungsi utama untuk bernafas (microsmatic). Selain itu, tidak seperti manusia
dan primate lain yang bisa bernafas dari hidung maupun mulut. Namun, rodent hanya bisa
menggunakan hidung untuk bernafas dikarenakan aposisi yang dekat dengan epiglotis.
C. FARING
Faring, terdiri dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring (kadang disebut sebagai
hipofaring), memanjang dari mulut dan rongga hidung ke laring, di mana ia menjadi kontinu
dengan kerongkongan. Faring berfungsi sebagai saluran masuk utama untuk makanan, cairan,
dan udara. Laring terletak di antara faring dan trakea, dan meskipun memiliki fungsional yang
sama dan desain dasarnya mirip, namun pada spesies lain banyak variasi mengenai lokasi dan
elemen struktur anatomi laring. Ada juga laring yang signifikan berubah saat pendewasaan pada
masa awal kehidupan. Secara fungsional, struktur faring berfungsi sama di ketiga spesies,
meskipun karena hewan pengerat, tidak seperti manusia, dimana mereka wajib bernapas dengan
hidung, semua udara yang dihirup melewat nasofaring dalam perjalanannya ke trakea dan paru-
paru. Pada manusia dan primata lainnya dengan postur tegak , faring seperti menggantung,
sedangkan pada hewan pengerat dengan kepala memanjang, faring relatif lurus.
D. PARU – PARU
Pada hewan pengerat, paru-paru kanan dibagi menjadi empat lobus, sedangkan paru-paru
kiri memiliki satu lobus. Empat lobus kanan paru-paru adalah kranial, tengah, kaudal, dan
aksesori. Dalam beberapa skema nomenklatur, lobus aksesori dibagi menjadi intermediet
aksesori dan lobus diafragma, dengan kanan paru-paru digambarkan memiliki lima lobus. Paru-
paru kanan manusia dibagi menjadi tiga lobus — atas, tengah, dan bawah — oleh dua interlobar
celah (Interlobar Fissure), miring dan horizontal. Sebaliknya, Paru-paru kiri dibagi menjadi dua
lobus, atas dan bawah, oleh satu celah interlobar, celah miring (Oblique fissure). Meskipun
hanya ada dua lobus, bagian anteroinferior lobus kiri atas,terletak di sisi kiri jantung, merupakan
daerah anatomi yang berbeda yang disebut lingula.
SISTEM KARDIOVASKULAR
F. JANTUNG
Struktur dan organisasi tikus, tikus, dan sistem kardiovaskular manusia pada umumnya
serupa Seperti halnya pada semua mamalia, hewan pengerat dan manusia memiliki empat ruang
jantung: atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dominan, dan ventrikel kanan berdinding tipis.
Jantung hewan pengerat jelas jauh lebih kecil dari jantung manusia; namun, rasio jantung
terhadap tubuh beratnya serupa, seperti juga ketebalan relatif dari dinding ventrikel kanan dan
kiri.
Baik pada hewan pengerat maupun manusia, sebagian besar Massa jantung terdiri dari
kardiomiosit, tetapi sejumlah besar jenis sel lain hadir, termasuk sel endotel, fibroblas, dan
leukosit. Perbedaan antara hewan pengerat dan jantung manusia termasuk bentuk umum dari
jantung; lokasi arteri koroner; struktur dari katup; ketebalan kantung perikardial, epikardium,
dan endokardium; dan menonjolnya kerangka jantung. Anatomi dan struktur histologis
pembuluh darah juga berbagi banyak fitur; perbedaan diantaranya lebih tipis dinding arteri
hewan pengerat dan menonjolnya kardiomiosit di sekitar vena paru hewan pengerat.
Bentuk dan permukaan jantung secara keseluruhan entah bagaimana agak berbeda antara
hewan pengerat dan manusia. Pada hewan pengerat berkaki empat, jantung tidak duduk (diam)
di diafragma dan lebih bergerak bebas di dalam kantung perikardial; dengan demikian, organ
cenderung oval-to-spherical. Dalam manusia tegak, hati pada dasarnya bertumpu pada
diafragma, dan konfigurasi ini tercermin dengan bentuk kerucut dan permukaan inferior datar.
Pada hewan pengerat, ventrikel kanan duduk sedikit basal relatif terhadap ventrikel kiri, dan
kedua ventrikel spiral sedikit searah jarum jam seperti yang terlihat dari puncak ke dasar. Hati
manusia memiliki konformasi serupa secara keseluruhan. Pada hewan pengerat, permukaan
jantung halus seperti arteri coroner memasuki miokardium dan melintasi jantung dalam
miokardium; tidak ada yang menonjol alur interventrikular, dan tidak ada epicardial lemak hadir.
Pada hewan pengerat dan manusia, ada empat jantung katup: katup atrioventrikular kiri
(mitral), katup aorta, kanan (trikuspid) atrioventricular katup, dan katup pulmonal. Katup ini
terpisah atrium kiri dan ventrikel kiri, ventrikel kiri dan aorta, atrium kanan dan ventrikel kanan,
dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, masing-masing.
Struktur katup umumnya serupa pada hewan pengerat dan manusia. Namun, katup hewan
pengerat membentuk lebih banyak tirai terus menerus dibandingkan dengan katup manusia, yang
dibagi menjadi selebaran yang lebih berbeda. Katup atrioventrikular kanan manusia memiliki
tiga selebaran dan juga dikenal sebagai katup trikuspid. Katup atrioventrikular kiri memiliki dua
selebaran dan juga dikenal sebagai katup bikuspid atau mitral. katup pulmonal dan aorta
keduanya memiliki tiga selebaran dan juga dikenal sebagai katup semilunar. Pada hewan
pengerat, katup biasanya diteliti secara mikroskopis (atau secara fungsional dengan teknik
pencitraan khusus, yaitu, ekokardiografi). Seperti disebutkan di atas, menghasilkan bagian katup
yang berorientasi dengan benar jaringan dari hewan pengerat dapat menjadi tantangan dan
mungkin membutuhkan beberapa bagian langkah di dasar jantung untuk memastikan katup
ditangkap.
SISTEM PENCERNAAN
G. LAMBUNG
Lambung adalah bagian saluran GI yang
melebar bertanggung jawab untuk menyimpan
makanan, mengolahnya menjadi chyme, dan
kemudian memberikan jumlah yang terukur ke
bagian duodenum dari usus kecil. Di dalam hewan
pengerat, perutnya terletak di proksimal kiri perut
dan sebagian tertutup oleh kiri lobus hepatik lateral.
Lambung mukosa tiku secara kasar dibagi menjadi
dua wilayah yang berbeda yang terlihat bahkan dari
aspek serosal: perut depan dan perut berkelenjar,
sedangkan manusia tidak memiliki perut depan.
“forestomach” dilapisi oleh keratinisasi skuamosa
mukosa, yang menyumbang sekitar dua pertiga perut
dan terletak di sebelah kiri membatasi punggungan,
meliputi pintu masuk esofagus bagian bawah.
Kelenjar hewan pengerat Perut dibagi menjadi tiga
wilayah anatomi: kardia kecil (daerah jantung) yang
berdekatan dengan membatasi punggungan; fundus,
di mana mukosa memiliki lipatan besar yang
Gambar 6. Anatomi Tubuh Tikus
menonjol disebut rugae (dan lebih menonjol pada
tikus); dan antrum, yang memiliki mukosa halus.
Mirip dengan hewan pengerat, mukosa lambung manusia tampak sangat homogen, tetapi
terbagi ke dalam daerah anatomi: selain kardia, fundus, dan antrum juga ditemukan pada hewan
pengerat, ada juga tubuh (korpus) dan pilorus. Kardia meluas 1–3 cm menuju distal ke
persimpangan gastroesofageal. Fundus adalah bagian atas perut yang terletak superior
(cephalad) ke tingkat persimpangan ini. Korpus adalah bagian tengah yang membentuk Sebagian
besar perut. Antrum dan pylorus terletak di bagian distal bagian dari lambung proksimal ke
pilorus sfingter dan duodenum.
Pada ketiga spesies, otot-otot lambung dinding meliputi tiga lapisan: lapisan miring
(oblique), lapisan melingkar (circular), dan lapisan longitudinal luar. lapisan oblique merupakan
lapisan yang berkembang paling baik di kardia. Di dalam hewan pengerat, ada bagian dalam
yang tipis, bagian tengah yang lebar melingkar, dan lapisan longitudinal luar tipis. lapisan
lingkaran tengah paling menonjol di pylorus pada semua spesies.
H. USUS HALUS
Usus halus adalah bagian terpanjang dari sistem pencernaan saluran (sekitar 35cm pada
tikus, 170cm pada tikus, dan 700cm pada manusia) dan bertanggung jawab untuk penyerapan
nutrisi. Usus kecil dimulai di sfingter pilorus dan berlanjut secara distal ke katup ileosekal. Tiga
daerah-duodenum, jejunum, dan ileum-masing-masing memiliki lapisan yang sama ditemukan
di seluruh saluran sistem penceraan bagian atas. Dari jumlah tersebut, usus kecil mukosa adalah
yang paling bervariasi dalam penampilan. Pada hewan pengerat, penampilan kasarnya halus. Di
dalam Sebaliknya, mukosa usus halus manusia mengandung lipatan melingkar permanen yang
disebut plicae yang berjalan tegak lurus terhadap sumbu panjang usus dan berfungsi untuk
meningkatkan luas permukaan serap. permukaan ketiga spesies ditutupi oleh partikel kecil (0,5–
1,5 mm) proyeksi seperti jari yang disebut vili yang memaksimalkan penyerapan nutrisi dengan
sangat meningkatkan luas permukaan. Pada hewan pengerat, tingkat jumlah vili adalah hampir
dua kali lipat dari manusia, memberikan peningkatan luas permukaan meskipun kekurangan
plicae.dari usus kecil ke ligamen Trietz, jaringan fibromuskular yang melekatkan bagian distal
duodenum ke dinding posterior abdomen dekat garis tengah. Pada ketiga spesies, duodenum
menerima empedu yang diproduksi oleh hati melalui saluran empedu dan cairan pencernaan
yang dihasilkan oleh pankreas melalui saluran pancreas (pancreatic duct). Pada hewan pengerat,
saluran pankreas utama mungkin tunggal atau ganda dan memasuki duodenum pada papila.
Seringkali, pankreas akan lebih melekat erat pada duodenum dalam hal ini daerah dan mungkin
ada di bagian duodenum. Pada sebagian besar manusia, empedu duktus dan duktus pankreatikus
bergabung di ampula Vater dan mengosongkan melalui papila duodenum ke dalam lumen
duodenum.
Sisa dari usus kecil dibagi antara jejunum (dua perlima proksimal) dan ileum (tiga perlima
distal). Pada manusia, dinding jejunum tebal, dengan diameter hingga dua kali lebih besar dari
ileum. Dalam ketiga spesies, usus kecil melekat pada rongga perut posterior oleh mesenterium
dan memperoleh suplai darahnya terutama dari arteri mesenterika superior.
I. HATI
Hati adalah pusat pemroses nutrisi pengolahan, produksi protein, homeostasis energi, dan
detoksifikasi. Nutrisi dikumpulkan dari darah yang datang dari saluran cerna melalui vena portal,
sedangkan racun dari bakteri usus dan sumber lain dibersihkan. Hati hewan pengerat, yang
terdiri dari persentase yang lebih besar dari total massa tubuh daripada manusia, mencakup ruang
subdiafragma; sebaliknya, hati manusia terbatas di sebelah kanan kuadran atas perut. Hati hewan
pengerat memiliki struktur yang relatif halus dan permukaan tidak terputus, sementara hati
manusia dilalui dan ditahan oleh permukaan ligament yang tebal. Pola lobus juga berbeda antar
spesies. Namun, fungsional lobulus sangat terpelihara dalam struktur. Secara keseluruhan tiga
spesies, campuran arteri dan vena portal darah memasuki lobulus melalui triad portal (yang
sebenarnya adalah tetrad yang terdiri dari arteriol, venula, saluran empedu, dan sering diabaikan
limfatik). Nutrisi dan makromolekul bebas dipertukarkan antara hepatosit dan plasma melintasi
sinusoid yang dilapisi oleh endotel berfenestrasi, sedangkan sel residen termasuk sel stellata hati,
Makrofag sel Küpffer, dan sel T dan NK mempertahankan surveilans kekebalan. Fungsi
fisiologis antara ketiga spesies serupa, meskipun beberapa perbedaan utama terlihat pada skala
mikroskopis.
Bobot hati hewan pengerat bervariasi menurut spesies, tetapi biasanya berada dalam kisaran
2-3g (3-5% tubuh berat badan) pada tikus, dan kisaran 4-5g (2-3% berat tubuh) pada tikus.
Sebagai persentase dari total massa tubuh, hati tikus lebih menonjol daripada hati tikus atau
manusia. Hal ini tercermin dari proporsionalnya yang lebih besar dan volume rongga perut yang
ditempatinya dalam rongga perut. Pada hewan pengerat, hati mencakup sebagian besar atau
seluruh daerah subdiafragma, sedangkan pada manusia terbatas pada superior kanan (kranial)
abdomen kuadran. Ligamen perut yang melintasi dan dengan jelas menggambarkan lobus
manusia hati tidak terlihat pada hewan pengerat. Empat lobus hati hewan pengerat adalah kanan,
median, kiri, dan berekor. Literatur lama menunjukkan lobus kanan dan kiri sebagai lateral,
tetapi sebutan yang berlebihan ini dihilangkan di klasifikasi terbaru. Pada hewan pengerat, lobus
kanan memiliki septum transversal yang hampir membaginya, mengarah ke subklasifikasi oleh
beberapa kranial kanan (anterior) dan lobus caudal (posterior) kanan. Lobus median terletak
paling perut dan merupakan yang pertama ditemui ketika rongga perut didekati dari aspek
ventral biasa.
SISTEM URINARI
J. GINJAL
Sistem kemih pada tiga spesies terdiri dari:ginjal dan ureter berpasangan bilateral, satu
kandung kemih, dan uretra. Sistem urinaria adalah bertanggung jawab untuk berbagai proses
fisiologis, termasuk osmoregulasi, tekanan darah dan regulasi volume, stimulasi produksi sel
darah merah, penyerapan kalsium, metabolisme toksin, dan ekskresi. Nefron adalah unit
fungsional ginjal dan terdiri dari glomerulus dan tubulus ginjal. Produk ginjal termasuk urin,
hormon enzim renin, dan hormon eritropoietin dan kalsitriol, yang merupakan bentuk aktif dari
vitamin D. fungsi umum ginjal mamalia, serta keseluruhan struktur histologis, sangat mirip
antara hewan pengerat dan manusia. Perbedaan spesies pada ginjal fisiologi tercermin dalam
rasio nefron dan jumlah, dan juga morfologi pembuluh darah bundel, papila ginjal, dan medula.
Hewan pengerat, terutama laki-laki, menghasilkan urin yang sangat pekat dengan kandungan
protein yang tinggi. Dimorfisme seksual dapat hadir di ginjal hewan pengerat.
Ukuran ginjal, serta respons terhadap berbagai obat dan senyawa, dapat berbeda secara
signifikan tergantung pada jenis kelamin hewan pengerat di dalam di antara strain. perbedaan
potensial ini harus dipertimbangkan selama desain studi, interpretasi data klinis, dan evaluasi
postmortem. Perbedaan strain hewan pengerat berat ginjal, fungsi, dan kerentanan penyakit juga
terdokumentasi dengan baik.
Ginjal hewan pengerat terletak retroperitoneal, sering dikelilingi oleh jaringan adiposa putih
dengan kantong jaringan adiposa coklat di dalam pelvis dan kadang-kadang di sekitar kapsul
ginjal. Kedua ginjal terletak di atas perut bagian tengah. Ginjal kanan adalah relatif kranial,
berdekatan dengan lobus kanan hati; kiri lebih kaudal. Ginjal Manusia juga terletak
retroperitoneal di perut posterior dan, seperti ginjal hewan pengerat, juga dikelilingi oleh
jaringan lemak. atas dari ginjal manusia berada pada tingkat tepi atas tulang rusuk toraks ke-12,
sedangkan kutub bawah meluas ke iga ke-3. Ginjal kanan adalah biasanya sedikit lebih rendah
(inferior/ekor) dari kiri.
SISTEM SARAF
K. OTAK
Korteks serebral memiliki lapisan luar materi abu-abu yaitu, daerah kaya neuron) dan inti
pusat materi putih (yaitu, zona terutama terdiri dari proses neuron bermielin dan berbagai sel
glia pendukung). Ketebalan materi abu-abu dan jumlah materi putih yang mendasarinya jauh
lebih besar pada manusia dibandingkan dengan hewan pengerat sebagai konsekuensi dari intra
dan kortikal serebrokortikal yang lebih besar konektivitas interhemispheric diperlukan untuk
mendukung proses kognitif, seperti yang ditunjukkan oleh banyak gyri besar di otak manusia.
Cerebellum dapat dibagi menjadi corpus, yang mengoordinasikan gerakan otot dan nada,
dan wilayah flocculonodular, yang mengontrol keseimbangan. Perbedaan makroskopik dalam
anatomi serebral membedakan otak hewan pengerat dan manusia. Dibandingkan dengan hewan
pengerat, manusia memiliki hemisfer serebelar lateral yang diperluas sebagai adaptasi yang
terkait dengan anggota tubuh yang berkembang dengan baik mampu melakukan gerakan mandiri
yang luas, terutama dari angka. Lobulus serebral di manusia jauh lebih besar daripada hewan
pengerat karena pertambahan panjang dan jumlah “folia”. Inti serebral dalam pada hewan
pengerat relatif lebih kecil dan kurang terdefinisi dibandingkan kepada manusia. Meskipun
kuantitatif ini perbedaan dalam struktur serebelum, kualitas fungsi dasarnya serupa untuk
manusia dan hewan pengerat.
Diencephalon, bagian otak di bawah korteks serebral tengah, adalah bagian paling primitif
dari serebrum. diencephalon mengandung banyak koneksi otak yang terkait erat (disebut "sistem
limbik") yang bersama-sama untuk mengatur emosi dan perilaku yang penting untuk sosialisasi;
bertahan hidup (makan, berkelahi, dan melarikan diri); dan memori. sistem limbik juga
mempengaruhi beberapa organ visceral melalui saraf eferen dari sistem otonom sistem saraf
(ANS). Pusat diensefalik berpartisipasi dalam sistem limbik termasuk amigdala, forniks, nukleus
habenularis, hipokampus, hipotalamus, septum, dan rostral (anterior) nukleus talamus. Dari
jumlah tersebut, hipokampus, talamus, hipotalamus, dan amigdala paling banyak mengalami
analisis neuropatologi di hewan pengerat dan manusia karena terkenal korelasi fungsional.
6.2. Fisiologi
6.2.1. Percobaan Difusi
Difusi adalah suatu zat berpindah dari tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke
tempat yang konsentrasinya lebih rendah.
Pada praktikum ini,percobaan difusi sederhana dilakukan dengan menggunakan
kristal KMn4 sebagai penentu terjadinya sebuah reaksi difusi,dipilihnya KMnO4 karena
kristal KMnO4 memiliki konsentrasi yang tinggi dibandingkan akuades. Dengan
demikian,hal ini sesuai dengan pengertian difusi dimana terjadi perpindahan partikel
berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga KMnO4 dapat berdifusi ke dalam
akuades. Berdasarkan data pengamatan, kristal KMnO4 mengalami difusi lebih cepat di
dalam air hangat bersuhu 50°C dengan tanda lebih cepat nya melarut di dalam air dan
warna yang dihasilkan sangat merata dan pekat.Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 10.
Hasil Uji
Kandungan
NaCl
Hal ini disebabkan terjadi reaksi antara AgNO3 dengan NaCl sehingga menghasilkan
endapan putih AgCl2 yang menunjukan bahwa NaCl positif berdifusi.
Pada pengujian glukosa,dilakukan penambahan larutan benedict yang ditujukan untuk
mendeteksi senyawa gula pereduksi yang ditandai dengan adanya endapan berwarna
merah,kuning,hijau. Pada tabung 6, larutan mengalami perubahan yang ditandai dengan
endapan berwarna merah artinya tidak ada proses difusi di tabung tersebut, karena didalamnya
mengandung glukosa/gula pereduksi yang memiliki berat molekul yang tinggi sehingga tidak
dapat berdifusi. Sedangkan, pada tabung 4 dan 5 warna campuran kedua zat menjadi biru
setelah dipanaskan dan tidak terdapat endapan merah bata artinya terjadi proses difusi pada
kedua tabung tersebut. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Gambar 11.Hasil
Uji Kandungan
Glukosa
Pada pengujian zat albumin, penambahan larutan HNO3 yang dapat mendeteksikan
adanya suatu zat albumin atau protein dengan ditandai adanya kekeruhan. Pada 7 dan tabung 8
larutan tetap bening yang artinya larutan yang terdapat dalam tabung 7 dan 8 tidak mengandung albumin
dan dapat berdifusi. Pada tabung 9 larutan mengalami kekeruhan putih yang artinya larutan di dalam
tabung 9 mengandung albumin yang memiliki berat molekul besar sehingga tidak dapat terdifusi. Dapat
dilihat pada gambar dibawah ini;
Agustina I gusti Ayu Tri., 2014. Konsep Dasar IPA: Aspek Biologi, Yogyakarta: Penerbit
Ombak: 43-44.
Amin & Hardhi., 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus (1), Yogyakarta: Mediaction.
Campbell N A, Reece J B & Mitchell L G., 2003. Biologi Jilid 2 (5) Penerjemah:
Wasmen, Jakarta: Penerbit Erlangga
Campbell N A, Reece J B & Mitchell L G., 2010. Biologi Jilid 3 (8) Penerjemah:
Damaring Tyas Wulandari, Jakarta: Penerbit Erlangga
Imaningtyas & Yossa I., 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Erlangga
Nurhastuti & Iswari M., 2018. Anatomi Tubuh Manusia, Kuningan: Goresan Pena: 1 &
6
Sutarto Toto, Gani, Utari & Tresnawati., 2011. Pengantar Biologi Sel, Unpas Press,
Bandung
Syaifuddin., 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan (4), Jakarta: EGC
Soewolo., 2000. Pengantar Fisiolgi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional