Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN KE-1

TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

Asisten Penanggung Jawab :

apt. Muhammad Fakhrur Rajih, M.Farm

Kelompok 6/D

1. Rasyid Fadhilah (10060321184)


2. Salma Awalya Putri Yuliani (10060321185)
3. Bintan Arfian Hadista (10060321186)
4. Muhammad Yeoh Valent (10060321187)
5. Dwi Fahira (10060321188)
6. Salma Nur Sahara (10060321189)
7. Silvi Nur Sundari (10060321190)
8. Azzahra Rahmanita (10060321191)

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2021 M/1443 H
I. Tujuan Percobaan
1.1 Menunjukkan letak organ-organ tubuh
1.2 Menjelaskan mekanisme transportasi zat dalam tubuh

II. Teori Dasar


Anatomi berasal dari bahasa latin, kata “ana” yang berarti keatas, dan “tome” yang
berarti memotong. Secara umum bila didefenisikan, anatomi adalah ilmu yang mempelajari
struktur dan susunan tubuh manusia. Anatomi mempelajari letak geografis bagian tubuh,
misalnya kepala, tangan, dada, bahu, kaki, dan lainnya. Didalam tubuh juga didapati struktur
lain seperti otot, saraf, tulang, pembuluh darah yang dipelajari dalam ilmu anatomi (Iswari,
2018).

Gambar 1 Anatomi Tubuh Manusia


Pada tubuh manusia dan hewan terdapat beberapa organ antara lain (Agustiana,2014):
1. Jantung, tersusun atas jaringan otot dan jaringan saraf, berfungsi sebagai organ
peredaran darah
2. Paru-paru, tersusun atas jaringan otot dan jaringan saraf, berfungsi sebagai organ
pernapasan
3. Mata, tersusun atas jaringan otot, jaringan saraf, dan jaringan ikat. Berfungsi sebagai
indera penglihatan.
4. Telinga, tersusun atas jaringan tulang rawan, tulang keras, jaringan saraf, dan jaringan
epitel. Berfungsi sebagai indera pendengar.
Didalam tubuh hewan dan manusia, organ-organ yang dimiliki tidak dapat bekerja
sendiri-sendiri, tetapi saling berhubungan untuk dapat melaksanakan fungsi yang lebih
besar. Sistem organ pada hewan dan manusia, yaitu:

1. Sistem kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang satu dan
lainnya saling berhubungan. Kerangka tubuh manusia tersebut antara lain, tulang kepala,
tulang kerangka dada, tulang wajah, tulang belakang dan pinggul, dan lainnya. Fungsi
dari sistem rangka antara lain untuk menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak
rubuh, untuk melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru,
sebagai tempat melekatnya otot-otot, memberikan bentuk pada banagunan tubuh (Amin,
2016).
2. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada tubuh manusia berfungsi untuk menerima makanan, mencerna
makanan, memproses pencernaan makanan, lalu menyerap zat gizi yang terdapat pada
makanan ke aliran darah, dan membuang ampas atau sisa makanan yang tersisa atau tidak
dapat dicerna oleh tubuh. Sistem pencernaan mulai dari mulut sampai ke anus yaitu dari
mulut, kerongkongan, lambung, usus kecil, usus besar dan berakhir di anus (Amin, 2016).
3. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan adalah anatomi tubuh manusia yang berfungsi untuk bernafas. Organ
tubuh yang digunakan dalah paru-paru. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang
sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa/alveoli). Paru-paru terletak pada
rongga dada. Pada rongga dada tengah terletak paru-paru sedangkan pada rongga dada
depan terletak jantung. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kanan dan kiri.
Paru-paru kanan terbagi atas tiga belah paru (lobus). Dan paru-paru kiri terdiri dari dua
belah yaitu belah atas dan belah bawah. Pada sistem pernafasan, oksigen merupakan
kebutuhan yang sangat utama, karena manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida dan uap air (Amin, 2016).
4. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
dibutuhkan lagi oleh tubuh. Hasil pembakaran dan sisa metabolisme perlu dikeluarkan
ke luar tubuh agar tidak meracuni tubuh, untuk itu diperlukan sistem pengeluaran atau
disebut sistem ekskresi. Alat pengeluaran pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru,
dan hati. Ginjal adalah alat pengeluaran utama. Ginjal berfungsi mengeluarkan air,
amonia, dan zat warna empedu. Hasil dari penyaringan di ginjal berupa urine. Kulit
berperan untuk mengeluarkan air dan garam (Soewolo, 2000).
5. Sistem Transportasi
Suatu sistem organ sirkulasi darah yang terdiri atas jantung, komponen darah dan
pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi tubuh keseluruh
jaringan tubuh yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Sistem peredaran darah
memiliki tiga komponen dasar yaitu jantung pembuluh darah, dan darah (Syaifuddin,
2011).
Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam mempelajari anatomi adalah (Iswari,
2018):
1. Anterior adalah bagian depan.
2. Posterior adalah bagian sebelah belakang.
3. Superior adalah bagian sebelah atas.
4. Inferior adalah bagian sebelah bawah.
5. Medial adalah bagian tengah.
6. Lateral adalah bagian ke samping.
7. Kaudal adalah bagian ke arah ekor.
8. Dorsal adalah bagian punggung.
9. Ventral adalah bagian perut.
10. Kranial adalah bagian ke arah kepala.
11. Rostral adalah bagian moncong.
12. Fontral adaiah bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang sagital (yang membagi
tubuh menjadi bagian depan dan belakang).
13. Transverse adalah bidang horizontal yang tegak lurus dengan bidang sagital (yang
membagi tubuh menjadi tubuh bagian atas dan bawah).
14. Mid Sagital Plane, adalah yang membagi tubuh untuk rnenjadi sama dan semetris kiri
dan kanan.

Setiap makhluk hidup, baik dari prokariota hingga organisme multiseluler yang paling
kompleks akan melakukan pertukaran zat dengan lingkungannya pada tingkat seluler,
pertukaran zat tersebut sangat penting bagi metabolisme sel. Membran plasma merupakan
batas kehidupan, yang memisahkan sel hidup dengan sekelilingnya yang mati. Seperti semua
membran biologis, membran plasma memiliki permeabilitas selektif, yakni membran ini
memungkinkan beberapa substansi dapat melintasinya dengan lebih mudah daripada substansi
lainnya. Transpor zat melalui membran plasma ini dibedakan menjadi dua, yaitu transport zat
yang memerlukan energy (transport aktif) dan transport zat yang tidak memerlukan energi
(transport pasif). Transpor aktif meliputi proses pompa ATP, eksositosis, dan endositosis.
Adapun transport pasif meliputi proses difusi, osmosis, dan difusi terbantu (Campbell, 2003).

Menurut Irnaningtyas dan Istiadi (2014), interaksi sel, baik dengan sel lainnya maupun
dengan lingkungannya, sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel
tersebut. Interaksi sel dilakukan dengan cara transpor melalui membran plasma. Transpor zat
melalui membran dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Transpor aktif
Menggunakan energi untuk menggerakkan zat terlarut melawan gradiennya. Kebutuhan
energi dalam transpor aktif dibutuhkan untuk memompa zat terlarut melintasi membran
melawan gradien konsentrasinya; sel harus menggunakan energi. Oleh karena itu, tipe
lalu lintas membran ini disebut transpor aktif (active transport). Semua protein transpor
yang menggerakkan zat terlarut melawan gradien konsentrasi merupakan protein
pembawa, bukan protein saluran. Transpor aktif memungkinkan sel mempertahankan
konsentrasi internal zat terlarut kecil yang berbeda dari konsentrasi di lingkungan. ATP
menyediakan energi bagi sebagian besar transpor aktif (Campbell, 2010).
2. Transfor pasif
Transfor pasif adalah difusi zat melintasi membran tanpa mengeluarkan energi
(Campbell, 2010). Transpor pasif hanya terjadi dari gardien zat konsentrasi tinggi ke arah
gradien zat konsentrasi rendah (sesuai dengan gradien konsentrasi), melalui bilayer lipid,
terusan protein, ataupun protein pembawa, tidak mengeluarkan energi, yang termasuk ke
dalam transpor pasif diantaranya:
a. Difusi sederhana merupakan jika tidak ada gaya lain,suatu zat akan berdifusi dari
tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah
(Campbell, 2010).
b. Difusi dengan fasilitas merupakan proses perlaluan zat yang bersifat transpor pasif
tetapi memerlukan bantuan protein pembawa sehingga zat yang diangkut bersifat
specifik (Utari, & Tresnawati, 2011).

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel,
ketebalan membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin
cepat partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal
membran dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi,
menyebabkan semakin lambat kecepatan difusinya. Begitu pula dengan besarnya luas dan
tingginya suhu akan menyebabkan bertambah cepatnya laju difusi (Campbell, 2010).

Osmosis merupakan transpor pasif air yaitu perpindahan ion/molekul dari kerapatan
tinggi ke kearapatan rendah dengan melewati membran selektif permeable atau semi
permeabel. Hal ini berarti membran tersebut hanya dapat dilalui oleh molekul-molekul air
tetapi tidak oleh molekul lainnya (Utari, & Tresnawati, 2011).

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Alat Pelubang Agar

Batang Pengaduk AgNO3 1%

Cawan Petri Air Hangat

Gelas Piala 50ml Asam Asetat

Gelas Piala 100ml Eter

Kaki Tiga Kristal KMnO4

Lampu Spirtus Kristal Metil Jingga

Penangas Air Larutan Benedict

Pipet Tetes Larutan Sukrosa 5%,20%,40%,60%

Selofan Metil Jingga

Tabung Reaksi dan Rak NaCl 0.9%

Tali Putih Telur

Tabel 1 Alat dan Bahan


IV. Prosedur
4.1 Anatomi
4.1.1 Anatomi Tubuh Manusia
Pada tubuh manusia dilakukan pengguntingan midsagital sepanjang daerah
abdomen dan toraks. Kemudian kulit digunting secara lateral pada bagian posterior dan
anterior dari torehan midsagital lalu ditoreh sepanjang rongga abdomen dan dari
torehan lateral. Kemudian bagian dalam dapat dipamerkan dan diamati.

4.1.2 Anatomi Tubuh Tikus


Tikus terlebih dahulu dibius lalu setelah pembiusan tikus diletakkan pada baki
bedah dengan abdomen menghadap ke atas. Kemudian, dilakukan pemotongan
sepanjang dinding abdomen,perlu diperhatikan saat pengguntingan agar tidak terlalu
dalam dan ujung gunting selalu menghadap ke atas. Setelah rongga tubuh tikus terbuka
dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis sesekali

4.2 Fisiologi
4.2.1 Percobaan Difusi
i. Difusi Sederhana
Disiapkan KMnO4, air hangat, dan air dingin. Dimasukkan KMnO4 ke dalam gelas
piala yang didalamnya telah diisi oleh air sebanyak setengahnya. Kemudian diamati
selama 1jam dengan interval waktu 15 menit. Dilakukan juga hal yang sama pada air
hangat, dimasukkan KMnO4 ke dalam gelas piala yang telah diisi air hangat lalu
diamati selama 1 jam dengan interval waktu 15 menit.

ii. Difusi senyawa pada media agar


Dibuat larutan agar 2% dengan aquades pada gelas piala,lalu dididihkan hingga
diperoleh larutan bening,setelah itu dituangkan ke cawan Petri dan dibiarkan
memadat. Setelah padat dibuat 2 buah lubang dengan jarak 3cm. Kemudian diletakkan
kristal KMnO4 pada lubang pertama dan diletakkan kristal Metil Jingga pada lubang
lainnya,lalu diamati dan dicatat jarak difusi antara KMnO4 dan metil jingga

iii. Difusi melalui membran


Disiapkan 9 buah tabung reaksi lalu diberi nomor 1-9. Kemudian dibuat larutan
koloid yang terdiri dari air,putih telur,NaCl 0.9% dan sukrosa 5%. Dimasukkan larutan
koloidal tersebut ke dalam kantung selofan sebanyak 3/4, lalu kantung diikat rapat dan
digantungkan pada batang pengaduk. Setelah itu, dicelupkan pada gelas piala yang telah
diisi aquades dengan posisi melayang, didiamkan selama satu jam kemudian dilakukan
uji kandungan albumin,NaCl, dan glukosa.
• Uji Kandung NaCl
Pada tabung 1 dimasukkan 3 ml cairan dari gelas piala, tabung 2 diisi dengan 3
ml aquades dan tabung 3 diisi oleh 3ml larutan NaCl 0,9%. Kemudian pada masing-
masing tabung diberi beberapa tetes AgNO3.
• Uji Kandungan Glukosa
Pada tabung 4 dimasukkan 3 ml cairan dari gelas piala,lalu dimasukkan 3ml
aquades pada tabung 5 dan dimasukkan 3ml larutan glukosa. Kemudian
dimasukkan 3ml larutan Benedict pada masing-masing tabung.
• Uji Kandungan Albumin
Pada tabung 7 dimasukkan 3 ml cairan dari gelas piala,lalu pada tabung 8
dimasukkan 3 ml aquades dan dimasukkan 3 ml putih telur pada tabung 9. Kemudian
pada masing-masing tabung diberi beberapa tetes HNO3.
4.2.2 Percobaan Osmosis
Disiapkan 5 kantung selofan yang berukuran sama,pada kantung 1 diisi dengan
10ml air hangat, kantung 2 diisi dengan larutan sukrosa 20% 10 ml,pada kantung 3 diisi
dengan 10ml larutan 40% sukrosa, pada kantung 4 diisi dengan 10ml 60% larutan sukrosa
dan pada kantung 5 diisi dengan 10 ml aquades. Kemudian semua kantung ditutup dan
diikat dengan tali, lalu ditimbang bobotnya. Kemudian kantung 1-4 dimasukkan ke dalam
gelas piala yg berisi air hangat dan kantung 5 dimasukkan ke dalam gelas piala yang diisi
larutan sukrosa 60%. Dibiarkan selama 15 menit, setelah itu diangkat dan dikeringkan lalu
ditimbang kembali. Setelah itu dicelupkan kembali ke dalam gelas piala masing-masing
kemudian diulangi pada menit ke 30,45,60,75.
V. Data Pengamatan
5.1 Percobaan Anatomi
5.1.1 Anatomi Tubuh Tikus

Gambar 2. Anatomi Tubuh Tikus


Tugas Pengamatan 1:
a. Organ yang berada dibawah lambung dan mensekresikan insulin adalah
Pankreas
b. Bagian organ yang menghubungkan antara mulut dan lambung adalah
Esofagus
c. Organ sistem respirasi yang berada dibagian kiri dan kanan jantung adalah
Paru-paru
d. Organ yang berukuran besar yang terletak dirongga torak dan berada dibagian
posterior dari diafragma adalah Jantung
e. Bagian dari usus halus yang terletak setelah duodenum adalah Jejenum

5.2. Percobaan Fisiologi

5.2.1 Difusi Sederhana


Pada percobaan ini kristal KMnO4 yang dimasukkan ke dalam gelas piala yang
berisi air hangat lebih cepat bereaksi / menyatu dengan air. Sedangkan pada kristal
KMnO4 yang dimasukkan ke dalam gelas piala yg berisi air dingin atau air biasa bereaksi
lebih lambat dan kurang menyatu dengan air. Berikut tabel hasil dari percobaan tersebut:
Kecepatan Difusi KMn04
Waktu(menit)
Suhu Ruangan air hangat 50°

10 + ++

20 ++ ++++

30 +++ ++++++

40 ++++ ++++++++

50 +++++ ++++++++++

60 ++++++ ++++++++++++

Tabel 2. Hasil Difusi Sederhana


Tugas Pengamatan 2:
a. Amati perbedaannya, (kecepatan difusi pada suhu yang berbeda).
Pada kondisi manakah kristal KmnO4 berdifusi lebih cepat?
Mengapa demikian?
KmnO4 didalam air air hangat berdifusi lebih cepat yang yang ditandai
dengan perubahan warna pada air dingin. Dapat disimpulkan bahwa susu
sangat berpengaruh dalam proses difusi, semakin tinggi suhu semakin
cepat, atau bisa dikatakan suhu berbanding lurus dengan kecepatan difusi
b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan difusi sederhana!
Difusi sederhana adalah perpindahan zat tanpa memerlukan molekul air,
molekul zat padat berdifusi secara spontan hingga dicapai kecepatan yang
sama dalam suatu ruangan.
c. Tuliskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses difusi
sederhana!
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses difusi sederhana:
• Ukuran partikel
• Suhu
• Jarak
• Ketebalan membran
• Luas suatu area
5.2.2 Difusi Media Agar
Pada percobaan ini,agar yang telah memadat kemudian dibuat 2 buah lubang
dengan jarak 3 cm . Pada lubang pertama diberi KMnO4 dan lubang lainnya diberi metil
jingga. Setelah diamati selama satu jam, KMnO4 memiliki diameter pelebaran yang lebih
besar dibandingkan dengan metil jingga. Diameter pelebaran KMnO4 sebesar 1,97 cm
sedangkan diameter pelebaran metil jingga 1,23 cm. Hal ini berarti bahwa KMnO4
berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan metil jingga dikarenakan nilai BM(berat
molekul) KMnO4 lebih ringan daripada BM metil jingga. Berikut data dari hasil percobaan
ini dengan interval waktu 15 menit selama satu jam.

Jarak Difusi (mm)


Waktu(menit)
Metil Jingga KMnO4

0 0 0

15 1 1.5

30 1.2 2.8

45 1.5 3.2

60 1.8 4

75 2.0 5

90 2.2 5.2

105 2.5 6

Tabel 3. Hasil Difusi Media Agar


Tugas Pengamatan 3:
Berdasarkan fenomena yang ada pada tampilan video dan data yang
diperoleh, amati mana yang berdifusi lebih cepat! Mengapa demikin?
Berdasarkan fenomena yang divideo, KmnO4 lebih cepat berdifusi karena
bobot molekul KmnO4 lebih kecil dari metil jingga, karena semakin kecil
bobot molekul maka semakin cepat penyebaran difusi.
Bobot KmnO4 adalah 158,034 g/mol
Bobot metil jingga adalah 327,33 g/mol
5.2.3 Difusi melalui Membran
Pada percobaan ini dibuat larutan koloid dari air,putih telur,NaCl 0.9% dan sukrosa
5%. Larutan koloidal tersebut dimasukkan ke dalam kantung selofan sebanyak 3/4 penuh.
Larutan tersebut dijadikan sebagai larutan uji pada uji kandungan NaCl, glukosa dan
albumin
• Uji Kandungan NaCl
Larutan AgNO3 merupakan indikator adanya ion klorida yang ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi keruh/terdapat endapan dalam larutan.Pada
kantung 1 yang berisi 3ml larutan dari gelas piala dan ditambahkan dengan
beberapa tetes AgNO3 larutan berubah menjadi warna abu/keruh atau mengandung
endapan putih. Pada tabung 2 yang berisi 3 ml aquades dan beberapa tetes AgNO3
larutan tetap berwarna bening. Pada tabung 3 yang berisi 3 ml yang berisi NaCl
0.9% dan beberapa tetes AgNO3 larutan berubah warna menjadi sangat keruh yang
mengandung endapan putih. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tabung 1 dan tabung
3 mengandung NaCl, karena NaCl memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga
dapat menembus membran.

Uji kandungan NaCl

Tabung Komposisi Hasil Reaksi

1 Cairan dari gelas piala + AgNO3 Keruh/mengandung


endapan
2 Aquades+ AgNO3 Bening/ tidak mengandung
endapan
3 NaCl 0.9% + AgNO3 Sangat keruh/ mengandung
endapan
Tabel 4. Hasil Uji Kandungan NaCl

Tugas Pengamatan 4:
a. Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung. Pada tabung
mana yang terdapat endapan putih? Mengapa demikian?
Tabung yang terdapat endapan putih adalah pada tabung 3, karena
berasal dari reaksi antara NaCl dan AgNO3
b. Jelaskan fungsi larutan AgNO3 yang digunakan!
Fungsi larutan AgNO3 adalah untuk mengidentifikasi adanya ion
klorida
• Uji Kandung Glukosa

Larutan Benedict pada percobaan ini berfungsi sebagai indikator adanya glukosa
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi merah bata. Pada tabung 4
yang berisi 3 ml cairan dari gelas piala dan larutan Benedict larutan menjadi warna
biru, pada tabung 5 yang berisi aquades dan larutan Benedict larutan berubah warna
menjadi biru, dan pada tabung 6 yang berisi glukosa dan larutan Benedict berubah
warna menjadi warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa pada larutan uji / larutan
pada gelas piala tidak mengandung glukosa karena tidak adanya perubahan warna
menjadi merah atau tidak terdapat endapan berwarna merah.
Uji Kandungan Glukosa
Tabung Komposisi Hasil reaksi
Larutan tetap
4 Cairan dari gelas piala +larutan Benedict berwarna biru/tidak
terdapat endapan
Larutan tetap
5 Aquades+larutan Benedict berwarna biru/ tidak
terdapat endapan
Larutan berwarna
6 Glukosa+larutan Benedict merah/terdapat
endapan merah bata

Tabel 5. Hasil Uji Kandungan Glukosa

Tugas Pengamatan 5:
a. Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung. Pada tabung
yang mana terbentuk endapan hijau, kuning, atau merah? Mengapa
demikian?
• Pada tabung 4 larutan tetap berwarna biru/tidak terdapat endapan
• Pada tabung 5 larutan tetap berwarna biru/ tidak terdapat endapan
• Pada tabung 6 larutan berwarna merah/terdapat endapan merah bata
b. Jelaskan fungsi larutan benedict yang digunakan!
Fungsi larutan benedict adalah untuk menunjukkan adanya senyawa
monosakardia dan gula pereduksi ditandai dengan adanya endapan
merah, kuning, hijau.
• Uji Kandung Albumin
Larutan HNO3 berfungsi sebagai indikator adanya albumin pada larutan yang
ditandai dengan mengkeruhnya warna larutan/ terdapat endapan putih pada
larutan.Pada tabung 7 yang berisi cairan dari gelas piala dan HNO3 larutan tidak
mengalami perubahan tetap berwarna/ bening,pada tabung 8 yang berisi aquades dan
HNO3 larutan berwarna bening dan pada tabung 9 yang berisi putih telur dan HNO3
larutan berubah warna menjadi keruh atau mengandung endapan.

Tabung Komposisi Hasil reaksi


1 Cairan dari gelas piala+HNO3 Larutan bening
2 Aquades+HNO3 Larutan bening
Putih telur+HNO3 Larutan keruh/ mengandung
3 endapan putih
Tabel 6. Hasil Uji Kandungan Albumin
Tugas Pengamatan 6:
a. Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung. Pada tabung
mana dapat kekeruhan? Mengapa demikian?
Pada tabung 9, karena HNO3 berdifusi dengan putih telur
b. Jelaskan fungsi larutan HNO3 yang digunakan!
HNO3 berperan mengidentifikasi adanya gula pereduksi

5.3 Percobaan Osmosis

Pada kantung 1 bobot cenderung stabil karena pada keadaan isotonik. Pada tabung 2,3,4
mengalami kenaikan bobot secara perlahan karena terjadi osmosis dari gelas ke kantong
selofan dan pada kantung 5 mengalami penurunan bobot karena terjadinya osmosis dari
kantung selofan ke gelas. Berikut tabel data hasil reaksi.
Kantung Berat kantung tiap 15 menit (dalam gr)
0 15 30 45 60 75
1 10.20 10.21 10.20 10.20 10.19 10.20
2 12.70 12.75 12.81 13.05 13.19 13.28
3 14.51 14.60 14.79 14.96 15.20 15.31
4 16.25 16.32 16.45 16.89 16.98 17.21
5 10.18 10.09 10.04 9.95 9.86 9.72
Tugas Pengamatan 7:
a. Bandingkan bobot masing-masing kantung pada setiap
pengulangan. Jelaskan fenomena yang terjadi. Mengapa demikian?
• Kantong 1: tidak terjadi fenomena osmosis, karena
konsentrasinya sama/stabil
• Kantong 2: terjadi fenomena osmosis, air hangat dibeaker glass
berpindah ke kantung selofan karena konsentrasi air hangat lebih
rendah dibandingkan larutan dikantung selofan sehingga bobot
kantung cenderung naik
• Kantung 3: terjadi fenomena osmosis, air hangat dibeaker glass
berpindah ke kantung selofan karena konsentrasi air hangat lebih
rendah dibandingkan larutan dikantung selofan sehingga bobot
kantung cenderung naik
• Kantung 4: terjadi fenomena osmosis, air hangat dibeaker glass
berpindah ke kantung selofan karena konsentrasi air hangat lebih
rendah dibandingkan larutan dikantung selofan sehingga bobot
kantung cenderung naik
• Kantung 5: terjadinya fenomena osmosis, air hangat dikantung
dikantung selofan berpindah ke beaker glass berisi sukrosa 60%,
karena air hangat dikantung selofan memiliki konsentrasi lebih
rendah dibandingkan sukrosa dibeaker glass, sehingga bobot
kantung selofan cenderung turun.

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan osmosis!


Osmosis adalah perpindahan pelarut konsentrasi rendah ke tinggi/ dari
pelarut encer ke pekat

VI. Pembahasan
Pada praktikum ini, akan dilakukan percobaan anatomi dan juga fisiologi. Pada percobaan
anatomi dilakukan dengan cara membedah mencit untuk mengetahui letak organ tubuh. Dan
untuk percobaan fisiologi dilakukan percobaan difusi dan osmosis untuk mengetahui mekanisme
transportasi zat di dalam tubuh.
6.1. Anatomi
Pada percobaan pertama ini dilakukanya pembedahan (dissection) pada tubuh tikus
kelompok hewan pengerat (rodent). Kelompok hewan ini sangat umum digunakan karena
memiliki kesamaan DNA 99% dengan manusia meskipun penampilan hewan ini sendiri dengan
manusia sangat berbeda. Namun, struktur penyusun organ visceral tikus dan manusia serupa dan
juga berkembang dengan cara yang sama dimulai dari tahap embrio. Bahkan, cara tubuh manusia
mempertahankan homeostasis dengan hormon – hormon tertentu juga merupakan hormon yang
sama digunakan oleh kelompok tikus ini. Selain itu, bagaimana kehidupan sosial tikus dan
respon insting mereka juga mirip dengan manusia. Misalnya, kecendrungan untuk menghindari
suatu hal yang tidak menyenangkan, saat berada pada lingkungan ramai cenderung membentuk
kelompok untuk mendominasi kelompok lain,keterterikan seksual,dll. Tikus dan manusia juga
bisa terserang jenis penyakit yang sama, oleh karena itu tikus sering dianggap hewan pembawa
penyakit dari hewan ke manusia.
Pada pembedahan ini yang menjadi objek pengamatan adalah organ – organ visceral pada
tikus dan membandingkanya dengan organ pada manusia.

A. SKELETAL

Ribs Spinal Column


Tengkorak Skapula
Pelvis

Femur
Mandibula
Patella
Clavicle
Fibula
Humerus Tibia
Ulna
Radius

Gambar 3. Rangka Tikus


Perbedaan utama susunan tulang manusia dan hewan pengerat adalah hubunganya dengan
adaptasi tengkorak rodent terhadap otaknya yang relative lebih kecil dan relative lebih besar
terhadap struktur olfaktori dan gigi seri, demikian juga dengan hadirnya ekor yang Panjang.
Tidak seperti manusia, rodent tidak memiliki orbit (tengkorak tempat bola mata) yang dalam
seperti manusia. Pada rodent, pelvis dan bahu menyesuaikan diri untuk kebutuhan
quadrupedalims (postur berjalan dengan empat kaki).

Sebagian besar lapisan luar tulang disebut korteks yang membungkus membentuk tulang
berongga (trabekula). Orientasi trabekula bergantung pada beban yang diterapkan. Bagian
terluar atau periosteal ditutupitulang ditutupi oleh membran fibrosa yang tebal (periosteum) yang
mengandung sel-sel yang dapat membentuk tulang dengan osifikasi intramembran. Meduler
Rongga tulang dilapisi oleh selapis sel tipis yang dikenal sebagai endosteum.

Ketebalan tulang kortikal bervariasi baik dalam tulang dan antar tulang. Perbedaan antara
tulang dicontohkan dengan membandingkan tebal korteks tulang panjang besar dengan korteks
tipis vertebra dan tulang kecil tangan dan kaki. Permukaan tulang individu ditandai oleh berbagai
“landmark” (tonjolan tulang) yang mewakili situs penyisipan tendon dan ligament (misalnya,
penyisipan ligamen patela pada tuberositas tibia). Ada perbedaan kecil dalam penonjolan tulang
antara hewan pengerat dan manusia, seperti keunggulan yang lebih besar dari tuberositas deltoid
hewan pengerat.

SISTEM RESPIRASI
B. HIDUNG
Keduanya manusia dan rodent menggunakan hidung
sebagai portal masuk dari sistem respiratori. Selain sebagai
fungsi tambahan untuk organ sensor penciuman (olfaktori) juga
berfungsi sebagai pelindung dari organ respiratori kedalamnya
dengan memfilter,melembapkan maupun menyamakan suhu
udara yang dihirup. Pada keduanya, rongga nasal manusisa dan
rodent dibagi menjadi dua jalur utama oleh nasal septum. Tiap
dari jalur nasal memanjang dari nostril (lubang hidung) hingga
nasofaring( pangkal faring/ dekat pangkal lidah).
Turbinate, struktur tulang yang dilapisi oleh jaringan
mukosa tervaskularisasi, meneruskan jalan napas dari dinding
lateral ke ruang utama hidung pada hewan pengerat, primata
Gambar 4. Organ Respirasi Tikus
bukan manusia, dan manusia. Hidung manusia memiliki tiga
turbinat: superior, tengah, dan inferior. Struktur ini relative
sederhana bentuknya dibandingkan dengan turbinat hewan pengerat, yang memiliki pola lipatan
dan percabangan yang kompleks. Turbinat menambah luas permukaan ruang dalam hidung
dimana hal ini penting untuk memfilter,melembapkan dan menghangatkan udara yang masuk.
Ruang turbinat utama manusia sekitar 5-8 cm panjangnya dengan total luas permukaan 150-200
cm (dari kedua lubang hidung). Ukuran ini lima kali lebih besar dari yang dimiliki rodent.
Meski ada beberapa kesamaan dari nasal rodent, primate non manusia dan manusia. Namun
juga didapati perbedaan tertentu berdasar bentuk arsitektur nasal. Rodent memiliki lebih hidung
lebih complex dengan olfaktori sebagai fungsi utama (macarosmatic), dimana manusia relatifnya
hidung memiliki fungsi utama untuk bernafas (microsmatic). Selain itu, tidak seperti manusia
dan primate lain yang bisa bernafas dari hidung maupun mulut. Namun, rodent hanya bisa
menggunakan hidung untuk bernafas dikarenakan aposisi yang dekat dengan epiglotis.

C. FARING
Faring, terdiri dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring (kadang disebut sebagai
hipofaring), memanjang dari mulut dan rongga hidung ke laring, di mana ia menjadi kontinu
dengan kerongkongan. Faring berfungsi sebagai saluran masuk utama untuk makanan, cairan,
dan udara. Laring terletak di antara faring dan trakea, dan meskipun memiliki fungsional yang
sama dan desain dasarnya mirip, namun pada spesies lain banyak variasi mengenai lokasi dan
elemen struktur anatomi laring. Ada juga laring yang signifikan berubah saat pendewasaan pada
masa awal kehidupan. Secara fungsional, struktur faring berfungsi sama di ketiga spesies,
meskipun karena hewan pengerat, tidak seperti manusia, dimana mereka wajib bernapas dengan
hidung, semua udara yang dihirup melewat nasofaring dalam perjalanannya ke trakea dan paru-
paru. Pada manusia dan primata lainnya dengan postur tegak , faring seperti menggantung,
sedangkan pada hewan pengerat dengan kepala memanjang, faring relatif lurus.

D. PARU – PARU
Pada hewan pengerat, paru-paru kanan dibagi menjadi empat lobus, sedangkan paru-paru
kiri memiliki satu lobus. Empat lobus kanan paru-paru adalah kranial, tengah, kaudal, dan
aksesori. Dalam beberapa skema nomenklatur, lobus aksesori dibagi menjadi intermediet
aksesori dan lobus diafragma, dengan kanan paru-paru digambarkan memiliki lima lobus. Paru-
paru kanan manusia dibagi menjadi tiga lobus — atas, tengah, dan bawah — oleh dua interlobar
celah (Interlobar Fissure), miring dan horizontal. Sebaliknya, Paru-paru kiri dibagi menjadi dua
lobus, atas dan bawah, oleh satu celah interlobar, celah miring (Oblique fissure). Meskipun
hanya ada dua lobus, bagian anteroinferior lobus kiri atas,terletak di sisi kiri jantung, merupakan
daerah anatomi yang berbeda yang disebut lingula.

Gambar 5. Paru-Paru Tikus


E. TRAKEA
Trakea hewan pengerat adalah struktur terbesar dari zona konduksi dan memiliki bentuk-C
berupa cincin tulang rawan tidak lengkap yang jumlahnya bervariasi antar spesies mencit (15-
18) dan tikus (20-25). Jumlah dari 15-20 cincin tulang rawan berbentuk U yang tidak lengkap
mendukung trakea manusia. Pada ketiga spesies tersebut, aspek terbuka dari cincin ini terletak
di posterior dan ditutup oleh membran fibromuskular tipis yang menghubungkan ujung bebas
cincin. bagian tulang rawan trakea memberikan kekakuan ke jalan napas menjaganya agar tidak
kolaps/tumbang, dan aspek posterior lunak memungkinkanya mengembang saat makanan lewat
menuju perut.

SISTEM KARDIOVASKULAR
F. JANTUNG
Struktur dan organisasi tikus, tikus, dan sistem kardiovaskular manusia pada umumnya
serupa Seperti halnya pada semua mamalia, hewan pengerat dan manusia memiliki empat ruang
jantung: atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dominan, dan ventrikel kanan berdinding tipis.
Jantung hewan pengerat jelas jauh lebih kecil dari jantung manusia; namun, rasio jantung
terhadap tubuh beratnya serupa, seperti juga ketebalan relatif dari dinding ventrikel kanan dan
kiri.
Baik pada hewan pengerat maupun manusia, sebagian besar Massa jantung terdiri dari
kardiomiosit, tetapi sejumlah besar jenis sel lain hadir, termasuk sel endotel, fibroblas, dan
leukosit. Perbedaan antara hewan pengerat dan jantung manusia termasuk bentuk umum dari
jantung; lokasi arteri koroner; struktur dari katup; ketebalan kantung perikardial, epikardium,
dan endokardium; dan menonjolnya kerangka jantung. Anatomi dan struktur histologis
pembuluh darah juga berbagi banyak fitur; perbedaan diantaranya lebih tipis dinding arteri
hewan pengerat dan menonjolnya kardiomiosit di sekitar vena paru hewan pengerat.
Bentuk dan permukaan jantung secara keseluruhan entah bagaimana agak berbeda antara
hewan pengerat dan manusia. Pada hewan pengerat berkaki empat, jantung tidak duduk (diam)
di diafragma dan lebih bergerak bebas di dalam kantung perikardial; dengan demikian, organ
cenderung oval-to-spherical. Dalam manusia tegak, hati pada dasarnya bertumpu pada
diafragma, dan konfigurasi ini tercermin dengan bentuk kerucut dan permukaan inferior datar.
Pada hewan pengerat, ventrikel kanan duduk sedikit basal relatif terhadap ventrikel kiri, dan
kedua ventrikel spiral sedikit searah jarum jam seperti yang terlihat dari puncak ke dasar. Hati
manusia memiliki konformasi serupa secara keseluruhan. Pada hewan pengerat, permukaan
jantung halus seperti arteri coroner memasuki miokardium dan melintasi jantung dalam
miokardium; tidak ada yang menonjol alur interventrikular, dan tidak ada epicardial lemak hadir.
Pada hewan pengerat dan manusia, ada empat jantung katup: katup atrioventrikular kiri
(mitral), katup aorta, kanan (trikuspid) atrioventricular katup, dan katup pulmonal. Katup ini
terpisah atrium kiri dan ventrikel kiri, ventrikel kiri dan aorta, atrium kanan dan ventrikel kanan,
dan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, masing-masing.
Struktur katup umumnya serupa pada hewan pengerat dan manusia. Namun, katup hewan
pengerat membentuk lebih banyak tirai terus menerus dibandingkan dengan katup manusia, yang
dibagi menjadi selebaran yang lebih berbeda. Katup atrioventrikular kanan manusia memiliki
tiga selebaran dan juga dikenal sebagai katup trikuspid. Katup atrioventrikular kiri memiliki dua
selebaran dan juga dikenal sebagai katup bikuspid atau mitral. katup pulmonal dan aorta
keduanya memiliki tiga selebaran dan juga dikenal sebagai katup semilunar. Pada hewan
pengerat, katup biasanya diteliti secara mikroskopis (atau secara fungsional dengan teknik
pencitraan khusus, yaitu, ekokardiografi). Seperti disebutkan di atas, menghasilkan bagian katup
yang berorientasi dengan benar jaringan dari hewan pengerat dapat menjadi tantangan dan
mungkin membutuhkan beberapa bagian langkah di dasar jantung untuk memastikan katup
ditangkap.

SISTEM PENCERNAAN
G. LAMBUNG
Lambung adalah bagian saluran GI yang
melebar bertanggung jawab untuk menyimpan
makanan, mengolahnya menjadi chyme, dan
kemudian memberikan jumlah yang terukur ke
bagian duodenum dari usus kecil. Di dalam hewan
pengerat, perutnya terletak di proksimal kiri perut
dan sebagian tertutup oleh kiri lobus hepatik lateral.
Lambung mukosa tiku secara kasar dibagi menjadi
dua wilayah yang berbeda yang terlihat bahkan dari
aspek serosal: perut depan dan perut berkelenjar,
sedangkan manusia tidak memiliki perut depan.
“forestomach” dilapisi oleh keratinisasi skuamosa
mukosa, yang menyumbang sekitar dua pertiga perut
dan terletak di sebelah kiri membatasi punggungan,
meliputi pintu masuk esofagus bagian bawah.
Kelenjar hewan pengerat Perut dibagi menjadi tiga
wilayah anatomi: kardia kecil (daerah jantung) yang
berdekatan dengan membatasi punggungan; fundus,
di mana mukosa memiliki lipatan besar yang
Gambar 6. Anatomi Tubuh Tikus
menonjol disebut rugae (dan lebih menonjol pada
tikus); dan antrum, yang memiliki mukosa halus.
Mirip dengan hewan pengerat, mukosa lambung manusia tampak sangat homogen, tetapi
terbagi ke dalam daerah anatomi: selain kardia, fundus, dan antrum juga ditemukan pada hewan
pengerat, ada juga tubuh (korpus) dan pilorus. Kardia meluas 1–3 cm menuju distal ke
persimpangan gastroesofageal. Fundus adalah bagian atas perut yang terletak superior
(cephalad) ke tingkat persimpangan ini. Korpus adalah bagian tengah yang membentuk Sebagian
besar perut. Antrum dan pylorus terletak di bagian distal bagian dari lambung proksimal ke
pilorus sfingter dan duodenum.
Pada ketiga spesies, otot-otot lambung dinding meliputi tiga lapisan: lapisan miring
(oblique), lapisan melingkar (circular), dan lapisan longitudinal luar. lapisan oblique merupakan
lapisan yang berkembang paling baik di kardia. Di dalam hewan pengerat, ada bagian dalam
yang tipis, bagian tengah yang lebar melingkar, dan lapisan longitudinal luar tipis. lapisan
lingkaran tengah paling menonjol di pylorus pada semua spesies.

H. USUS HALUS
Usus halus adalah bagian terpanjang dari sistem pencernaan saluran (sekitar 35cm pada
tikus, 170cm pada tikus, dan 700cm pada manusia) dan bertanggung jawab untuk penyerapan
nutrisi. Usus kecil dimulai di sfingter pilorus dan berlanjut secara distal ke katup ileosekal. Tiga
daerah-duodenum, jejunum, dan ileum-masing-masing memiliki lapisan yang sama ditemukan
di seluruh saluran sistem penceraan bagian atas. Dari jumlah tersebut, usus kecil mukosa adalah
yang paling bervariasi dalam penampilan. Pada hewan pengerat, penampilan kasarnya halus. Di
dalam Sebaliknya, mukosa usus halus manusia mengandung lipatan melingkar permanen yang
disebut plicae yang berjalan tegak lurus terhadap sumbu panjang usus dan berfungsi untuk
meningkatkan luas permukaan serap. permukaan ketiga spesies ditutupi oleh partikel kecil (0,5–
1,5 mm) proyeksi seperti jari yang disebut vili yang memaksimalkan penyerapan nutrisi dengan
sangat meningkatkan luas permukaan. Pada hewan pengerat, tingkat jumlah vili adalah hampir
dua kali lipat dari manusia, memberikan peningkatan luas permukaan meskipun kekurangan
plicae.dari usus kecil ke ligamen Trietz, jaringan fibromuskular yang melekatkan bagian distal
duodenum ke dinding posterior abdomen dekat garis tengah. Pada ketiga spesies, duodenum
menerima empedu yang diproduksi oleh hati melalui saluran empedu dan cairan pencernaan
yang dihasilkan oleh pankreas melalui saluran pancreas (pancreatic duct). Pada hewan pengerat,
saluran pankreas utama mungkin tunggal atau ganda dan memasuki duodenum pada papila.
Seringkali, pankreas akan lebih melekat erat pada duodenum dalam hal ini daerah dan mungkin
ada di bagian duodenum. Pada sebagian besar manusia, empedu duktus dan duktus pankreatikus
bergabung di ampula Vater dan mengosongkan melalui papila duodenum ke dalam lumen
duodenum.
Sisa dari usus kecil dibagi antara jejunum (dua perlima proksimal) dan ileum (tiga perlima
distal). Pada manusia, dinding jejunum tebal, dengan diameter hingga dua kali lebih besar dari
ileum. Dalam ketiga spesies, usus kecil melekat pada rongga perut posterior oleh mesenterium
dan memperoleh suplai darahnya terutama dari arteri mesenterika superior.

I. HATI
Hati adalah pusat pemroses nutrisi pengolahan, produksi protein, homeostasis energi, dan
detoksifikasi. Nutrisi dikumpulkan dari darah yang datang dari saluran cerna melalui vena portal,
sedangkan racun dari bakteri usus dan sumber lain dibersihkan. Hati hewan pengerat, yang
terdiri dari persentase yang lebih besar dari total massa tubuh daripada manusia, mencakup ruang
subdiafragma; sebaliknya, hati manusia terbatas di sebelah kanan kuadran atas perut. Hati hewan
pengerat memiliki struktur yang relatif halus dan permukaan tidak terputus, sementara hati
manusia dilalui dan ditahan oleh permukaan ligament yang tebal. Pola lobus juga berbeda antar
spesies. Namun, fungsional lobulus sangat terpelihara dalam struktur. Secara keseluruhan tiga
spesies, campuran arteri dan vena portal darah memasuki lobulus melalui triad portal (yang
sebenarnya adalah tetrad yang terdiri dari arteriol, venula, saluran empedu, dan sering diabaikan
limfatik). Nutrisi dan makromolekul bebas dipertukarkan antara hepatosit dan plasma melintasi
sinusoid yang dilapisi oleh endotel berfenestrasi, sedangkan sel residen termasuk sel stellata hati,
Makrofag sel Küpffer, dan sel T dan NK mempertahankan surveilans kekebalan. Fungsi
fisiologis antara ketiga spesies serupa, meskipun beberapa perbedaan utama terlihat pada skala
mikroskopis.
Bobot hati hewan pengerat bervariasi menurut spesies, tetapi biasanya berada dalam kisaran
2-3g (3-5% tubuh berat badan) pada tikus, dan kisaran 4-5g (2-3% berat tubuh) pada tikus.
Sebagai persentase dari total massa tubuh, hati tikus lebih menonjol daripada hati tikus atau
manusia. Hal ini tercermin dari proporsionalnya yang lebih besar dan volume rongga perut yang
ditempatinya dalam rongga perut. Pada hewan pengerat, hati mencakup sebagian besar atau
seluruh daerah subdiafragma, sedangkan pada manusia terbatas pada superior kanan (kranial)
abdomen kuadran. Ligamen perut yang melintasi dan dengan jelas menggambarkan lobus
manusia hati tidak terlihat pada hewan pengerat. Empat lobus hati hewan pengerat adalah kanan,
median, kiri, dan berekor. Literatur lama menunjukkan lobus kanan dan kiri sebagai lateral,
tetapi sebutan yang berlebihan ini dihilangkan di klasifikasi terbaru. Pada hewan pengerat, lobus
kanan memiliki septum transversal yang hampir membaginya, mengarah ke subklasifikasi oleh
beberapa kranial kanan (anterior) dan lobus caudal (posterior) kanan. Lobus median terletak
paling perut dan merupakan yang pertama ditemui ketika rongga perut didekati dari aspek
ventral biasa.
SISTEM URINARI
J. GINJAL
Sistem kemih pada tiga spesies terdiri dari:ginjal dan ureter berpasangan bilateral, satu
kandung kemih, dan uretra. Sistem urinaria adalah bertanggung jawab untuk berbagai proses
fisiologis, termasuk osmoregulasi, tekanan darah dan regulasi volume, stimulasi produksi sel
darah merah, penyerapan kalsium, metabolisme toksin, dan ekskresi. Nefron adalah unit
fungsional ginjal dan terdiri dari glomerulus dan tubulus ginjal. Produk ginjal termasuk urin,
hormon enzim renin, dan hormon eritropoietin dan kalsitriol, yang merupakan bentuk aktif dari
vitamin D. fungsi umum ginjal mamalia, serta keseluruhan struktur histologis, sangat mirip
antara hewan pengerat dan manusia. Perbedaan spesies pada ginjal fisiologi tercermin dalam
rasio nefron dan jumlah, dan juga morfologi pembuluh darah bundel, papila ginjal, dan medula.

Hewan pengerat, terutama laki-laki, menghasilkan urin yang sangat pekat dengan kandungan
protein yang tinggi. Dimorfisme seksual dapat hadir di ginjal hewan pengerat.
Ukuran ginjal, serta respons terhadap berbagai obat dan senyawa, dapat berbeda secara
signifikan tergantung pada jenis kelamin hewan pengerat di dalam di antara strain. perbedaan
potensial ini harus dipertimbangkan selama desain studi, interpretasi data klinis, dan evaluasi
postmortem. Perbedaan strain hewan pengerat berat ginjal, fungsi, dan kerentanan penyakit juga
terdokumentasi dengan baik.
Ginjal hewan pengerat terletak retroperitoneal, sering dikelilingi oleh jaringan adiposa putih
dengan kantong jaringan adiposa coklat di dalam pelvis dan kadang-kadang di sekitar kapsul
ginjal. Kedua ginjal terletak di atas perut bagian tengah. Ginjal kanan adalah relatif kranial,
berdekatan dengan lobus kanan hati; kiri lebih kaudal. Ginjal Manusia juga terletak
retroperitoneal di perut posterior dan, seperti ginjal hewan pengerat, juga dikelilingi oleh
jaringan lemak. atas dari ginjal manusia berada pada tingkat tepi atas tulang rusuk toraks ke-12,
sedangkan kutub bawah meluas ke iga ke-3. Ginjal kanan adalah biasanya sedikit lebih rendah
(inferior/ekor) dari kiri.

SISTEM SARAF
K. OTAK
Korteks serebral memiliki lapisan luar materi abu-abu yaitu, daerah kaya neuron) dan inti
pusat materi putih (yaitu, zona terutama terdiri dari proses neuron bermielin dan berbagai sel
glia pendukung). Ketebalan materi abu-abu dan jumlah materi putih yang mendasarinya jauh
lebih besar pada manusia dibandingkan dengan hewan pengerat sebagai konsekuensi dari intra
dan kortikal serebrokortikal yang lebih besar konektivitas interhemispheric diperlukan untuk
mendukung proses kognitif, seperti yang ditunjukkan oleh banyak gyri besar di otak manusia.

Gambar 7. Perbandingan Otak Tikus dan


Otak Manusia

Hipotalamus, yang terletak di bagian ventral (inferior) talamus, terletak di dekat


persimpangan banyak jalur saraf utama serta tangkai hipofisis. mengintegrasikan fungsi
homeostatik dari sistem otonom, endokrin, dan somatosensori. Inti di wilayah ini digambarkan
dengan buruk di hewan pengerat dan manusia.

Cerebellum dapat dibagi menjadi corpus, yang mengoordinasikan gerakan otot dan nada,
dan wilayah flocculonodular, yang mengontrol keseimbangan. Perbedaan makroskopik dalam
anatomi serebral membedakan otak hewan pengerat dan manusia. Dibandingkan dengan hewan
pengerat, manusia memiliki hemisfer serebelar lateral yang diperluas sebagai adaptasi yang
terkait dengan anggota tubuh yang berkembang dengan baik mampu melakukan gerakan mandiri
yang luas, terutama dari angka. Lobulus serebral di manusia jauh lebih besar daripada hewan
pengerat karena pertambahan panjang dan jumlah “folia”. Inti serebral dalam pada hewan
pengerat relatif lebih kecil dan kurang terdefinisi dibandingkan kepada manusia. Meskipun
kuantitatif ini perbedaan dalam struktur serebelum, kualitas fungsi dasarnya serupa untuk
manusia dan hewan pengerat.

Diencephalon, bagian otak di bawah korteks serebral tengah, adalah bagian paling primitif
dari serebrum. diencephalon mengandung banyak koneksi otak yang terkait erat (disebut "sistem
limbik") yang bersama-sama untuk mengatur emosi dan perilaku yang penting untuk sosialisasi;
bertahan hidup (makan, berkelahi, dan melarikan diri); dan memori. sistem limbik juga
mempengaruhi beberapa organ visceral melalui saraf eferen dari sistem otonom sistem saraf
(ANS). Pusat diensefalik berpartisipasi dalam sistem limbik termasuk amigdala, forniks, nukleus
habenularis, hipokampus, hipotalamus, septum, dan rostral (anterior) nukleus talamus. Dari
jumlah tersebut, hipokampus, talamus, hipotalamus, dan amigdala paling banyak mengalami
analisis neuropatologi di hewan pengerat dan manusia karena terkenal korelasi fungsional.

6.2. Fisiologi
6.2.1. Percobaan Difusi
Difusi adalah suatu zat berpindah dari tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke
tempat yang konsentrasinya lebih rendah.
Pada praktikum ini,percobaan difusi sederhana dilakukan dengan menggunakan
kristal KMn4 sebagai penentu terjadinya sebuah reaksi difusi,dipilihnya KMnO4 karena
kristal KMnO4 memiliki konsentrasi yang tinggi dibandingkan akuades. Dengan
demikian,hal ini sesuai dengan pengertian difusi dimana terjadi perpindahan partikel
berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga KMnO4 dapat berdifusi ke dalam
akuades. Berdasarkan data pengamatan, kristal KMnO4 mengalami difusi lebih cepat di
dalam air hangat bersuhu 50°C dengan tanda lebih cepat nya melarut di dalam air dan
warna yang dihasilkan sangat merata dan pekat.Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 8. Hasil Difusi


Sederhana
Hal ini disebabkan karena adanya faktor suhu yang berpengaruh dalam kecepatan
berdifusi,semakin bertambah tinggi suhu maka partikel mendapatkan energi yang semakin
tinggi bergerak,maka kecepatan difusi semakin cepat. (Campbell, Reece, & Mitchell,
Biologi Jilid 1, 2002)
Selanjutnya,dilakukan percobaan difusi senyawa pada media agar dengan
menggunakan kristal KMnO4 dan pembanding kristal metil jingga. Penggunaan agar
diibaratkan sebagai membran tebal yang ada di dalam tubuh manusia sedangkan
penggunaan kristal KMnO4 dan kristal metil jingga karena memiliki konsentrasi yang
sama sama tinggi namun memiliki berat molekul yang berbeda sehingga dapat
dibandingkan kecepatan berdifusi di dalam agar. Diketahui berat molekul kristal KMnO4
adalah sebesar 158,003 g/mol (Ditjen POM, 2014). Sedangkan berat molekul metil jingga
adalah sebesar 327,33 g/mol (Ditjen POM,1979). Berdasarkan data pengamatan,kristal
KMnO4 lebih cepat berdifusi dibandingkan kristal metil jingga dengan ditandainya
penyebaran di dalam agar yang lebih luas.Dapat dilihat pada gambar dibawah ini;

Gambar 9. Hasil Difusi Media Agar


Hal ini dapat terjadi,karena adanya perbedaan berat molekul yang dapat menjadi salah
satu faktor kecepatan difusi. Semakin kecil berat molekul maka zat akan lebih cepat berdifusi.
Kemudian,percobaan difusi melalui membran dengan menggunakan larutan koloidal
yang diibaratkan dengan keadaan di dalam tubuh dan penggunaan kantung selofan diibaratkan
sebagai membran tubuh yang mempunyai pori-pori sebagai jalur keluar masuknya suatu zat.
Jika zat tersebut melewati kantung selofan maka zat tersebut memiliki pori-pori yang lebih
kecil dibandingkan pori-pori kantung selofan begitu pula sebaliknya.Dan dilakukan percobaan
dan pengujian beberapa zat,diantaranya pengujian zat NaCl,Glukosa(gula pereduksi),dan
Albumin.
Pada pengujian NaCl,dilakukan penambahan larutan AgNO3 untuk mendeteksi apakah
NaCl telah mengalami difusi dengan ditandai adanya endapan. Pada tabung 3 mengalami
perubahan dengan terjadinya endapan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini;

Gambar 10.
Hasil Uji
Kandungan
NaCl
Hal ini disebabkan terjadi reaksi antara AgNO3 dengan NaCl sehingga menghasilkan
endapan putih AgCl2 yang menunjukan bahwa NaCl positif berdifusi.
Pada pengujian glukosa,dilakukan penambahan larutan benedict yang ditujukan untuk
mendeteksi senyawa gula pereduksi yang ditandai dengan adanya endapan berwarna
merah,kuning,hijau. Pada tabung 6, larutan mengalami perubahan yang ditandai dengan
endapan berwarna merah artinya tidak ada proses difusi di tabung tersebut, karena didalamnya
mengandung glukosa/gula pereduksi yang memiliki berat molekul yang tinggi sehingga tidak
dapat berdifusi. Sedangkan, pada tabung 4 dan 5 warna campuran kedua zat menjadi biru
setelah dipanaskan dan tidak terdapat endapan merah bata artinya terjadi proses difusi pada
kedua tabung tersebut. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini;

Gambar 11.Hasil
Uji Kandungan
Glukosa
Pada pengujian zat albumin, penambahan larutan HNO3 yang dapat mendeteksikan
adanya suatu zat albumin atau protein dengan ditandai adanya kekeruhan. Pada 7 dan tabung 8
larutan tetap bening yang artinya larutan yang terdapat dalam tabung 7 dan 8 tidak mengandung albumin
dan dapat berdifusi. Pada tabung 9 larutan mengalami kekeruhan putih yang artinya larutan di dalam
tabung 9 mengandung albumin yang memiliki berat molekul besar sehingga tidak dapat terdifusi. Dapat
dilihat pada gambar dibawah ini;

Gambar 12. Hasil Uji


Kandungan Albumin

6.1.2. Percobaan Osmosis


Kantung selofan berfungsi sebagai membran permiabel, karena secara mikroskopis
kantung selofan terdapat pori-pori (Sari, Wuryanti, & Anam, 2013). Osmosi yaitu
perpindahan ion/molekul dari kerapatan tinggi ke kerapatan rendah dengan melewati
membran selektif permeable atau semi permeabel. Hal ini berarti membran tersebut hanya
dapat dilalui oleh molekul-molekul air tetapi tidak oleh molekul lainnya (Utari, &
Tresnawati, 2011).
Percobaan osmosis dilakukan dengan menggunakan kantung selofan yang
diibaratkan sebagai membran permiabel yang akan dilewati oleh molekul air. Dan
menggunakan 5 kantung yang didalamnya berisi larutan yang berbeda beda. Berdasarkan
data pengamatan,kantung 1 tidak mengalami perubahan bobot kantung ketika sesudah dan
sebelum dicelupkan ke dalam beaker glass pertama berisi air hangat,hal ini disebabkan
tidak adanya perpindahan antar keduanya karena memiliki konsentrasi yang sama/stabil.
Sedangkan,pada kantung 2,3,dan 4 mengalami perubahan bobot kantung dengan
ditandai bertambahnya bobot kantung setelah dicelupkan kedalam larutan beaker glass
pertama berisi air hangat,hal ini terjadi karena adanya perpindahan air hangat yang
memiliki konsentrasi rendah ke dalam kantung selofan berisi larutan sukrosa yang
memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Begitu pula,pada kantung 5 yang mengalami
perubahan bobot kantung namun ditandai dengan berkurang nya bobot kantung selofan
setelah dicelupkan kedalam larutan beaker glass kedua berisi larutan sukrosa 60% ,hal ini
dapat terjadi karena adanya perpindahan air hangat di dalam akuades yang memiliki
konsentrasi rendah kedalam beaker glass berisi larutan sukrosa 60% yang memiliki
konsentrasi lebih tinggi.Hal tersebut dapat terjadi karena adanya fenomena
osmosis,dimana adanya perpindahan molekul air dari konsentrasi/kerapatan rendah ke
konsentrasi yang lebih tinggi.
VII. Kesimpulan
Pada praktikum ini,dapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan melakukan pembedahan (dissection)terhadap mencit dapat terlihat organ- organ
di dalam tubuh.
2. Transportasi zat di dalam tubuh terbagi menjadi dua,yaitu transport aktif dan transport
pasif. Pada transportasi pasif terdapat dua mekanisme yaitu, difusi dan osmosis.
Difusi adalah perpindahan partikel yang memiliki kosentrasi tinggi ke konsentrasi yang
lebih rendah.
Osmosis adalah perpindahan molekul air yang memilikik konsentrasi rendah (larutan
encer) ke konsentrasi lebih tinggi (larutan pekat).
VIII. Daftar Pustaka

Agustina I gusti Ayu Tri., 2014. Konsep Dasar IPA: Aspek Biologi, Yogyakarta: Penerbit
Ombak: 43-44.
Amin & Hardhi., 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus (1), Yogyakarta: Mediaction.
Campbell N A, Reece J B & Mitchell L G., 2003. Biologi Jilid 2 (5) Penerjemah:
Wasmen, Jakarta: Penerbit Erlangga
Campbell N A, Reece J B & Mitchell L G., 2010. Biologi Jilid 3 (8) Penerjemah:
Damaring Tyas Wulandari, Jakarta: Penerbit Erlangga
Imaningtyas & Yossa I., 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Erlangga
Nurhastuti & Iswari M., 2018. Anatomi Tubuh Manusia, Kuningan: Goresan Pena: 1 &
6
Sutarto Toto, Gani, Utari & Tresnawati., 2011. Pengantar Biologi Sel, Unpas Press,
Bandung
Syaifuddin., 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan (4), Jakarta: EGC
Soewolo., 2000. Pengantar Fisiolgi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai