Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 1
TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

Disusun oleh kelompok B6 :

Sulistia Rahmawati (10060321092)


Irma Darmawati (10060321093)
Syahla Mutiara (10060321094)
Fadira Crysta Ratu F (10060321095)
Desi Nurhidayah (10060321096)
Hasbi Imanulhaq (10060321097)
Rahmah Zahra Azama (10060321098)

Nama Asisten Dosen : Muhammad Fakhrur Rajih, S.Farm


Tanggal praktikum : 22 November 2021
Tanggal pengumpulan laporan : 29 November 2021

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021
PERCOBAAN 1
TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN

I. Tujuan Percobaan
1. Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu:
2. Menunjukkan letak organ – organ tubuh.
3. Menjelaskan mekanisme transportasi zat dalam tubuh.

II. Teori Dasar

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bagian dalam dan luar struktur
tubuh manusia dan hubungan fisiknya dengan bagian tubuh lainnya. Anatomi sastra
juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dari kata "Ana" untuk bagian atau
pembedahan, dan "Tomi" untuk memotong. Oleh karena itu, anatomi juga dapat
dipahami sebagai ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh baik secara
keseluruhan maupun sebagian serta hubungan antara organ-organ dalam tubuh yang
satu dengan yang lainnya. Kata fisiologi juga berasal dari kata Yunani yang
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana suatu organisme melakukan fungsi
utamanya. Fisiologi adalah kata latin yang berasal dari kata “Physiology” (Fisis)
yaitu sifat atau cara melakukan sesuatu. "Logos" adalah ilmu. Jadi, fisiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang fisiologi atau kerja atau fungsi dari setiap jaringan
tubuh atau bagian dari organ dan fungsi tubuh. (Anderson, 1999)

Anatomi Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur atau


bagian-bagian tubuh dan fungsi organ-organ dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki
cara unik untuk mempertahankan keadaan stabilnya. Berbagai perubahan terjadi di
lingkungan internal dan eksternal tubuh yang dapat mempengaruhi homeostasis.
(Anderson, 1999)

Adapun fungsi organ organ tubuh sebagai berikut :


1. Paru – paru
Paru- paru berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida pada pernafasan melalui paru/pernafasan
eksterna. Tubuh melakukan usaha memenuhi kebutuhan O2 untuk
proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil
metabolisme dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama
kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah yang kaya oksigen. (Syarifuddin, 2010)

2. Hati
Hati selain merupakan salah satu organ terbesar dalam tubuh
manusia dan memiliki fungsi terbanyak. Fungsi hati dapat dilihat
sebagai organ keseluruhan dan dapat dilihat dari sel-sel dalam hati
fungsi hati sebagai organ keseluruhan diantaranya hati ikut mengatur
keseimbangan cairan elektrolit karena semua cairan dan garam akan melewati hati
sebelum memasuki jaringan ekstraseluler lainnya, hati bersifat sebagai spons akan
mengatur volume darah, hati sebagai alat saringan atau filter. (Hadi, 2000)

3. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terdiri atas korteks dibagian luar dan
medula dibagian dalam. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
adrenal pada bagian medula adalah hormon epinefrin atau adrenalin,
norepinefrin yang berfungsi sebagai respon stres, menaikkan kadar
gula darah, meningkatkan frekuensi detak jantung. serta
meningkatkan laju metabolic. (Campbell, Neil A et.al, 2000).

4. Prankeas
Pankreas terletak di perut bagian atas di belakang perut.
Pankreas adalah bagian dari sistem pencernaan yang membuat dan
mengeluarkan enzim pencernaan ke dalam usus, dan juga organ
endokrin yang membuat dan mengeluarkan hormon ke dalam darah
untuk mengontrol metabolisme energi dan penyimpanan seluruh
tubuh. (Longnecker, 2014).

5. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk
dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus. (Pearce, 1999)

6. Rektum
Rektum merupakan sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,
yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
(Pearce, 1999)

7. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kenari,
terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterina dan terikat
di sebalah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi
sejumlah besar ovum belum matang, yang di sebut oosit primer.
Pematangan filikel Graaf dan pengeluaran ovum di sebut ovulasi. Ovarium memiliki
3 fungsi yaitu: 1) Fungsi utama ovarium adalah sebagai tempat pematangan sel-sel
germinal dan produksi hormon. 2) Produksi ustrogen. 3) Produksi progesterone.
(Syaifuddin, 2007)

8. Diafragma
Pernapasan perut adalah pernapasan yang menggunakan
otot-otot diafragma. Otot-otot sekat rongga dada berkontraksi
sehingga diafragma yang semula cembung menjadi agak rata,
dengan demikian paru-paru dapat mengembang ke arah perut
(abdomen). Pada waktu itu rongga dada bertambah besar dan
udara terhirup masuk.dimana fungsi utama diafrgma untuk membantu pernapasan.
(Syaifuddin, 2007)

9. Vesika urinaria
Vesika urinaria atau kantung kemih bekerja sebagai
penampung urine, yang berbentuk seperti pir (kendi). (Purnomo
Basuki, 2011)

10. Usus halus (intestinum)


Usus halus merupakan tempat penyerapan sari makanan dan
tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang. Di dalam
usus halus terjadi proses pencernaan dan penyerapan sari makanan.
Pencernaan makanan masih terjadi di usus dua belas jari sedangkan
penyerapan sari makanan terjadi di usus penyerapan. (Sulistyowati,
2015)

11. Usus besar


Usus besar (sektum,kolon,dan rectum). Sektum adalah bagian
usus besar yang berfungsi untuk menyerap cairan dan garam. Di ujung
sekum terdapat usus buntu atau apendiks. Bagian yang terasa sakit
pada orang yang menderita radang usus buntu adalah di perut sebelah
kanan bawah. Kolon dibedakan menjadi kolon naik, kolon datar, dan
kolon turun. Kolon juga berfungsi menyimpan makanan. Kemudian sisa makanan
masuk ke rektum, dan kemudian dikeluarkan melalui anus. Sisa pencernaan yang
dikeluarkan melalui anus (feses atau tinja). Sebelum dikeluarkan dari anus, sisa
makanan di dalam usus besar dibusukkan terlebih dahulu oleh bakteri
Escherichiacoli. (Sulistyowati, 2015)

12. Limpa
Limpa merupakan tempat respon imun utama yang
merupakan saringan terhadap antigen asal darah. Limpa
merupakan tempat terjadinya filtrasi eritrosit yang terinfeksi
parasit, selain itu limpa juga merupakan tempat utama
pengaturan sistem imun untuk menentukan komponen imunitas
yang akan diaktifkan (Baratawidjaja, 2014).
13. Lambung
Lambung adalah salah satu organ dalam sistem percernaan
pada manusia yang berfungsi untuk mencerna makan dan menyerap
beberapa sari-sari makanan. (Almatsier, 2004)

14. Jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan oleh paru-paru. (Syarifudin,
2006)

15. Trakea
Trakea merupakan organ yang mengalirkan udara dari dan
menuju paru-paru, yang berbentuk tabung rongga lebarm yang
menghubungkan laring ke bronkus paru-paru. (Sulistyowati, 2006)

Transpor membran sel merupakan proses pengangkutan materi atau molekul


dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah tanpa
menggunakan ATP, atau proses pengangkutan molekul dari daerah yang
konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya tinggi dengan menggunakan
energi hasil metabolisme ATP, dan kedua proses tersebut berlangsung secara terpadu
untuk menjaga kesetimbangan molekul biologis di dalam sel (Siti Suhartia, 2013)

Transpor membran sel terbagi menjadi 2 yaitu transpor aktif dan transpor
pasif. Transpor aktif menggunakan energi untuk menggerakkan zat terlarut
melawan gradiennya. Kebutuhan energi dalam transpor aktif. Transpor aktif
memungkinkan sel mempertahankan konsentrasi internal zat terlarut kecil yang
berbeda dari konsentrasi di lingkungan. ATP menyediakan energi bagi sebagian
besar transpor aktif. Contoh transpor aktif yaitu eksositosis, endositosis, dan
pinositosis. (Campbell, 2010).

Ada 2 jenis transpor aktif yaitu, (Toto, 2011)


1. Transpor aktif primer (energi dari hidrolisis ATP) yaitu transpor
bergantung kepada potensial membran. Sebagai contoh transpor aktif primer yaitu
proses Pompa natrium kalium (sodium-potassium pump), sistem transpor ini
memompa ion melawan gradien konsentrasi yang curam.
2. Transpor aktif sekunder (energi dari gradien ion) menggunakan energi
yang terkandungdalam gradien ion/potensial membran, sebagai hasil dari pompa
Na+ dan K+, maka konsentrasi Na+ cenederung untuk berdifusi kembali ke dalam
sel karena perbedaan konsentrasi.

Sedangkan transpor pasif adalah difusi zat melintasi membran tanpa


mengeluarkan energi. Transpor Pasif hanya terjadi dari gardien zat konsentrasi tinggi
ke arah gradien zat yang konsentrasinya rendah sesuai dengan gradien konsentrasi,
melalui bilayer lipid, terusan protein, ataupun protein pembawa, tidak mengeluarkan
energi, yang termasuk kedalam transpor pasif. Perpindahan molekul tersesbut terjadi
secara spontan mengikuti gradien konsentrasi. Contoh Transpor Pasif yaitu difusi
dan osmosis. (Utari, & Tresnawati, 2017)

Difusi adalah perpindahan molekul-molekul zat dari konsentrasi tinggi ke


konsentrasi rengdah baik memlalui membran plasma atau tidak. Difusi dibedakan
menjadi dua yaitu difusi sederhana dan difusi terbantu. Contohnya yaitu proses
molekul glikosa melewati membran. ( Sulistyowati, 2010).

Osmosis adalah transpor pasif air yaitu perpindahan ion/ molekul dari
kerapatan tinggi ke kerapatan rendah dengan melewati membran selektif permeable
atau semi permeble. Hal ini berarti membran tersebut hanya dapat dilalui oleh
molekul-molekul air tetapi tidak oleh molekul lainnya. (Utari, & Tresnawati, 2017)

III. Alat dan bahan


Alat Bahan
Alat pelubang AgNO3 1%
Batang pengaduk Agar
Cawan petri Air hangat
Gelas piala 50ml dan 100ml Asam asetat
Kaki tiga Eter
Lampu spirtus Kristal KMnO₄
Penangas air Kristal metil jingga
Pipet tetes Larutan benedict
Tabung reaksi dan raknya Larutan glukosa 5%
Tali Larutan sukrosa 20%, 40%, 60%
Selofan Metil jingga
NaCL 0,9%
Putih telur

IV. Prosedur percobaan

1) Prosedur Percobaan Anatomi

a. Anatomi Tubuh manusia


Anatomi tubuh manusia bagian toraks (dada) dan abdomen (perut)
diamati berdasarkan pembedahan dengan diguntingnya midsagital dalam kulit
sepanjang daerah abdomen dan toraks secara lateral pada bagian anterior dan
posterior dari torehan midsagital, kemudian organ dalam dipamerkan dengan
torehan sepanjang rongga abdomen dan torehan lateral.
b. Anatomi tubuh tikus Prosedur
Tikus dibius terlebih dahulu, kemudian tikus diletakkan di atas bakı
bedah dengan posisi abdomen menghadap ke atas. Lalu dilakukan pemotongan
sepanjang dinding abdomen tikus, ketika rongga tubuh bagian đalam terbuka,
tikus dibasahi dengan NaCl fisiologis sesekali.

2) Fisiologi
a. Percobaan difusi
i. Difusi Sederhana
Kristal KMnO₄ dimasukkan beberapa butir ke dalam sebuah gelas piala
yang telah diisi setengahnya dengan air. Kemudian dilakukan pengamatan
selama l jam, dengan interval waktu 15 menit menggunakan air hangat.

ii. Difusi Senyawa Pada Media Agar


Larutan agar dibuat 2%, kemudian dimasukkan kedalam gelas piala.
Kemudian agar tersebut dididihkan hingga diperoleh larutan berwarna bening.
Lalu, agar dituangkan sebanyak 5 ml ke cawan petri dan dibiarkan memadat.
Setelah agar memadat, dibuat 2 buah lubang dengan jarak 3 cm pada agar.
Kemudian diletakkan kristal KMnO₄ pada salah satu lubang dan kristal metil
jingga pada lubang yang lain. Jarak difusi antara K KMnO₄ dan metil jingga
dicatat sebagai fungsi waktu.

iii. Difusi melalui Membran


Larutan koloidal dibuat yang terdini dari air, putih telur, natium klonda
0,9%, dan glukosa 5%. Kemudian larutan koloidal dimasukkan ke dalam
kantung selofan sebanyak ¾ penuh. Lalu kantung selofan diikat, kemudian
digantungkan pada batang pengaduk dengan tali. Selanjutnya kantung selofan
dicelupkan ke dalam gelas piala yang berisi akuades dengan posisi melayang.
Kemudian di diamkan selama 1 jam, setelah 1 jam, diuji kandungan NaCI,
albumin dan glukosa dalam larutan pada gelas piala.

 Uji kandungan NaCl


Pada uji kandungan NaCl ditabung reaksi 1 dimasukan 3ml cairan yang
berasal dari gelas piala, kemudian ditabung reaksi 2 dimasukkan 3 ml akuades,
lalu ditabung reaksi 3 dimasukkan 3 ml larutan NaCl 0,9%. Setelah itu pada
tabung reaksi1,2,dan 3 ditambahkan beberapa tetes AgNO3. Kemudian diamati
pada ketiga tabung tersebut.

 Uji kandungan glukosa


Pada uji kandungan glukosa ditabung 4 dimasukan 3 ml cairan yang
berasal dari gelas piala, kemudian ditabung reaksi 5 dimasukkan 3 ml akuades,
lalu ditabung reaksi 6 dimasukkan 3 ml larutan glukosa. Setelah itu pada tabung
reaksi 4, 5, dan 6 ditambahkan 3 ml larutan Benedict, kemudian didihkan selama
beberapa menit, lalu didinginkan. Kemudian diamati pada ketiga tabung tersebut.
 Uji kandungan albumin
Pada uji kandungan albumin ditabung 7 dimasukan 3 ml cairan yang
berasal dari gelas piala, kemudian ditabung reaksi 8 dimasukkan 3 ml akuades.
lalu ditabung reaksi 9 dimasukkan 3 ml putih telur. Setelah itu Ke dalam tabung
reaksi 7, 8, dan 9 dimasukkan beberapa tetes HNO3. Kemudian diamati pada
ketiga tabung tersebut.

b. Percobaan osmosis
Disiapkan 5 kantung selofan berukuran sama. Pada kantung 1 diisi 10ml
air hangat. Pada kantung 2 diisi 10ml larutan sukrosa 20% 10 ml. Pada kantung 3
diisi 10ml larutan sukrosa 40%. Pada kantung 4 larutan sukrosa 60%. Pada
kantung 5 diisi 10ml akuades hangat. Kemudian semua kantung ditutup dan
diikat dengan tali hingga tidak terdapat udara dalam kantung. Lalu tiap kantung
ditimbang bobotnya. Kemudian kantung 1 sampai 4 dicelupkan ke dalam gelas
piala berisi air hangat (satu kantung dicelupkan dalam satu gelas piala). Pada
kantung 5 dicelupkan ke dalam gelas piala berisi larutan sukrosa 60%. Setelah 15
menit, kantung-kantung diangkat dan dikeringkan bagian luarnya. Kemudian tiap
kantung ditimbang bobotnya. Setelah itu, kantung-kantung dicelupkan kembali
ke dalam gelas piala masing-masing. Dan diulangi pada menit ke-30, 45, 60, dan
75.

V. Data pengamatan

Fisiologi
a. Percobaan difusi
i. Difusi sederhana
Kristal KMnO4 pada saat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi air hangat lebih cepat bereaksi dan menghasilkan warna lebih
pekat, sedangkan di tabung reaksi yang berisi air normal, kristal KMnO4
tidak cepat bereaksi. Berikut tabel yang diperoleh dari hasil percobaan.

Waktu Kecepatan Difusi KmnO4


(Menit) Suhu Ruangan Air Hangat 50
10 + ++
20 ++ ++++
30 +++ ++++++
40 ++++ ++++++++
50 +++++ ++++++++++
60 ++++++ ++++++++++++
Keterangan tanda (+) menandakan intensitas warna pada beaker glass
ii. Difusi Melalui Media Agar

Waktu Jarak Difusi


(Detik) Metil Jingga KMnO4
0 0 0
15 1 1,5
30 1,2 2,8
45 1,5 3,2
60 1,8 4
75 2,0 5
90 2,2 5,2
105 2,5 6

 Grafik Waktu Terhadap Jarak Difusi Metil Jingga dan Kristal


KMnO4

TABEL
7

0
0 15 30 45 60 75 90 105

 Perhitungan Berat Molekul Kedua Senyawa (Metil Jingga dan


KMnO4)
a.) Metil Jingga (
(Ar C = 12, H = 1, N = 14, 0 = 16, S = 32, Na = 22)
Mr = Ar C + Ar H + Ar N + Ar Na + Ar O + Ar S
= (14.12) + (14.1) + (3.14) + (1.22) + (3.16) + (1.32)
= 168 + 14 + 42 + 22 + 48 + 32
= 327 g/mol

b.) KMnO4
(Ar K = 39, Ar Mn = 55, Ar O = 16)
Mr = Ar K + Ar Mn + Ar O
= (1.39) + (1.55) + (3.16)
= 39 + 55 + 48
= 158 g/mol
iii. Difusi Melalui Membran

Tabel 3.1 Data Pengamatan Difusi Melalu Membran


Percobaan Hasil Pengamatan
I. Tabung 1 (Cairan dalam gelas piala)
Setelah ditambahkan beberapa tetes
, cairan dalam gelas piala menjadi
keruh dan terdapat endaapan.
II. Tabung 2 ( Akuades0
Setelah ditambahkan beberapa tetes
, akuades tidak mengalami
Uji Terhadap NaCl perubahan, akuades tetap tidak berwarna
dan tidak terjadi endapan putih.
III. Tabung 3 (NaCl)
Setelah ditambahkan beberapa teTES
, Larutan berubah menjadi keruh
berwarna putih dan terdapat endapan
berwarna putih.
I. Tabung 4 (cairan dalam gelas piala)
Pada saat ditambahkan Benedict,
mengalami perubahan cairan menjadi
biru dan terdapat endapan hijau.
II. Tabung 5 (Akuades)
Pada saat ditambahkan Benedict, akuades
mengalami perubahan cairan menjadi
Uji Terhadap Glukosa biru dan tidak terdapat endapan.
III. Tabung 6 (Glukosa)
Pada saat ditambahkan dengan Benedict,
larutan glukosa mengalami perubahan
cairan menjadi berwarna orange dan
terdapat endapan merah bata.
I. Tabung 7 (Cairan dalam gelas kimia)
Pada saat ditambahkan larutan ,
tidak terjadi perubahan dan tidak terdapat
endapan.
II. Tabung 8 (Akuasdes)
Uji Terhadap Albumin Pada saat ditambahkan dengan larutan
, tidak terjadi perubahan dan tidak
tidak terdapat endapan.
III. Tabung 9 (Putih Telur)
Pada saat ditambahkan dengan ,
terdapat endapan putih dan larutannya
menjadi keruh.
b. Percobaan Osmosis
Pada percobaan osmosis didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Rata-Rata Bobot Kantong Selofan


Kantong Berat Kantong Setiap 15 Menit (Gram)
(Nomor) 0 15 30 45 60 75
1 10,20 10,21 10,20 10,20 10,19 10,20
2 12,70 12,75 12,81 13,05 13,19 13,28
3 14,51 14,60 14,79 14,79 15,20 15,31
4 16,25 16,32 16,45 16,89 16,98 15,21
5 10,18 10,09 10,04 9,95 9,86 9,72

a. Pada kantong 1 = Bobot tetap tidak mengalami kenaikan maupun


penurunan, terjadi proses Isotonik,
b. Pada kantong 2 = Bobot mengalami kenaikan, terjadi proses
Hipertonik,
c. Pada kantong 3 = Bobot mengalami kenaikan, terjadi proses
Hipertonik,
d. Pada kantong 4 = Bobot mengalami kenaikan, terjadi proses
Hipertonik,
e. Pada kantong 5 = Bobot mengalami penurunan, terjadi proses
Hipotonik.

VI. Pembahasan

1) Prosedur percobaan anatomi

Anatomi tubuh manusia


Anatomi tubuh manusia pada bagian thoraks (dada) dan abdomen (perut)
diamati berdasarkan pembedahan dengan digunting midsagital dalam kulit
sepanjang daerah abdomen dan thoraks, kemudian pengguntingan kulit
secara lateral pada bagian anterior dan posterior dari torehan midsagital,
torehan sepanjang rongga abdomen, dan torehan lateral untuk memamerkan
organ dalam.
Adapun beberapa macam sistem pada organ tubuh manusia, yaitu:
a. Sistem Rangka
Fungsi sistem rangka untuk bergerak, menopang, dan memberikan
bentuk tubuh melindungi organ organ dalam, serta sebagai tempat
melekatnya otot-otot.
b. Sistem Otot
Sistem otak terdiri dari sekitar 650 otot yang membantu pergerakan,
aliran darah, dan fungsi tubuh lainnya.
c. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredarah darah berfungsi untuk mengedarkan darah ke
seluruh tubuh, melindungi tubuh melalui sel darah putih dengan
melawan patogen atau kuman yang telah masuk ke dalam tubuh, dan
mempertahankan homeostasis atau keseimbangan kondisi tubuh pada
beberapa kondisi internal.
d. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan berfungsi untuk menerima makanan, mengubah,
dan memproses makanan menjadi energi, menyerap yang terdapat
pada makanan ke aliran darah serta membuang sisa makanan tersisa
atau yang tidak dapat dicerna oleh tubuh.
e. Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar yang mengeluarkan
hormon dalam darah, kelenjar dikendalikan secara langsung oleh
rangsangan dari sistem saraf dan oleh reseptor kimiawi dalam darah
dan hormon yang diproduksi oleh kelenjar. Dengan mengatur fungsi
organ dalam tubuh, kelenjar ini juga membantu menjaga homeostatis
tubuh, metabolisme seluler, reproduksi, perkembangan seksual,
homeostasis gula dan mineral, denyut jantung, dan pencernaan yang
merupakan satu dari banyak proses yang diatur oleh hormon.
f. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan berfungsi untuk menyediakan oksigen ke seluruh
tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida.
g. Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk pertahanan tubuh terhadap
bakteri atau virus yang mungkin berbahaya dengan menjaga patogen-
patogen tersebut.
h. Sistem Limfatik
Sistem limfatik berfungsi untuk membuat dan memindahkan getah
bening atau cairan bening yang mengandung sel darah putih, yang
membantu tubuh melawan infeksi, sistem limfatik juga berfungsi
menghilangkan kelebihan cairan getah bening dari jaringan tubuh,
dan mengembalikan ke darah.
i. Sistem Ekskresi dan Urinaria
Sistem ekskresi dan urinaria berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa
yang tidak dibutuhkan lagi oleh manusia.
j. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi berfungsi untuk tetap memperoleh keturunan.
k. Sistem Integumen
Sistem integumen berfungsi untuk melindungi dari dunia luar, dan
merupakan pertahanan pertama tubuh melawan bakteri, virus dan
patogen lainnya. Kulit juga membantu mengatur tubuh dan
menghilangkan limbah zat sisa melalui keringat. Selain itu, sistem
integumen meliputi rambut dan kuku.

Anatomi Tubuh Tikus


Anatomi tubuh tikus memiliki kemiripan dengan anatomi tubuh manusia.
Pada pengamatan ini adapun proses yang di gunakan melalui modul
pembedahan pada tikus untuk melihat posisi dari organ organ dan melihat
perbedaan antara organ reproduksi pada tikus jantan dan betina. Pada
pengamatan, adapun prosedur yang digunakan untuk pembedahan tikus yaitu
tikus dibius terlebih dahulu tikus, lalu tikus diletakkan di atas baki bedah
dengan posisi abdomen menghadap ke atas, kemudian dilakukan pemotongan
sepanjang dinding abdomen tikus, hati – hati jangan melakukan pemotongan
terlalu dalam dan diperhatikannya ujung gunting tetep menghadap atas .
Ketika rongga tubuh bagian dalam terbuka dibasahi dengan NaCl fisiologis
sesekali, tujuan disiramnya larutan NaCl pada tikus karena NaCl salah satu
larutan yang berfungsi untuk memperlambat pembusukan pada organ tubuh.
Setelah kulit tikus dibelah terlihat bagian dalamnya yaitu:
a. Pankreas: Organ yang berada di bawah lambung dan mensekresikan
insulin.
b. Esophagus: Bagian organ yang menghubungkan antara mulut dan
lambung.
c. Paru-paru: Organ sistem respirasi yang berada dibagian kiri dan
kanan jantung.
d. Jantung: Organ yang berukuran besar yang terletak di rongga toraks
dan berada di bagian posteriori dari diafragma.
e. Jejenum (usus kosong): Bagian dari usus halus yang terletak setelah
duo denum

2) Fisiologi

Pada percobaan Fisiologi, diamati dua macam jenis transport pasif


aktivitas sel, yakni difusi dan osmosis. Dilakukan 3 percobaan difusi yaitu
difusi sederhana, difusi senyawa pada media agar, dan difusi melalui
membran.
a. Percobaan difusi
i. Difusi Sederhana
Difusi Sederhana merupakakan zat yang dapat berdifusi secara
spontan hingga mencapai kerapatan yang sama dalam suatu ruangan.
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses difusi sederhana yaitu
ukuran partikel, ketebalan membran, luas suatu area, jarak, dan suhu. Pada
percobaan difusi sederhana kristal KMnO4 yang dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 10 mL air. Lalu diamati satu jam, dengan interval
waktu 15 menit. Diulangi dengan percobaan menggunakan air hangat
(50°C). Pada percobaan ini kristal KMnO₄ yang dimasukkan ke dalam air
hangat lebih cepat berdifusi daripada kristal KMnO₄ yang dimasukkan ke
air biasa, karena difusi sederhana sangat dipengaruhi oleh suhu, semakin
tinggi suhu maka partikel akan lebih cepat untuk bergerak kecepatan
difusinya.
ii. Difusi Senyawa Pada Media Agar
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan difusi media agar
dengan membandingkan KMnO₄ dan metil jingga. Dilakukan dengan
menuangkan larutan agar pada cawan dan dibiarkan memadat. Setelah
memadat, dibuat dua lubang dengan jarak kira-kira 3 cm. Setiap masing-
masing lubang ditempatkan KMnO₄ dan metil jingga.
Hasil yang didapatkan yaitu bahwa KMnO₄ lebih cepat berdifusi, karena
jarak KMnO₄ lebih jauh dibandingkan dengan metil jingga. Hal ini karena
kecepatan difusi dipengaruhi oleh berat molekul. Semakin kecil berat molekul,
semakin cepat partikel itu bergerak, sehingga kecepatan difusi akan semakin
tinggi. Di mana BM dari KMnO4 adalah 158 g/mol, sedangkan BM dari metil
jingga adalah 327 g/mol.
Difusi merupakan proses penyebaran suatu zat padat, cair, maupun gas
dari posisi yang mendapat konsentrasi tidak terlalu tinggi ke posisi dengan zat
terlarut mentah. Pada difusi ini kita menggunakan agar sebagai media. Pada
difusi terjadi perbedaan prinsip konsentrasi zat yaitu dimana pada zat dengan
konsentrasi tinggi akan bergerak menuju di mana konsentrasinya rendah. Alasan
digunakannya senyawa KMO4 adalah karena senyawa ini salah satu zat yang
memiliki bobot molekulnya yang rendah dan pada metil jingga memiliki bobot
molekul yang lebih tinggi dibandingkan dengan KMO4 juga keduanya memili
warna yang mencolok untuk memudahkan percobaan. Tujuan pada difusi media
agar ini adalah untuk melihat pengaruh suhu pada media yaitu agar,
digunakannya media agar pada percobaan difusi ini yaitu bisa mengukur
penyebara pada zat KMO4 dan metil jingga .

iii. Difusi melalui Membran


Pada percobaan difusi melalui membran, larutan koloidal dibuat yang
terdiri dari air, putih telur, natium klonda 0,9%, dan glukosa 5%. Kemudian
larutan koloidal dimasukkan ke dalam kantung selofan sebanyak ¾ penuh. Lalu
kantung selofan diikat, kemudian digantungkan pada batang pengaduk dengan
tali. Selanjutnya kantung selofan tersebut dicelupkan ke dalam gelas piala yang
berisi akuades dengan posisi melayang. Kemudian di diamkan selama 1 jam,
setelah 1 jam, diuji kandungan NaCI, albumin dan glukosa dalam larutan pada
gelas piala.

 Uji kandungan NaCl


Pada uji terhadap NaCl, tabung 1 diisi cairan dari gelas piala, tabung 2
diisi dengan akuades dan tabung 3 diisi dengan NaCl. Semua tabung (1,2,3)
ditambahkan beberapa tetes AgNO3 dan hasil yang didapat yaitu:
Tabung 1 diisi 3 mL cairan yang berasal dari gelas piala (larutan koloid)
yang terjadi terdapat endapan putih, kemudian ke dalam tabung reaksi 2
dimasukan 3 mL akuades yang terjadi adalah tidak terjadi apapun, lalu ke dalam
tabung reaksi 3 dimasukan 3 mL larutan NaCl 0,9% yang terjadi adalah terdapat
endapan merah bata. Kemudian ke dalam tabung reaksi 1, 2, dan 3
ditambahkan beberapa tetes AgNO3. Yang terdapat endapan putih yaitu pada
tabung yang berisi larutan NaCl 0,9% , ia mengendap karena bereaksi dengan
glukosa dan NaCl yang bisa menembus membran. Fungsi larutan AgNO3 di sini
yaitu sebagai indikator yang menandakan bahwa adanya senyawa sehingga
dapat membentuk endapan putih.

 Uji kandungan glukosa


Pada percobaan uji kandungan glukosa, tabung 4 diisi dengan cairan
dari gelas piala, tabung 5 diisi dengan akuades dan tabung 6 diisi dengan
larutan glukosa yang ditambahkan dengan larutan Benedict, lalu dilakukan
pemanasan beberapa menit kemudian didinginkan. Dan hasil yang
didapatkan yaitu :
Tabung 4 diisi 3 mL cairan yang berasal dari gelas piala yang terjadi
adalah terdapat endapan merah bata yang tertera pada lembar kerja, namun pada
video atau saat dilakukan uji coba tabung 4 tidak ada perubahan atau endapan
yang terbentuk. Kemudian tabung 5 diisi 3 mL akuades yang terjadi adalah tidak
terjadi apapun, kemudian pada tabung 6 diisi 3 mL larutan glukosa yang terjadi
adalah terdapat endapan merah bata. Kemudian kedalam tabung 4,5 dan 6
ditambahkan 3 mL larutan benedict. Dan dididihkan tabung 4,5, dan 6 beberapa
menit kemudian didinginkan. Pada tabung 4 larutan berubah menjadi warna biru
tidak ada endapan menandakan tidak ada glukosa didalamnya. Pada tabung 5
tidak terjadi perubahan warna ataupun adanya endapan, tabung 6 dari perubahan
warna menjadi merah bata dan terdapat endapan hal ini menandakan adanya
glukosa karena sudah jelas larutan yang bercampur adalah glukosa dan di sini
menandakan juga bahwa glukosa berdifusi. Fungsi larutan benedict sebagai
indikator yang ditandai dengan adanya endapan merah bata, selain itu larutan
benedict membantu untuk mengetahui tabung mana yang mengandung glukosa.
 Uji kandungan albumin
Pada percobaan uji kandungan albumin yang menggunakan reagen
HNO3. Pada tabung 7 diisi dengan cairan dari gelas piala, tabung 8 diisi dengan
akuades dan tabung 9 diisi dengan putih telur dan pada masing-masing tabung
ditambahkan beberapa tetes HNO3, dan hasil yang didapatkan yaitu:
Tabung 7 yang berisi larutan koloid 3 mL ditambahkan larutan HNO3
tidak terjadi reaksi apapun. Tabung 8 yang berisi 3 mL akuades ditambahkan
larutan HNO3 tidak terjadi apapun. Tabung 9 dimasukan 3 mL putih telur
ditambahkan larutan HNO3 terdapat gumpalan putih yang membentuk mendapan
di sini menandakan bahwa albumin berdifusi karena albumin dalam suasana
asam akan terdenaturasi, dan hal ini juga bisa menandakan bahwa albumin bisa
menembus membran. Fungsi larutan HNO3 yaitu sebagai indikator yang ditandai
dengan adanya kekeruhan serta membantu mengetahui tabung mana yang
terdapat kandungan albuminnya. Namun berdasarkan literature, albumin tidak
bisa menembus membrane karena memiliki bobot molekul yang besar dan
strukturnya kompleks.

b. Percobaan osmosis

Percobaan osmosis dilakukan dengan menggunakan lima kantong


selofan yang diisi dengan berbagai larutan yang kemudian ditimbang.
Prinsip osmosis yaitu perpindahan konsentrasi dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Konsentrasi disini adalah konsentrasi pelarutnya, yaitu
air dan bukan konsentrasi dari zat yang larut (molekul, ion) dalam larutan
tersebut.

Pada percobaan osmosis, setiap kantong mengalami perubahan


berat dan perubahan tersebut tidak menentu, ada yang mengalami
kenaikan, namun ada pula yang mengalai penurunan berat. Pada kantung
1, mengalami penaikan dan penurunan berat tiap 15 menit, namun
perubahan berat tersebut tidak terlalu signifikan. Namun seharusnya, berat
kantong tersebut relative tetap, karena memiliki larutan isotonis yaitu
larutan yang memiliki tekanan osmotic yang sama artinya tidak ada
perubahan konsentrasi atau tidak mempengaruhi bobot kantong. Pada
kantong 2 berisi sukrosa 20%, kantong 3 berisi sukrosa 40%, kantong 4
berisi sukrosa 60% bobot tidak stabil. Pada kantong ini terjadi larutan
hipertonis yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotic lebih tinggi jika
dibandingkan dengan larutan lain. Pada kantong 2 sampai kantong 4
mengalami pertambahan berat pada tiap kantongnya. Pada kantong 4
mengalami pertambahan yang paling banyak sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi perbedaan konsentrasi maka akan semakin banyak
atau semakin cepat terjadinya proses osmosis.

Dan pada kantong 5, mengalami penurunan berat dikarenakan


konsentrasi zat terlarut diluar kantong lebih tinggi dari pada di dalam
kantong dan juga dikarenakan air dalam kantong akan berpindah ke gelas
piala yang berisi larutan yang lebih pekat. Pada tabung 5 ini terjadi proses
hipotonik yaitu larutan dengan konsentrasi terlarut rendah, memiliki lebih
banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut),
sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Bobot pada
kantung yang kedua sebelum di celupkan kedalam gelas piala bobot
kantung 2 yaitu 10,70. Setelah dicelupkan pada gelas piala pada menit ke-
15 bobotnya yakni 12,75, pada menit ke-30 yakni 12,81 pada menit ke-45
yakni 13,05, pada menit ke-60 yakni 13,19, pada menit ke-75 yakni 13,28.
Data yang didapatkan, kantung selofan dapat dikatakan mengalami
kenaikan sehingga dapat dikatakan bahwa kantung 2 mengalami terjadinya
osmosis.Bobot pada kantung yang ketiga sebelum di celupkan kedalam
gelas piala bobot kantung 3 yaitu14,51. Setelah dicelupkan pada gelas
piala pada menit ke-15 bobotnya yakni 14,60, pada menit ke-30 yakni
14,79 pada menit ke-45 yakni 14,96, pada menit ke-60 yakni 15,20 , pada
menit ke-75 yakni 15,31. Data yang didapatkan, kantung selofan dapat
dikatakan mengalami kenaikan sehingga dapat dikatakan bahwa kantung 3
mengalami terjadinya osmosis.Bobot pada kantung yang 4 sebelum di
celupkan kedalam gelas piala bobot kantung 4 yaitu 16,25. Setelah
dicelupkan pada gelas piala pada menit ke-15 bobotnya yakni 16,32, pada
menit ke-30 yakni 16,45 pada menit ke-45 yakni 16,89, pada menit ke-60
yakni 16,98, pada menit ke-75 yakni 17,21. Data yang didapatkan, kantung
selofan dapat dikatakan mengalami kenaikan sehingga dapat dikatakan
bahwa kantung 4 mengalami terjadinya osmosis.Bobot pada kantung yang
kelima sebelum di celupkan kedalam gelas piala bobot kantung 5 yaitu
10,18. Setelah dicelupkan pada gelas piala pada menit ke-15 bobotnya
yakni 10,09, pada menit ke-30 yakni 10,04 pada menit ke-45 yakni 9,95,
pada menit ke-60 yakni 9,86, pada menit ke-75 yakni 9,72. Data yang
didapatkan, kantung selofan dapat dikatakan mengalami penurunan
sehingga dapat dikatakan bahwa kantung 5 mengalami terjadinya osmosis.

VII. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini antara lain :

1. Telah mengetahui dan menunjukkan letak-letak organ dalam


tubuh serta fungsi masing-masing organ yang terdapat di dalam
tubuh.
2. Mekanisme transport zat dalam tubuh ;
Setelah dilakukan percobaan ini, diperoleh hasil kesimpulan:
Difusi Sederhana

4. Pada air dingin butir KMnO4 tidak berdifusi

5. Pada air hangat butir KMnO4 berdifusi


Difusi Senyawa pada Media Agar

 Lubang yang tedapat KMnO4 lebih cepat berdifusi dibanding


lubang yang terdapat metil jingga
Difusi melalui Membran

 Uji kandungan NaCl, tabung 2 (tidak ada pengendapan) tidak


mengalami difusi, sedangkan tabung 1 dan 3 yang berisi NaCl
0,9% mengalami difusi Uji kandungan Glukosa, tabung 5 tidak
mengalami difusu, sedangkan tabung 4 (ada endapan) dan 6
(ada endapan) yang berisi glukosa mengalami difusi

 Uji kandungan Albumin, tabung 7, 8 dan 9 tidak mengalami


difusi. Tabung 9 sedikit mengalami difusi larutan menjadi
keruh.
Osmosis

Pada percobaan osmosis kantung 1 ( berisi air hangat)


mengalami penaikan dan penurunan berat tiap 15 menit, seharusnya
berat relativ tetap. Pada kantong 2 (sukrosa 20%) , kantug 3 (sukrosa
40%) , kantung 4(sukrosa 60%) bobot tidak stabil dan terjadi larutan
hipotonik. Pada kantung 5 (aquadest hangat) terjadi proses hipotonik.
Larutan sukrosa 20%, 40%, dan 60% tidak terjadi osmosis. Akuades
didalam sukrosa tidak terjadi osmosis. Prinsip osmosis adalah dari
konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi. Saat proses
penimbangan, kantung yang berisi cairan dengan konsentrasi yang
paling tinggi cenderung akan lebih berat karena menyerap cairan dari
luar kantung. Proses osmosis menggambarkan proses isotonis.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, P. D. (1999). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: EGC.

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.

Baratawidjaja, K. G. (2014). Imunologi Dasar. Jakarta: FKUI.

Basuki, P. B. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Campbell, N. A. (2010). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikolgi UGM.

Longnecker, D. (2014). Anatomy and Histology of the Pancreas.

Pearce, C. E. (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai