Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khanza Rhatu Devita Dosen : Nadzirum Mubin, S.P., M. Si.

NIM : A3401221105 Asisten : Fitria Rahmatunnisa


Paralel/Kelompok : P3/K4 (A3401201037)
Hari, Tanggal : Jumat, 23 Februari 2023

PENGAMATAN ANATOMI TIKUS

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelompok rodensia seperti tikus (Rattus norvegicus) dan mencit (Mus musculus) sering
dijadikan hewan model karena memiliki sistem pencernaan dan rekroduksi yang mirip dengan
manusia (Johnson, 2014). Alasan menggunakan kedua hewan coba ini karena dapat
bereproduksi dengan cepat, mempunyai respons yang cepat, memberikan gambaran secara
ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia dan harganya relatif murah (Sihombing 2016).
Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan percobaan pada berbagai
penelitian. Penggunanaan hewan percobaan pada penelitian kesehatan banyak dilakukan untuk
uji kelayakan atau keamanan suatu bahan obat dan juga untuk penelitian yang berkaitan dengan
suatu penyakit.Tikus putih tersertifikasi diharapkan lebih mempermudah para peneliti dalam
mendapatkan hewan percobaan yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

Kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menentukan tikus putih sebagai hewan
percobaan, antara lain: kontrol pakan, kontrol kesehatan, recording perkawinan, jenis (strain),
umur, bobot badan, jenis kelamin, silsilah genetik (Frianto 2015).Tikus putih memiliki
beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji penelitian diantaranya
perkembangbiakan cepat, memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan mencit,
mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih memiliki ciri-ciri seperti berkepala
kecil, albino, ekor yang lebih panjang dibanding badannya, pertumbuhannya cepat,
kemampuan laktasi tinggi, tempramennya baik dan tahan terhadap arsenik tiroksid
(Tolistiawaty et al. 2014)

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui berbagai organ di dalam tubuh tikus atau mencit,
terutama yang menyangkut sistem pencernaan dan reproduksi, dengan mengetahui organ dari
kedua sistem tersebut maka tindakan pengendalian tikus secara kimiawi yaitu penggunaan
umpan beracun atau rodentisida dapat lebih dipahami proses peracunannya.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu satu set alat bedah yang terdiri dari pisau
bedah, gunting bedah, pinset dan penjepit, tisu, jarum, sarung tangan karet, masker bedah,
kantung plastik, nampan, kapas dan kertas. Bahan yang digunakan yaitu satu tikus putih (Rattus
norvegicus) berukuran besar, air, sabun, dan larutan kloroform.

Metode

Metode yang digunakan yaitu diawali dengan alat dan bahan disiapkan di atas meja.
Tikus putih diambil lalu di masukkan kedalam kantong plastik yang berisi kapas yang sudah
diberi larutan kloroform, tutup plastik dengan rapat. Diamkan tikus di dalam plastik hingga
pingsan dan mati. Tikus putih yang sudah mati ditaruh terlentang di atas nampan dan proses
pembedahan dimulai dengan membelah bagian perut lalu di potong sampai leher dan sampai
anus. Lapisan kulit di gunting hingga daging sampai terlihat organ dalam tubuh tikus, pisahkan
organ tersebut untuk kemudian di amati dan dianalisis kembali.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Gambar 1 Bagian kulit dan tubuh Gambar 2 Organ dalam Tikus Putih
Tikus Putih
Pembahasan
Tikus putih atau Rattus novergicus merupakan hewan vertebrata atau bertulang
belakang yang masuk dalam kelas mamalia atau hewan menyusui. Sistem peredaran darah
tertutup dimiliki oleh semua hewan bertulang belakang atau vertebrata, termasuk tikus putih
ini. Tikus putih termasuk dalam filum chordata, memiliki notokordata atau semacam batang
penunjang tubuh terbuat dari tulang rawan dan memiliki tulang belakang. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa bagian tikus secara umum yakni hidung,
telinga, mulut, kaki depan, perut, kaki belakang, dan ekor. Sedangkan bagian dalam organ tikus
yakni terdapat hati, pangkreas, limpa, lambung, ginjal, jantung, paru paru, usus halus.

Hati merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan penting dalam proses
metabolisme dalam manusia dan hewan. Hati berwarna coklat kemerahan dan terletak di bawah
diafragma yaitu di dalam rongga abdomen. Hati menerima makanan terlarut dalam darah
apabila makanan ini tercerna dan diserap di usus. Fungsi hati antara lain, mengubah zat
makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, mengubah
zat buangan dan bahan racun untuk di ekskresi dalam empedu dan urin, memproduksi garam
empedu untuk pencernaan lemak, menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen
(Sica et al. 2017).

Pankreas merupakan kelenjar datar yang ditemukan dalam jaringan antara lambung dan
usus kecil dengan warna kecoklatan. Fungsi pankreas antara lain, memproduksi enzim-enzim
pencernaan yang dikirim ke usus kecil melalui saluran pankreas dan menghasilkan hormon
insulin yang berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah (Biandrade et al. 2022).
Limpa terletak dibawah lambung. Organ ini berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah
putih untuk pertahanan tubuh, limpa termasuk salah satu organ sistem imun yang terbesar,
memproteksi tubuh dari benda asing yang masuk ke dalam darah (misalnya bakteri),
menghancurkan sel darah merah dan bisa menjadi tempat cadangan darah (Fadilah et al. 2015).

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kacang
kedelai. Terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfingter) yang bisa membuka dan
menutup, dalam keadaan normal sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung mempunyai fungsi yaitu menampung makanan,
menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung
(Sakura et al. 2017).

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena adanya
lobus hepatis dexter yang besar. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsula fibrosa. Ginjal memegang peranan penting dalam hal pengeluaran zat-zat toksis atau
racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar
asam dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh (Sica et al. 2017).

Jantung terletak diatas rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma. Jantung mempunyai
empat ruang yang terbagai sempurna dan terletak di dalam rongga dada serta terbungkus oleh
pericardia. Jantung terdiri dari empat ruang, yakni dua serambi (atrium) dan dua bilik
(ventrikel). Pada dasarnya, fungsi serambi adalah sebagai tempat lewatnya darah dari luar
jantung ke bilik. Akan tetapi, serambi juga dapat berfungsi sebagai pemompa yang lemah
sehingga membantu aliran darah dari serambi ke bilik. Bilik memberi tenaga yang mendorong
darah ke paru-paru dan sistem sirkulasi tubuh. Jadi, fungsi utama jantung adalah memompa
darah keseluruh tubuh sambil membawa oksigen dan zat gizi, membawa serta memurnikan
darah yang mengandung hasil metabolisme (Hilma et al. 2018).

Paru-paru terletak di dalam rongga di kanan dan kiri jantung. Paru-paru sebelah kanan
terdiri atas tiga kelompok alveolus dan merupakan dua belahan paru-paru (dua lobus). Didalam
paru-paru, bronkus sebelah kanan bercabang tiga, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang
dua, cabang itu disebut bronkiolus. Fungsi utama dari paru-paru adalah menukar oksigen dari
udara dengan karbondioksida dari darah. Usus halus berfungsi untuk menerima zat-zat
makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran
limpa, menyerap protein dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk
monosakarida, di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan (Fadilah et al. 2015).

SIMPULAN
Tikus putih atau tikus mencit memiliki sistem pencernaan dan reproduksi yang hamper
sama dengan manusia. Organ dalam tubuh tikus memiliki bentuk dan susunan yang hamper
sama dengan manusia, contohnya adalah hati, pangkreas, limpa, lambung, ginjal, jantung, paru
paru, usus halus. Dengan mengetahui organ dari kedua sistem tersebut maka tindakan
pengendalian tikus secara kimiawi yaitu penggunaan umpan beracun atau rodentisida dapat
lebih dipahami proses peracunannya.

DAFTAR PUSTAKA
Beandrade MU, Amelia R, Hasmar W. 2022. Gambaran histologi pankreas tikus dengan
diabetes melitus tipe 2 yang diberikan tablet kedelai detam ii. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. 18(2): 240-248.
Fadilah MF, Berata IK, Kardena IM. 2015. Studi histopatologi Limpa Anjing Penderita
Distemper Dikaitkan Dengan Sebaran Sel-Sel Radang Pada Otak Dan Paru. Jurnal
Buletin Veteriner Udayana. 7(2) : 194-201
Frianto F 2015. Evaluasi faktor yang mempengaruhi jumlah perkawinan tikus putih (Rattus
norvegicus) secara kualitatif. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran
UNTAN 3(1): 34-38
Hilma N, Puspitasari E, Ningsih IY. 2018. Gambaran histopatologi organ jantung tikus putih
jantan galur wistar (Rattus norvegicus) dalam uji toksisitas akut kombinasi ekstrak daun
jati belanda (Guazuma ulmifolia Lmk.) dan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa
L.). Jurnal Pustaka Kesehatan. 6(2): 240-244.
Johnson M. 2014. Laboratory mice and rats. Journal Mater Methods. 4(2): 113-121.
Sakura YW, Jayawardhita AAG, Kardena IM, Sudimartini. 2017. Perbandingan gambaran
histopatologi lambung tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang diberi amoxicillin
dikombinasikan dengan asam mefenamat dan deksametason. Jurnal Indonesia Medicus
Veterinus. 6(3): 246-253.
Sica AMP, Sidharata BBR, Fitria L 2017. Uji fungsi ginjal dan hati tikus putih (Rattus
novergicus Berkenhout, 1769) galur wistar pada uji toksisitas oral subkronis filtrat buah
luwingan (Ficus hispida L.f.). Jurnal UAJY. 2(3): 1-21.
Sihombing M, Raflizar. 2016. Status gizi dan fungsi hati mencit (galur cbs-swiss) dan tikus
putih (galur wistar) di laboratorium hewan percobaan puslitbang biomedis dan farmasi.
Jurnal Media Litbang Kesehatan. 20(1): 33–40.
Tolistiawaty I, Widjaja J, Sumolang P, Octaviani. 2014. Gambaran kesehatan pada mencit (Mus
musculus) di instalasi hewan coba. Jurnal Vektor Penyakit. 8(1); 27-32.

Anda mungkin juga menyukai