Anda di halaman 1dari 144

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan

diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model dan juga untuk mempelajari

dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian

atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek

hewan sebagai hewan imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang

digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau dan

Hoosier, 2003).

Dalam laboratorium pendidikan, beberapa mata kuliah dalam

kurikulum prodi farmasi ditunjang dengan praktikum yang menggunakan

hewan hidup. Penggunaan hewan hidup ini penting sebagai alat untuk

memperjelas teori dan fenomena yang terjadi dalam materi mata kuliah yang

bersangkutan dan hal ini tidak dapat dihindari.

Begitu pula dengan penelitian, penelitian adalah kegiatan yang

dilakukan berdasarkan kaidah dan metode ilmiah yang secara sistematis untuk

memperoleh informasi, data, dan keterangan dari subjek yang terkait dengan

pemahaman teori dan pembuktian asumsi dan atau hipotesis. Hasil yang

didapat merupakan kesimpulan yang dapat diaplikasikan atau menjadi

tambahan pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Walaupun

demikian, kegiatan penelitian harus tetap menghormati hak dan martabat

subjek penelitian.
Oleh karena itu, dalam percobaan ini membahas mengenai bagaimana

cara memberikan penanganan terhadap hewan coba dan bagaimana cara

memegang mencit dengan benar.

B. Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pananganan dan

pemberian bahan uji ke hewan coba mencit.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pecobaan ini adalah

1. Mengenal jenis dan spesifikasi hewan uji dalam percobaan.

2. Menjelaskan peranan penggunaan hewan percobaan dalam penelitian

biofarmasi.

3. Mampu melakukan pemberian pemberian bahan uji ke hewan coba.

4. Mampu mengambil specimen dari hewan uji.

5. Mengetahui cara mengorbankan hewan uji.

D. Prinsip Percobaan

Penggunaan hewan coba mencit (Mus musculus) dengan memegang

ekor mencit dengan jari, sedangkan tangan kanan memegang bagian leher

mencit selanjutnya diberikan perlakuan pada hewan coba (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Anatomi adalah ilmu mengenal struktur tubuh, kata anatomi berasal

dari bahasa Yunani ana dan tome. Yang berarti memotong atau memisahkan

sedangkan Fisiologi adalah ilmu mengenai fungsi dari tubuh yang hidup

(Sloane, 2004).

Hewan adalah organisme – organisme eukariotik multiseluler yang

dicirikan oleh nutrisionalnya hewan menelan (ingesti) organisme hidup

lainnya ( Fried, 2006).

Hewan laboratorium atau hewan coba adalah hewan yang sengaja

dipelihara dan diternakkan untuk digunakan sebagai hewan model guna

mempelajari dan skala penelitian atau pengamatan laboratorik, penggunaan

hewan percobaan untuk penelitian banyak dilakukan dibidang fisiologi,

farmakologi, biokimia, zoologi, komparatif, dan ekologi dalam arti luas

dibidang kedokteran, selain penelitian hewan coba juga sering digunakan

untuk keperluan diagnostika (Tim dosen, 2018).

Perilaku adalah serangkaian aktivitas yang mengorientasikan hewan

terhadap lingkungan eksternalnya. Meskipun perilaku tampak paling jelas

sebagai serangkaian pergerakan yang dapat diamati, perilaku bisa juga

mencakup respon - respon internal yang adaptis (Fried, 2006).

Pemilihan hewan percobaan untuk uji farmakologi didasarkan pula

pada beberapa faktor antara lain (1) faktor kepekaan hewan terhadap metode
uji (2) faktor kemiripan dengan fisiologi manusia, (3) faktor harga dan (4)

faktor kemudahan perkembangbiakan (Tim dosen, 2018).

Variasi makhluk meliputi perbedaan bentuk, penampilan, jumlah, dan

ukuran diantara berbagai makhluk yang berbeda jenisnya. Keanekaragaman

demikian dapat dijumpai pada berbagai tingkatan takson, mulai dari jenis

(species), marga (genus), dan suku (familia) (Tira, 2002).

Sistem pencernaan pada hewan mamalia pada umumnya sama dengan

manusia, kecuali pada susunan dan bentuk gigi serta struktur lambung,

khususnya pada hewan pemamah biak dan hewan karnivora (Pratiwi, 2012).

Dasar dari klasifikasi makhluk hidup adalah persamaan dan perbedaan

ciri – ciri pada berbagai jenis makhluk hidup yang pada umum digunakan

sekarang adalah klasifikasi enam kingdom (Pratiwi, 2012).

Hewan uji yang akan digunakan pilih berdasarkan umur, jenis kelamin,

berat badan, kondisi kesehatan, dan keturunan. Hewan uji digunakan harus

selalu berada dalam kondisi dan tingkat kesehatan yang baik, dalam hal ini

hewan uji yang digunakan sehat ada pengamatan bobot beratnya bertambah

besar atau berkurang tidak lebih dari 10% tidak ada tingkat kelainan dalam

tingkah laku dan harus diamati satu minggu dalam laboratorium atau pada

pemeliharaan hewan sebelum ujiannya berlansung (Stevani, 2016).

Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba juga harus

di prinsip dalam protokolon penelitian replacument, reducation, dan racimen.

Replacument gunakan sudah perhitungan secara saksama, baik, dan penelitian

sejenis yang sebelumnya memicu literature untuk menjawab pertanyaan


penelitian dan tidak dapat digunakan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau

biakan jaringan Roplozmon terbagi menjadi dua bagian yaitu reaktif dan

absolut (Stevani, 2016).

Setiap praktikum maupun penelitian yang bekerja dari laboratorium

yang menggunakan hewan coba hendaknya mengetahui petunjuk

pemeliharaan dan menggunakan hewan percobaan serta memahami hewan

coba (Arief, 1949).

Mencit (Mus musculus) memiliki ciri – ciri berupa bentuk tubuh kecil

berwarna putih, memiliki siklus temperature yaitu 4 – 5 lalu kondisi dan jauh

dari kelembapan suhu pemeliharaan juga harus dijaga kestabilannya antara 18

- 19º C suhu kelembapan udara antara 30 – 70% (Hanifa, 2009).

B. Klasifikasi Hewan Coba Mencit (Akbar, 2010)

Mencit atau Mus musculus mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Phylum : Chordata

2. Subphylum : Vertebrata

3. Class : Mamalia

4. Ordo : Rodentia

5. Family : Muridae

6. Genus : Mus

7. Species : Mus musculus

C. Karakteristik Hewan Coba Mencit (Tim dosen, 2018)

Mencit (Mus musculus) memiliki karakteristik berupa bentuk tubuh

kecil, berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4 – 5 hari suhu
maksimum perkembangbiakan 30ºC, suhu rektalnya 35 - 39ºC, laju respirasi

rata - rata 140 – 180/menit dengan denyut jantung 600 – 650 mmHg.

Mencit betina dewasa dengan umur 35 – 60 hari memiliki berat badan

18 – 35 g, lama hidupnya 1 – 2 tahun, namun dapat mencapai 3 tahun, mencit

betina mempunyai masa reproduksi selama 1,5 tahun menncit betina ataupun

jantan dapat dikawinkan pada umur 8 minggu, lama kebuntingan 19 – 20 hari,

jumlah anak mencit rata – rata 8 – 15 ekor dengan berat lahir 0,5 – 1,5 g.

D. Patofisiologi Hewan Coba Mencit

Mencit memiliki beberapa penyakit diantaranya yaitu memiliki

penyakit antraks, enterbactericeae, pasteurellosis, dan rabies (Tim dosen,

2018).

Adanya pola infeksi dan derajat keparahan usus terhadap infeksi E.coli

merupakan flora yang dominan pada usus yang bersifat fakultatif, beberapa

strain dapat mengembangkan kemampuannya menimbulkan penyakit pada

saluran usus, urin, bahkan sistem saraf pusat (Andiarsa, 2014).

Salah satu penyebab parahnya infeksi E.coli pada usus mencit yaitu

adanya toksin yang dihasikan shiga toxin atau STEC (Andiarsa, 2014).

E. Uraian Bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan tidak punya

rasa

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : ( FI V: 393 )

Nama Resmi : ETANOL MUTLAK

Nama lain : Alcohol absolute

Rumus molekul : C2H6O

Bm : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap : jernih tidak berwarna : bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat jauh dari api

Sisa penguapan : zat tidak larut dalam air.


BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan adalah

1. Handscoon

2. Kanula

3. Lap halus

4. Lap kasar

5. Spoit 1 cc

B. Bahan

Bahan yang digunakan adalah

1. Alkohol

2. Aquadest

C. Cara Kerja

1. Penyiapan hewan coba

a. Siapkan alat dan bahan

b. Keluarkan mencit dari kandangnya dengan memegang ekornya.

c. Kemudian letakkan di atas meja lalu dielus – elus menggunakan tangan

kiri dan tangan kanan menekan ekornya

d. Setelah mencit tenang, jepit tengkuk mencit menggunnakan ibu jari dan

jari telunjuk tangan kiri, kemudian angkat dan selipkan ekornya

diantara jari manis dan kelinking.

e. Mencit siap diberi perlakuan.


2. Pemberian obat secara oral

a. Isi spoit dengan aquadest terlebih dahulu

b. Kemudian bengkokkan sedikit ujung kanula dan pasangkan pada ujung

spoit.

c. Setelah itu ambil mencit dengan tangan kiri yang menjepit tengkuknya

menggunakan jari dan jari telunjuk serta ekor mencit yang dijepitkan

pada jari kelinking dan jari manis.

d. Masukkan kanula ke dalam mulut mencit secara perlahan – lahan

sampai ke esophagus kemudian semprotkan cairan aquadest

3. Pemberian obat secara intravena

a. Masukkan mencit ke dalam kandang restriksi mencit dengan ekor yang

menjulur keluar

b. Kemudian celupkan ekor mencit ke dalam air hangat agar pembuluh

vena mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke

dalam pembuluh vena

c. Isikan spoit menggunakan cairan obat dan suntikkan perlahan – lahan

ke ekor mencit

4. Pemberian obat secara intramuscular

a. Isi spoit menggunakan aquadest

b. Setelah itu, ambil mencit dengan tangan kiri yang menjepit tengkuknya

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk serta ekor mencit yang

dijepitkan pada jari kelinking dan jari manis.


c. Posisikan jarum spoit pada otot paha kaki bagian belakang mencit lalu

suntikkan secara perlahan.

5. Pemberian obat secara peritonial

a. Isi spoit menggunakan aquadest

b. Setelah itu, ambil mencit dengan tangan kiri yang menjepit tengkuknya

menggunakan ibu jari dan jari telunjuk serta ekor mencit yang

dijepitkan pada jari kelinking dan jari manis.

c. Pastikan spoit pada abdomen yang sedikit menepi dari tangan agar

jarum spoit tidak mengena kandung kemih.

d. Suntikkan cairan aquadest secara perlahan – lahan.

6. Pemberian obat secara subkutan

a. Isi spoit dengan aquadest terlebih dahulu

b. Setelah itu, ambil mencit dan letakkan di atas meja laboratorium sambil

dielus – elus agar mencit tenang.

c. Setelah mencit tenang. Kulit dari daerah tengkuk diangkat dan arahkan

spoit di bawah kulit

d. Suntikkan cairan aquadest secara perlahan – lahan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan

diberbagai cabang dalam penelitian mencit mempunyai nama latin, yaitu Mus

musculus. Mencit atau Mus musculus termasuk hewan pengerat (rodensia)

yang cepat berkembangbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi

genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya berkarakteristik

dengan baik.mencit atau Mus musculus yang sering digunakan dalam

penelitian laboratorium merupakan hasil perkawinan sampai generasi 20 akan

dihasilkan strain – strain murni dari mencit.

Mencit sering digunakan dalam penelitian dengan pertimbangan

hewan tersebut memiliki beberapa keuntungan, yaitu daur esresinya teratur

dan dapat dideteksi, periode kebuntingan relatif singkat, dan mempunyai anak

yang banyak serta terdapat keselarasan pertumbuhan dengan kondisi manusia.

Mencit adalah hewan yang mudah stress, maka dari itu mencit

memerlukan perlakuan yang baik dan benar. Sebelum diberikan perlakuan,

mula – mula ambil mencit dari kandangnya dengan memegang ekornya

letakkan di atas meja laboratorium dan dielus – elus dengan lembut

menggunakan tangan kiri sementara tangan kanan tetap memegang atau

menahan ekor mencit, setelah mencit tenang, gunakan ibu jari dan jari

telunjuk tangan kiri untuk menjepit tengkuk mencit. Kemudian angkat dan

jepitkan ekor mencit menggunakan jari kelingking dan jari manis tangan kiri.
Terdapat beberapa cara dalam pemberian obat kepada mencit

diantaranya yaitu melalui oral, melau intravena, melalui intramuscular,

melalui intraperitonial, dan melalui subkutan, teknik pemberian obat melalui

oral dilakukan dengan cara memasukkan kanula ke dalam mulut mencit, yang

kemudian perlahan – lahan dimasukkan ke esophagus dan cairan obat

dimasukkan. mencit ke dalam kandang restriksi dengan ekor yang menjulur

keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat agar pembuluh vena ekor

mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam

pembuluh vena. Melalui intramuscular dapat dilakukan dengan menyuntikkan

obat pada otot paha bagian belakang. Melalui intraperitonial dapat dilakukan

dengan cara menyuntikkan obat ke abdomen pada daerah yang sedikit menepi

dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih. Melalui

subkutan dapat dilakukan dengan mengangkat kulit pada daerah tengkuk

kemudian suntikkan obat ke bagian bawah kulit tersebut.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis hewan coba terdiri dari beberapa macam hewan, yaitu tikus (Rattus

sp), mencit (Mus musculus), kelinci (Orycta pagus canuculus), dan

marmot (Cavia aparea).

2. Cara pemberian bahan uji ke hewan coba ada lima yaitu melalui oral,

intravena, intramuscular, intraperitonial, dan subkutan.

B. Saran

Sebaiknya dalam pemberian bahan uji hewan coba dilakukan dengan

teliti agar tidak terjadi kelebihan dosis yang bisa berakibat fatal kepada hewan

hewan coba.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. 1949. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah press.

Budhi, A. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


sebagai bahan antifertilisasi. Jakarta : Adama Press UIN.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 2012. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI.

Fried, G.H, & Hademenos, G.J. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Hanifa dan Yusuf, dkk. 2009. Buku Analis Hewan Percobaan Medis Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC.

Pratiwi, D.A, dkk. 2012. Biologi Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Pratiwi, D.A, dkk. 2012. Biologi Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Tira, Y. 2002. Panduan Belajar Biologi Edisi Ketiga. Jakarta: KDT.

Tim dosen, 2018. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Makassar: Stikes Mega Rezky.
LAMPIRAN

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 1 : Proses penanganan Mencit (Mus musculus) dengan cara


mengelus – elus.

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 2 : Cara memegang mencit (Mus musculus) jepit tengkuk mencit


menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri kemudian
angkat dan selipkan ekornya diantara jari manis dan jari
kelingking.
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 3 : Pemberian aquadest dengan cara Oral (mulut) ke mencit (Mus


musculus).
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap bagian dari tubuh kita, mulai dari organ-organ hingga sel

sekalipun membutuhkan nutrisi untuk menunjang aktivitasnya, nutrisi ini

diperoleh dari apa yang kita konsumsi, tepatnya dari apa yang kita makan

sehari-hari. Makanan yang kita konsumsi dalam bentuk yang besar,

sedangkan sel memerlukan nutrisi dalam bentuk zat-zat yang berukuran

sangat kecil, nah bagaimana sehingga makanan yang kita makn tersebut dapat

sampai ke dalam sel - sel tubuh kita? Yah, tentunya dengan proses pembagian

atau pengolahan dan pencernaan makanan.

Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari

luar mempersiapkannya untuk diserap tubuh dengan jalan proses pencernaan

(pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim yang zat cair

yang terbentang mulai dari mulut, tekak, kerongkongan, lambung, usus halus,

usus besar, restrum dan anus. Dalam keshidupan sehari-hari kita sering

makan – makanan yang dibutuhkan oleh tubuh kita

Sistem pencernaan terdiri dari organ yang membantu dalam pencernaan

makanan dan asimilasi nutrisi, jadi pencernaan adalah proses pemecahan

partikel makanan yang kompleks baik secara mekanik nmaupun kimiawi

dalam bentuk yang kompleks baik secara mekanik maupun kimiawi dalam

bentuk yang sederhana dari nutrisi yang dapat dengan mudah digunakan oleh

tubuh. Sistem pencernaan merupakan proses yang kompleks yang terdiri dari
pencernaan pemecahan massa zat makanan yang besar menjadi partikel kecil

yang tubuh mampu dalam menggunakannya sebagai bahan bakar. Pencernaan

mekanik adalah menentukan atau mematahkan makanan menjadi partikel

yang lebih kecil dengan proses fisik seperti mengunyah menghancurkan

makanan di mulut. Pencernaan mekanik meningkat luas permukaan untuk

reaksi enzimatik, sehingga meningkatkan laju reaksi kimia secara tidak

langsung. Proses pengubahan makanan menjadi partikel yang lebih kecil

melalui reaksi enzimatik disebut pencernaan kimia. Enzim yang digunakan

untuk katausis sistem pencernaan yang hampir sama dengan pencernaan

manusia.

Oleh karena itu, dalam percobaan kali ini kami melakukan percobaan

yang berjudul “sistem pencernaan”. Percobaan ini membahas mengenai

anatomi sistem pencernaan yang kita amati yaitu mulut, faring, esophagus

(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

B. Maksud percobaan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui letak organ-organ sistem pencernaan

dan fungsi organ-organ sistem pencernaan.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui alur sistem pencernaan.

C. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui secara anatomi sistem pencernaan

2. Membedakan antara sistem pencernaan dengan saluran pencernaan

3. Memahami organ pencernaan meliputi ukuran, pH, enzim yang dihasilkan

fungsi dan transport yang terjadi


4. Memahami proses metabolisme makanan, minuman atau senyawa yang

masuk dalam tubuh.

D. Prinsip Percobaan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada mencit yang di bedah

dari mulut sampai bagian anus, kemudian diamati organ pencernaan pada

hewan yaitu mulut, faring, kerongkongan, ventrikulus (lambung), usus halus,

usus besar, rektum dan anus. Kemudian diukur dengan membandingkan

ukuran pencernaan pada manusia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Anatomi adalah ilmu mengenal struktur tubuh, kata anatomi berasal

dari bahasa yunani ana dan tome yang berarti memotong atau memisahkan,

sedangkan fisiologi adalah ilmu mengenal fungsi dari tubuh yang hidup

(Slonae, 2004).

Hewan adalah organisme-organisme eukariotik multi seluler yang

diuraikan oleh nutrisionalnya hewan menelan (ingesti) organisme hidup

lainnya (Fried, 2006).

Hewan laboratorium atau hewan coba adalah hewan yang disengaja

dipelihara di ternakkan untuk digunakan sebagai hewan model guna

mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dan skala

penelitian atau pengamatan laboratorik (Tim penyusun, 2018).

Makanan mengandung berbagai zat-zat kimiawi yang kita sebar nutrien,

nutrien menyediakan zat-zat untuk produksi energi, juga zat-zat struktural

untuk pertumbuhan dan penjajahan sel. Banyak hewan yang memakan

tumbuhan saja, sehingga dikelompokkan sebagai sebagai herbivora. Hewan-

hewan lain disebut karnivora hanya memakan daging hewan. Ada pula hewan

lain, misalnya manusia yang memakan tumbuhan maupun hewan, hewan

semacam disebut omnivora (Fried, 2006).


Sistem pencernaan pada hewan mamalia pada umumnya sama dengan

manusia, kecuali pada susunan dan bentuk gigi serta struktur lambung,

khususnya pada hewan omnivora dan hewan karnivora (Pratiwi, 2012).

Sistem gastrointestinal disebut juga saluran cerna. Sistem ini dimulai

dari mulut hingga anus dan dilapisi oleh membran mukosa. semua organ yang

terdapat di sepanjang sistem ini berfungsi mengubah makanan menjadi

bentuk sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding halus dan masuk ke

dalam sirkulasi (Hegner, 2013).

Saluran pencernaan terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus (Pratiwi, 2013).

Saluran pencernaan terdiri atas rongga mulut, esofagus, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus (Pratiwi, 2012).

Saluran pencernaan adalah suatu saluran yang panjang, berkelanjutan

yang menjalar dari mulut sampai ke anus yang mengandung bagian-bagian

berikut ini (Communication, 2016).

Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi

organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan (Sloane, 2004).

Faring adalah rongga dibelakang tenggorok, bagian ini berfungsi

sebagai saluran bersama untuk sistem pencernaan (dengan berfungsi sebagai

penghubung antara mulut dan esofagus untuk makanan) dan sistem

pernapasan (dengan memberi akses antara saluran hidung dan trakea untuk

udara) (Sherwood, 2012).


Esofagus adalah tubuh muskuler, panjangnya sekitar 9 sampai 10 cm

(25 cm) dan berdiameter 1 cm (2,54 cm) esofagus berawal pada area laringo

faring, melewati diafragma dan hiatus esofagus (lubang) pada area sekitar

vertebra toraks kesepuluh dan membuka ke arah lambung. Fungsi esofagus

yaitu menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak

paristaltik (Sloane, 2004).

Lambung adalah rongga seperti kantung terbentuk J yang terletak

diantara esofagus dan usus halus. Fungsi utama lambung menyimpan

makanan yang masuk hingga makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan

kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal

(Sherwood, 2012).

Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan

berlangsung. Untuk terjadi pencernaan lebih lanjut. Setelah itu lumen

mengalir melewati usus halus dan tidak terjadi penyerapan nutrien lebih

lanjut meskipun usus besar menyerap sejumlah kecil dari air (Sherwood,

2012).

Fungsi usus halus yaitu mengakhiri proses pencernaan makanan yang

dimulai dimulut dan dilambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan

enzim pankreas serta dibantu empedu dalam hati, dan usus halus secara

selektif mengabsorpsi produk digesti (Sloane, 2004).

Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatur

besar lambung. Sel-sel endokrin pankreas mensekresi hormon insulin dan

glukagon. Sel-sel eksokrin mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan


berair yang mengandung ion karbohidrat dalam konsentrasi tinggi (Sloane,

2004).

Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks dan rektum. Sekum

membentuk kantung buntu dibawah pertemuan anatara usus halus dan usus

besar dikatup ileosekum. Tonjolan kecil seperti jari didasar sekum adalah

apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit kolon

transversum dan kolon desenden. Bagian akhir kolon desenden berbentuk

huruf S, membentuk kolon signold (signold artinya “berbentuk S” dan

kemudian merulus untuk membentuk rektum (berarti lurus) (Sherwood,

2012).

Fungsi usus besar yaitu mengabsorpsi 80-90 sampai 9090 air dan

elektrolit kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa

semi padat, usus besar hanya memproduksi molekul, sejumlah bakteri, dalam

kolon mampu mencerna sejumlah kecil glukosa dan memproduksi sedikit

kolon nutrien bagi tubuh dalam setiap hari, dan usus besar mengekresi zat sisa

dalam bentuk feses (Slonae, 2004).

Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak bawah kerangka iga. Hati

menerima darah terorganisasi dari arteri hipatina dan darah yang tidak

keroksigenasi dari arteri hipatika dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi

kaya akan nutrien dari vena portal hepatika (Slonae, 2004).

Hati bekerja sama dengan insulin dan glukogen yang dihasilkan oleh

pankreas untuk mengatur keseimbangan zat makanan dalam darah. Jika kadar

gula dalam darah berlebihan, insulin akan merangsang hati untuk


mengabsorpsi glukosa dan mengubahnya menjadi glukogen. Dengan begitu,

kadar dalam darah menjadi normal kembali (Pratiwi, 2012).

B. Klasifikasi Hewan Coba Mencit (Akbar, 2010)

Mencit atau Mus musculus mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Phylum : Chordata

2. Subphylum : Vertebrata

3. Class : Mamalia

4. Ordo : Rodentia

5. Family : Muridae

6. Genus : Mus

7. Species : Mus musculus

C. Karakteristik Hewan Coba Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Lama hidup : 1 – 2 tahun

Lama produksi ekonomis : 3 bulan

Lama bunting : 19 – 21 hari

Kawin sudah beranak : 1 – 24 jam

Umur disapih : 21 hari

Umur dewasa : 35 hari

Umur dikawinkan : 8 minggu

Siklus kelamin : Poliestrus

Perkawinan : Pada waktu estrus

Berat dewasa : 20 – 40 gram


D. Patofisiologi Hewan Coba Mencit

Pemilihan hewan percobaan untuk uji farmakologik didasarkan pada

beberapa faktor antara lain :

1. Faktor kepekaan hewan terhadap metode uji

2. Faktor kemiripan dan fisiologi manusia

3. Faktor harga

4. Faktor kemudahan perkembangbiakan

Mencit (Mus musculus) memiliki beberapa penyakit diantanya yaitu

Enterbactericeae, pasteurellois dan rabies (Tim dosen, 2018).

Adanya pola infeksi dan derajat keparahan usus terhadap infeksi E-Coli.

E-Coli merupakan fitra yang dominan pada usus yang bersifat fakultatif,

beberapa serain dapat mengembangkan kemampuannya menimbulkan

penyakit pada saluran usus, urin bahkan sistem saraf pusat (Andiarsa, 2014).

Salah satu penyebab parahnya infeksi E-Coli pada usus mencit (Mus

musculus) yaitu slinga toxin atau STEC (Andiarsa, 2014).

E. Uraian bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan tidak punya


rasa
Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : (FI V: 393)

Nama Resmi : ETANOL MUTLAK

Nama lain : Alcohol absolute

Rumus molekul : C2H6O

Bm : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap : jernih tidak berwarna : bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.

Kegunaan : Pembersih luka dan antiseptic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat jauh dari api

Sisa penguapan : zat tidak larut dalam air.

3. Eter : (FI IV: 65)

Nama Resmi : AETHER

Nama lain : Etil Eter

Rumus molekul : C4H10O

Bm : 74,42

Pemerian : Cairan mudah mengalir, mudah menguap tidak

berwarna: berbau khas: teroksidasi perlahan – lahan


oleh udara dan cahaya dengan membentuk

perioksida mendidih pada suhu lebih kurang 35º.

Kegunaan : Sebagai pelarut zat organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dengan kapasitas tidak

lebih dari 3 Kg.

Sisa Penguapan : Sisa tidak menguap lebih dari (0,003%)

Kelarutan : Larut dalam air.

4. Kloroform : (FI V: 696)

Nama Resmi : KLOROFORM

Nama lain : Triklorometana

Rumus molekul : CHCL3

Bm : 119,38

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna mudah mengalir,

mempunyai sifat khas: bau eter: rasa manis dan

membakar mendidih pada suhu 61, dipengaruhi

oleh cahaya.

Kegunaan : Pereaksi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya pada

suhu tidak lebih 30º.

Sisa Penguapan : Sisa tak menguap tidak lebih dari bpj, uapkan 50 ml

dalam cawan platina atau porselen diatas tangas

uap, dan keringkan oada suhu 105º selama 1 jam.

Kelarutan : Larut dalam kurang 200 bagian air.


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Alat yang digunakan :

1. Gunting bedah

2. Kandang mencit

3. Lap halus

4. Lap kasar

5. Penggaris

6. Pinset

7. Pisau bedah

8. Toples

B. Bahan

Bahan yang digunakan :

1. Alkohol

2. Aquadest

3. Benang godam

4. Eter

5. Handscoom

6. Kapas

7. Mencit ( Mus musculus )

8. Pentul

9. Styrofoam
10. Tissue

C. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dikeluarkan mencit dari dalam kondang lalu letakkan didalam toples

yang berisi kapas yang telah dibasahi cairan eter.

3. Dibiarkan mencit beberapa menit didalam toples hingga mencit pingsan.

4. Dikeluarkan mencit dan toples lalu letakkan diatas styrofoam (papan

bedah)

5. Diikat kaki mencit pada pentul yang telah ditancapkan pada styrofoam

(papan bedah) dengan menggunakan bendnag godam.

6. Dijepit kulit mencit bagian tengah atas tepat dileher mencit lalu diangkat

hingga kulit mencit tertarik.

7. Mencit diikuti perlahan-lahan dari leher sampai anus hingga organ dalam

mencit terlihat.

8. Pastikan pisau bedah tidak mengenai organ dalam mencit agar tidak

terjadi pendarahan dalam kerusakan organ pada mencit.

9. Selaput lapisan tubuh bagian dalam mencit diiris perlahan-lahan tanpa

mengenai organ tubuh mencit, selaput tersebutu dibuka dan dijepit

menggunakan pentul.

10. Diamati letak organ dalam mencit

11. Dikeluarkan organ – organ dalam mencit lalu diukur menggunakan

penggaris
12. Dicatat setiap pengukuran organ mencit dan diletakkan berdasarkan

prosesnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Organ yang Ukuran Fungsi


Diamati
1. Mulut Didalam mulut terdapat gigi, lidah dan
a. Mencit 1 0,1 cm kelenjar untuk menghancurkan makanan.
b. Mencit 2 0,3 cm
c. Mencit 3 0,4 cm
2. Faring Ada dua fungsi faring yaitu tempat jalan
a. Mencit 1 0,8 cm udara dan jalan makanan. Pada faring terjadi
b. Mencit 2 0,8 cm penyilangan.
c. Mencit 3 0,8 cm
3. Esofagus Fungsi esogasus yaitu menghubungkan
a. Mencit 1 2,2 cm tekak dan lambung.
b. Mencit 2 2,3 cm
c. Mencit 3 2,2 cm
4. Lambung Lambung berfungsi sebagai gudang
a. Mencit 1 1,5 cm makanan yang berkontraksi secara ritmik
b. Mencit 2 1,2 cm mencampur makanan.
c. Mencit 3 1,2 cm
5. Usus halus Usus halus berfungsi zat-zat yang diserap ke
a. Mencit 1 39,1 cm hati melalui vena porta.
b. Mencit 2 39 cm
c. Mencit 3 39 cm
6. Usus besar Usus besar berfungsi untuk menyerap air
a. Mencit 1 8,5 cm dari fases.
b. Mencit 2 8,5 cm
c. Mencit 3 8,5 cm
7. Rektum Rektum berfungsi sebagai tempat
a. Mencit 1 0,6 cm penyimpanan sementara fases.
b. Mencit 2 0,6 cm
c. Mencit 3 0,6 cm
8. Anus Anus berfungsi sebagai tempat pengeluaran
a. Mencit 1 0,3 cm feses dari dalam tubuh.
b. Mencit 2 0,3 cm
c. Mencit 3 0,3 cm
B. Pembahasan

Sistem pencernaan adalah saluran yang kontinyu berupa tabung yang

mengelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya

menjadi bagian yang lain kecil dan menyerap bagian tersebut menuju

pembuluh darah. organ – organ yang termasuk didalamnya adalah

mulut,faring, essophagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Mencit sering digunakan karena memiliki beberapa faktor yaitu struktur

organ mencit hampir sama dengan manusia, harganya yang relatif murah, dan

faktor kemudahan perkembangbiakan.

Adapun langkah pertama yang kami lakukan yaitu melakukan

pembedahan pada mencit, sebelum melakukan perubahan, ambillah sebuah

toples, masukkan beberapa ekor mencit, lalu masukkan kapas yang telah

dibasahi oleh kloroform ke dalam toples apabila mencitnya sudah pingsan,

lalu ikatlah seluruh kaki mencit pada pentul, tancapkan pentul pada sterfom,

dan lakukanlah pembedahan.

Pembedahan dilakukan dengan cara merobek leher mencit dengan

menggunakan gunting bedah, setelah merobek lehernya, robeklah perut

mencit hingga sampai ke anus, lalu lakukan penyayatan pada kulit mencit,

untuk mengupas kulitnya.setelah terkelupas robeklah selaput yang dilapisi

seluruh organ pada mencit, lalu tancaplah pentul pada setiap sudut tapi dari

selaput yang telah digunting, kemudian pisahkanlah setiap organ-organ pada

mencit, dan ukurlah setiap organ-organnya lalu catat hasil pengukurannya


untuk mengetahui ukuran, bentuk, fungsi dan susunan dari organ-organ pada

mencit.

Setelah melakukan pembedahan dapat diketahui bahwa sistem

pencernaan itu berawal dari mulut (oris) yang dimana terjadinya proses

pencernaan mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh ludah yang dihasilkan oleh

kelenjar parotis, lalu makanan masuk kedalam faring dan diteruskan kedalam

esophagus, makanan masuk kedalam lambung yang didalamnya terdapat

bagian otot-otot lambung yaitu cardia, fundus dan phylorus yang didalmnya

terjadi gerakan peristaltik dan dipenuhi oleh rasa aman yang sangat tinggi dan

berasal dari lambung, makanan diteruskan ke usus halus, yang didalamnya

terbagi menjadi tiga bagian yaitu duedenum, jejenum dan ileum, didalamnya

usus halus, terdapat berbagai macam enzim diantaranya enzim lipase,

nukleose nukleotodase, dan enterokinase. Setelah makanan diproses dalam

usus halus, makanan kemudian diteruskan kedalam usus besar, yang

didalmnya terdapat tiga colon, yaitu colon Ascenden, colon descenden dan

coclon transversum. Yang dimana makanan dikelola dengan cara dipadatkan

lalu diteruskan kedalam rektum. Setelah sisa-sisa makanan masuk kedalam

rectum, selanjutnya sisa-sisa makanan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui

anus yang sisa pembuangannya menghasilkan mbau yang tidak sedap yang

biasa disebut dengan anus.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Anatomi sistem percobaan manusia dan mencit memiliki sistem organ

dalam saluran pencernaan yaitu mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan dan saluran

pencernaan memiliki perbedaan yaitu sistem pencernaan mengeluarkan enzim

atau getah untuk membantu mencerna makanan sedangkan saluran

pencernaan adalah alat yang dilalui makanan atau jalur dimana makanan

dicerna ke kelenjar pencernaan. Organ pencernaan hewan coba mencit

memiliki ukuran panjang mulut mencit 1 0,1 cm, mulut mencit 2 0,3 cm,

mulut mencit 3 0,4 cm, faring mencit 1 0,8 cm, faring mencit 2 0,8 cm, faring

mencit 3 0,8 cm. Faring mencit 1 2,2 cm, faring mencit 2 0,3 cm, faring

mencit 3 2,2 cm. Lambung mencit 1 1,5 cm, lambung mencit 2 1,2 cm,

lambung mencit 3 1,5 cm. Usus besar mencit 1 8,5 cm, usus besar mencit 2

8,5 cm, usus besar mencit 3 8,5 cm. Rektum pada mencit 1 0,6 cm, rektum

pada mencit 2 0,6 cm, rektum pada mencit 3 0,6 cm. Anus pada mencit 1 0,3

cm, anus pada mencit 2 0,3 cm, anus pada mencit 3 0,3 cm. Sedangkan organ

pencernaan pada manusia memiliki ukuran panjang mulut 15-20 cm, faring

25 cm, esofagus (kerongkongan) 25 cm, lambung 20 cm, usus halus 2-6 m,

usus besar 2-5 m, dan rektum 15-19 cm.


B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan pembedahan pada hewan uji coba

diperlukan ketelitian yang tinggi. Agar dapat menjaga keutuhan organ yang

terdapat pada hewan uji coba atau subjek yang akan dibedah.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


sebagai Bahan Antifertilisasi, Jakarta: Adama Press UIN.

Andiarsa, D. 2014. Gambaran Kerusakan Mukosa usus Mencit (Mus musculus)


Pada Infeksi Coli, Jurnal Vektor penyakit vol 8 No 2, 53-60 :
Kalimantan Selatan. Aris, dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta:
Trans Media.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 2012. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Depkes RI.

Fried, G.H dan Hademenos, G.J. 2006. Biologi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga.

Guyton, A.C. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Hegner, B.R dan Caldwell, E. 2013. Anatomi – Fisiologi dan Ilmu Dasar
Penyakit. Jakarta: EGC.

Pearce, E. C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Erlangga.

Pratiwi, D. A, dkk. 2012. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: EGC.

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Tim penyusun. 2018. Penuntun dan Buku kerja Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Makassar: Stikes Mega Rezky.
LAMPIRAN

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 1 : Proses pembiusan pada hewan coba mencit (Mus musculus).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 2 : Proses mengkuliti pada hewan coba mencit (Mus musculus).


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 3 : Proses pembukaan selaput dan pengamatan organ – organ

pada hewan coba mencit (Mus musculus).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 4 : Proses pemisahan organ-organ dalam hewan coba mencit (Mus

musculus).
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 5 : Proses pengukuran usus halus pada hewan coba mencit (Mus
musculus)

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 6 : Proses pemisahan organ-organ dalam hewan coba mencit (Mus

musculus).
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 7 : Organ hati pada hewan coba mencit (Mus musculus).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 8 : Organ ginjal pada hewan coba mencit (Mus musculus).


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 9 : Organ paru-paru pada hewan coba mencit (Mus musculus)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan O2.

Kemudian oksigen yang ada diluar tubuh di hirup (inspirasi) melalui organ –

organ pernapasan dan pada keadaan tertentu, bila tubuh kelebhan karbon

dioksida (CO2) maka tubuh berusaha mengeluarkan dari dalam tubuh dengan

cara menghembuskan nafas (ekspirasi), maka terjadilah keseimbangan antar

oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.

Respirasi atau pernapasan melibatkan keseluruhan proses yang

menyebabkan pergerakan pasif O2 dan atmosfer ke jaringan untuk menunjang

metabolisme sel serta pergerakan pasif CO2. Selanjutnya yang merupakan

produk sisa metabolisme dari jaringan ke atmosfer. Adapun organ – organ

pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru –

paru.

Organ pernapasan dimulai dari hidug sampai pru – paru dapat juga di

definisikan sebagai gabungan aktivitas berbaga mekanisme yang berperan

pad prose suplai oksigen keseluruh tubuh dan pembuangan karbon dioksida,

pada dasarnya sistem respirasi terdiri dari suatu seri saluran udara yag

memaasukkan udara luar sehingga mengadakan kontak dengan membran

respirasi usus yag cepat egembang dengan luas.


Membran ini dekat dengan kapiler – kapiler, sedangkan permukaan

yang merupakan batas antara membran dan kapiler – kapiler merupakan

tempat pertukara oksigen dan karbon dioksida.

Oleh karena itu dalam praktikan kali ini kami melakukan praktikum

yang berjudul “Sistem Respirasi”. Percobaan ini membahas mengenai

anatomi sistem respirasi. Proses jalannya udara, jenis – jenis pernapasan,

mekanisme pertukaran oksigen dan karbon dioksida dan volume dan

kapasitas paru – paru.

B. Maksud Percobaan

1. Agar dapat mengetahui dan mempelajari anatomi fisiologi sistem respirasi.

2. Agar dapat mengetahui dan mempelajari fungsi dan bagian – bagian sistem

respirasi pada hewan coba mencit (Mus musculus).

3. Agar dapat membedakan organ respirasi pada manusia dengan organ pada

hewan

C. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengatahui secara anatomi sistem respirasi

2. Untuk mengetahui organ – organ sistem respirasi

3. Untuk mengetahui jenis – jenis pernapasan

4. Untuk mengetahui jalan udara pernapasan

5. Untuk megetahui mekanisme pertukaran oksigen dan karbon dioksida

6. Untuk mengetahui volume dan kapasitas paru – paru


D. Prinsip Percobaan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada mencit sebagai hewan

uji yang dibedah bagian dada sampai bagian perut kemudian di amati alat

respirasi pada menit yaitu faring, laring, bronkus, alveolus, dan kemudian

diukur dengan membandingkan ukuran respiras pada manusia.

E. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah agar manusia dapat mengetahui

perbedaan antara anatomi sistem percernaan dengan anatomi sistem respirasi

atau pernapasan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida

baik yang terjadi didalam paru – paru, maupun dalam jaringan (Aris, 2009).

Sistem respirasi terkadang disebut tali kehidupan tubuh yang bermula

dari hidung sampai kantung – kantung udara yang kecil atau alveolus yang

membentuk susunan paru – paru (Hegner, 2013).

Pada manusia, organ pernapasan utamanya adalah paru – paru (Pulmo)

dan dibantu oleh alat – alat pernapasan lain. Jalur udara pernapasan untuk

menuju sel – sel tubuh adalah:

Rongga hidung rongga tekak (faring) laring trakea

bronkus paru – paru alveolus sel – sel tubuh. (Pratiwi, 2012).

Rongga hidug, secra sagital rongga hidug dbagi oleh sekat hidung

kedua belah rongga ini terbuka kearah wajah melalaui nares dan kearah

pasterior (choana). Masing masing belahan rongga hidung mempuyai dasar,

atap, dinding lateral dan dinding medial (sekat hidung), Rongga hidung terdiri

atas tiga regio, yakni Vestibulum, penghidu dan pernapasan. Vestibulum

hidung merupakan sebuah pelebaran yag letaknya tepat disebelah nares.

Vastibulum ini dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung berguna untuk

menahan aliran partike yang terkadung didalam udara yang dihisap. (Gunardi,

2007 ).
Saluran nafas berawal dari saluran nasal (hidung). Saluran hidung

membuka ke dalam faring (tenggorok) yang berfungsi sebagai saluran

bersama untuk sistem pernapasan dan pencernaan. Terdapat dua saluran yang

berasal dari faring – trakea (Windpipe) yang dilalui oleh udara untk menuju

paru, dan esofagus, yang dilalui oleh makanan untuk menuju lambung. Udara

dalam keadaan – keadaan normal masuk ke faring melalui hidung, tetapi

udara juga dapat masuk melalui mulut ketika saluran hidug tersumbat. Yaitu

anda dapat bernapas melalui mulut ketika flu. Karen faring berfungsi sebagai

saluran bersama untuk udara dan makanan, sewaktu menelan terjadi

mekanisme kalau alveoli berbentuk spiris maka volumenya adalah hanya 4

liter tetapi luas permukaan totalnya sangat besar yaitu 85 m2 (Tim Penyusun,

2008).

Paru – paru mempuyai 300 juta alveolis. Gelombang – gelombang

alveolis inilah yang menyebabkan luas permukaan difusi udara pada paru –

paru menjadi sekitar 70 m2. Dinding alveolus sangat elastis, terdiri atas satu

lapis sel yang dibeberapa tempat terbuka untuk memudahkan difusi udara

dengan kapiler darah (Pratiwi, 2012).

Ambang penciuman salah satu sifat penting penghidu adalah sedikitnya

konsentrasi agen perangsang diudara yang dbutuhkan untuk mempengaruhi

sensasi penghidu (Guyton, 2012).

Proses respirasi dibagi menjadi dua yaitu respirasi interval atau seluler

respirasi atau respirasi dalam dan respirasi eksternal atau pernapasan luar.

Respirasi eksternal merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon


dioksida diparu – paru, kapiler pulmonal degan ligkungan sedangkan respirasi

internal merupakan proses pemanfataan oksigen dalam sel yang terjadi di

mitokondria untk metabolisme dan produksi karbon dioksida (Aris, 2009).

Metode sederhana untuk mempelajari Ventilisasi paru adalah dengan

mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru – paru, suatu proses yang

disebut spirometri (Tim Penyusun, 2018).

Adapun jenis – jenis mempelajari ventilisasi

1. Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau ekspirasi setiap

kali bernapas normal (sekitar 500 ml).

2. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat

diinspirasi setelah dan diatas volume alur nafas normal (sekitar 3000 ml).

3. Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra yang dpat di

ekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alur nafas normal (sekitar

110 ml).

4. Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru

setelah ekspirasi paling kuat (sekitar 1200 ml).

5. Kapasitas inspirasi sama dengan volume alur nafas ditamabh volume

cadangan inspirasi (sekitar 3500 ml).

6. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi

ditambah volume residu (sekitar 2300 ml).

7. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume

alur nafas dan volume cadangan ekspirasi (sekitar 4600 ml).


8. Kapasitas paru total adalah volume maksimum dimana paru dapat

dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (sekitar 5800 ml)

(Tim Penyusun 2018).

Dalam paru – paru yang kaya oksigen, dimana diperlukan pengambilan

O2 dan bukannya pelepasan, hemoglobin menunjukkan sebuah ciri lain yang

berharga kooperativitas (Fried, 2006).

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas,

infeksi saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan

infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala serta

gangguan yang relatif ringan sampai pneumonia berat (Price, 2006).

Ada dua macam mekanisme pernapasan yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut. Pernapasan dada terjadi karena tulang – tulag rusuk oleh

otot - otot antar rusuk (interkostal). Pernapasan perut terjadi karena gerakaan

otot diafragma (sekat rongga badan yang membatasi rogga dada dan rongga

perut) (Pratiwi, 2012).

C. Klasifikasi Hewan Coba Mencit (Akbar, 2010)

Mencit atau Mus musculus mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Phylum : Chordata

2. Subphylum : Vertebrata

3. Class : Mamalia

4. Ordo : Rodentia

5. Family : Muridae

6. Genus : Mus
7. Species : Mus musculus

D. Karakteristik Hewan Coba Mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Lama hidup : 1 – 2 tahun

Lama produksi ekonomis : 3 bulan

Lama bunting : 19 – 21 hari

Kawin sudah beranak : 1 – 24 jam

Umur disapih : 21 hari

Umur dewasa : 35 hari

Umur dikawinkan : 8 minggu

Siklus kelamin : Poliestrus

Perkawinan : Pada waktu estrus

Berat dewasa : 20 – 40 gram

E. Patofisiologi Hewan Coba Mencit

Pemilihan hewan percobaan untuk uji farmakologik didasarkan pada

beberapa faktor antara lain :

1. Faktor kepekaan hewan terhadap metode uji

2. Faktor kemiripan dan fisiologi manusia

3. Faktor harga

4. Faktor kemudahan perkembangbiakan

Mencit (Mus musculus) memiliki beberapa penyakit diantanya yaitu

Enterbactericeae, pasteurellois dan rabies (Tim dosen, 2018).


Adanya pola infeksi dan derajat keparahan usus terhadap infeksi E-Coli.

E-Coli merupakan fitra yang dominan pada usus yang bersifat fakultatif,

beberapa serain dapat mengembangkan kemampuannya menimbulkan

penyakit pada saluran usus, urin bahkan sistem saraf pusat (Andiarsa, 2014).

Salah satu penyebab parahnya infeksi E-Coli pada usus mencit (Mus

musculus) yaitu slinga toxin atau STEC (Andiarsa, 2014).

F. Uraian bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan tidak punya


rasa
Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : (FI V: 393)

Nama Resmi : ETANOL MUTLAK

Nama lain : Alcohol absolute

Rumus molekul : C2H6O

Bm : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap : jernih tidak berwarna : bau


khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.

Kegunaan : Pembersih luka dan antiseptic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat jauh dari api

Sisa penguapan : zat tidak larut dalam air.

3. Eter : (FI IV: 65)

Nama Resmi : AETHER

Nama lain : Etil Eter

Rumus molekul : C4H10O

Bm : 74,42

Pemerian : Cairan mudah mengalir, mudah menguap tidak

berwarna: berbau khas: teroksidasi perlahan – lahan

oleh udara dan cahaya dengan membentuk

perioksida mendidih pada suhu lebih kurang 35º.

Kegunaan : Sebagai pelarut zat organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dengan kapasitas tidak

lebih dari 3 Kg.

Sisa Penguapan : Sisa tidak menguap lebih dari (0,003%)

Kelarutan : Larut dalam air.

4. Kloroform : (FI V: 696)

Nama Resmi : KLOROFORM

Nama lain : Triklorometana


Rumus molekul : CHCL3

Bm : 119,38

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna mudah mengalir,

mempunyai sifat khas: bau eter: rasa manis dan

membakar mendidih pada suhu 61, dipengaruhi

oleh cahaya.

Kegunaan : Pereaksi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya pada

suhu tidak lebih 30º.

Sisa Penguapan : Sisa tak menguap tidak lebih dari bpj, uapkan 50 ml

dalam cawan platina atau porselen diatas tangas

uap, dan keringkan oada suhu 105º selama 1 jam.

Kelarutan : Larut dalam kurang 200 bagian air.


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Alat yang digunakan:

1. Gunting bedah

2. Kandang mencit

3. Lap halus

4. Lap kasar

5. Penggaris

6. Pinset

7. Pisau bedah

8. Toples

B. Bahan

Bahan yang digunakan:

1. Alkohol

2. Aquadest

3. Benang godam

4. Eter

5. Handscoom

6. Kapas

7. Mencit ( Mus musculus )

8. Pentul

9. Styrofoam
10. Tissue

C. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dikeluarkan mencit dari dalam kondang lalu letakkan didalam toples

yang berisi kapas yang telah dibasahi cairan eter.

3. Dibiarkan mencit beberapa menit didalam toples hingga mencit pingsan.

4. Dikeluarkan mencit dan toples lalu letakkan diatas styrofoam (papan

bedah)

5. Diikat kaki mencit pada pentul yang telah ditancapkan pada styrofoam

(papan bedah) dengan menggunakan bendnag godam.

6. Dijepit kulit mencit bagian tengah atas tepat dileher mencit lalu diangkat

hingga kulit mencit tertarik.

7. Mencit diikuti perlahan – lahan dari leher sampai anus hingga organ

dalam mencit terlihat.

8. Pastikan pisau bedah tidak mengenai organ dalam mencit agar tidak

terjadi pendarahan dalam kerusakan organ pada mencit.

9. Selaput lapisan tubuh bagian dalam mencit diiris perlahan-lahan tanpa

mengenai organ tubuh mencit, selaput tersebutu dibuka dan dijepit

menggunakan pentul.

10. Diamati letak organ dakam mencit

11. Dikeluarkan organ – organ dalam mencit lalu diukur menggunakan

penggaris
12. Dicatat setiap pengukuran organ mencit dan diletakkan berdasarkan

prosesnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Organ yang diamati Ukuran Fungsi


1. Faring Menghubungkan antara hidung, rongga
a. Mencit 1 1 cm mulut ke laring dan terdapat klep yang
b. Mencit 2 1 cm disebut epiglotis.
c. Mencit 3 0,9 cm
2. Laring Untuk melindungi saluran pernapasan
a. Mencit 1 1 cm dibawahnya dengan cara menutup secara
b. Mencit 2 1 cm cepat, simulasi mekanik, sehingga
c. Mencit 3 0,9 cm mencegah masuknya benda asing ke
dalam saluran napas
3. Trakea Menyediakan tempat bagi udara yang
a. Mencit 1 1,8 cm dibawah masuk ke paru - paru
b. Mencit 2 1,8 cm
c. Mencit 3 1,7 cm
4. Bronkus Menyalurkan udara dari trakea menuju
a. Mencit 1 1,5 cm bronkolus dan sebagai konduktor antara
b. Mencit 2 1 cm atmosfer dan alveoli
c. Mencit 3 1 cm
5. Paru – paru Sebagai tempat pertukaran O2 dengan
a. Mencit 1 1,2 cm CO2, kemudian masuk ke darah dan
b. Mencit 2 1,2 cm karbondioksida dari darah keluar udara.
c. Mencit 3 1 cm
B. Pembahasan

Pernapasan merupakan proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas

didalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru – paru

“pernapasan luar”.

Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan

oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya.

Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan

memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses metabolismenya yag

berarti pekerjaan selesai dan hasil buangannya dalam bentuk karbon dioksida

(CO2) dan air (H2O) dihilangkan.

Pada percobaan kali ini menggunakan hewan uji pada mencit (Mus

musculus) yang memiliki saluran pernapasan hampir mirip dengan organ

pernapasan pada manusia yaitu pernapasan yag dimulai dari hidung (nasal),

hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah

bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua siklus yang

mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.

Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu – bulu yang

terdapat didalam vestikulum, karena kontak dengan permukaan lendir ujung

didahulunya, udara menjadi hangat dan karena penguapan air dari permukaan

selaput lendir udara menjadi lembab.

Faring (tekak) yaitu pipa berotot yag berjalan dari otot tengkorak

sampai sambungan esophagus pada ketinggian tulang rawan, terkait dengan


tulang rawan, tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yaang berupa kutub

tulang rawan dan membantu menutup larina pada saat menelan.

Adapun langkah pertama yang kami lakukan yaitu melakukan

pembedahan pada mencit, sebelum melakukan pembedahan, ambillah sebuah

botol toples, masukkan beberapa ekor mencit, lalu masukkan kapas yang

telah dibasahi oleh kloroform kedalam toples yang didalamnyaa terdapat

beberapa ekor mencit, setelah memasukkan kapas tersebut tunggu beberapa

menit hingga mencit pingsan. Lalu keluarkan dari dalam toples apabila

mencit sudah pingsan, lalu ikatkan seluruh kaki mencit pada pentul,

tancapkan pentul pada styroform, dan lakukan pembedahan.

Pembedahan dilakukan dengan cara merobek leher mencit dengan

menggunakan gunting bedah, setelah merobek lehernya, robeklah perut,

mencit hingga sampai ke anus, lalu lakukan penyayatan pada kulit mencit

untuk mengupas kulitnya. Setelah terkelupas robeklah selaput yang melapisi

seluruh organ pada mencit, lalu tancapkan pantul pada setiap sudut tepi dari

selaput yang telah digunting, kemudian pisahkanlah setiap organ – organ

pada mencit dan ukurlah setiap organ – organnya lalu catat hasil

pengukurannya untuk mengetahui ukuran, bentuk, fungsi dan susunan dari

organ – organ pda mencit.

Setelah melakukan pembedahan dapat diketahui bahwa sistem

pernapasan itu berawal dari rongga hidung kemudian udara disaring oleh bulu

– bulu yang terdapat pada vestibulum, setelah disaring udara diteruskan

menuju ke trakea yang merupakan pipa yang terdiri atas gelang – gelang
tulang rawan, di daerah dada trakea bercabang menjadi dua yang disebut

dengan bronkus. Bronkus masuk ke paru – paru dari bronkiolus, bronkiolus

berakhir sebagai gelembung – gelembung halus yang disebut alveolus,

alveolus diselubungi oleh pembuluh darah kapiler tempat terjadinya difusi O2

dan CO2.

Ukuran organ pernapasan pada hewan coba mencit yaitu faring pada

mencit pertama 1 cm, faring pada mencit kedua 1 cm, faring pada mencit

ketiga 0,9 cm. Laring pada mencit pertama 1 cm. Laring pada mencit kedua 1

cm, laring pada mencit ketiga 0,9 cm. Bronkus pada mencit pertama 1,5 cm,

Bronkus pada mencit kedua 1 cm, Bronkus pada mencit ketiga 1,5 cm.

Trakea pada mencit pertama 1,8 cm, trakea pada mencit kedua 1,8 cm, trakea

pada mencit ketiga 1,7 cm. Paru – paru pada mencit pertama 1,2 cm, paru –

paru pada mencit kedua 1,2 cm, dan paru – paru pada mencit ketiga 1 cm.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Anatomi sistem respirasi seperti dari hidung, faring, trakea, bronkus,

dan paru – paru dimana susunan salurannya yaitu rongga hidung, pangkal

tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru – paru. Jenis pernapasan ada dua

yaitu pernapasan internal dan pernapasan eksternal, pernapasan internal

adalah dimana O2 dalam tubuh yang telah dihirup diatmosfer digunakan

dalam sel sebagai hasil zat pembakaran yang menghasilkan CO2 dan sebagai

hasil oksidasi dalam menghasilkan tenaga berupa ATD. Sedangkan

pernapasan eksternal adalah O2 dalam udara diserap dalam tubuh dan difusi

dalam kapiler – kapiler alveolus. Mekanisme penyerapan gas O2 dan CO2

dimana O2 dihirup dari luar tubuh disamping dan hangatkan serta

dilembabkan lalu didorong oleh sillia masuk ke trakea, bronkus dan difusi

dalam alveoli. Ukuran rata – rata dari sistem respirasi mencit yaitu faring 1,3

cm, laring 1,3 cm, trakea 06 cm, jantung 0,7 cm dan paru – paru 0,8 cm.

Sedangkan ukuran pada percobaan respirasi ukuran dari beberapa mencit

yaitu faring pada mencit pertama 1 cm, faring pada mencit kedua 1 cm, faring

pada mencit ketiga 0,9 cm. Laring pada mencit pertama 1 cm, laring pada

mencit kedua 1 cm, laring pada mencit ketiga 0,9 cm. Trakea pada mencit

pertama 1,8 cm, trakea pada mencit kedua 1,8 cm, trakea pada mencit ketiga
1,7 cm. Bronkus pada mencit pertama 1,5 cm, bronkus pada mencit kedua 1

cm, bronkus pada mencit ketiga 1 cm. Paru –paru pada mencit pertama 1,2

cm, paru – paru pada mencit kedua 1,2 cm, paru – paru pada mencit ketiga 1

cm.

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan proses pembedahan pada hewan uji coba

diperlukan ketelitian yang tinggi, agar dapat menjaga keutuhan organ yang

terdapat pada hewan uji coba atau subjek yang akan dibedah.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilisasi. Jakarta : Adama Press UN.

Andiarsa, D. 2014. Gambaran Kerusakan Mukosa Usus Mecit (Mus musculus)


Pada Infeksi Escherica Coli, Jurnal Vektor. Penyakit Vol 8 No.2, 53 –
60 : Kalimantan Selatan.

Aris, dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia, Jakarta : Trans Info Media

Communication, C. 2014. Anatomi – Fisiologi untuk SMK Kesehatan. Jakarta:


EGC.

Ditjen. POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta

Ditjen. POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI: Jakarta

Ditjen. POM. 2012. Farmakope Indonesia edisi V. Depkes RI: Jakarta

Fried, G.H dan Hademenos, G.J. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Gunardi, S. 2007. Anatomi Sistem Perapasan. Jakarta : FKUI

Pearce, D.A. dkk. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia.

Pratiwi, D.A. dkk. 2012. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Gramedia.

Price, S. A. dan Wilson, L.M. 2002. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Tim Penyusun. 2018. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Makassar : Stikes Mega Rezky.
LAMPIRAN

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 1 : Proses pembedahan pada hewan uji coba mencit

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 2 : Hasil Pengeluaran dan pemisahan pada masing – masing


organ pada mencit
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 3 : Gambar salah satu organ pernapasan pada hewan uji coba
mencit yaitu esophagus
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan

bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme

sistem saraf,lingkungan internal dan stimulus,eksternal dipantau dan diatur,

kemampuan khusus seperti iritabilitas atau sensativitas terhadap stimulus dan

konduktivitas atau kemampuan menstransmisi suatu respon terhadap

stimulasi di atur oleh sistem saraf menerima sensai atau stimulasi melalui

reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun

internal (reseptor viseral).Aktivirus integrative.Reseptor mengubah stimulus

menjadi implus listrik yang menjalar disepanjang saraf sampai ke otoak dan

medulla spinalis yang kemudian akan menginterprestasi dan mengintegrasi

stimustimulusngga respon terhadap informasi bisa terjadi.

Sistem persarafan mengendalikan dan mengatur semua aktivitas

tubuh.Termasuk pengeluaran hormon.Berapa bagian khusus dari sistem

persarafan bertanggung jawab mempertahankan berbagai fungsi normal

sehari-hari. Beberapa bagian lain berperan saat terjadi situasi kegawatan.

Beberapa bagian lain berperan lainnya lagi mengendalikan kegiatan refleks.

Untuk mempermudah belajar sistem saraf dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST) sistem saraf pusat

terdiri dari otak dan medulla spinalis ( sum-sum tulang belakang ).


Sistem saraf tepi terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf

spinal yang menyebar ke seluruh bagian tubuh. Meskipun demikian perlu

diingat bahwa sistem persarafan merupakan suatu sistem yang terlibat.

Yang melatar belakangi laporan ini karena hewan coba mencit memiliki

faktor kepekaan hewan terhadap metode uji,faktor kemiripan dengan fisiologi

manusia,faktor harga dan faktor kemudahan perkembangbiakan. Serta

pengetahuan mengenai sistem saraf yang berhubungan dengan pemerian obat

dan mekanisme kerja obat

B. Maksud Percobaan

1. Agar dapat mengetahui dan mempelajari Anatomi Fisiologi Sistem Saraf

2. Agar dapat mengetahui dan mempelajari fungsi dan bagian-bagian sistem

saraf pada hewan coba mencit ( Mus musculus ).

3. Agar dapat membedakan organ saraf pada manusia dan organ saraf pada

hewan.

C. Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui sistem saraf pusat.

2. Untuk memahami perbedaan saraf simpatik dan saraf parasimpatik

3. Membedakan obat simpatik dan parasimpatik.

D. Prinsip Percobaan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada mencit untuk

mengaamati efek farmakologi seperti piloereksi, grooming, tremor, straub,

vasokonstraksi, vasodilatasi, salivasi, diare, urinasi, migreasis, miosis,


trikardia, bradikardia yang ditimbulkan oleh obat atropin,aquadest dan

epineprin.

E. Manfaat Percoban

Manfaat percobaan ini adalah agar mhasiswa dapat mengetahui efek

apa saja yang ditimbulkan dari pemberian obat atropine, Aquadest, dan

epineprin serta sistem saraf apa yamg bekerja pada hewan coba mencit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sistem saraf adalah pusat control tubuh, penyaluran dan jaringan

komunikasi yang mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh. Pusat dari

semua aktifitas mental (Chalik, 2016).

Dalam mekanisme sistem saraf lingkungan internal dan stimulus

asternal di pamtau. Kemampuan khusus iritabilitas atau sensitifitas terhadap

stimulus dan konduktifitas atau kemampuan untuk mentrasmisi suatu respons

terhadap strimulasi di atur oleh sisten saraf dalam tiga cara utama . Input

sensorik, sistem saraf menerima sensasi atau strimulus melalui reseptor yang

terletak di tubuh baik eksternal maupun internal. Aktifitas intergratif, reseptor

mengubah stimulus menjadi implus listrik yang menjalar di sepanjarng saraf

sampai ke otak dan medula spinalis yang kemudian akan menginterprestasi

dan mengintegrasi stikulus sehingga respon terhadap informal bisa terjadi.

Output motorik implus dari otak dan medula spenalis memperoleh respon

yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh (Sloanae, 2002).

Sistem saraf di bagi menjadi dua bagian yaitu sister saraf pusat (SSP)

dan sistem saraf tepi (SST). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla

spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang

saraf spinal yang menyebar ke seluruh bagian tubuh (Chaldwell, 2002).

Sel pada sistem saraf tesusun atas neuwron(sel-sel komplet) terdiri atas

badan sel yang mempunyai nukleus yang di kelilingi oleh brofoplasma dan di
lapisi membrane sel dan serabut saraf yang pada prinsipnya merupakan tuba

protoplasma terbungkusnya di dalam membra sel . sel ini biasanya

merupakan akson tunggal panjang yang mengantarkan implus menjahui

badan sel, dan beberapa dendrit kecil yang menerima masuknya implus

(Sentosa, 2012).

Susunan sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang

belakang, dan urat-urat atau saraf cabang yang tumbu dari otak dan sum-sum

tulang belakang tadi di sebut urat saraf periver (urat saraf tepi). Jaringan saraf

membentuk sala satu dari empat kelompok jaringan utama pada tubuh (Tim

penyusun 2018).

Sistem saraf terdiri atas sususan saraf pusat yang mencakup otak dan

sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer atau susanan saraf tepi terdiri

dari atas uran-urat saraf terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, serta

sistem saraf otonom. Sistem pusat dan periferi sering di kelompokan besama

dan di lulaskan sebagai sistem saraf serebrospinal. Sistem saraf otonom

mencakup saraf simpatik dan parasimpatik (Pearce, 2012).

Otak adalah organ yang sangat kompleks, otak menghubungkan

sumsum tulang belakang ke otak besar (medulla obligara) pusat untuk

beberapa refleks penting dan otak tengah mengandung traktur saraf asending

dan desending (Chalik, 2016).

Sitem saraf tepi (perifer) terdiri atas pasang-pasang saraf kranial dan

saraf spinal yang keluar dari otak dan sum-sum tulang belakang serta

menghubungkannya dengan tiap resptor dan efektor dalam tubuh. Sitem saraf
tepi dibagi menjadi sistem saraf sensorik, somatic dan sistem otonom (Srikini,

2006).

Sistem saraf somatic di sebut juga dengan sistem saraf sadar proses

yang di pengaruhi saraf sadar. Berarti anda dapat memutuskan untuk

menggerkkan bagian-bagian tubuh dibawah pengaruh sistem-sisten ini

(Inanto, 2014).

Sistem saraf otonom adalah bagian adari sistem saraf tepi yang

mengontrol kegiatan organ-organ dalam misknya kelenjar keringat, otot

perut, pembuluh darah dan alat-alat reproduksi. Ada dua sistem saraf otonom

yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis (Srikini, 2006).

Saraf simpatik saraf yang keluar dari saraf spinal daerah thoracal dan

lumbal, saraf parasimpatis berhubungan hanya dengan saraf kranial tertentu

seperti N.III.V,X dan saraf spinal dari sacral (Herianti, 2008).

Penggolongan obat berdasarkan efek utamanya kelinegik atau

parasimpotomimetik efek obat golongan ini menyenipal efek yang di

timbulkan oleh aktifitas susunan saraf parasimapatis. Adengrik atau

simpomimetik efek golongan obat yang merangsang sistem saraf simpatis

(Listari, 2016).

Parasimpatolitik atau antikolinergik efek obat yang menghambat kerja

asetikolin dengan menempati reseptor – rseptor. Simpatolitik atau

antiadrenergic yang menghambat efek neurotransmiter adrenegrik dengan

menempati repsektor alfa atau beta baik secara langsung maupun tidak

langsung (Lestari, 2013).


Obat ganglion reseptornya dikenal sebagai reseptor nikotimik yang

sensitif terhadap penghambatan oleh heksamotonium (Lestari, 2013).

Penyakit perangsangan saraf parasimpatis ini menyebabkan beberapa

efek termakodinamik baik pada hewan maupun manusia, sebagai berikut

(Tim penyusun 2018).

1. Miosis yaitu penyempitan pupil mata

2. Peningkatang motilitas lambung dan usus yang dapat menimbulkan diare

pada hewan percobaan atau rasa sakit apdominal.

3. Tremor dan kejang

4. Vasodilatasi prifer, Nampak warna pada pembuluh darah telinga mencit

atau tikus menjadi lebih merah

5. Bronkokotriksi

6. Peningkatan salifa, keringat dan air mata.

7. Diuresis karena terjadi pengecilan kandungan kemih.

8. Ereksi

9. Muntah

Penyakit perangsangan saraf simpatis ini menyebabkan timbulnya

beberapa efek farmakodinamik baik pada hewan maupun manusia sebagai

berikut (Tim penyusun 2018).

1. Perangsangan sistem saraf pusat yang akan nampak pada mencit berapa

straup, gromong yang berlebihan

2. Midriasis, pelebaran pupil mata

3. Vasokantrasis, warna pembuluh darah telinga mencit pucat


4. Bronkodilatasi

5. Ekssoftalamus, bola mata mencit keluar

6. Salivasi, air liur keluar

7. Ejakulasi

8. Relaksasi saluran cerna

Reseptor adrenegrik ada dua yaitu reseptor alfa dan beta. Reseptor alfa

– 1 dan alfa -2. Reseptor alfa – 1 mempunyai efek fasokonstrifasi, reseptor

alfa -2 terdapat di hipotalamus nukleus traktus solitaries mempunyai

fasodilatasi (Woriding, quanagens, kuanfesin). Reseptor ada tiga yaitu beta -1

yang terdapat di jantung, dia memacu denyut jantung reseptor beta -2 terdapat

pada pembulu darah, terjadinya fasodilatasi. Reseptor beta -3 terdapat di sel

lemak dan menyebabkan lipolisis. Reseptor dapomine ada dua yaitu

dapomine -1 yang mengatifkan enzim adenilat siklase dan dapomine -2 yang

menghambat enzim adenilat siklase. Dopamine menyebabkan fasodilarasi

relaksasi saluran cerna meningkatkan sekresi kelenjar ludah (salifasi) dan

pancreas (sekresi insulin) (Tim penyusun 2018).

Neurotransmitter adalah senyawa disintesis, di simpan dalam saraf

tempat dia bekerja, skresinya tergantung adanya ion kalsium, terdapat

mekanisme cepat untuk inaksifasinya misalnya hidrolisis. Neurotranmitter

yang murni adalah asetikolin yang terdapat pada saraf parasimpatis, sehingga

saraf ini di sebut juga kolinegrik (Tim Penyusun.2018).


B. Klafisikasi Hewan Coba Mencit (Akbar, 2010 )

Mencit atau Mus musculus mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Phylum : Chordata

2. Subphylum : Vertebrata

3. Class : Mamalia

4. Ordo : Rodentia

5. Famili : Muridae

6. Genus : Mus

7. Spesies : Mus musculus

C. Karakteristik Hewan Coba Mencit (Tim Penyusun.2018 )

Mencit Mus musculus mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Lama hidup : 1 – 2 tahun

2. Lama produksi ekonomis : 9 bulan

3. Lama bunting : 19 – 21 hari

4. Kawin sudah beranak : 1 – 24 jam

5. Umur disapih : 2 hari

6. Umur dewasa : 35 hari

7. Umur dikawinkan : 8 minggu

8. Siklus kelamin : Poliestrus

9. Perkawinan : Pada waktu estrus

10. Berat dewasa : 20 – 40 gram


D. Patofisiologi Hewan Coba Mencit

Mencit memiliki beberapa penyakit diantaranya yaitu Enterbactericeae,

pasteurellosis, dan rabies (Tim Penyusun.2018 ).

Adanya pola infeksi dan infeksi dan derajat keparahan usus terhadap

infeksi E.Coli. E.Coli merupakan flora yang dominan pada usus yang bersifat

fakultatis,beberapa serain dapat mengembangkan kemampuannya

menimbulkan penyakit pada saluran usus, urin bahkan sistem saraf(Andiarsa,

2014).

E. Uraian Bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan tidak


punya rasa
Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : (FI V: 393)

Nama Resmi : ETANOL MUTLAK

Nama lain : Alcohol absolute

Rumus molekul : C2H6O


Bm : 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap : jernih tidak berwarna :

bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada

lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu

rendah dan mendidih pada suhu 78º, mudah

terbakar.

Kegunaan : Pembersih luka dan antiseptic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat jauh dari api

Sisa penguapan : zat tidak larut dalam air.

3. Atropin sulfat : (FI III: 19)

Nama Resmi : ATROPINI SULFAT

Nama lain : Atropina sulfat

Rumus molekul : C17H23(NO2)3H2SO4H2O

Bm : 694,83

Pemerian : Cairan tidak berwarna atau serbuk putih;tidak

berbau;sangat pahit sangat beracun.

Kegunaan : Parasimpatolitikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari

cahaya.

Sisa Penguapan : Sisa tidak menguap lebih dari (0,003%)

Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam

lebih kurang 3 bagian etanol ( 90% ).

4. Epineprin : (FI III: 238)


Nama Resmi : EPINEPHRINUM

Nama lain : Epinefrin adrenalin

Rumus molekul : C9H13NO3

Bm : 183,21

Pemerian : Serbuk hablur renik,putih atau putik kuning

gading.

Kegunaan : Simpatomimetikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari

cahaya.

Sisa Penguapan : Sisa tak menguap tidak lebih dari bpj, uapkan 50

ml dalam cawan platina atau porselen diatas

tangas uap, dan keringkan oada suhu 105º

selama 1 jam.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam

etanol.

F. Uraian Obat

1. Adrenalin atau efineprin

Nama genetic : Epinefrin

Golongan obat : Anti alergi

Indikasi : Pengobatan anafilaksis berupa bronkopeme akut

asma yang berat

Kontra indikasi : Menyebabkan hipertensi yang berat dan

pendarahan otak
Dosis : Untuk dewasa 0,5-1 mg dapat diulang setiap 3-5

menit yang diperlukan.jika tidak ada respon

memadai untuk 1 mg, maka terapkan dosis tinggi

(2-5 mg) setiap 3-5 menit telah digunakan.

Efek samping : Dapat menimbulkan seperti aritma jantung, nyeri

dada, sakit kepala, dan mual.

Farmakologi : Dalam Pada umumnya pemberian efineprin

menimbulkan efek mirip saraf

adrenergic.Menurut plumb (2005 ) atropin

seperti agen muskarisme lainnya,menghambat

asetil kolin atau kolinergic secara komperitif

pada ikatan neuroefektor parasimpatik post

ganglionik (Dr.Nurdiana, 2017)

Farmakokinetik : Sebagian besar efineprin akan dimanfaatkan oleh

tubuh untuk menstimulasi reseptor alfa dan beta

lainnya sebagian kecil subtans yang akan di

metabolisme dan di naktifasi oleh enzim MAO

dan COMT serta diubah menjadi

metabolitmaktif yaitu metadrenalin,

derifathidroksil dari asam medelik, yang pada

akhirnya akan dikonjugasi dan di ekskresi di

urin.

Farmakodinamik : Pada penggunan dosis tinggi akan menimbulkan


aksi pada reseptor alfa adrenergic sedangkan

pada dosis yang lebih kecil akan menstimulasi

reseptor beta 1 dan beta 2.

2. Atropini sulfat

Nama genetic : Atropini

Indikasi : Mengeringkan sekre, melawan bradikardia yang

berlebihan bersama dengan neotikmin untuk

mengembalikan penghambatan neuromuskular

kompetitif, indikasi lain (Reharjo, 2009).

Interaksi : Antimuskarinik (Reharjo, 2009)

Dosis : Sebagai pramedikasi, injeksi intravena 300 – 600

mg, 30 hingga 60 menit segera sebelum induksi

anesrelik, dan dengan peningkatan dosis setiap

kali 100 mg untuk pengobatan bradikardia

melalui intramuskular 300 – 600 mg, 30 – 60

menit sebelum injeksi anak 20 mcg/kg.

Efek samping : Kesulitan memfokuskan pandangan,detak

jantung lebih cepat,pandangan kabur, iritasi

mata, mulut dan kulit kering, sembelit.

Farmakologi : Mekanisme kerja asetil kolin pada organ yang di

narvasi serabut saraf otonom parasimpatis atau

serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter

asetil kolin.
Farmakokinetik : Atropin sulfat di absorpsi dengan baik pada

pemberian secara oral,injeksi intramuskuler,

inhalasi atau pemberian endotrakeal.

Farmakodinamik : Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan

dapat diatasi dengan pemberian asetil kolin

dapam jumlah berlebihan atau pemberian

antikolinesterasi.Menimbulkan alergi pada

reseptor alfa ahenergik (Drs.H.Syamsuni,Apt.

2006)
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Alat yang digunakan

1. Gelas kimia

2. Gelas ukur

3. Kanula

4. Kandang mencit

5. Lap kasar

6. Lap halus

7. Labu erlenmeyer

8. Spoit

9. Timbangan

B. Bahan

Bahan yang digunakan

1. Alkohol

2. Aquadest

3. Atropin

4. Efineprin

5. Tissue

C. Hewan Coba

1. Mencit (Mus musculus)


D. Cara Kerja

1. Penanganan hewan coba mencit ( Mus musculus )

a. Diambil mencit dari kandangnya

b. Diletakkan di atas meja dan diusap – usap hingga mencit menjadi

tenang.

c. Ditekan ekor mencit antara pantat dengan ekor.

d. Dipegang tekuk mencit hingga mencit tidak bergerak.

e. Disimpan ekor mencit diantara selah jari manis dan kelingking.

2. Pemberian obat

a. Atropin

1. Diambil obat atropin dari labu erlenmeyer sebanyak 1 cc.

2. Diusap-usap mencit hingga menjadi tenang.

3. Dipegang tekuk mencit hingga tidak dapat melakukan pergerakan.

4. Dimasukkan kanula kedalam mulut mencit hingga sampai ujung

rongga mulut mendekati kerongkongan.

5. Disuntikkan obat atropin kedalam mulut mencit pastikan cairan tidak

keluar.

6. Diamati efek dari pemberian obat atropin pada mencit.

b. Pemberian Aquadest

1. Diambil aquadest dari labu erlenmeyer sebanyak 1 cc

2. Diusap-usap mencit hingga menjadi tenang.

3. Di pegang tengkuk mencit hingga tidak dapat melakukan

pergerakan.
4. Dimasukkan kanula kedalam mulut mencit hingga sampai ujung

rongga mulut mendekati kerongkongan.

5. Disuntikkan larutan aquadest kedalam mulut mencit pastikan cairan

tidak keluar.

6. Diamati efek dari pemberian larutan aquadest pada mencit.

c. Pemberian efineprin

1. Diambil obat efineprin didalam labu erlenmeyer sebanyak1 cc

2. Diusap-usap mencit hingga menjadi tenang.

3. Dipegang tengkuk mencit hingga tidak dapat melakukan pergerakan.

4. Dimasukkan kanula didalam mulut mencit hingga sampai ujung

rongga mulut mendekati kerongkongan.

5. Di suntikkan obat efineprin kedalam mulut mencit pastikan cairan

tidak keluar.

6. Diamati efek dari pemberian larutan atau obat efineprin pada mencit.

3. Cara Pembuatan Larutan Obat

a. Efineprin

1. Dimasukkan efineprin kedalam labu erlenmeyer.

2. Dicukupkan dengan Aquadest sampai 100 ml.

3. Dihomogenkan atau digojok.

b. Atropin sulfat

1. Dimasukkan atropin sulfat kedalam erlenmeyer.

2. Dicukupkan dengan aquadest sampai 100 ml.

3. Dihomogenkan atau digojok.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perlakuan
BB Vol.
No. Pengamatan Keterangan
Hewan Pemberian Aquadest Epineprin Atropin

Saraf

Piloereksi 21 g 1 ml - ++ - parasimpatis
1.

Saraf

Grooming 21 g 1 ml +++ +++ +++ simpatis


2.

Tremor 21 g 1 ml - +++ ++
3. Saraf

parasimpatis
Straub 21 g 1 ml - ++ ++
4.

Saraf

Vasokonstriksi 21 g 1 ml - - - simpatis
5.

Saraf

Vasodilatasi 21 g 1 ml - ++ ++ simpatis
6.

Salivasi 21 g 1 ml - - + Saraf
7.
parasimpatis
Diare 21 g 1 ml - +++ +
8.

Urinasi 21 g 1 ml - ++ + Saraf
9.
parasimpatis
Migreasis 21 g 1 ml ++ + -
10.
saraf
Miosis 21 g 1 ml - ++ +
11.
simpatis

Saraf
parasimpatis

Tarikardia 21 g 1 ml ++ +++ + Saraf


12.
simpatis

Saraf
parasimpatis
Bradikardia 21 g 1 ml - - -
13.

Ket :

+++ : sering kali

++ : sering

+ : jarang

- : tidak berefek

Piloereksi : Bulu merinding

Grooming : Mengusap -usap hidung

Tremor : Badan bergetar

Straub : Ekor naik

Vasokonstriksi : Penyempitan pembuluh darah

Vasodilatasi : Pelebaran pembuluh darah

Salivasi : Pengeluaran air liur

Diare : Pengeluaran feses

Urinasi : Pengeluaran urin

Migreasis : Pelebaran pupil mata

Miosis : Penyempitan pupil mata


Tarikardia : Perlambatan pergerakan

Bradikardia : Percepatan pergerakan

B. Pembahasan

Sistem saraf adalah pusat konrol tubuh,pengaturan dan jaringan

komunikasi yang mengarahkan fungsi organ dan sistem tubuh pusat dari

semua aktivitas mental. Sistem saraf pusat (Serebrospinal )yang terdiri atas

otak dan sum-sum tulang belakang.Sistem saraf tepi yang dibentuk oleh

beberapa saraf yang berhubungan sistem saraf pusat baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Dalam penelitian mencit sering digunakan karena memiliki beberapa

faktor yaitu struktur organ mencit hampir sama dengan manusia,harga yang

relatif murah dan faktor kemudahan perkembang biakan.

Adapun langkah pertama yang kami lakukan yaitu mengambil masing-

masing bahan (obat) berupa aquadest, epineprin, dan atropin sebanyak 1ml.

Kemudian berikan perlakuan pada mencit, usap-usap tengkuk mencit hingga

mencit tenang lalu jepit tengkuk mencit hingga mencit tidak dapat melakukan

pergerakan lagi.

Spoit yang berisi aquadest dimasukkan kedalam mulut mencit melalui

dinding – dinding mulut hingga ke ujung rongga mulut lalu tekan spoit

hingga cairan 1 ml benar-benar habis.Pemberian aquadest tidak berefek pada

piloereksi, sering kali grooming, tidak berefek pada teremor,tidak beerefek

dapa straub,tidak berefek pada vasokonstriksi,tidak berefek pada vasodilatasi,


tidak berefek pada diare, tidak berefek pada urinasi, sering migreasis, tidak

berrefek pada miosis, serring tarikarikardia, tidak berefek pada bradikardia.

Spoit yang berisi epineprin dimasukkan ke dalam mulut mencit melalui

dinding – dinding mulut hingga keujung rongga mulut lalu tekan spoit hingga

cairan 1 ml benar -benar habis.Pemberian epineprin sering piloereksi,sering

kali grooming, sering kali tremor, sering straub, tidak berefek pada

vasokonstruksi, sering vasodilatasi, tidak berefek pada salivasi, sering kali

diare, sering urinasi, jarang migreasis, sering miosis, sering kali tarikardia,

tidak berefek pada bradikardia.

Spoit yang berisi atropin dimasukkan kedalam mulut mencit melalui

dinding-dinding mulut hingga keujung rongga mulut lalu tekan spoit hingga

cairan 1 ml benar -benar habis. Pemberian atropin jarang terjadi pada

piloereksi, sering kaali terjadi grooming, sering tremor, sering straub, tidak

berefek pada vasokonstriksi, sering vasodilatasi, jarang salivasi jarang diare,

jarang urinasi,jarang migreasis, jarang miosis, jarang tarikardia, tidak berefek

pada bradikardia.

Alasan digunakan obat aquadest, epineprin dan atropin dalam

percobaan kali ini karena untuk melihat efek atau cara kerja dari saraf

simpatis dan parasimpatis dan atropin sebagai parasimpatolitik sedangkan

epineprin sebagai simpatolitik yang merupakan dua sistem saraf yang bekerja

dibawah sistem otonom.

Dalam percobaan ini ada beberapa faktor kesalahan yang terjadi

misalnya pada pembuatan larutan yang akan disuntikkan pada mencit terlalu
encer sehingga efek yang terjadi tidak pasti (tidak tepat) dan tidak kesesuaian

volume pemberian obat dan bobot mencit,serta cara memberikan obat secara

oral yang tidak tepat. Faktor lain juga disebabkan oleh ketidaktelitian

pengamatan oleh praktikan sehingga respon, onset dan durasi yang dicatat

kurang tepat.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Sistem saraf pusat adalah sistem saraf yang terdiri dari otak dan sum-sum

tulang belakang dan urat-urat arau saraf cabang yang tumbuh dari otak dan

sum-sum tulang belakang.

2. Saraf simpatik adalah saraf yang keluar dari saraf spinal daerah thorasal

dan lumbal, sedangkan saraf parasimpatik berhubungan hanya dengan

saraf cranial tertentu.

3. Efek dari obat simpatik berupa straub, grooming, midreasis,

vasokonstriksi, bronkodilatasi, eksoftalamus, salivasi, ejakulasi, dan

relaksasi. Sedangkan efek dari obat parasimpatis yaitu miosis, diare,

tremor, vasodilatasi, bronkodilatasi, peningkatan saliva, diuresis, ereksi

dan muntah.

B. Saran

1. Saran untuk praktikan

Dalam melakukan pemberian obat praktikan di harapkan berhati-hati dan

fokus terhadap hewan coba mencit ( Mus musculus ).

2. Saran untuk laboratorium


Sebaiknya peralatan kebersihan didalam laboratorium ditambah lagi, agar

memudahkan praktikan untuk membersihkan praktikum yang telah

digunakan.

3. Saran untuk asisten

Sebaiknya asisten lebih memperjelas cara penjelasan tentang cara kerja

praktikum kepada praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilisasi. Jakarta: Adama press UIN.

Andiarsa, D. 2014. Gambaran Kerusakan Mukosa Usus Mencit ( Mus musculus )


Pada Infeksi Escherica coli, jurnal vektor penyakit. vol 8 no.2, 53 – 60:
Kalimantan Selatan.

Caldwell, E. 2013. .Anatomi-Fisiologi & ilmu Dasar Penyakit. Jakarta: EGC

Chalik, R. 2016. .Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

Dr.Nurdiana, 2017.Buku Ajar Farmakologi Dasar. Malang: UB Press

Drs.Syamsuni Apt. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:


EGC

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta

Ditjen POM. 2012. Farmakope Indonesia edisi V. Depkes RI: Jakarta

Heryanti, E. 2010. Psikologi FAAL. Bandung: UPI

Irianto, K. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta

Lestari, S. 2013. Modul Farmakologi 02 Penggolongan Obat. Jakarta:


Pusdiklatnakes.

Pearce, E.C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Erlangga

Raharjo, R. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: Pustaka Nasional

Sentosa, A.A. 2012. Anatomi Fisiologi untuk SMK keperawatan. Jakarta. EGC

Sloane, E. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

Srikini. 2006. Biologi SMA Jilid 2 unruk Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Tim Penyusun. 2018. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Manusia. Makassar: Stikes Mega Rezky
LAMPIRAN

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 1 : Proses perlakuan pemberian oral (mulut) pada mencit berupa

obat epinefrin, aquadest, atropin.

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 2 : Mencit yang telah diberikan obat efinefrin.


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 3 : Mencit yang telah diberikan aquadest.

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 4 : Mencit yang telah diberikan atropin sulfat


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap individu di ciptakan dengan sistem indera yang di gunakan yang

lengkap untuk mampu berinteraksi dengan keadaan dengan lingkungan

sekitar, yang dapat di peroleh melallui indera, yaitu mata, telinga, hidung,

lidah, dan kulit. Informasi tersebut di hantarkan ke otak untuk di olah dan di

artikan sehingga individu dapat melihat, mendengar, mencium,mengecap, dan

meraba. Jadi masing – masing alat indera memiliki kepekaan terhadap

rangsangan dari luar yang disebut reseptor.

Alat indera kita memiliki bagian yang dapat menerima rangsangan

berupa ujung – ujung saraf sensorik atau sel – sel reseptor terlebih dulu

diubah menjadi implus saraf dan kemudian dihantarkan ke pusat susunan

saraf melalui serabut saraf sensorik. Di dalam pusat sususan saraf, implus

saraf tersebut diolah dan diartikan sehingga indivudi mengetahui apa yang

terjadi di sekitar kita. Setelah itu, otak memberi tanggapan yang diberikan.

Perintah dari otak disampaikan ke otot atau kelenjar sebagai efektor yang

bertugas memberi tanggapan terhadap rangasangan tersebut.

Tubuh manusia mempunyai indera yang berfungsi sebagai reseptor atau

penerimaan rangsangan dari lingkungan sekitar. Manusia mempunyai lima

macam indera yaitu indra penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga),

indera penciuman/pembau (hidung), indera pengecap (lidah), dan indera

peraba (kulit).
Adapun hubungan percobaan dalam bidang farmasi yaitu karena dalam

bidang farmasi juga diperlukan pengetahuan mengenai sisten indera yang

berhubungan dengan pemberian obat dan mekanisme kerja obat terhadap

sistem indera tersebut.

B. Maksud percobaan

1. Agar dapat mengetahui dan mempelajari anatomi fiologi panca indera

2. Agar dapat mengetahui dan mempelajari fungsi dan bagian-bagian panca

indera pada manusia

C. Tujuan percobaan

Untuk mengetahui dan memahami sistem panca indera dan fungsi

masing-masing panca indera.

D. Prinsip percobaan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada probandus untuk

mengamati kepekaan panca indera terhadap pemberian bahan serta

membedakan dan merasakan bahan yang diberikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Alat indera merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima

rangsangan tertentu, fungsi utama indera adalah mengenal lingkungan luar

atau berbagai rangsangan dari lingkungan di luar tubuh kita. Dengan

memiliki indera kita mampu mengenal lingkungan dan mennaggapi

perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. (Abdullah, 2007).

Ada lima macam alat indera pada tubuh manusia, yaitu indera

penglihatan, indera pendengar, indera perasa, indra pencium, indera

pengecap. Berikut ini kan di bahas secara rinci alat indera tersebut satu

persatu (Pratiwi, 2012).

Lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengar indera khusus

pengecap. Lidah terdiri dari dua kelompok otot yaitu otot intrensik lidah

melakukan semua gerakan khusus, sementara otok ektrensik mengaitkan

lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan kasar yang

penting untuk menguyah dan menelan (Tim Penyusun 2018).

Kemoreseptor untuk sensasi kecap terkemas dalam kuncup kecap

sekitar 10.000 di antaranya terdapat di rongga mulut dan tenggorokan dengan

presentase terbesar di atas permukaan lidah. Setiap kuncup kecap memiliki

lubang kecil, pori kecap yang di lewati oleh cairan di dalam mulut untuk

berkontak dengan permukaan sel reseptor (Sherwood, 2016).


Mata adalah organ indera yang memiliki reseptot peka cahaya yang di

sebut fotoreseptor. Setiap mata mempunyai reseptor, sistem lengsa untuk

memusatkan cahaya pada reseptor dan sistem saraf untuk menghantarkan

implus dari reseptor ke otak. Mata normal adalah yang dapat memfokuskan

sinar-sinar sejajar yang masuk ke mata hingga jauh tepat ke bintik kuning

retina (Pratiwi, 2012).

Mata terdiri dari otot mata, bola mata dan saraf mata sebagai alat

tambahan mata yaitu alis, kelopak mata dan bulu mata. Alis mata berfungsi

untuk melindungi mata dari keringat, kelopak mata melindungi mata dari

benturan dan bulu mata melindungi mata dari cahaya yang kasat, debu dan

kotoran (Widya, 2014).

Indera pendengar adalah telingah yang terdiri dari telinga bagian luar

yaitu daun telinga, lubang telinga dan liang pendengaran, telinga bgian tengah

terdiri dari gendang telinga, 3 tulang pendengar (martil, landasan, dan

sanggur) dan saluran estachius, dan telinga bagian dalam yang terdiri sari alat

keseimbangan tubuh, tiga saluran setengah lingkar, tingkap jorong, tungkap

bundar, dan rumah siput (koklea) (Widya, 2014).

Mekanisme pendengaran berlangsung melalui dua cara yaitu hantaran

suara melalui udara dan melalui tulang. Hantaran gelombang suara melalui

udara ditangkap oleh artikula untuk difokuskan ke liang telinga dan

menggetarkan kendang telinga. Gendang telingan ini kemudian

meresonansikan getaran suara terhadap tulang-tulang pendengaran (osachula).

Malius akan menggetarkan incus dan incus akan menggetarkan stapel.


Selanjutnya stapel menggetarkan rumah siput sehingga dalam rumah siput ini

terbentuk suatu sistem sendi/ kode – kode suara dan ditangkap oleh reseptor

sel silia dan diubah gelombangnya. Gelombang suara selanjutnya menjajar ke

coclearis menuju ke para temporalis otak. Circuit memori dipara temporalis

otak akan berputar untuk menerima rangsangan secara ini dan menyimpan

serta mengiut erprestasikan suara tersebut. Suara seseorang ini dapat

didefinisikan oleh otak (wylie, 2011).

Berbagai rasa yang di namakan rasa kecap sebenarnya adalah bau,

epitel hidung yang mengandung sel – sel saraf untuk rasa lidah, pada manusia

terbatas di suatu daera mukosa yang sangat sempit yang terletak di rongga

hidung atas, tempat itu terletak lebih tinggi dari daerah aliran udara dan rasa

lidah timbul melalui arah balik yang membawa zat-zat yang berbau di udara

ke reseptor sebaliknya, tindakan menghidup akan mengarahkan aliran udara

langsung ke reseptor (Green, 2002).

Nerfus olfaktarius atau saraf cranial pertama melayani ujung organ

pencium, serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lendir

hidung, yang di kenal sebagai bagian olfaferik hidung, nerfus olfaktarius di

lapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibrel – fibrel halus

untuk berjalin dengan serabut – serabut dari bulbus olfakturius. Bulbus

olfakturius yang hakikatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil,

adalah bagian yang anak berbentuk bulbus (otok besar) dari saraf olfaktorius

yang terletak di atas lampung kebiformis tulang etinoid. Dan bulbus

olfaktorius, perasaan bergerak melalui erakfus olfaktorius dengan perantaraan


beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daera penerimaan akir dalam

pusat olfaktorius pada lubus temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan

(Pearce, 2009).

Indera peraba di perankan oleh reseptor – reseptor taktil yang ada di

seluruh permukaan kulit kita. Reseptor ini tersebar merata, mekanisme

penerimaan rangsangan oleh reseptor ini berupa adanya unsur tekanan, jadi

sesuatu yang dapat menimbulkan tekanan akang di terima oleh reseptor ini.

Selanjutnya informasi tekanan akan diteruskan oleh saraf efferent menuju ke

medula spinalis (SPP), samapai di daera ini ada kemungkinan jika rangsangan

ini langsung menuju ke saraf efferent maka ini di kenal dengan adanya refleks

tetapi jika rangsangan ini diteruskan ke otak ke sistem pusat kesadaran maka

hal ini seseorang mengetahui terhadap adanya kulit tersebut (Pitara, 2014).

Dalam segala hal, serabut saraf-saraf sensorik di lengkapi dengan

ujung-akhir khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu

di mana setiap organ berhubungan nampaknya kita seolah-olah mengecap

dengan ujung saraf pada lidah, mendengar dengan saraf dalam telinga dan

seterusnya, tetapi sesungguhnya otaklah yang menilai semua perasaan itu

(Pearce, 2009).

B. Klasifikasi tumbuhan

1. Asam Jawa

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae


Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Vabales

Familly : Fabaceae

Genus : Tamarindus L

Spesies : Tamarindus Indica L

2. Bawang merah

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliopsida

Kelas : Liliopsida

Ordo : Liliales

Familly : Liliaceae

Genus : Alium

Spesies : Alium Satifum L

3. Bawang Putih

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Familly : Liliaceae

Genus : Alium
Spesies : Alium Sativum L

4. Cabe Rawit

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte

Super divisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledon

Ordo : Malpghiales

Familly : Solanoceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsium Frustesceus L

5. Gula Aren

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Arecules

Familly : Arecaceae

Genus : Arenga labill

Spesies : Arenga Pinnara (wormb) Merr

6. Jeruk Nipis
Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae

Infra kingdom Streptophyta


Super divisi : Embriophyta

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Familly : Rutaceae

Genus : Cirus L

Spesies : Cirus X Aurantlifolia

C. Morfologi tumbuhan

1. Asam Jawa

Tanaman ini berasal dari India yang terkenal dengan sebutan kurma

India pada asam jawa dapat tumbuh tinggi 30 meter. Daunnya sangat

rindang sekali, biasanya berwarna merah cream tumbuh dalam rumpun,

serta berbau harum.

2. Bawang Merah

Tanaman ini di perkirakan berasal dari Iran pakistan barat dan Syira.

Bawang merah dapat di gunakan sebagai zat pengantur tubuh alamiyang

mengandung hormon auksin dan giberium. Bawang merah merupakan

sumber peridoksin, vitamin A, C, besi, mangan dan tembaga yang

potensial dalam memenuhi kebutuhan harian.

3. Bawang Putih

Bawang putih merupakan bagian dari ordo asparagales dan famili

dari amarylidaceae. Asal usul bawang dari bawang putih tidak diketahui

secara jelas karena tanaman ini bersifat steril, sehingga sulit


mengidentifikasi nenek moyang liarnya, akan tetapi para pakar meyakini

bahwa bawang putih berasal dari serbia Rusia sebelum menyebar ke Asia,

meditaraula dan akhirnya Eropa.

4. Cabe Rawit

Tanaman cabai menyebar ke Eropa melaluli Spanyol dan disana di

kenal sebagai chili pepper atau guenees pepper. Masuknya cabai di

Indonesia di bawah oleh pelaut protugis yang benama Ferdinand

maguhaens yang sedang melakukan perjalanan pelayaran pada tahun (1480

- 1521).

5. Gula Aren

Tanaman aren adalah tanaman biji tertutup dan termasuk ke dalam

famili pinang-pinangan.tanaman ini banyak terdapat di daerah Asia

tenggara, India selatan, Cina dan kepulauan, guna tanaman ini banyak

mempunyai manfaat yaitu buahnya di gunakan sebagai bahan olahan

berbagai makanan tulang daunnya di gunakan sebagai sapu lidi, dan

akarnya dapat di jadikan sebagai obat.

6. Jeruk Nipis

Tanaman ini adalah tanaman tahunan, sudah sejak lama tanaman

jeruk di budidayakan di Indonesia. Kualitasnya bukan dilihat dari

ukurannya, melainkan dari warna, dan tekstur kulit. Semakin tipis kulit

jeruk, semakin banyak kandungan air. Buah jeruk nipis berbentuk bulat,

seperti bauh jeruk yang biasa di konsumsi hanya ukurannya lebih kecil.
D. Patofisiologi Probandus

Probandus memiliki beberapa penyakit pada masing – masing panca

inderanya yaitu:

1. Selulitis (indera peraba)

Sluitis adalah suatu infeksi akut, menyebar dan nyeri pada lapisan

dermis atau subkutan kulit. Selulitis dapat terjadi kerusakan pada kulit,

seperti gigitan atau luka. Organisme penyebab manginvasi area yang

terganggu dan menyerang sel – sel defensif normal (neurotrofin, eosinofil,

basofil, dan sel mast) yang dalam keadaan normal menahan dan

melokalisasi inflamasi sehingga menyebabkan debris seluler menumpuk

(Fajar, 2002).

2. Miopia (Indera penglihatan)

Miopia atau mata dekat bahkan bila muskulus siliaris sama sekali

berelaksasipun, kekuatan lensa masih sedemikian besar sehingga berkas

cahaya yang berasal dari benda jauh difokuskan di depan retina, ini

biasanya di sebabkan oleh terlalu panjangnya bola mata, tetapi ia kadang –

kadang disebabkan oleh terlalu besarnya kekuatan sistem lensa mata

(Guiton, 2012).

3. Tuli (Indera pendengaran)

Tuli biasanya di bagi dalam dua jenis: pertama yang di sebabkan

oleh gangguan koklea atau saraf pendengaran, yang biasanya di masukkan

dalam tuli saraf dan kedua di sebabkan oleh gangguan mekanisme telinga
tengah untuk menghantarkan suara ke koklea yang biasa di namakan “tuli

hantaran” (Guiton, 2012).

4. Influenza (Indera penciuman)

Influenza merupakan penyakit yang menyerang saluran pernapasan

influenza disebut juga “ flu”. Influenza disebabkan oleh firus. Influenza

gejala – gejala penyakit ini antara lain batuk, sakit kepala, sakit di bagian

otot – otot badan dan hidung berair (Abdulah, 2007).

5. Stomatis (Indera pengecap)

Stomatis atau oral trush adalah adanya bercak putih ada pada lidah,

langit – langit dan pipi bagian dalam. Hal itu disebabkan karena kurang

terjaganya kebersihan mulut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi

terjadinya stomatis adalah pengetahuan ibu tentang perawatan oral hygiene

(Ulfa, 2015).

E. Uraian Bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan tidak punya


rasa
Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup


Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : (FI III: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

Rumus molekul : C12H6O

Bm : 0,889

Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas; rasa panas mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kegunaan : Pembersihan luka dan antiseptic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

di tempat sejuk jauh dari nyala api

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air

3. Eter : (FI IV: 65)

Nama Resmi : AETHER

Nama lain : Etil Eter

Rumus molekul : C4H10O

Bm : 74,42

Pemerian : Cairan mudah mengalir, mudah menguap tidak

berwarna: berbau khas: teroksidasi perlahan – lahan

oleh udara dan cahaya dengan membentuk

perioksida mendidih pada suhu lebih kurang 35º.


Kegunaan : Sebagai pelarut zat organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dengan kapasitas tidak

lebih dari 3 Kg.

Sisa Penguapan : Sisa tidak menguap lebih dari (0,003%)

Kelarutan : Larut dalam air.

4. Kloroform : (FI III: 151)

Nama Resmi : CHLOROFORMUM

Nama lain : Triklorometana

Rumus molekul : CHCL3

Bm : 119,38

Pemerian : Cairan mudah menguap; tidak berwarna; Bau khas

rasa manis dan membakar.

Kegunaan : Pengawet zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup bersumbat kaca, terlindung

dari cahaya

Kelarutan : Larut dalam kurang 200 bagian air.


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Alat yang di gunakan

1. Baskom

2. Penutup mata

3. Sendok tanduk

B. Bahan

Bahan yang di gunakan

1. Air Panas bersuhu 50 ºC

2. Air panas bersuhu 30 ºC

3. Air Dingin bersuhu 5 ºC

4. Asam jawa

5. Bawang merah

6. Bawang putih

7. Cabe rawit

8. Es batu

9. Etanol

10. Eter

11. Garam

12. Gula merah

13. Jeruk nipis

14. Kloroform
C. Cara kerja

1. Indera perasa

a. Disiapakan alat dan bahan.

b. Ditutup mata probandus menggunakan kain penutup mata.

c. Diambil masing-masing bahan untuk mengisi kepekaan indera perasa

probandus, seperti jeruk nipis, gula merah, cabe, asam jawa dan garam.

d. Diberikan kepada probandus secara bergantian ke dalam mulut

probandus.

e. Diamati dan dicatat tingkat kepekaan indera perasa probandus.

2. Indera penciuman

a. Ditutup mata probandus

b. Diamati masing-masing bahan untuk menguji kepekaan indera

penciuman probandus, seperti bawang merah, bawang putih, etanol

l70%, eter, kloroform dan jeruk nipis.

c. Ditentukan secara bergantian bahan tersebut di dalam probandus.

d. Diamati dan dicatat tingkat kepekaan indera penciuman probandus.

3. Indera Peraba

a. Disiapakan 3 baskom berisi air dingin,air hangat 50 ºC dan air biasa 30

ºC.

b. Dimasukkan tangan kiri probandus ke dalam baskom yang berisi air

dingin dan pada tangan kanan probandus ke dalam baskom yang berisi

air hangat 50 ºC

c. Dicatat perasaan yang dirasakan oleh probandus.


d. Dimasukan segera kedua tangan probandus ke dalam baskom yang

berisi air hangat dan dicatat perasaan probandus.

e. Ditempatkan punggung tangan probandus di depan mulut probandus

dan di tiupkan perlahan – lahan kemudian dicatat rasa yang dialami

oleh probandus.

f. Dibasahi atau ditetesi tangan probandus dengan air terlebih dahulu pada

tangan probandus dicatat yang di alami atau dirasakan oleh probandus.

g. Dibasahi atau di teteskan alkohol ke tangan probandus, lalu tiup lagi

dan dicacat rasa yang dialami oleh probandus.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tingkat kepekaan dalam membedakan bahan


Probandus Bahan
Tinggi Sedang Rendah

Gula pasir -  -

Gula merah -  -
Pengecapan
Asam jawa  - -
Probandus 1
Cabe -  -

Garam  - -

Gula pasir  - -

Gula merah  - -
Pengecapan
Asam jawa -  -
Probandus 2
Cabe  - -

Garam -  -

Gula pasir  - -

Gula merah  - -
Pengecapan
Asam jawa -  -
Probandus 3
Cabe -  -

Garam - - 

Bawang merah -  -

Penciuman Bawang putih -  -

Probandus 1 Eter -  -

Kloroform  - -
Tingkat kepekaan dalam membedakan bahan
Probandus Bahan
Tinggi Sedang Rendah

Jeruk nipis -  -

Bawang merah -  -

Bawang putih -  -
Penciuman
Eter - -
Probandus 2
Kloroform - - 

Jeruk nipis - - 

Bawang merah  - -

Bawang putih - - 
Penciuman
Eter  - -
Probandus 3
Kloroform  - -

Jeruk nipis - - 

Air dingin 5 ºC  - -
Indera Peraba
Air panas 60 ºC -  -
Probandus 1
Air biasa 30 ºC - - 

Air dingin 5 ºC -  -
Peraba
Air panas 60 ºC - - 
Probandus 2
Air biasa 30 ºC - - 

Air dingin 5 ºC - - 
Peraba
Air panas 60 ºC -  -
Probandus 3
Air biasa 30 ºC -  -
B. Pembahasan

Alat indera merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima

rangsangan tertentu. Fungsi utama indera adalah mengenal lingkungan luar

atau berbagai rangsangan dari luar lingkungan di luar tubuh kita. Dengan

memiliki indera kita mampu mengenal lingkungan dan menanggapi

perubahan – perubahan yang terjadi di linkungan.

Pada percobaan kali ini dilakukan tiga penelitian terhadap alat indera

pada manusia yaitu indera rasa,indera penciuman,dan indera peraba.

Pada penelitian dari indera peraba disiapakan alat dan bahan,kemudian

mata probandus ditutup menggunakan kain penutup mata dan diambil

masing-masing bahan untuk menguji indera peraba,di berikan garam ke

probandus dan mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi dalam membedakan

dan merasakan bahan tersebut. Kemudian diberikan cabe ke probandus dan

mempunyai tingkat kepekaan yang sedang dalam membedakan dan

merasakan bahan.kemudian diberikan gula merah pada probandus dan

mempunyai tingkat kepekaan yang sedang dalam membedakan dan

merasakan bahan.

Pada penelitian dari indera penciuman disiapkan alat dan bahan,

kemudian mata probandus ditutup menggunakan kain penutup mata dan

didekatkan jeruk nipis di dekat hidung probandus dan mempunyai tingkat

kepekaan yang sedang dalam membedakan bahan.kemudian didekatkan asam

jawa di dekat hidung probandus dan mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi

dalam membedakan bahan.dan didekatkan bawang merah didekat hidunng


probandus dan mempunyai tingkat kepekaan yang sedang dalam

membedakan bahan.dan bawang putih didekatkan pada hidung probandus dan

mempunyai tingkat kepekaan yang sedang dalam membedakan bahan. Dan

eter didekatkan pada hidung probandus dan mempunyai tingkat kepekaan

yang sedang dalam membedakan bahan.terakhir didekatkan kloroform pada

hidung probandus dan mempunyai tingkat kepekaan yang tinggi dalam

membedakan bahan.

Pada penelitian dari indera peraba di siapkan air panas,dan air dingin

dan air biasa,baskom yang berisi air dingin diletakkan di sebelah kanan,dan

air panas diletakkan di sebelah kiri kemudian tangan kanan probandus di

masukkan ke dalam air dingin yang bersuhu 5 C dan tangan kiri probandus di

letakkan atau di masukkan ke dalam air panas yang bersuhu 50 C.pada tangan

kanan probandus merasakan dingin sekali dan pada tangan kanan probandus

merasakan kepekaan yaitu merasa hangat. Setelah itu kedua tangan

dimasukkan ke dalam air hangat dan probandus hanya merasakan kepekaan di

tangan sebelah kanan hangat dan di tangan kiri dingin.lalu punggung tangan

probandus ditiup dengat mulut Dan probadus merasakan kepekaan yaitu

dingin. Dan punggung tangan probandus di basahi lagi dengan air biasa dan

probandus juga merasakan yaitu terasa dingin. Dan kemudian punggung

tangan dibasahi atau ditetesi alkohol dan ditiup kemudian probandus

merasakan kepekaan yaitu terasa dingin sekali.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat indera atau panca indera merupakan suatu alat tubuh yang mampu

menerima rangsangan tertentu. Fungsi utama panca indera adalah mengenal

lingkungan luar atau berbagai rangsangan dari lingkungan di luar tubuh

kita,indera penciuman berfungsi untuk mengenali bau atau aroma dari sesuatu

benda, indera perasa berfungsi untuk merasai sesuatu makanan, bahan.indera

peraba berfungsi untuk merasakan rangsangan dari luar tubuh.indera

pendengar berfungsi untuk mengenali suara. Indera penglihatan berfungsi

untuk melihat dan mengenali suatu objek.

B. Saran

1. Saran untuk praktikum

Dalam melakukan pemberian bahan di harapakan berhati-hati memberikan

bahan kepada probandus.

2. Saran untuk laboratorium

Sebaiknya peralatan kebersihan di dalam laboratorium di tamabah

lagi,agar memudahkan praktikum untuk membersihkan laboratorium

setelah melakukan praktikum.

3. Saran untuk asisten

Sebaiknya asisten lebih memperjelas cara penjelasan kepada praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M, dkk. 2007. IPA Terpadu SMP dan MTS untuk kelas IX. Jakarta:
Erlangga.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes RI.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Depkes RI.

Fajar, I, dkk. 2002. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.

Green, J.H. 2002. Fisiologi tubuh manusia. Tangerang: Binarupa Aksara.

Guyton, A. C. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Pitara, I. M. 2014. Cara Mudah Belajar Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta:


Nurmed.

Pratiwi, D. A. dkk. 2012. Biologi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Gramedia.

Priyambodo. 2015. Human Evolution. Jurnal anfis. 20-50.

Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Tim Penyusun. 2018. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum, Anatomi dan
Fisiologi. Makassar: Stikes Mega Rezky.

Ulfa, AF. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu. Jurnal eduhealth, 14 – 19.

Widia, L. 2014. Anatomi Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia. Batullan:


Medical Book.

Wylle, L. 2011. Essensial Anatomi dan Fisiologi dalam Asupan Maternitrus.


Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 1 : Proses pemberian garam sebagai indera peraba (lidah).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 2 : Proses pemberian asam jawa sebagai indera perasa (lidah).


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 3 : Proses pemberian jeruk nipis sebagai indera penciuman


(hidung).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 4 : Proses pemberian cabe rawit sebagai indera perasa (lidah).


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 5 : Pemberian gula pasir sebagai indera perasa (lidah).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 6 : Pemberian gula merah sebagai indera perasa (lidah).


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 7 : Proses pemberian bawang putih sebagai indera penciuman


(hidung).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 8 : Proses pemberian bawang merah sebagai indera penciuman


(hidung).
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 9 : Pemberian asam jawa sebagai indera penciuman (hidung).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 10 : Gambar proses pemberian eter sebagai indera penciuman


(hidung).
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 11 : Proses pemberian kloroform sebagai indera penciuman


(hidung).

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 12 : Pencelupan tangan kanan kedalam air panas dengan


suhu 50oC, sebagai indera peraba (kulit).
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 13 : Proses pencelupan tangan kiri kedalam air dingin


dengan suhu 5oC sebagai indera peraba (kulit).
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya makhluk hidup memerlukan energi untuk bertahan hidup

melakukan segala aktifitas sehari – hari energi ini diperoleh dari makanan

yang kita makan meskipun makanan harus selalu cukup untuk mensuplai

kebutuhan metabolisme tubuh dan tidak cukup menimbulkan obesitas juga

karena berbagai makanan mengandung berbagai protein, karbohidrat dan

lemak. Dimana semua zat ini harus diperhatikan kesetimbangannya antara

jenis makanan sehingga semua sistem metabolisme dapat disertai dengan

bahan yang dibutuhkan.

Energi yang dibutuhkan dari setiap gram karbohidrat waktu dioksidasi

menjadi karbon dioksidasi air dan urea adalah 4,1 kalori dan dikeluarkan dari

lemak adalah 9,3 kalori energi yang dikeluarkan dari metabolisme protein rata

– rata diet waktu setiap akan dioksidasi menjadi karbodioksida air dan urea

adalah 4,35 kalori.

Dosis obat yang disekrasikan oleh farmakope pada umumnya

berdasarkan usia dan bobot badan, suhu badan normal adalah 36,80 derajat

dan naik turun berdasarkan antara 36,11 – 37,22 perbedaan kira-kira 1 ˂

tingkat rendahnya. Dicapai pagi hari dan titik ketinggian antara pukul 5 -7

petang.

Suhu normal ini dipertahankan dengan imbangan yang tepat anara

panas yang dihasilkan dan panas yang hilang. Hal ini dikendalikan oleh pusat
pengaturan panas dalam hipetalamus. Panas dihalangi oleh aktifitas

metabolisme didalam otat tulang digunakan glikogen yang disimpan didalam

hati diubah menjadi glukosa yang digunakan dan dioksidasikan dengan akibat

bahwa panas yang normal maka diperlukan sejumlah tepat bahan bakar.

Aktifitas metabolisme (kecepatan) harus dihasilkan untuk memilih berbagai

kebutuhan yang timbul misalnya pada kerja aktif akan dalam keadaan

istirahat pemasukan. Makanan emosi seseorang, suhu luar, pakaian yang

dipakai.

Yang melatar belakangi laporan bobot tubuh, suhu dan luas permukaan

tubuh adalah pengetahuan mengenai pemberian dosis obat kepada pasien

dengan cara mengukur bobot tubuh, suhu serta luas permukaan tubuh untuk

pemberian obat sesuai dengan kebutuhan pasien dan dalam bidang

ketenagakerjaan farmasi maupun apoteker.

B. Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami bobot badan, luas permukaan dan

suhu tubuh pada manusia.

C. Tujuan Percobaan

Agar mahasiswa dapat megetahui dan memahami bobot badan, luas

permukaan, dan suhu tubuh pada manusia.

D. Prinsip Percobaan

Penentuan suhu tubuh dengan menggunakan termometer badan, dan

bobot menggunakan timbangan untuk mengetahui BMI.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak

digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka

yang buta huruf. Agar berat dapat dijadikan satu ukuran yang valid, parameter

lain seperti tinggi, ukuran rangka, proporsi lemak, otot, tulang, serta

komponen – komponen berat patologis (misalnya edema, selenomegali) harus

dikombinasikan dengan parameter antropometris yang lain (Dr. Arisman,

2002).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan

mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan

protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan

cairan dalam tubuh. Pada tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,

khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Fajar, 2002)

Perubahan berat dikaitkan dengan berat badan ideal, berat badan

normal, berat badan biasa, dan berat badan sekarang (BBS). Perubahan

tersebut penting dicatat untuk mengetahui apakah pasien mempunyai resiko

mengalami malnutrisi. Kegunaan lain untuk memantau keadaan hidrasi

seseorang : penurunan berat badan secara mendadak dalam waktu singkat

menandakan terjadinya dehidrasi, sebaliknya jika berat badan bertambah

berarti overhidrasi (Dr. Arisman, 2002).


Berat badan ideal tergantung pada besar kerangka dan komposisi tubuh,

yaitu otot dan lemak. Seseorang yang mempunyai kerangka badan yang lebih

besar atau mempunyai komposisi otot yang lebih besar mempunyai berat

badan ideal yang lebih besar dari pada yang sebaliknya (Departemen

Kesehatan RI, 2004).

Dosis obat yang disetarakan oleh farmakope – farmakope, umumnya

berdasarkan usia, dan bobot badan. Orang dewasa umumnya dianggap

mempunyai bobot badan 70 kg. Wanita dengan perawakan lebih kecil dan

massa tubuh yang mengandung lebih banyak lemak umumnya lebih rendah

bobot badannya dari pria. Pendapat mutakhir mengansurkan dosis obat

dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh (Tim penyusun. 2018).

Luas permukaan tubuh lebih tepat untuk menghitung dosis anak karena

banyak fenomena fisik lebih erat hubungannya dengan luas permukaan tubuh.

Berdasarkan luas permukaan tubuh ini, besarnya dosis anak sebagai

presentase dosis dewasa (Canong, 2002).

Takaran farmakope yang dimuat dalam farmakope indonesia dan

farmakope negara-negara lain hanya dimaksudkan sebagai pedoman saja.

Begitupula dosis maksimal yang bila dilampaui dapat mengakibatkan efek

toksis bukan merupakan batas yang mutlak harus dibatasi (Hoan. 1999).

Dosis maksimal (DM) adalah dosis maksimum untuk dewasa, untuk

pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rectal. Penyerahan obat

melebihi DM harus dibelakangi jumlah obat pada resep diberi tanda seru dn
paraf dokter penulis resep. Dosis lazim untuk dewasa anak dan bayi

merupakan petunjuk bukan pengikat (Anief. 1987).

Manusia termaksud makhluk hidup yang homoleokterm yaitu yang

suhunya dapat diatur konstan meskipun pada suhu lingkungan yang berubah-

ubah. Tentu saja yang dimaksud hanya rongga tubuh (273̊ C). Anggota

daging kulit termaksud polkiloterm (keadaan suhu yang bergantung pada

suhu lingkungan). Kestabilan suhu tubuh hanya mungkin diperoleh jika

produksi panas dapat dibuat seimbang dengan pengambilan panas bergantung

pada keseluruhan energi (Anonim, 2006).

Panas secara terus – menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil

sampingan metabolisme dan panas tubuh juga secara terus menerus dibuang

dilingkungan sekitar. Bila kecepatan pembentukan panas dapat tepat sama

seperti kecepatan kehilangan, orang dikatakan berada dalam keseimbangan

panas tetapi bila keduanya diluar keseimbangan, panas, suhu dan suhu tubuh

akan jelas mengalami peningkatan (Anonim. 2005).

Ada 4 cara tubuh melepaskan panas yaitu (Guyton. 1991)

1. Radiasi

Kehilangan panas dengan cara radiasi dalam bentuk sinar infra

merah, suatu gelombang elektromagnetik yang beradiasi dari tubuh ke

sekelilingnya, yang lebih dingin dari pada tubuhnya sendiri, kehilangan ini

meningkat bila suhu sekeliling menurun.

2. Konduksi
Biasanya hanya sedikit panas dibuang dengan cara konduksi

langsung dari permukan tubuh ke objek lain. Seperti pada kursi atau

tempat tidur, tetapi kehilangan panas dengan cara konduksi ke udara

merupakan bagian kehilangan panas tubuh yang diukur, bahkan dalam

keadaan normal.

3. Konveksi

Pergerakan udara dikenal sebagai konveksi dari pembuangan panas

dari tubuh dengan cara arus udara konveksi sering dinamakan kehilangan

panas dengan cara konveksi sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi

sekitar tubuh karena kecenderungan udara yang dekat dengan kulit

bergerak keatas waktu udara itu dipanaskan. Oleh karena itu orang

telanjang yang duduk dengan cara konduksi ke udara dan kemudian

dengan cara konveksi menjadi tubuh.

4. Evorpasi

Bila air menguap dari permukaan tubuh 0,58 kalori panas hilang

unuk setiap gram air yang menguap, air yang menguap secara inversional

dari kulit dan pam dengan kecepatan sekitar 600 ml perhari. Hal ini

menyebabkan kehilangan panas secara kontiyu dengan kecepatan 12-16

kalori/jam.

Hipotalamus memiliki fungsi penting untuk mengontrol sejumlah

fungsi autonom. Hipotalamus merupakan pusat koordinsi sistem saraf

autonom yang mengendalikan suhu tubuh, selera makan, lapar, haus

keseimbangan metabolisme karbohidrat dsn lemak, tekanan darah, tingkah


laku dan tidur. Hipotalamus juga mengontrol fungsi tertentu kelenjar hipofisis

dengan menghasilkan faktor pelepas (Pratiwi, 2012).

B. Klasifikasis Probandus (Priyambodo. 2016)

Probandus (Homo sapiens) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Sub ordo : Anthropoidea

Famili : Homoneidea

Genus : Homo

Spesies : Homo sapiens

C. Patofisiologi Probandus

Probandus memiliki penyakit berat badan dan suhu tubuh.

1. Demam

Demam adalah temperatur tubuh diatas normal ( >37,2 ̊ C) dapat

disebabkan oleh kelainan didalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksi

yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh (Sapit, 2009).

2. Obesitas

Menurut flastusi widjaksono obesitas adalah istilah untuk

menyebabkan kesehatan, sedangkan overwught menggambarkan

kelebihan dibandingkan berat badan normal. Kelebihan berat badan lebih

berkait dengan perempuan dan akhirnya orang sadar bahwa kondisi ini

terkait dengan banyak penyakit (Widiyanto, 2005).


D. Uraian Bahan

1. Aquadest : (FI III: 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

Rumus molekul : H2O

Bm : 18,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak beku, dan tidak punya

rasa

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,001%

2. Alkohol : (FI III: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

Rumus molekul : C12H6O

Bm : 0,889

Pemerian : Cairan tidak berwarna; jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas; rasa panas mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kegunaan : Pembersihan luka dan antiseptic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya


di tempat sejuk jauh dari nyala api

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Alat yang digunakan

1. Alat ukur tinggi badan

2. Lap kasar

3. Lap halus

4. Termometer suhu

5. Timbangan berat badan

B. Bahan

Bahan yang digunakan

1. Alkohol

2. Aquadest

C. Cara Kerja

a. Bobot badan dan luas permukaan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang berat badan masing-masing probandus

3. Diukur tinggi badan masing-masing probandus menguraikan alat ukur

4. Dicatat ditabel hasil pengamatan

b. Suhu badan

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dibersihkan termometer dengan menggunakan alkohol

3. Dimasukkan termometer dibawah lidah selama 5 – 10 menit probandus


4. Dibasahkan kembali termometer dengan alkohol

5. Probandus berkumur-kumur dengan menggunakan aquades

6. Di ukur kembali suhu tubuh probandus dengan menggunakan

termometer suhu di bawah lidah probandus.

7. Dibersihkan kembali termometer mengenakan alkohol

8. Diukur suhu badan probandus dibawah ketiak 5 – 10 menit

9. Dicatat setiap proses pengukuran suhu dibobot pengamatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Probandus Bobot Badan (kg) Suhu Tinggi Badan (cm) Luas Permukaan BMI

1 Risna 34 36,8oC 169 (cm) 1,39 m2 18,9

2 Ani 43 36,9 oC 138 (cm) 1,37 m2 19,6

3 Sarah 33 36,7 oC 130 (cm) 1,48 m2 23,36

B. Pembahasan

Hipotalamus adalah pusat pengukuran suhu, disini terdapat resaptor

suhu mencatat suhu tubuh, hipotalanus mapetalau informasi gambaran dari

reseptor suhu kulit sum-sum tulang belakang. Berat badan menggambarkan

jumlah protein lemalosdik dan mineral pada tulang luas permukaan tubuh.

Lebih tepat dalam menghitung dosis karena banyak fenomena fisik lebih erat

hubungannya dengan luas permukaan tubuh.

Pada percobaan kali ini dilakukan penelitan terhadap bobot tubuh, suhu

dan luas permukaan.

Penelitian pada bobot badan dan luas permukaan tubuh yaitu disiapkan

alat dan bahan ditimbang masing – masing probandus, lalu diukur tinggi

badan masing-masing probandus kemudian diamati dan dicatat hasil

pengamatan kedalam tabel pengamatan.

Penelitian pada suhu tubuh adalah disiapkan alat dan bahan dibersihkan

termometer menggunakan alkohol agar termometer menjadi steril dan tidak

ada bakteri yang menempel kemudian dimasukkan termometer. Suhu badan


ke dalam bawah lidah. Masing – masing probandus selama 5 – 10 menit

kemudian dikeluarkan termometer suhu tubuh dari bawah lidah probandus

dan dicatat pada tabel pengamatan kemudian termometer di basahkan lagi

menggunakan alkohol sementara masing-masing probandus berkumur–kumur

dengan menggunakan aquadest lalu masing – masing probandus di ukur

kembali suhu tubuhnya dengan cara memasukan kembali termometer ke suhu

tubuh ke dalam bawah lidah dari masing – masing probandus lalu dikeluarkan

dan dicatat suhu dari probandus selanjutnya termometer suhu dibersihkan

kembali dan diukur suhu tubuh probandus dengan cara termometer dikatakan

atau dimasukan ke dalam ketiak masing – masing probandus hingga 5 – 10

menit lalu dicabut setiap proses pengukuran suhu di tabel hasil pengamatan.

Dari tabel hasil pengamatan akan bobot badan probandus satu 54 kg,

suhu 36,8 oC, tinggi badan 169 cm, luas permukaan tubuh 1,39 m2, dan BMI

18,9. Pada probandus dua bobot badan 43 kg, suhu tubuh 36,9 oC, tinggi

badan 1,58 cm, luas permukaan 1,37 m2, dan BMI 19,6 dan Probandus tiga

bobot badan 52 kg, suhu 36,7 oC, tinggi badan 150 cm, luas permukaan tubuh

1,48 m2 dan BMI 23,56.

Berdasarkan dari teori yang diketahui dapat dibandingkan dengan hasil

pengamatan yang telah dilakukan dan dapat diketahui bahwa berat badan

probandus satu (risna) lebih berat dan mempunyai luas permukaan yang lebih

besar dibandingkan probadus dua (ani). Hal ini sudah sesuai dengan teori

umum yang telah ada dan menyebutkan bahwa berat badan ideal tergantung

pada besar kerangka dan komposisi tubuh, yaitu otot dan lemak seseorang
yang mempuyai kerangka badan yang lebih besar atau mempunyai komposisi

otot yang lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar dari pada

yang sebaliknya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bobot

badan,suhu,tinggi,badan dan luas permukaan masing-masing probandus

berbeda-beda. Bobot badan risna mencapai 54 kg, suhu badan risna 36,8 oC,

tinggi badan 1,69 dan luas permukaan tubuh 1,41 m². Sedangkan ani

mempunyai bobot badan 43 kg, suhu tubuh 36,9 oC, tinggi badan 158 dan luas

permukaan tubuh 1,37 oC, tinggi badan 150 dan luas permukaan badan 1,48

m². BMI pada probandus pertama adalah 18,9 dan prosedur kedua 19,6

sedangkan BMI pada prosedur ketiga 23,36.

B. Saran

1. Saran untuk pratikum

Dalam melakukan percobaan atau penelitian diharapkan berhati-hati dan

teliti dalam laboratorium.

2. Saran untuk laboratorium

Sebaiknya peralatan laboratorium seperti alat ukur dan timbangan

disiapkan, agar memudahkan pratikum dalam melakukan percobaan atau

penelitian.

3. Saran utuk asisten

Sepertinya asisten dapat memperjelas cara – cara dalam melakukan

penelitian atau percobaan kepada praktikan .


DAFTAR PUSTAKA

Arief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Semarang: Gadjah Mada Universitas press.

Anonim. 2005. Dikbat Kajian Biologi Umum. Makassar: UMI Press.

Anonim. 2006. Penelitian Pratikum Fisiologi Manusia. Makassar: UMI Press.

Departemen kesehatan RI. 2004. Penuntun diet edisi baru. Jakarta: Gramedia.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia jilid III. Jakarta: Depkes RI.

Dr. Anisman, MB. 2002. Gizi dalam Daur Kehidupan. Palembang: EGC.

Fajar, 1, dkk. 2002. Penelitian Seutas Gizi. Jakarta: EGC.

Ganong. 1976. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Guyton, 1976.Fisiologi Kedokteran edisi 5. Jakarta: EGC.

Hoan. 2002. Obat-0bat Penting edisi 5. Jakarta: PT Elex media kompotiondo.

Pratiwi, D.A. dkk. 2012. Biologi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Gramedia.

Priyambodo. 2015. Hewan Evolution, EvolusiI – Evolusi Manusia 1 – 64.

Supit, w. 2009. Suhu Tubuh: Homestatis dan Efek Terhadap Kinerja tubuh
Manusia. Jurnal biosed k 1. 107-188.

Tim penuyusun. 2018. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia.


Makassar: Stikes Mega Rezky Press

Widiyanto. 2005. Metode Pengaturan Berat Badan . (1) 105 – 188.


LAMPIRAN

A. Gambar

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 1 : Proses penimbangan berat badan 1 Probandus

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 2 : Proses pengukuran tinggi badan pada probandus


LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 3 : Proses pengukuran suhu tubuh sebelum menggunakan


Aquadest

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 4 : Proses pengukuran suhu tubuh sesudah berkumur-


kumur menggunakan Aquadest
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

Gambar 5 : Proses pengukuran suhu tubuh dibawah ketiak

B. Perhitungan

Risna

Diketahui : Berat badan (BB) = 54 kg

Tinggi badan (TB) = 169 cm = 1,69 m

Ditanyakan : Berat badan ideal (BI) = ...?

Luas permukan tubuh =.....?

Penyelesaian :

Berat Ideal = (TB – 100) – 15% (TB – 100)

= (169 – 100) – 15% (169 – 100)

= 69 – 10,35

= 58,65 kg

LPT = BB – BI

= 54 – 58,65
= -4,65

Ani

Diketahui : Berat badan (BB) = 43 kg

Tinggi badan (TB) = 158 cm = 1,58 m

Ditanyakan : Berat badan ideal (BI) = ...?

Luas permukan tubuh =.....?

Penyelesaian :

Berat Ideal = (TB – 100) – 15% (TB – 100)

= (158 – 100) – 15% (158 – 100)

= 58 – 8,7

= 49,3 kg

LPT = BB – BI

= 43 – 49,3

= -6,3

Sarah

Diketahui : Berat badan (BB) = 53 kg

Tinggi badan (TB) = 150 cm = 1,50 m

Ditanyakan : Berat badan ideal (BI) = ...?

Luas permukan tubuh =.....?

Penyelesaian :

Berat Ideal = (TB – 100) – 15% (TB – 100)

= (150 – 100) – 15% (150 – 100)

= 50 – 7,5
= 42,5 kg

LPT = BB – BI

= 53 – 42,5

= 10,5

C. Skema Kerja

1. Bobot dan Tinggi Badan

Disiapkan alat ukur tinggi

Diukur masing-masing tinggi badan probandus

Dicatat hasil pengukuran tinggi badan

Diambil timbangan berat badan

Masing-masing probandus menimbang berat badan secara bergantian

Dicatat hasil penimbangan masing-masing probandus

2. Suhu

Disiapkan termometer suhu tubuh

Dibersihkan termometer menggunakan alkohol

Dimasukan termometer didalam bawah lidah selama 5 – 10 menit


Dicatat hasil pembacaan termometer

Probandus berkumur-kumur menggunakan aquades

Diukur kembali suhu tubuh probandus

Dicatat hasil pembacaan termometer

Dibersihkan kembali termometer dengan alkohol

Diukur suhu badan probandus dibawah ketiak

Dicatat hasil pembacaan termometer ditabel hasil pengamatan

Anda mungkin juga menyukai