Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FARMAKOLOGI

“Penanganan Mencit”

Disusun oleh :

Nama : Haura Thanaska

NIM : PO71390200050

Tingkat : 2B

Dosen pengampu :

Andy Brata S.Farm.,MM.,Apt.

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

JURUSAN FARMASI

TAHUN AJARAN 2021/2022


Daftar isi

Daftar isi .....................................................................................................................…….. i

BAB I : Pendahuluan ........................................................................................................................

Latar belakang

............................................................................................................................................................

Tujuan praktikum

............................................................................................................................................................

BAB II :Tinjauan teori

............................................................................................................................................................

BAB III: Metodologi praktikum

............................................................................................................................................................

BAB IV : Pembahasan

............................................................................................................................................................

BAB V : Penutup ..............................................................................................................................


Kesimpulan

............................................................................................................................................................

Saran

............................................................................................................................................................

Daftar pustaka

............................................................................................................................................................

8
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Bahan uji (obat) yang ditujukan pada manusia, perlu dilakukanpenelitian dengan
menyertakan subjek manusia sebagai final testtube.Hewan percobaan adalah setiap
hewan yang dipergunakan padasebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih
berdasarkansyarat dan standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.Dalam
menggunakan hewan percobaan untuk penelitiandiperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai berbagai aspek dalamhal penggunaan hewan percobaan dilaboratorium.
Pengelolaanhewan percobaan diawali dengan pengadaan hewan, meliputipemilihan dan
seleksi jenis hewan yang cocok terhadap materipenelitian. Pengelolaan dilanjutkan
dengan perawatan danpemeliharaan hewan selama penelitian berlangsung,
pengumpulandata, sampai akhirnya dilakukan transminasi hewan percobaan
dalampenelitian
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatupenelitian, harus dipilih mana
yang sesuai dan dapat memberikangambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai
model atausarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Padabidang
farmasi hewan uji digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas
suatu obat sebelum diberikan kepadamanusiaHewan dilakukan percobaan pengujian adal
agar mahasiswadapat memiliki pengetahuan yang lebih bagaimana cara penangananyang
baik terhadap hewan uji mencit mulai dari pemberian nomor,cara memegang,
menghitung berat badan, panjang badan, lebarhingga pengamatan aktifitasnnya.
2. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui dan memahami cara perlakuan pada hewan uji (mencit).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mencit merupakan hewan yang sering digunakan sebagai hewan laboratorium.


Penggunaan mencit sebagai model laboratorium berkisar 40%. Mencit banyak digunakan
sebagai hewan laboratorium karena memiliki kelebihan seperti siklus hidup relatif
pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani,
serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan mamalia lain, seperti
sapi, kambing, domba, dan babi. Selain itu, mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun.
Mencit sering dijumpai dalam riset-riset di laboratorium yang berkaitan dengan
bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, histopatologi, toksikologi, embriologi,
zoologi komparatif serta bidang biomolekuler. Di bidang kedokteran, mencit dipakai
untuk keperluan diagnostik, sedangkan dalam bidang psikologi, hewan tersebut
digunakan di laboratorium untuk pengamatan tingkah laku. Mencit sering digunakan
sebagai objek penelitian klinis karena struktur anatomi dan fisiologinya yang mempunyai
kemiripan dengan struktur anatomi dan fisiologi manusia.
Di samping kemiripan anatomi dan fisiologi, mencit merupakan kelompok mamalia
yang telah diketahui karakter genetiknya, sehingga tidak heran bahwa mencit cocok
digunakan sebagai hewan uji laboratorium untuk penelitianpenelitian yang berkaitan
dengan genetik. Di antara hewanhewan mamalia, mencit adalah hewan yang mempunyai
kemiripan genetik dengan manusia. Banyak penelitian yang bergerak di bidang
manipulasi genetik, rekayasa gen, selalu menggunakan mencit sebagai bahan percobaan.
“Penelitian terhadap hewan harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan
tersebut serta mencegah dampak buruk yang tidak langsung bagi kesehatan manusia.”
Sebuah kajian pentingnya etika medis dalam pembedahan mencit khususnya pada
penelitian farmasi khususnya farmakologi diperlukan dalam rangka melindungi hak azazi
hewan itu sendiri dan penerapan prinsip 3 R (Replacement/ pemanfaat maksimal,
reducement / pengurangan pemanfaatan berlebihan dan refinement/ ketidaknyamanan)
pada hewan uji khususnya mencit. Dengan adanya kajian tentang pentingnya etika medis
dalam pembedahan mencit maka akan terwujud suatu panduan etika dalam penanganan
hewan coba (mencit) pada penelitian farmasi klinis sesuai dengan dasar hukum yang
berlaku.
Sebanyak 40% studi menggunakan mencit sebagai model laboratorium (Nugroho,
2018). Mencit seringkali digunakan dalam penelitian di laboratorium yang berkaitan
dengan bidang fisiologi, farmakologi, toksikologi, patologi, histopatologi (Bähr dan
Wolf, 2012; Franco, 2013; Huet et al., 2013; Seok et al., 2013; Perrin, 2014; Pound dan
Bracken, 2014; Andersen dan Winter, 2019; Herrmann et al., 2019) hingga psikiatri
(Fonio et al., 2009). Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium karena
memiliki kelebihan seperti siklus hidup relatif pendek, banyaknya jumlah anak per
kelahiran, mudah ditangani, memiliki karakteristik reproduksinya mirip dengan hewan

2
mamalia lain, struktur anatomi, fisiologi serta genetik yang mirip dengan manusia (Fianti,
2017; Herrmann et al., 2019).
Menurut Upa et al. (2017), pakan ideal mencit harus memenuhi kebutuhan zat
makanan antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus cukup
mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin
B12, biotin, piridoksin dan cholin. Kandungan kimiawi pada pakan yang diberikan pada
tikus harus mengandung asam amino esensial seperti arginin, isoleusin, leusin, methionin,
fenilalanin, treonin, tryptofan, dan valine dengan begitu kebutuhan pakan tikus bisa
terpenuhi.
Selain pakan, air minum juga merupakan aspek yang penting supaya hewan tidak
dehidrasi dan mengalami stres. Hewan harus memiliki akses ke air minum yang dapat
diminum dan tidak tercemar oleh kotoran atau jenis cemaran lainnya. Pemeliharaan,
pemantauan berkala untuk mengetahui pH dan kontaminasi mikrob atau kimia diperlukan
untuk memastikan bahwa kualitas air dalam kategori yang baik, terutama untuk
digunakan dalam studi yang komponen air normal di lokasi tersebut dapat memengaruhi
hasil penelitian (Garber et al., 2010).
Letak kandang hewan biasanya ditentukan sesuai dengan tujuan dari masing-masing
penelitian, namun letak kandang ini dapat memengaruhi tingkat stres hewan apabila
diletakkan di luar ruangan dan dekat dengan keramaian atau lintasan kendaraan juga akan
menambah tingkat stres hewan karena kebisingan, panas, ataupun polusi (Garber et al.,
2010). Peneliti yang menaruh kandang di luar ruangan memiliki tujuan supaya hewan
mendapatkan sumber cahaya alami dengan 12 jam terang dan 12 jam gelap (Huet et al.,
2013). Pencahayaan dapat berefek pada fisiologis, morfologi dan tingkah laku dari
berbagai hewan (Ridwan, 2013). Potensial penyebab stres dari cahaya yaitu meliputi
fotoperiod, intensitas cahaya dan kualitas spektral cahaya yang tidak tepat (Guillén,
2017). Beberapa pedoman merekomendasikan intensitas cahaya di kandang serendah 40
lux. Selain pencahayaan, kandang yang terletak diluar ruangan akan memiliki sirkulasi
udara yang baik untuk hewan (Garber et al., 2010).
Ilmu pengetahuan dan ilmu kesehatan di dunia semakin maju seiring berkembangan
zaman sehingga mendorong meningkatnya penggunaan hewan coba sebagai objek
penelitian biomedis (Franco, 2013; Sikes dan Paul, 2013; Rogozea et al., 2015; Andersen
dan Winter, 2019). Perlakuan khusus terhadap hewan coba tergantung dari tujuan
masing-masing penelitiannya. Selama masa penelitian biomedis tersebut, sudah pasti
peneliti memberikan perlakuan khusus, dalam pemeliharaan hewan coba, standarisasi dan
penghilangan faktorfaktor pengganggu seperti patogen adalah prinsip utama. Faktor
eksternal tersebut merupakan aspek yang dapat memengaruhi kesejahteraan hewan coba.
Kesejahteraan hewan coba mencakup dua masalah utama, yaitu pemeliharaan umum
dan penanganan selama prosedur eksperimental (Garber et al., 2010). Masalah utama
tersebut berkaitan dengan perlakuan yang diberikan oleh peneliti sejak awal hewan coba
diterima hingga penelitian berakhir. Penerapan prinsip kesejahteraan hewan harus
konsisten selama penelitian berlangsung agar kebutuhan hewan coba terpenuhi. Hewan

3
laboratorium yang menderita stres atau sakit dapat memengaruhi hasil penelitian, dengan
kata lain perlakuan peneliti terhadap hewan coba sangat memengaruhi kualitas hewan
coba yang dapat menentukan validitas pada hasil akhir penelitian (Prescott dan Lidster,
2017).
Mogil (2010) menyatakan bahwa hewan pengerat (rodensia) dapat merasakan nyeri
dan mengekspresikannya seperti manusia namun, sangat disayangkan, karena tidak
semua peneliti sadar pentingnya penerapan prinsip kesejahteraan hewan.
Sejauh ini hewan coba yang banyak digunakan dalam sebuah penelitian medis adalah
rodensia atau hewan pengerat, dengan kisaran prosesntase mencapai 69%. Alasan
penggunaan rodensia adalah karena hanya yang relatif murah, mudah ditangai,
mempunyai rentang hidup yang singkat dan mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya
serta tingkat reproduksi yang cepat sehingga memungkinkan untuk penelitian proses
biologis pada semua tahap siklus hidup.
Pada penggunaan hewan coba khususnya mencit, ada berbagai hal yang harus
diperhatikan para peneliti. Terkadang para peneliti menggampangkan bahwa yang
digunakan hanyalah hewan. Namun inilah yang sering dilupakan, hewan juga punya hak
untuk tidak merasa sakit, dan terbebas dari penyiksaan. Sehingga jika harus
menggunakan hewan coba, gunakan seminimal mungkin untuk hasil yang maksimal.
Selain itu kita juga tidak boleh menyiksa terlalu lama (Bambang, 2009).
Pemandangan lain yang sering terlihat adalah terjadinya salah saluran pada saat
memasukkan obat yang seharusnya masuk ke lambung tetapi salah jalur ke paru-paru dan
menyebabkan mencit lemas dan mati perlahan. Keadaan serupa juga ditemukan pada saat
mematikan mencit, keadaan ideal yang seharusnya adalah tidak menimbulkan rasa sakit
yang berkepanjangan dan menjahui organ-organ sensitif seperti hati dan kandung kemih
tetapi peneliti seringkali menganggap perilaku ini hal yang biasa dan cenderung terburu-
buru karena keterbiasaan mereka di dunia laboratorium bersama mencit sehingga tidak
ada lagi etika dalam penanganan hewan tersebut.

4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Alat dan bahan


1) Alat
 Handscoon
 Kawat
2) Bahan
 Mencit

2. Cara kerja
1) Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan
kanan,dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya.
2) Dengan tangan kiri,kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.
3) Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari
kelingking tangan kiri,hingga mencit cukup erat dipegang

5
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, mempraktikkan tentang cara cara penanganan hewan percobaan
dengan benar. Hewan percobaan untuk praktikum farmakologi kali ini adalah mencit.
Cara penanganan hewan hewan percobaan ini pun berbedabeda sesuai dengan
karakteristiknya masing masing hewan. Pada saat praktikum kita tidak boleh membuat mencit
tersebut depresi/stess, karena mereka akan lebih agresif bila sedang merasaterganggu. Dan bila
mereka stres, maka mereka dapat memberontak atau malah dapat menggigit tangan kita hingga
terluka. Oleh karena itu, kita harus membuat mereka nyaman sehingga kita mudah untuk
melakukan pengamatan. Kita juga harus belajar cara memegang mencit yang baik.
Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyakdigunakan di dalam laboratorium
farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut
fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktivitasnya di malam hari lebih
aktif. Kehadiran manusia akan mengurangi aktivitasnya.Mencit dewasa bisa memiliki berat
antara 25-40 gram danmempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit yangdigunakan
dilaboratorium adalam strain albino yang mempunyaiwarna bulu putih dan mata merah muda.
Percobaan kali ini adalah membahas tentang bagaimanacara penanganan hewan uji sebelum
kita melakukan pemberian obatterhadap hewan uji, maka dari itu kita harus mengetahui
bagaimanacara penanganan hewan uji yang baik dan benar terlebih dahulu.
Cara penanganan hewan coba mencit yaitu pertama pegang ekornya, tetapi hati hati, jangan
sampai hewan tersebut membalikkantubuhnya dan menggigit, karena itu selain ekorya pegang
jugabagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.Jika cara penanganan
mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan buang air besar atau buang air kecil. Hal ini terjadi
karenamencit merasa stress dan ketakutan. Selain itu, juga merupakanpertahanan diri untuk
melindungi dirinya dengan mengeluarkan fasesnya. Begitu juga apabila hewan hewan lain
seperti tikus, kelinci, danmamut akan melakukan hal yang sama jika mmereka merasa terancam.

6
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa penanganan pada hewan pecobaan
yaitu mencit dilakukan dengan hati – hati agar mencit tidak merasa terancam ataupun
stress.Apabila mencit merasa terancam mencit akan dapat menggigit tangan hingga
berdarah dan jika stress merasa stress mencit akan buang air besar atau buang air kecil.
2. Saran
Dimohon agarpembimbing tetap dapat terus membimbing,mengawasi dan
mengevaluasi percobaan pada saat praktikumpercobaan maupun pada saat pembuatan
laporan

7
DAFTAR PUSTAKA

Kunci, K. (2018). PADA PENELITIAN FARMAKOLOGI Filu Marwati Santoso Putri Prodi DIII
Farmasi STIKes Madani Yogyakarta Email : Putri.salwaa7@gmail.com Ilmu dalam setiap
perkembangan dan kemajuannya dihadapkan pada tuntutan pertanggungjawaban secara
rasional dalam mengungkap kebenaran ilmu . Salah satu produk dalam kemajuan ilmu
adalah pencapaian kebenaran dalam mengungkap realitas melalui riset ilmiah . Dalam
kegiatan ilmiah , riset dilakukan sebagai upaya pengumpulan data bagi perkembangan ilmu
, serta untuk perencanaan kegiatan keilmuwan manusia . Hal ini berarti bahwa , riset
merupakan suatu proses pengumpulan informasi dengan menggunakan metode ilmiah yang
tujuannya untuk meningkatkan , mengembangkan dan memecahkan persoalan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan seperti halnya riset ilmiah dalam bidang Sejauh ini
hewan coba yang banyak digunakan dalam sebuah penelitian medis adalah rodensia atau
hewan pengerat , dengan kisaran prosesntase mencapai 69 %. Alasan penggunaan
rodensia adalah karena hanya yang relatif murah , mudah ditangai , mempunyai rentang
hidup yang singkat dan mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya serta tingkat
reproduksi yang cepat sehingga memungkinkan untuk penelitian proses biologis pada
semua tahap siklus hidup . Pada penggunaan hewan coba khususnya mencit , ada berbagai
hal yang harus diperhatikan para peneliti . Terkadang para peneliti menggampangkan
bahwa yang digunakan hanyalah hewan . Namun inilah yang sering dilupakan , hewan juga
punya hak untuk tidak merasa sakit , dan terbebas dari Sehingga jika harus menggunakan
hewan coba , gunakan seminimal mungkin untuk hasil yang maksimal . Selain itu kita juga
tidak boleh menyiksa terlalu lama ( Bambang , 2009 ). Pemandangan lain yang sering
terlihat adalah terjadinya salah saluran pada saat memasukkan obat yang seharusnya
masuk ke lambung tetapi salah jalur ke paru-paru dan menyebabkan mencit lemas dan mati
perlahan . Keadaan serupa juga ditemukan pada saat mematikan mencit , keadaan ideal
yang seharusnya adalah tidak menimbulkan rasa sakit yang berkepanjangan dan menjahui
organ-organ sensitif seperti hati dan kandung kemih tetapi peneliti seringkali menganggap
perilaku ini hal yang biasa dan cenderung terburu-buru karena keterbiasaan mereka di
dunia laboratorium bersama mencit sehingga tidak ada lagi etika dalam penanganan
hewan Dalam rangka menciptakan sebuah perlakuan yang ideal pada hewan coba maka
seorang peneliti perlu memperhatikan etika pembedahan sesuai dengan pedoman etik
penelitian kes…. 9(2), 51–61.
Veterinus, I. M., Mutiarahmi, C. N., Hartady, T., & Lesmana, R. (2021). Kajian Pustaka :
Penggunaan Mencit Sebagai Hewan Coba di Laboratorium yang Mengacu pada Prinsip
Kesejahteraan Hewan. 10(1), 134–145. https://doi.org/10.19087/imv.2020.10.1.134

Anda mungkin juga menyukai