Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok IV
2021/2022
RUTE PEMBERIAN OBAT
SECARA INTRAVENA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Dengan mengetahui sifat-sifat karakteristik hewan yang akan diuji diharapkan lebih
menyesuaikan dan tidak diperlakukan tidak wajar. Didalam suatu dosis yang dipakai untuk
penggunaan suatu obat harus sesuai dengan data mengenai penggunaan dosis secara
kuantitatif, dikarenakan bila obat itu diaplikasikan kepada manusia dilakukan perbandingan
luas permukaan tubuh. Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang
kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau
sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain
persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya,
disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi
biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Cara memegang hewan serta cara penentuan
jenis kelaminnya.
Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia
yang berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah
suplai darah yang berbeda; enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di
lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat
mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian
obat (Katzug, B.G, 1989). Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral,
subkutan,intramuscular, intravena dan intraperitonial. Rute peroral dapat diberikan dengan
mencampurkan obat bersama makanan, bisa pula dengan jarum khusus ukuran 20 dan
panjang kira-kira 5cm untuk memasukkan senyawa langsung kedalam lambung melalui
esophagus, jarum ini ujungnya bulat dan berlubang kesamping. Rute subkutan paling mudah
dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat diberikan kepada mencit dengan jarum yang
panjangnya 0,5-1,0 cm dengan ukuran 22-24 (22-24 gauge). Obat bisa disuntikkan dibawah
kulit di daerah punggung atau didaerah perut. Kekurangan dari rute ini adalah obat harus
dapat larut dalam cairan hingga dapat disuntikkan. Rute pemberian obat secara intramuscular
lebih sulit karena otot mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha bagian belakang
dengan jarum panjang 0,5-2,0 cm dengan ukuran24 gauge, suntikkan tidak boleh terlalu
dalam agar tidak terkena pembuluh darah. Cara intraperitoneal hampir sama dengan IM,
suntikkan dilakukan di daerah abdomen diantara cartilagexiphoidea dan symphysis pubis.
Pemberian obat dengan rute intravena dilakukan dengan cara penyuntikan pada vena
ekor mencit. Obat ( air ) yang disuntikkan dengan suntik 1 mL, dengan jarum suntik no.24.
jumlah obat yang disuntikkan adalah sesuai batas maksimal ( mL ) untuk rute pemberian
intravena menurut buku Pharmacodynamics, Guides de Travaux Practiques karangan M.
Boucard, et altahun 1981-1982 yaitu 0,5 mL untuk mencit dengan bobot 20 gram. Oleh
karena itu mencit terlebih dahulu di timbang dan ditandai, kemudian dihitung batas maksimal
pemberian obat secara intravena untuk masing-masing mencit, cara untuk menghitungnya
adalah dengan rumus : bobot mencit ( gram ) dibagi 20 gram dikalikan dengan 0.5 mL.
Setelah mengetahui batas maksimal pemberian obat secara intravena untuk masing-masing
mencit, obat dimasukkan kedalam jarum suntik, dan disuntikkan kedalam vena ekor masing-
masing mencit dimana bagian yang akan disuntik telah dibersihkan terlebih dahulu dengan
kapas yang dibasahi alcohol sebagai antiseptik, keberhasilan pemberian obat secara intravena
ini ditandai dengan perubahan ekor mencit menjadi putih pucat.
Selain itu adanya gelembung udara pada saat penyuntikan perlu diperhatikan, karena
gelembung udara yang masuk pada vena dapat menyebabkan emboli yang merusak vena dan
mengganggu sistem kardiovaskuler yang dapat berakibat kematian. Pemberian obat dengan
efek sistemik sangat baik melalui rute ini, karena obat yang dimasukkan tidak akan
mengalami proses absorbs dan akan langsung diedarkan keseluruh tubuh dengan cepat
melalui sistem kardiovaskular. Bentuk sediaan obat yang tepat untuk pemberian rute ini
adalah larutan atau murni ( cairan ) sehingga bisa maksimal diedarkan ke seluruh tubuh.
Mencit yang dicobakan berjumlah 3 ekor, dan pemberian secara intravena, berhasil
dilakukan, namun 1 dari 3 mencit yang dicobakan mati akibat cara penanganan yang tidak
tepat pada mencit, yaitu bagian tengkuknya yang ditekan terlalu keras agar tidak berontak
saat disuntik. Sehingga akibat tengkuknya ditekan terlalu kuat, maka mencit pun mati.
b. Cara Kerja
Perhitungan :
1. Mencit 26 gram
3. Mencit 42 gram
V. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mempelajari tentang rute pemberian obat pada hewan uji. Pada
dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam
tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek
yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji invivo).
Mencit dipilih sebagai hewan uji karena metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat
sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.
Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan melalui cara oral,
intravena, subkutan, intraperitoneal, intramuscular dan Na CMC. Pertama, Dengan cara oral
(pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran intestinal) digunakan jarum injeksi yang
berujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji. Pemberian obat secara oral
merupakan cara pemberian obat yang umum dilakukankarena mudah, aman, dan murah.
Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya
sehingga waktu onset yang didapatcukup lama. Sedangkan pemberian secara suntikan yaitu
pemberian intravena, memiliki keuntungan karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur
dibandingkan dengan pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi maka
kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan
respons penderita. Sedangkan rute pemberian yang cukup efektif adalah intra peritoneal (i.p.)
karena memberikan hasil kedua paling cepat adalah intravena.
Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu dengan menyuntikkan
obat pada daerah ekor (terdapat vena lateralis yang mudah dilihat dan dapat membuat obat
langsung masuk kepembuluh darah). Keuntungannya obat cepat masuk dan bioavailabilitas
100%, sedangkan kerugiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat
injeksi, resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan terlalu cepat.
Ketiga, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkukhewan uji
tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat dapat diberikan dalam
kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat perlu prosedur
steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi.
Keempat dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut).
Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi. Keuntungan adalah obat yang
disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat,sehingga reaksi obat akan cepat
terlihat.
Kelima adalah dengan cara intramuscular yaitu dengan menyuntikkan obat pada
daerah yang berotot seperti paha atau lengan atas. Keuntungan pemberian obat dengan cara
ini, absorpsi berlangsung dengan cepat,dapat diberikan pada pasien sadar atau tidak sadar,
sedangkan kerugiannya dalam pemberiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi
ditempat injeksi.
VI. KESIMPULAN
Semakin tinggi dosis yang diberikan akan member efek yang lebih cepat.
Berat tubuh hewan percobaan mempengaruhi dosis dan volume pemberian yang harus
diberikan pada hewan uji.
https://www.academia.edu/9300272/LAPORAN_FARMAKOLOGI_RUTE_PEMBERIAN_OBAT diakses
pada 18 Maret 2021
https://www.academia.edu/6500068/Pembahasan_Praktikum_Farmakologi_dan_Kesimpulan
diakses pada 18 Maret 2021
https://bukumerahkreatif.blogspot.com/2017/02/laporan-praktikum-farmakologi-ii_71.html?m=1
diakses pada 18 Maret 2021
VIII. LAMPIRAN
Alat yang membantu dalam pemberian obat pada mencit melalui intravena
Penanganan mencit saat pemberian obat secara intravena