Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“Cara Pemberian Obat”

Dosen Pengampu :
Ibu Apt. Silfi Nurafni, M. Farm

Disusun oleh
Nama : Anisa Pebrianti (20012039)
Kelas : S1 B Reguler Khusus
Semester : 6 (Enam)

Program SI Farmasi Regular Khusus


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN
FARMASI BOGOR 2023
Jl. Kumbang No. 23 RT.02/RW.04 Babakan, Kec. Bogor Tengah, Kota Bogor,
Jawa Barat 16128
Website: www.sttif.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mengenal teknik- teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian
obat
2. Menyadari berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya
3. Dapat menyatakan konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian obat
terhadap efeknya

1.2 Latar Belakang


Rute pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
efek obat, karena karakteristik lingkungan, fisiologis, anatomis, dan biokimia
yang berbeda pada daerah kontak mula obat dan tubuh. Karakteristik yang
berbeda pada ini karena ada hal-hal yang bebeda seperti :
a) Suplai darah
b) Struktur anatomi dari lingkungan kontak antara tubuh dan obat
c) Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan
tersebut
Hal-hal ini menyebabkan jumlah obat yang dapat mencapai tempat
kerjanya dalam waktu tertentu berbeda, tergantung pada rute pemberian obat.
Meskipun rute pemberian obat secara oral merupakan yang paling lazim,
seringkali rute ini tidak digunakan mengingat hal-hal yang dikemukakan,
kondisi penerima obat itu sendiri. Dalam percobaan ini yang akan dilakukan
adalah pemberian obat secara oral, intravena, intraperitonial, intramuscular,
sub kutan, dan rektal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mencit
Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk
kedalam ordo rodentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memilliki
beratantara 25 - 40 gram dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas
mencit laboratorium adalah strain albino yang mempunyai warna bulu putih
dan mata merah muda (Hrapkiewicz et al, 1998). Mencit merupakan hewan
yang tidak mempunyai kelenjar keringat, jantung terdiri dari empat ruang
dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal.
Percobaan dalam menangani hewan yang akan diuji cenderung memiliki
karakteristik yang berbeda,seperti mencit lebih penakut dan fotofobik,
cenderung sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah ditangani, lebih
aktif pada malam hari (nocturnal),aktifitas terganggu dengan adanya manusia,
suhu normal 37,4°C, laju respirasi 163/menit sedangkan pada hewan tikus
sangat cerdas, mudah ditangani, tidak bersifat fotofobik, lebih resisten
terhadap infeksi, kecenderungan berkumpul dengan sesama sangat kurang atau
diperlakukan secara kasar akan menjadi liardan galak, suhu normal 37,5°C,
laju respirasi 210/menit pada mencit dan tikus persamaannya gigi seri pada
keduanya sering digunakan untuk mengerat / menggigit benda-benda yang
keras. Dengan mengetahui sifat-sifat karakteristik hewan yang akan diuji
diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak diperlakukan tidak wajar. Di dalam
suatu dosis yang dipakai untuk penggunaan suatu obat harus sesuai dengan
data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif, dikarenakan bila obat itu
diaplikasikan kepada manusia dilakukan perbandingan luas permukaan tubuh.
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran
/ biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau
sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara
lain persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta
mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula
diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewanadalah
berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar ataukecil)
serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan
kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan
dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga
bagi orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 1989).

2.2 Cara Pemberian Obat


1. Per Oral
Rute peroral dapat diberikandengan mencampurkan obat bersama
makanan, bisa pula dengan jarum khususukuran 20 dan panjang kira-kira
5cm untuk memasukkan senyawa langsung kedalam lambung melalui
esophagus, jarum ini ujungnya bulat dan berlubang kesamping
2. Intravena
Rute pemberian obat secara intravena haruslah dalam keadaan mencit
tidak dapat bergerak ini dapat dilakukan dengan mencit dimasukkan ke
dalam tabung plastik cukup besar agar mencit tidak dapat berputar ke
belakang dan supaya ekornya keluar dari tabung, jarum yang digunakan
berukuran 28 gauge dengan panjang 0,5cm dan disuntikkan pada vena
lateralis ekor, cara ini tidak dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang
berpigmen jadi venanya kecil dan sukar dilihat walaupun mencit berwarna
putih. Sebaiknya sebelum menyuntik pada intravena di ekor mencit,
ekornya di rendam terlebih dahulu dalam air hangat agar pembuluh darah
melebar dan terlihat saat akan disuntik.
3. Intraperitonial
Cara intraperitoneal hampirsama dengan IM, suntikkan dilakukan di
daerah abdomen diantara cartilagexiphoidea dan symphysis pubis.
4. Intramuskular
Rute pemberian obat secaraintramuscular lebih sulit karena otot mencit
sangat kecil, obat bisa disuntikkanke otot paha bagian belakang dengan
jarum panjang 0,5-2,0 cm dengan ukuran24 gauge, suntikkan tidak boleh
terlalu dalam agar tidak terkena pembuluh darah.
5. Subkutan
Rute subkutan paling mudah dilakukan pada mencit. Obat obat
dapatdiberikan kepada mencit dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm
denganukuran 22-24 (22-24 gauge). Obat bisa disuntikkan dibawah kulit
di daerah punggung atau didaerah perut. Kekurangan dari rute ini adalah
obat harus dapatlarut dalam cairan hingga dapat disuntikkan.

2.3 Midazolam
Midazolam adalah obat penenang yang biasa digunakan sebelum tindakan
operasi. Obat ini dapat mengurangi rasa cemas, serta membuat pasien rileks
dan mengantuk sebelum operasi. Midazolam juga diberikan kepada pasien
perawatan intensif yang membutuhkan ventilator.
Midazolam merupakan obat golongan benzodiazepine. Obat ini bekerja
dengan cara meningkatkan aktivitas zat kimia alami GABA (gamma-
aminobutyric acid) di sistem saraf pusat. Cara kerja ini akan menimbulkan
efek tenang, rileks, dan kantuk. Selain sebagai obat penenang sebelum operasi,
midazolam juga digunakan untuk meredakan kejang pada status epileptikus,
yaitu kejang yang terus berlangsung atau berulang hingga 5 menit atau lebih.
Dosis midazolam pada pasien sebagai pembiusan yaitu :
 Pasien yang sudah minum obat penenang: 0,15–0,2 mg/kgBB melalui
suntikan IV lambat.
 Pasien yang belum minum obat penenang: 0,3–0,35 mg/kgBB melalui
suntikan IV lambat.
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat
 Spuit 1 cc
 Sonde oral
 Gelas piala
 Batang pengaduk
 Stopwatch
 Desikator

3.2 Bahan
 3 mencit tiap pecobaan
 Midazolam iv
 Aquadest

3.3 Prosedur Kerja


1. Peroral
Pegang mencit pada Jarum oral yang telah diisidimasukkan ke
bagian tengkuknya mulut mencit melalui langit-langit masuk
esofagus

Dorong larutan tersebut ke dalam


esofagus

2. Intravena
Masukkan mencit Rendam ekor dengan air hangat sampai
pada botol , keluarkan pembuluh darah lebar, suntikkan pada
ekornya ekor dengan memegang ujung ekor
3. Intraperitonial

Pegang mencit Suntikkan pada bagian perut sebelah


dari pundak kanan jangan terlalu tinggi agar
sampai punggung tidak mengenai hati dan kandung
kemih

4. Subkutan
Suntikkan pada bagian Jangan sampai darah keluar, bila
tengkuk mencit ada darah penyuntikkan masuk
dalam pembuluh darah dan harus
diulangi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


1. Perhitungan Pembuatan Larutan Stok
Berat badan mencit untuk 4 pemberian obat yaitu :
Mencit 1 : 0,020 kg
Menct 2 : 0,025 kg
Mencit 3 : 0,020 kg
Rata-rata mencit : 0,22 kg setara dengan 22 gram
Masing – masing pemberian menggunakan 3 mencit dengan berat yang
sama jadi total mencit yang dibutuhkan ada 12 mencit.
a) Larutan stok untuk pemberian obat intraperitonial dan peroral
Diketahui :
Dosis obat 1x pakai : 0,75 mg
Konversi dosis : 0,0028
Volume pemberian : 1 ml
Sediaan obat midazolam : 5 mg / ml
Volume pembuatan larutan : 250 ml

0,75 𝑚𝑔 𝑥 0,0028 = 0,0021 𝑚𝑔


22 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 0,0021 𝑚𝑔 = 0,00231 𝑚𝑔
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
250 𝑚𝑙
1 𝑚𝑙 𝑥 0,00231 𝑚𝑔 = 0,5775 𝑚𝑔
0,5775
𝑚𝑔 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,1155 𝑚𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 250 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
5 𝑚𝑔
b) Larutan stok untuk pemberian obat intravena dan subkutan
Diketahui :
Dosis obat : 0,75 mg
Konversi dosis : 0,0028
Volume pemberian : 0,5 ml
Sediaan obat midazolam : 5 mg / ml
Volume pembuatan larutan : 250 ml
0,75 𝑚𝑔 𝑥 0,0028 = 0,0021 𝑚𝑔
22 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 0,0021 𝑚𝑔 = 0,00231 𝑚𝑔
20 𝑔𝑟𝑎𝑚
250 𝑚𝑙
0,5 𝑚𝑙 𝑥 0,00231 𝑚𝑔 = 1,155 𝑚𝑔
1,155
𝑚𝑔 𝑥 1 𝑚𝑙 = 0,231 𝑚𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 250 𝑚𝑙 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡
5 𝑚𝑔

2. Pengamatan Percobaan

Rute Waktu Waktu Waktu Lama


Pemberian Mulai Muncul Efek Hilang waktu
Pemberian Obat Efek Obat Muncul
Efek Obat
IV (1) 10:16 10:59 - 47 detik
IV (2) 10:24 10:57 - 33 detik
IV (3) 10:27 10:57 - 30 detik
Rata-rata 35 detik
PO(1) 10:13 10:33 10:54 20 detik
PO(2) 10: 14 10:39 10:54 25 detik
PO(3) 10:16 10:24 10:54 8 detik
Rata-rata 18 detik
IP(1) 10:09 10:17 8 detik
IP(2) 10:10 10:17 7 detik
IP(3) 10:11 10:19 10:27 8 detik
Rata-rata 7,6 detik
SC(1) 10:11 10:25 10:56 14 detik
SC (2) 10:19 10:25 10:56 6 detik
SC (3) 10:20 10:25 10:56 5 detik
Rata-rata 8 detik

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh cara pemberian obat
terhadap absorbsi obat dalam tubuh. Pada dasarnya rute pemberian obat
menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga
merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek
yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan
(uji invivo). Mencit dipilih sebagai hewan uji karena metabolisme dalam
tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai
objek
pengamatan.Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan
melalui cara oral, intravena, subkutan, dan intraperitoneal.
Pertama, dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak
membahayakan bagi hewan uji. Pemberian obat secara oral merupakan cara
pemberian obat yang umum dilakukan karena mudah, aman, dan murah.
Namun kerugiannya ialah banyak faktor yang dapat mempengaruhi
bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup lama. Sedangkan
pemberian secara suntikan yaitu pemberian intravena,memiliki keuntungan
karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan
pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi maka kadar obat
dalam darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung
dengan respons penderita. Sedangkan rute pemberian yang cukup efektif
adalah intra peritoneal (i.p.) karena memberikan hasil kedua paling cepat
setelah intravena. Namun suntikan
i.p. tidak dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu
besar (Setiawati, A. dan F.D. Suyatna, 1995).
Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu dengan
menyuntikkan obat pada daerah ekor (terdapat vena lateralis yang mudah
dilihat dan dapat membuat obat langsung masuk ke pembuluh darah).
Keuntungannya obat cepat masuk dan bioavailabilitas 100%, sedangkan
kerugiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi,
resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan terlalu cepat.
Ketiga, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk
hewan uji tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat
dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya
dalam pemberian obat perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal
ditempat injeksi.
Keempat dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga
perut). Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi.
Keuntunganadalah obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan
diabsorpsi cepat,sehingga reaksi obat akan cepat terlihat. Pada percobaan ini,
kelompok kami menggunakan 3 ekor mencit untuk masing-masing cara
pemberian obat ttal mencit yang digunakan ada 12 ekor mencit. Banyaknya
volume obat yang akan diinjeksi utuk mencit dibuat terlebih dahulu larutan
blanko yang sudah dihitung pada perhitungan diatas, untuk pemberian melalu
ip dan po diberikan sebanyak 1 ml sedangkan cara pemberian melalui sc dan
iv diberikan sebanyak 0,5 ml.
Obat yang digunakan dalam percobaan yaitu midazolam yang memberikan
efek menenangkan pada mencit. Dosis yang digunakan yaitu dosis manusia
0,75 mg yang dihitung sesuai dengan dosis pada mencit.
Pada hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa paling muncul cepat
waktu efek obat yang muncul yaitu dengan cara pemberian intraperitonial
denga waktu rata-rata 7,6 detik, dilanjutkan dengan cara pemberian subkutan
dengan waktu 8 detik, lalu dengan cara pemberian oral waktu 17,6 detik dan
yang terakhir atau waktu terlama muncul efek obat dengan cara pemberian
obat iv dengan waktu 35 detik.
Hal ini tidak sesuai literatur dimana pada pemberian obat dengan cara
intravena, yang menurut literatur reaksi obatnya akan berlangsung dengan
cepat. Tapi pada saat praktikum kami tidak mendapatkan hasil dikarenakan
kegagalan dalam penyuntikan, pada saat penyuntikan, jarum suntik yang
digunakan kemungkinan kurang tajam sedangkan ekor dari mencit sangatlah
keras sehingga kemungkinan obat yang disuntikan tidak masuk kedalam
pembuluh vena pada ekor mencit. Pada pemberian obat secara subkutan dan
intraperitonial mempunyai efek yang cepat karena saat penyuntikan obat
masuk semua tidak ada yang berceceran sehingga dosis sesuai dan lebih tinggi
dari dosis cara pemberian iv yang pada saat pemberian obat tidak masuk
semua dan berceceran. Pada saat hilang kesadaran menci terlihat lemas
Untuk pengamatan hilangnya waktu obat tidak bisa ditentukan karena ada
data waktu pada pemberian obat secara iv dan ip yang kosong karena esadara
mencit belum sadarkan diri. Jadi data untuk mengetahui lama waktu sadar
tidak akurat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi dosis yang dberikan akan memberikan efek yang lebih cepat.
Dan hasil pratikum onset of action dari rute pemberian obat secara ip lebih
cepat dan cara pemebrian iv efek muncul obat lebih lambat. Hal ini dapat
terjadi mungkin karena Kesalahan penyuntikan dapat menyebabkan
ketidaktepatan dosis yang diberikan kepada hewan uji, sehingga hasil yang
diperoleh pun tidak akurat.

5.2 Saran
Pada saat praktikum alangkah baiknya mempejari cara pemberian obat
trelebih dahulu agar pada saat pemberian obat pada mencit tepat dan
pengamatan yang dihasilkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Mariam, Siti . 2023. Modul Praktikum Farakologi . Bogor :STTIF


https://www.academia.edu/9300272/LAPORAN_FARMAKOLOGI_RUTE_PEM
BERIAN_OBAT
LAMPIRAN PERCOBAAN 2

Pemberian obat
secara IP

Pemberian obat
secara peroral

Sonde Oral

Anda mungkin juga menyukai