PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui macam-macam rute administrasi obat pada hewan
1.2.2 Mengetahui lokasi administrasi obat pada reptile, kucing, mencit, sapid an
burung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peroral
Merupakan proses pemberian obat melalui mulut dan merupakan cara yang
paling lazim digunakan karena praktis, mudah dan aman. Keuntungan dari
aplikasi obat melalui peroral adalah dapat mencapai efek local di usus seperti
contohnya obat cacing untuk mensterilkan lambung hingga usus pada infeksi
atau sebelum pembedahan. Kekurangan dari pemberian obat secara peroral
diantaranya adalah resorpsi obat tidak teratur dan tidak lengkap meskipun
formulasinya sudah optimal. Selain itu, dalam di tubuh setelah proses resorpsi
perlu melalui hati yang dapat terjadi inaktivasi sebelum diedarkan ke lokasi
sakit (Tjay dan Kirana, 2015).
2.2 Subkutan
Aplikasi obat melalui subkutan dilakukan dengan cara injeksi yang biasanya
memiliki efek lebih cepat, kuat dan lengkap. Obat-obatan yang diinjeksi tidak
dapat diserap oleh usus. Injeksi subkutan dilakukan di bawah kulit untuk obat
yang tidak dapat merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya
tidak terlalu cepat dibandingkan dengan IM atau IV. Keuntungan dari
administrasi obat melalui subkutan adalah mudah dilakukan sendiri misalnya
suntik insulin pada pasien penderita penyakit gula atau diabetes. Kekurangan
dari injeksi obat melalui subkutan adalah cukup mahal, terdapat rasa nyeri,
bahaya infeksi kuman dan bahaya merusak pembuluh darah atau saraf apabila
tempat suntikan tidak tepat sasaran (Tjay dan Kirana, 2015).
2.3 Intravena
Administrasi obat secara intravena dapat dilakukan secara intravena. Injeksi
intravena dilakukan melalui pembuluh darah vena. Obat yang diinjeksi bukan
obat yang tidak larut dalam air atau dapat menimbulkan endapan dengan protein
atau butiran darah. Keuntungan dari injeksi obat secara intravena adalah efek
yang dihasilkan sangat cepat yaitu sekitar 18 detik dimana dengan waktu satu
peredaran darah obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Kekurangan dari
administrasi obat secara intravena adalah lama kerja obat hanya singkat. Selain
itu injeksi IV memiliki bahaya karena terganggunya zat-zat koloida darah
dengan reaksi yang hebat. Lebih bahaya lagi apabila injeksi dilakukan terlalu
cepat sehingga kadar obat di dalam darah meningkat terlalu pesat (Tjay dan
Kirana, 2015).
2.4 Intramuskular
Administrasi obat secara intramuscular pada umumnya sama yaitu melalui
injeksi yang dilakukan di dalam otot tertebal. Tempat injeksi biasanya
dilakukan pada otot bokong (antara muskulus semimembranosus dan
semitendinosus) yang tidak banyak pembuluh darah dan saraf sehingga akan
lebih aman. Dengan rute ini, obat yang terlarut akan bekerja dalam waktu 10-
30 menit. Untuk memperlambat resorpsi obat yang mana dapat memperpanjang
kerja obat, biasanya digunakan larutan atau suspense dalam minyak seperti
penisilin dan hormone kelamin (Tjay dan Kirana, 2015).
2.5 Transdermal
Administrasi obat secara transdermal dapat dilakukan melalui kulit yang
mana sediaan obat ini sekarang sudah berkembang pesat dalam sediaan gel,
cream, patch atau bentuk lainnya. Sediaan transdermal merupakan sediaan yang
dapat menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit untuk
menghasilkan efek sistemik. Penggunaan obat secara transdermal dapat
mencegah terjadinya first pass effect di hati dan mengurangi efek samping obat
daripada sediaan peroral (Suwalie dan Soraya, 2020).
2.6 Perektal
Merupakan proses administrasi obat yang dilakukan melalui rectum (anus)
untuk obat yang dapat merangsang atau yang dapat diuraikan oleh asam
lambung. Sediaan obat ini biasanya dalam bentuk suppositoria atau cairan.
Keuntungan penggunaan obat ini adalah dapat diberikan pada pasien yang
mengalami mual, muntah atau kesulitan menelan obat apabila diberikan secara
peroral. Selain itu administrasi obat melalui perektal dapat digunakan untuk
memberikan efek local yang cepat. Namun, kekurangan dari administrasi obat
secara perektal adalah banyak obat yang tidak diresorpsi secara teratur dan
lengkap sehingga dengan adanya hal ini obat dapat diberikan melebihi dosis
oral. Apabila obat dapat diresorpsi dengan baik maka efek sistemisnya akan
lebih cepat dan lebih kuat daripada pemberian secara peroral. Selain itu,
administrasi obat secara perektal harus diperhatikan dalam pemakaiannya
karena apabila terlalu sering digunakan dapat menimbulkan peradangan (Tjay
dan Kirana, 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
Sonde Kucing
Handuk Burung dara
Spuit 1 cc Tikus
Spuit 3 cc Kadal
Cairan infus
3.2 Langkah Kerja
3.2.1 Peroral
Hewan
Hasil
3.2.2 Subkutan
Hewan
Hasil
3.2.3 Intravena
Hewan
Hasil
3.2.4 Intramuskular
Hewan
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penjelasan Rute Administrasi pada Hewan
4.1.1 Reptile
a. Peroral
Jenis reptile seperti ular dan kadal dapat diberikan obat melalui
mulut dengan bantuan alat berupan otoscope. Namun melalui rute secara
peroral akan sulit dilakukan pada reptile kecil. Selain itu, melalui rute
ini dapat menyebabkan stress pada hewan apalagi hewan tersebut susah
untuk dihandling maupun restrain. Pemberian obat melalui rute peroral
harus memperhatikan gingiva, lidah dan semua gigi yang ada agar tidak
menyebabkan kerusakan atau gangguan pada hewan. Apabila sulit untuk
dilakukan, dapat menggunakan alat bantu berupa tali untuk fiksasi
bagian mulut untuk mengamankan hewan dan juga administrator
(Ballard and Ryan, 2013).
b. Intraosseous
4.1.2 Kucing
a. Peroral
4.1.3 Sapi
a. Peroral
4.1.4 Mencit
a. Peroral
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya, jarkom mengenai prosedur
praktikum atau alat dan bahan yang harus dipersiapkan dalam praktikum dapat
disampaikan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ballard and Ryan Cheek. 2013. Exotic Animal Medicine for the Veterinary
Technician Second Edition. USA.
Bassert, J. M., Beal, A. D., dan Samples, O. M. 2018. McCurnin's Clinical Textbook
for Veterinary Technicians (9th ed.). Canada: Elsevier Saunders.
Chastain, C. B. 2018. Animal Handling and Physical Restraint. US: CRC Press.
Hrapkiewicz, K., Colby, L., dan Denison, P. 2013. Clinical Laboratory Animal
Medicine: An introduction. USA: Wiley Blackwell.
Prabowo, W.L. 2020. Teori Tentang Pengetahuan Peresepan Obat. Jurnal Medika
Hutama, Vol. 2(4).
Suwalie, E.R., dan Soraya R.M. 2020. Terpen Sebagai Peningkat Penetrasi pada
Sediaan Transdermal. Jurnal Farmaka, Vol. 15(3): 102-110.
Taylor, D.K., Lee, V.K., and Strait, K.R. 2016. The Laboratory Bird. New York:
CRC Press.
Tjay, T. H., Kirana, R. 2015. Obat-obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1. Administrasi obat peroral
pada kucing