Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Obat merupakan scmua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam
dosis sesuai dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut
gejalanya. Beberapa obat dapat menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat
pemberiannya. Rute pemberian obat terutama dipengaruhi oleh sifat obat, kestabilan
obat, tujuan terapi, kecepatan absorbsi yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan
pasien, dan kemungkinan efek samping. Pemakaian obat dikatakan tidak tepat apabila
kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan
kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau
biayanya (Nasif, dkk., 2013).
Perjalanan obat itu sendiri dalam tubuh melalui 4 tahap (disebut fase
farmakokinetik) (Anief, 2007), yaitu :
a. Absorbsi
Merupakan pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu
dalam organ ke dalam aliran darah atau sistem pembuluh limfe. Dari aliran darah atau
sistem pembuluh limfe terjadi distribusi obat ke dalam organisme keseluruhan.
Karena obat baru berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada
tempat kerjanya, maka suatu absorbsi yang cukup merupakan syarat untuk suatu efek
terapeutik, sejauh obat tidak digunakan secara intravasal atau tidak langsung dipakai
pada tempat kerjanya. Dikatakan cukup apabila kadar obat yang telah diabsorbsi tidak
melewati batas KTM, yaitu Kadar Toksik Minimum, namun masih beraa di dalam
batas KEM, yaitu Kadar Efcktif Minimum.
b. Distribusi
Merupakan proses penyebaran zat aktif yang telah masuk ke peredaran darah ke
seluruh tubuh, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
c. Metabolisme dan Ekskresi (Eliminasi)
Obat harus mclalui proscs metabolisme dahulu agar dapat dikeluarkan dari badan.
Dimana pada saat inilah badan berusaha merubahnya menjadi metabolit yang bersifat
hidrofil agar mudah dikeluarkan melalui sistem ekskresi, misal lewat anus, paru, kulit,
dan ginjal.
Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barter absorbsi
adalah membran epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel di
tubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi membran
sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah terlebih dulu larut
dalam air) (Ganiswara, 2008).
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan keccpatan obat yang masuk ke
dalam tubuh, schingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan
timbulnya efek yang merugikan. Rute pemberian obat dibagi 2, yaitu enternal dan
parenteral (Priyanto, 2008)
a. Jalur Enternal
Jalur enternal berati pembcrian obat melalui saluran gastrointestinal (Gl), seperti
pemberian obat melalui sublingual, bukal, rektal, dan oral. Pemberian obat melalui
oral merupakan jalur pemberian obat yang paling banyak digunakan karena paling
murah, paling mudah, dan paling aman. Kerugian dari pemberian obat melalui jalur
enternal adalah absorbsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien tidak sadar atau
tidak dapat menelan.
b. Jalur Parenteral
Parenteral berarti tidak melalui enteral. Termasuk jalur parenteral adalah transdermal
(topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke dalam trakea menggunakan
endotrakeal tube), dan inhalasi. Pemberian obat melalui jalur ini dapat menimbulkan
efek sistemik atau lokal.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan dalam praktikum ini adalah 20 ekor
mencit yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok yang setiap kelompoknya
terdiri dari 5 ekor mencit.

2.2.2 Alat
a. Batang pengaduk
b. Breaker
c. Gelas ukur
d. Hot plate
e. Mixer
f. Spoit 1 ml
g. Spoit oral
h. Stop watch
i. Timbangan berat badan

2.2.3 Bahan
a. Alkohol 70%
b. Aqua destilat
c. Injeksi luminal
d. Natrium CMC
e. Tablet luminal
DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2007. Farmasetika. UGM Press: Yogyakarta

Ganiswara, Sulistia G. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi V. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Nasif, H., Yuned,M., dan Muchtar, M. 2013. Kajian Penggunaan Obat Intravena di SMF
Penyakit Dalam Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi Vol 18 No.1

Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar Edisi II. Leskonofi: Depok

Anda mungkin juga menyukai