Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II


PENETAPAN KADAR PENGOTOR ETANOL DAN
METANOL PADA MINUMAN BERALKOHOL
DENGAN GC (GAS CHROMATOGRAPHY)

OLEH:
KELOMPOK 10
GOLONGAN I

NI PUTU INDAH APRILIANI (1808551037)


I MADE HARIMBAWA PUTRA (1808551038)
NI KADEK DIAH PARWATI DEWI (1808551039)
NOVI SEKAR KINANTI (1808551040)
PUTU MIRAH DANAWATI (1808551042)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PERCOBAAN V
PENETAPAN KADAR PENGOTOR ETANOL DAN METANOL PADA
MINUMANBERALKOHOL DENGAN GC (GAS CHROMATOGRAPHY)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Mengetahui prinsip pemisahan dan identifikasi menggunakan Kromatografi
Gas.
1.2 Mengetahui cara preparasi sampel yang akan dipisahkan dan diidentifikasi
menggunakan metode Kromatografi Gas.
1.3 Menetapkan kadar etanol dan metanol dari sampel arak bali menggunakan
metode kromatografi gas.
1.4 Untuk melakukan Quality Control (QC) terhadap sampel minuman
beralkohol.
2. PRINSIP ANALISIS
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi konstituen
penyusunnya dengan fase gas yang bergerak melewati fase diam (Jeffery et al,
1987). Kromatografi gas biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa organik
yang mudah menguap. Prinsip kromatografi gas adalah teknik pemisahan yang
mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi
melalui kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang
tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan didasarkan pada titik didih
senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjai antara solute
dengan fase diam (Gandjar dan Rohman, 2007).
Suatu fase gerak berbentuk gas mengalir di bawah tekanan melewati pipa
yang dipanaskan. Analit dimuat ke bagian atas kolom melalui suatu portal injeksi
yang dipanaskan, analit menguap. Analit kemudian berkondensasi di kolom pada
suhu lebih rendah. Kelebihan dari metode ini yaitu dapat digunakan untuk
menetukan senyawa yang tidak memiliki gugus kromofor, memiliki kekuatan
pemisahaan lebih besar dibanding HPLC, mudah diotomatisasikan, namun hanya
senyawa-senyawa yang stabil terhadap asam yang dapat dianalisis (Watson,
2009).

1
3. ALAT DAN BAHAN
3.1 Persiapan Alat
Alat-alat yang digunakan untuk penetapan kadar pengotor metanol pada
minuman beralkohol dengan metode kromatografi gas yaitu disiapkan satu
perangkat alat destilasi; disiapkan alat kromatografi gas GC-agilent Technologies
6890-N Network GC System dengan kolom HP InnoWax panjang 30 m; diameter
0,32 μm; disiapkan gelas beker 10 mL dan 25 mL; disiapkan pipet tetes; disiapkan
botol vial 5 mL dan 10 mL; disiapkan labu ukur 5 mL dan 10 mL; disiapkan pipet
volume 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 25 mL; disiapkan batang pengaduk, batu didih, es
batu, dan termometer.
Dilakukan pengkondisian alat atau optimasi kondisi kromatografi gas
terlebih dahulu. Alat kromatografi gas yang digunakan adalah GC-agilent
Technologies 6890-N Network GC System. Kondisi analisis yang digunakan yaitu
suhu injektor 250°C, suhu detektor 300°C, dan split rasio 20. Suhu awal kolom
50°C ditahan dua menit pada suhu tersebut, ditingkatkan secara bertahap sebesar
10°C/menit sampai suhu mencapai 220°C dan ditahan selama lima menit. Kolom
yang digunakan yaitu kolom HP InnoWax dengan panjang 30 m, diameter 0,32
μm, dan laju alir dari kolom yang terpilih adalah 0,7 mL/menit. Laju alir gas
helium 40 mL/ menit, laju alir nitrogen 50 mL/menit, dan laju udara sebagai
pengoksida 450 mL/menit (Astuti dkk., 2018).
3.2 Persiapan Bahan
3.2.1 Larutan Baku Metanol 1% v/v
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan baku metanol 1% v/v adalah
metanol (p.a). Praktikum kali ini diperlukan larutan baku metanol 1% v/v
sebanyak 10 mL. Maka volume metanol (p.a) yang dipipet adalah sebagai berikut:
Diketahui : Konsentrasi Stok Metanol = 99,8%v/v
Konsentrasi Standar Metanol = 1%v/v
Volume baku = 10 mL
Ditanya : Volume stok yang dipipet = …?
Jawab :
Cstok x Vstok = Cbaku x Vbaku

2
99,8% v/v x Vstok = 1% v/v x 10 mL
1%vv x 10mL
Vstok = = 0,1 mL
99,8%
Jadi, volume stok metanol yang dipipet adalah 0,1 mL.
3.2.2 Larutan Baku Metanol 0,1 % v/v
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan baku metanol 0,1% v/v
adalah larutan baku metanol 1% v/v. Praktikum kali ini diperlukan larutan baku
metanol 0,1% v/v sebanyak 10 mL. Maka volume larutan baku metanol 1% v/v
yang dipipet adalah sebagai berikut
Diketahui : Konsentrasi Stok Metanol = 1%v/v
Konsentrasi Baku Metanol = 0,1%v/v
Volume baku = 10 mL
Ditanya : Volume standar yang dipipet?
Jawab :
Cstok x Vstok = Cbaku x Vbaku
1% v/v x Vstandar = 0,1% v/v x 10 mL
0,1%v�v x 10 mL
Vstandar = = 1 mL
1%v⁄v
Jadi, volume larutan standar metanol yang dipipet adalah 1 mL.
3.2.3 Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai Konsentrasi
Praktikum ini diperlukan larutan seri etanol dengan konsentrasi 10% v/v,
20% v/v, 30% v/v, 40% v/v, 50%v/v sebanyak 5 mL, dan larutan seri metanol
dengan konsentrasi 0,005% v/v, 0,0075% v/v, 0,01% v/v, 0,0125% v/v,
0,015%v/v sebanyak 5 mL. Larutan seri ini dibuat dari larutan baku metanol dan
etanol Maka volume larutan baku etanol 100% v/v dan larutan baku metanol 0,1%
v/v yang dipipet adalah sebagai berikut
Diketahui : Konsentrasi larutan stok etanol = 96%v/v
Konsentrasi larutan baku metanol = 0,1%v/v
Volume larutan yang dibuat = 5 mL
Seri I : Etanol 10%v/v dan Metanol 0,005%v/v
Seri II : Etanol 20%v/v dan Metanol 0,0075%v/v

3
Seri III : Etanol 30%v/v dan Metanol 0,01%v/v
Seri IV : Etanol 40%v/v dan Metanol 0,0125%v/v
Seri V : Etanol 50%v/v dan Metanol 0,015%v/v
Ditanya : Volume larutan yang digunakan untuk masing-masing
seri konsentrasi = …?
Jawab :
a) Pembuatan Larutan Seri I
• Larutan Seri Etanol 10%v/v

Cstokx Vbaku = Cseri x Vseri


96%v/v x V1 = 10%v/v x 5 mL
V1 = 0,52 mL
Jadi, volume larutan stok Etanol 96%v/v dipipet sebanyak 0,52 mL
• Larutan Seri Metanol 0,005%v/v

Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri


0,1%v/v x V1 = 0,005%v/v x 5 mL
V1 = 0,25 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,25mL
b) Pembuatan Larutan Seri II
• Larutan Seri Etanol 20%v/v

Cstokx Vbaku = Cseri x Vseri


96%v/v x V1 = 20%v/v x 5 mL
V1 = 1 mL
Jadi, volume larutan stok Etanol 96%v/v dipipet sebanyak 1 mL
• Larutan Seri Metanol 0,0075%v/v

Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri


0,1 %v/v x V1 = 0,0075%v/v x 5 mL
V1 = 0,375 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,375 mL
c) Pembuatan Larutan Seri III
• Larutan Seri Etanol 30%v/v

Cstokx Vbaku = Cseri x Vseri

4
96%v/v x V1 = 30%v/v x 5 mL
V1 = 1,6 mL
Jadi, volume larutan stok Etanol 96%v/v dipipet sebanyak 1,6 mL
• Larutan Seri Metanol 0,01%v/v

Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri


0,1 %v/v x V1 = 0,01%v/v x 5 mL
V1 = 0,5 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,5 mL
d) Pembuatan Larutan Seri IV
• Larutan Seri Etanol 40%v/v

Cstokx Vbaku = Cseri x Vseri


96%v/v x V1 = 40%v/v x 5 mL
V1 = 2,1 mL
Jadi, volume larutan stok Etanol 96%v/v dipipet sebanyak 2,1 mL
• Larutan Seri Metanol 0,0125%v/v

Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri


0,1 %v/v x V1 = 0,0125%v/v x 5 mL
V1 = 0,625 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,625 mL
e) Pembuatan Larutan Seri Campuran V
• Larutan Seri Etanol 50%v/v

Cstokx Vbaku = Cseri x Vseri


96%v/v x V1 = 50%v/v x 5 mL
V1 = 2,6 mL
Jadi, volume larutan stok Etanol 96%v/v dipipet sebanyak 2,6 mL
• Larutan Seri Metanol 0,015%v/v

Cbaku x Vbaku = Cseri x Vseri


0,1 %v/v x V1 = 0,015%v/v x 5 mL
V1 = 0,75 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,75 mL

5
3.2.4 Larutan Uji
Bahan yang disiapkan untuk pembuatan larutan uji berupa larutan stok
etanol 96% v/v dan larutan baku metanol 0,1% v/v. Praktikum kali ini diperlukan
larutan uji dengan konsentrasi etanol 30% v/v dan metanol 0,01% v/v sebanyak 5
mL. Konsentrasi tersebut disesuaikan dengan konsentrasi etanol dan metanol pada
arak yaitu kadar etanol tidak kurang dari 30% v/v; metanol tidak lebih dari 0,01%
v/v dihitung terhadap volume produk (BPOM RI, 2016). Maka volume larutan
baku yang dipipet sebanyak:
Diketahui : Konsentrasi larutan stok etanol = 96%v/v
Konsentrasi larutan baku metanol = 0,1%v/v
Konsentrasi larutan uji (Etanol 30%v/v dan Metanol 0,01%v/v)
Volume larutan uji yang dibuat = 5 mL
Ditanya : Volume larutan yang digunakan untuk larutan uji?
Jawab :
1) Larutan Uji Etanol 30%v/v
Cstokx Vbaku = Cseri x Vuji
96%v/v x V1 = 30%v/v x 5 mL
V1 = 1,6 mL
Jadi, volume larutan stok Etanol 96%v/v dipipet sebanyak 1,6 mL
2) Larutan Uji Metanol 0,01%v/v
Cbaku x Vbaku = Cseri x Vuji
0,1 %v/v x V1 = 0,01%v/v x 5 mL
V1 = 0,5 mL
Jadi, volume larutan baku Metanol 0,1%v/v dipipet sebanyak 0,5 mL.
4. PROSEDUR KERJA
4.1 Preparasi Sampel
Preparasi sampel dilakukan dengan memipet sebanyak 25 mL arak bali,
kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang telah berisi WFI (water of
injection). Suhu sulingan diatur hingga sama dengan suhu pemipetan. Destilasi
pada arak bali dilakukan hingga diperoleh destolat dengan jumlah kecil dari
volume cairan uji yang dipipet. Ditambahkan WFI secukupnya hingga volume

6
sama dengan volume cairan uji (Kemenkes RI, 2014). Etanol memiliki titik didih
78oC sehingga pada proses penyulingan dilakukan pada suhu 78oC, sedangkan
metanol memiliki titik didih 64,5-65,5oC (Depkes RI, 1979).
4.2 Penetapan Kadar
4.2.1 Optimasi Kromatografi Gas
Optimasi kromatografi gas dilakukan dengan mengkondisikan kondisi
analisis sesuai dengan kondisi alat kromatografi gas yang digunakan yaitu GC
6890 N Network GC System.Kondisi analisis yang dipergunakan yaitu suhu
injektor 250°C, suhu detektor 300°C, dengan split rasio 20. Suhu kolom diatur
menjadi 50oC selama 2 menit, kemudian ditingkatkan dengan jalannya suhu
100C/menit dan selama lima menit suhu konstan sebesar 2200C. Suhu detektor
3000C, suhu injektor 2500C dengan laju alir kolom 0,7 mL/menit, laju alir dari gas
helium 40 mL/menit, laju alir nitrogen 50 mL/menit dan laju udara sebagai
pengoksida 450 mL/menit (Astuti, 2018).
4.2.2 Pengukuran Larutan Seri
Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, tunggu hingga
pada software mucul kata “ready”, kemudian pilih “run sequence”. Dipipet
larutan seri dari konsentrasi rendah ke konsentrasi besar dengan menggunakan
microliter syringe sebanyak 1 μL, pastikan tidak ada gelembung yang masuk
dalam syringe. Lalu dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan, dan
ditekan pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan perlahan-lahan pada
injektor. Ditekan tombol “start” pada instrument kromatografi gas. Tunggu
beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software. Dibuat persamaan
regresi liniernya dan ditentukan nilai r2 (koefisien korelasi).
4.2.3 Pengujian Larutan Uji
Setelah dipilih dan diperoleh kondisi kromatografi gas, larutan uji
(campuran metanol dan etanol) diinjeksikan ke dalam injektor sebanyak 1,0 μL.
Diamati peak-peak nya dan dihitung konsentrasi dan percent recovery.
4.2.4 Pengukuran Larutan Sampel
Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, tunggu hingga
pada software muncul kata “ready”, lalu pilih “run sequence”. Dipipet larutan

7
sampel dengan microliter syringe sebanyak 1μL, pastikan tidak ada gelembung
yang masuk dalam syringe. Dimasukkan tegak lurus pada injector perlahan-lahan
dan ditekan pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan perlahan-lahan
pada injector. Ditekan tombol “start” pada instrumen kromatografi gas. Tunggu
beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software.
4.2.5 Cooling Gas Chromatography
Dilakukan Cooling pada perangkat GC dengan cara mengatur suhu semua
komponen GC (injektor, kolom dan detektor) menjadi 30ºC pada File template.
5. SKEMA
5.1 Preparasi Sampel

Arak bali dipipet sebanyak 25 mL lalu dimasukkan ke dalam labu alas


bulat yang telah berisi 25 mL WFI (water for injection).

Atur suhu sulingan hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan.
Lakukan destilasi pada larutan arak bali hingga diperoleh destilat lebih
kurang 2 mL lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet.

Ditambahkan WFI secukupnya hingga volume sama dengan volume


cairan uji

Proses penyulingan dilakukan pada suhu 78oC dikarenakan etanol


memiliki titik didih 78OC dan metanol memiliki titik didih 64,5-65,5oC

5.2 Optimasi Kromatografi Gas

Kondisi analisis disesuaikan dengan kondisi operasi GC 6890 N yaitu


suhu kolom diatur menjadi 500C selama dua menit lalu meningkat
dengan jalannya suhu 100C/menit dan selama lima menit suhu konstan
sebesar 2200C.

Suhu detektor 3000C, suhu injektor 2500C dengan laju alir kolom 0,7
mL/menit, laju alir dari gas helium 40 mL/menit, laju alir nitrogen 50
mL/menit dan laju udara sebagai pengoksida 450 mL/menit

8
5.3 Pengukuran Larutan Seri

Kondisi analisis disesuaikan dengan kondisi operasi GC 6890 N yaitu


suhu kolom diatur menjadi 500C selama dua menit lalu meningkat
dengan jalannya suhu 100C/menit dan selama lima menit suhu konstan
sebesar 2200C.

Suhu detektor 3000C, suhu injektor 2500C dengan laju alir kolom 0,7
mL/menit, laju alir dari gas helium 40 mL/menit, laju alir nitrogen 50
mL/menit dan laju udara sebagai pengoksida 450 mL/menit

Pengukuran larutan seri dimulai dengan dibuat identitas larutan pada


software dengan memilih “save sequence”, tunggu hingga pada software
mucul kata “ready”, kemudian pilih “run sequence”.

Larutan seri dipipet dari konsentrasi terendah ke konsentrasi tertinggi


dengan menggunakan microliter syringe masing-masing sebanyak 1 μL,
pastikan tidak ada gelembung dalam syringe

Kemudian syringe dimasukkan tegak lurus pada injektor secara perlahan,


dan tekan “start” pada software serta ditekan tombol “start” pada
instrumen kromatografi gas

Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software dan


kemudian dibuat persamaan regresi liniernya dan ditentukan nilai r2
(koefisien korelasi).

5.4 Pengujian Larutan Uji

Larutan uji berupa campuran metanol dan etanol diinjeksikan ke dalam


injektor kromatografi gassebanyak 1,0 μL menggunakan syringe.

Pastikan tidak ada gelembung dalam syringe sebelum


memasukkan syringe ke dalam injektor
9
Syringe dimasukkan tegak lurus pada injektor secara perlahan, dan tekan
“start” pada softwaresertaditekan tombol “start” pada instrumen
kromatografi gas

Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software dan


diamati peak-peak nya dan dihitung konsentrasi dan persentase recovery.

5.5 Pengukuran Larutan Sampel

Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, tunggu


hingga pada software muncul kata “ready”, kemudian pilih “run
sequence”.

Dipipet larutan sampel dengan menggunakan microliter syringe


sebanyak 1 μL, pastikan tidak ada gelembung yang masuk dalam
syringe.

Lalu dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan, dan ditekan


pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan perlahan-lahan pada
injektor.

Ditekan tombol “start” pada instrumen kromatografi gas. Tunggu


beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software.

5.6 Cooling Gas Croatograpgy

Dilakukan Cooling pada perangkat GC dengan cara mengatur suhu


semua komponen GC (injektor, kolom dan detektor) menjadi 30ºC pada
File template.

10
6. HASIL PENGAMATAN
6.1 Data Hasil Pengamatan Data Kromatogram Larutan Seri Metanol
Seri Metanol Waktu retensi AUC Konsentrasi (%v/v)
1 1,902 9967439 0,005
2 2,301 16104027 0,0075
3 2,345 22197599 0,01
4 2,282 20876665 0,0125
5 2,331 32101321 0,015
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Data Kromatogram Larutan Seri Metanol

6.2 Data Hasil Pengamatan Data Kromatogram Larutan Seri Etanol

Seri etanol Waktu retensi AUC Konsentrasi (%v/v)


1 2,140 11116034 10

2 2,449 19712042 20

3 2,491 31626323 30

4 2,494 39587920 40

5 2,480 47128799 50

Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Data Kromatogram Larutan Seri Etanol

6.3 Data Hasil Pengamatan Data Kromatogram Larutan Uji


Konsentrasi (%v/v) Waktu retensi AUC
Larutan
Etanol 30 % v/v 2,501 29989970
Uji 1
Metanol 0,01 % v/v 2,366 20452666
Etanol 30 % v/v 2,489 30301909
Uji 2
Metanol 0,01 % v/v 2,378 20998998
Etanol 30 % v/v 2,488 30010998
Uji 3
Metanol 0,01 % v/v 2,387 20232882
Tabel 3. Hasil Pengamatan pada Data Kromatogram Larutan Uji

11
6.4 Data Hasil Pengamatan Data Kromatogram Larutan Sampel
Waktu retensi AUC
Sampel
Etanol 2,494 50234543
Metanol 2,355 29762789
Tabel 4. Hasil Pengamatan pada Data Kromatogram Larutan Sampel
7. ANALISIS DATA
7.1 Penentuan Kurva Kalibrasi dan Persamaan Regresi Linier
7.1.1 Penentuan Kurva Kalibrasi dan Persamaan Regresi Linier Seri Metanol
Berdasarkan data konsentrasi dan nilai AUC 4 larutan seri konsentrasi metanol
yang didapat yaitu seri 1, 2, 4 dan 5 dibuat kurva kalibrasi sehingga diperoleh
persamaan regresi linier serta nilai linieritas. .

Kurva Regresi Linear Seri Metanol


35000000
30000000
25000000
AUC

20000000
15000000
10000000
y = 2206003817x - 588689.2857
5000000 R² = 0.998
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
Kosentrasi (%v/v)

Grafik 1. Kurva Kablibrasi Seri Metanol


Berdasarkan data kurva kalibrasi, diperoleh nilai a adalah – 588689,2857 ;
nilai b adalah 2206003817 dan nilai r2 = 0,998. Sehingga persamaan regresi linier
y = bx + a yang diperoleh adalah y = 2206003817x – 588689,2857.
• Interpretasi : Nilai r2 yang didapat yaitu 0,998 sehingga persamaan regresi
linier sudah memenuhi syarat linieritas dari variasi konsentrasi yaitu nilai r2 ≥
0,98 (Kemenkes RI, 2014).
7.1.2 Penentuan Kurva Kalibrasi dan Persamaan Regresi Linier Seri Etanol

12
Berdasarkan data konsentrasi dan nilai AUC 5 larutan seri konsentrasi etanol
dibuat kurva kalibrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linier serta nilai
linieritas.

Kurva Regresi Linear Seri Etanol


60000000
y = 919014.08x + 2263801.2
50000000
R² = 0.993307063
40000000
AUC

30000000
20000000
10000000
0
0 10 20 30 40 50 60
Kosentrasi (%v/v)

Grafik 2. Kurva Kalibrasi Seri Etanol


Berdasarkan data kurva kalibrasi, diperoleh nilai a adalah 2263801,2 ; nilai
b adalah 919014,08 dan nilai r2 = 0,996. Sehingga persamaan regresi linier y = bx
+ a yang diperoleh adalah y = 919014,08x + 2263801,2.
• Interpretasi : Nilai r2 yang didapat yaitu 0,996 sehingga persamaan regresi
linier sudah memenuhi syarat linieritas dari variasi konsentrasi yaitu nilai r2 ≥
0,98 (Kemenkes RI, 2014).
7.2 Perhitungan LOD dan LOQ
7.2.1 Perhitungan LOD dan LOQ Metanol
Diketahui :
- Konsentrasi seri 1 = 0,005 % v/v
- Konsentrasi seri 2 = 0,0075 % v/v
- Konsentrasi seri 3 = 0,01% v/v
- Konsentrasi seri 5 = 0,015 % v/v
- AUC larutan seri 1 = 9967439
- AUC larutan seri 2 =16104027
- AUC larutan seri 3 = 22197599

13
- AUC larutan seri 5 = 32101321
- Persamaan regresi linier : y = 2206003817x – 588689,2857
- b = 2206003817
Ditanya :
- LOD dan LOQ = …. ?
Jawab :
- Seri 1
y = 2206003817x – 588689,2857
y” = 2206003817 (0,005) - 588689,2857
y” = 10441329,8
- Seri 2
y = 2206003817x – 588689,2857
y” = 2206003817 (0,0075) - 588689,2857
y” = 15956339,34
- Seri 3
y = 2206003817x – 588689,2857
y” = 2206003817 (0,01) - 588689,2857
y” = 21471348,88
- Seri 5
y = 2206003817x – 588689,2857
y” = 2206003817 (0,015) - 588689,2857
y” = 32501367,97
Simpangan Baku
C (% v/v) Y y” (y-y”)2

0,005 9967439 10441329,8 2,245724903x1011

0,0075 16104027 15956339,34 2,181164492x1010

0,01 22197599 21471348,88 5,274292368x1011

0,015 32101321 32501367,97 1,600375782x1011

14
Σ (y-y”)2 9,338509502x1011

∑ (y− y' ')


2

- Sy/x =
n− 2

9,338509502 x 1011
Sy/x =�
4-2

Sy/x = 683319,4532 % v/v


- LOD
Sy

LOD = x
b
3 x 683319,4532 % v/v
LOD =
2206003817
LOD = 9,292633 x 10-4 % v/v
Sy
10 ×
- LOQ = x
b
10 x 683319,4532 % v/v
LOQ =
2206003817
LOQ = 30975443 x 10-3 % v/v

• Interpretasi : Nilai LOD metanol yang diperoleh yaitu 9,292633 x 10-4 %


v/vdan dan nilai LOQ yang diperoleh yaitu 30975443 x 10-3 % v/v. Konsentrasi
sampel yang digunakan harus berada di atas nilai LOD dan LOQ tersebut untuk
dapat diidentifikasi dan dikuantifikasi.
7.2.2 Perhitungan LOD dan LOQ Etanol
Diketahui :
- Konsentrasi seri 1 = 10 % v/v
- Konsentrasi seri 2 = 20 % v/v
- Konsentrasi seri 3 = 30 % v/v
- Konsentrasi seri 4 = 40 % v/v
- Konsentrasi seri 5 = 50 % v/v

15
- AUC larutan seri 1 = 11116034
- AUC larutan seri 2 = 19712042
- AUC larutan seri 3 = 31626323
- AUC larutan seri 4 =39587920
- AUC larutan seri 5 =47128799
- Persamaan regresi linier : y = 919014,08x + 2263801,2
- b = 919014,08
Ditanya:
- LOD dan LOQ = … ?
Jawab :
- Seri 1
y = 919014,08x + 2263801,2
y” = 919014,08 (5) + 2263801,2
y” = 11453942
- Seri 2
y = 919014,08x + 2263801,2
y” = 919014,08 (20) + 2263801,2
y” = 20644082,8
- Seri 3
y = 919014,08x + 2263801,2
y” = 919014,08 (30) + 2263801,2
y” = 29834223,6
- Seri 4
y = 919014,08x + 2263801,2
y” = 919014,08 (40) + 2263801,2
y” = 39024364,4
- Seri 5
y = 919014,08x + 2263801,2
y” = 919014,08 (50) + 2263801,2
y” = 48214505,2

16
C (% v/v) Y y” (y-y”)2

10 11116034 11453942 1,141818165x1011


20 19712042 20644082,8 8,687000529 x1011
30 31626323 29834223,6 3,211620259 x1012
40 39587920 39024364,4 3,175949143 x1011
50 47128799 48214505,2 1,178757953 x1012
Σ (y-y”)2 5,690854996 x1012

Σ (y– y')2
- Sy/x = �
n -2

Sy� 5,690854996 x 1012


x =� 5-2

Sy�
x = 1377298,684 % v/v

- LOD
Sy

LOD = x
b
3 × 1377298,684 % v/v
=
919014,08
= 4,496 % v/v
- LOQ
Sy
10 ×
LOQ = x
b
10 × 1377298,684 % v/v
=
919014,08
= 14,987 % v/v
• Nilai LOD etanol yang diperoleh yaitu 4,496 % v/v dan dan nilai LOQ yang
diperoleh yaitu 14,987 % v/v. Konsentrasi sampel yang digunakan harus berada di
atas nilai LOD dan LOQ tersebut untuk dapat diidentifikasi dan dikuantifikasi.

17
7.3 Perhitungan Larutan Uji
7.3.1 Perhitungan Larutan Uji Metanol
- Larutan Uji 1 (AUC = 20452666)
y = 2206003817x – 588689,2857
20452666 = 2206003817x – 588689,2857
x = 0,00954 % v/v
- Larutan Uji 2 (AUC = 20998998)
y = 2206003817x – 588689,2857
20998998 = 2206003817x – 588689,2857
x = 0,00979 % v/v
- Larutan Uji 3 (AUC = 20232882)
y = 2206003817x – 588689,2857
20232882 = 2206003817x – 588689,2857
x = 0,00944 % v/v

- Presisi
No. x (% v/v) x� (% v/v) (x-x�)2
1. 0,00954 0,00959 2,5 x10-8
2. 0,00979 0,00959 4 x10-8
3. 0,00944 0,00959 2,25 x10-8
Σ (x-x�)2 8,75 x10-8

2
∑(x−x
�)
SD = � n−1

-8
= �8,75 x10
3-1

-8
= �8,75 2x10

= 2,09 x 10-4
SD
% RSD = x 100%
x�

18
2,09 x10-4
= x 100%
0,00959
= 2,18 %
• Interpretasi : Berdasarkan nilai % RSD yang diperoleh maka metode
dinyatakan tidak valid karena melewati persyaratan presisi yang baik yaitu ≤
2% (Harmita, 2004).
- Akurasi
- Larutan uji 1
Kadar yang diperoleh
% Recovery = x 100%
Kadar sebenarnya
0,00954 % v/v
= x 100%
0,01 % v/v
= 95,4 %
- Larutan uji 2
Kadar yang diperoleh
% Recovery = x 100%
Kadar sebenarnya
0,00979% v/v
= x 100%
0,01 % v/v
= 97,9 % v/v
- Larutan uji 3
Kadar yang diperoleh
% Recovery = x 100%
Kadar sebenarnya
0,00944% v/v
= x 100%
0,01 % v/v
= 94,4 % v/v
- % Recovery rata-rata
95,4%+97,9%+94,4%
% Recovery rata-rata =
3
= 95,5 %
• Interpretasi : Berdasarkan nilai % recovery yang diperoleh maka metode
dinyatakan valid karena nilai perolehan kembali yang diperoleh berada pada
rentang 95%-105% (Kemenkes RI, 2014).

19
7.3.2 Perhitungan Larutan Uji Etanol
- Larutan Uji 1 (AUC = 29989970)
y = 919014,08x + 2263801,2
29989970 = 919014,08x + 2263801,2
x = 30,169 % v/v
- Larutan Uji 2 (AUC = 30301909)
y = 919014,08x + 2263801,2
30301909 = 919014,08x + 2263801,2
x = 30,509% v/v
- Larutan Uji 3 (AUC = 30010998)
y = 919014,08x + 2263801,2
30010998 = 919014,08x + 2263801,2
x = 30,192 % v/v
- Presisi
No. x (μg/mL) � (μg/mL)
𝒙𝒙 (x-𝒙𝒙�)2
1. 30,169 30,29 0,014641
2. 30,509 30,29 0,047961
3. 30,192 30,29 9,604 x10-3
Σ (y-y”)2 0,072206

2
∑ (x-x� )
SD =�
n-1

0,072206
=�
3-1

0,072206
=�
2

= 0,19
SD
% RSD = x 100%
x�

20
0,19
= x 100%
30,29
= 0,627%
• Interpretasi : Berdasarkan % RSD yang diperoleh, maka metode dinyatakan
valid karena memenuhi persyaratan presisi yang baik yaitu ≤ 2% (Harmita,
2004).
- Akurasi
- Larutan uji 1
Kadar yang diperoleh
% Recovery = x 100%
Kadar sebenarnya
30,169% v/v
= x 100%
30 % v/v
= 100,563%
- Larutan uji 2
Kadar yang diperoleh
% Recovery = x 100%
Kadar sebenarnya
30,509% v/v
= x 100%
30 % v/v
= 101,697%
- Larutan uji 3
Kadar yang diperoleh
% Recovery = x 100%
Kadar sebenarnya
30,192% v/v
= x 100%
30 % v/v
= 100,64 %
- % Recovery rata-rata
100,563%+101,697%+100,64%
% Recovery rata-rata =
3
= 100,967 %
• Interpretasi : Berdasarkan nilai % recovery yang diperoleh maka metode
dinyatakan valid karena nilai perolehan kembali yang diperoleh berada pada
rentang 95%-105% (Kemenkes RI, 2014).

21
7.4 Penetapan Kadar Sampel
7.4.1 Penetapan Kadar Metanol
Diketahui :
- AUC sampel = 29762789
- Persamaan regresi linier y = 2206003817x – 588689,2857
Ditanya :
- Kadar metanol dalam larutan sampel = … ?
Jawab:
y = 2206003817x – 588689,2857
29762789 = 2206003817x – 588689,2857
x = 0,0137 % v/v
• Interpretasi : Kadar metanol dalam sampel tidak memenuhi syarat BPOM
yaitu kadar metanol dalam arak bali kurang dari 0,01 % v/v (BPOM RI, 2016).
7.4.2 Penetapan Kadar Etanol
Diketahui :
- AUC sampel = 50234543
- Persamaan regresi linier y = 919014,08x + 2263801,2
Ditanya :
- Kadar etanol dalam larutan sampel = … ?
Jawab:
y = 919014,08x + 2263801,2
50234543 = 919014,08x + 2263801,2
x = 52,19 % v/v
• Interpretasi : Kadar etanol dalam sampel telah memenuhi syarat BPOM yaitu
kadar etanol dalam arak bali lebih dari 30 % v/v (BPOM RI, 2016).
• Kesimpulan : Berdasarkan perhitungan penetapan kadar methanol dan etanol
dalam larutan sampel, maka dapat disimpulkan sampel tidak lolos uji karena
kandungan metanol tidak memenuhi syarat.
8. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar etanol dan metanol yang
terdapat dalam sampel arak bali melalui metode kromatografi gas. Kromatografi

22
gas (GC) adalah suatu proses dimana suatu campuran menjadi
komponenkomponennya oleh fase gas yang bergerak melewati suatu lapisan
serapan (sorben) yang stasioner (Watson, 2005). Dipilih metode GC dalam
praktikum karena metode GC memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan metode pemisahan lainnya, yaitu karena metode GC lebih efisien, jumlah
sampel dan pelarut yang digunakan sedikit, dan memiliki resolusi dan hasil
pemisahan yang lebih baik dibandingkan metode kromatografi lapis tipis,
kromatografi kertas atau spektrofotometri (Winarno, 2002).
Kromatografi gas memiliki prinsip yaitu pemisahan yang didasarkan atas
perbedaan titik didih analit dalam suatu campuran dan afinitas senyawa tersebut
terhadap fase diam. Semakin rendah titik didih suatu senyawa dalam campuran
maka semakin cepat senyawa tersebut akan menguap dan terelusi menuju ke
detektor, semakin tinggi titik didih suatu analit maka semakin lama senyawa
tersebut menguap dan terelusi menuju ke detektor. Apabila analit memiliki
afinitas yang besar terhadap fase diam maka analit akan terdistribusi ke fase diam
dan semakin lama tertahan pada kolom. Apabila afinitas analit kecil terhadap
fase diam maka semakin cepat analit tersebut terelusi menuju ke detektor
(Gandjar dan Rohman, 2007). Pada kromatografi gas terdapat rasio distribusi,
dimana rasio distribusi adalah perbedaan distribusi masing-masing komponen
campuran yang terpisah pada fase diam di bawah pengaruh fase gerak (Susanti
dan Dachriyanusus, 2014).
Keuntungan dari kromatografi gas yaitu sensitifitasnya sangat tinggi
sehingga mampu mendeteksi senyawa tertentu dalam tingkatan piknogram
sedangkan kekurangan dari kromatografi gas yaitu analisis hanya dapat
dilakukan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap jika digunakan
senyawa yang tidak mudah menguap atau daya penguapannya rendah maka dapat
mengurangi sensitifitas alat. Hal tersebut dapat diatasi dengan proses derivatisasi,
yaitu proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang
mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dianalisis dengan menggunakan
kromatografi gas. Derivatisasi dapat dilakukan dengan esterifikasi, asilasi,
alkilasi, kondensasi, sililasi, dan siklisasi (Gandjar dan Rohman, 2012).

23
Praktikum ini dilakukan dengan pembuatan larutan yang terdiri dari larutan
baku etanol dan metanol, larutan seri, dan larutan uji; destilasi etanol dan
metanol; serta dilakukan penetapan kadar etanol dan metanol dengan metode
kromatografi gas yang terdiri dari optimasi kromatografi gas (conditioning),
analisis sampel (pengukuran larutan seri, uji, dan sampel); dan pendinginan
(cooling). Langkah pertama yaitu dilakukan pembuatan larutan. Larutan baku
yang dibuat adalah larutan baku etanol dengan konsentrasi 100% v/v dan larutan
baku metanol dengan konsentrasi 0,5% v/v. Tujuan dibuatnya larutan baku
adalah untuk memudahkan pemipetan dalam membuat larutan seri yang
konsentrasinya sangat kecil.
Larutan seri etanol dibuat dengan konsentrasi 10 % v/v, 20 % v/v, 30 %
v/v, 40 % v/v, 50 % v/v sebanyak 5 mL dan larutan seri metanol dibuat dengan
konsentrasi 0,005 % v/v, 0,0075 % v/v, 0,01 % v/v, 0,0125 %v/v, 0,015 % v/v.
Pembuatan larutan seri etanol dan larutan seri metanol dengan berbagai macam
konsentrasi didasarkan pada rentang perkiraan kadar etanol dan metanol yang
terdapat dalam sampel. Pembuatan larutan seri ini bertujuan agar kurva yang
didapatkan membentuk suatu garis linear dengan persamaan y = bx + a sehingga
diperoleh linearitas yang baik untuk membuat kurva baku yang menentukan
validasi metode linearitas dan penghitungan kadar sampel; penentu nilai batas
deteksi (LOD) dan batas untuk ditentukan kadarnya (LOQ). Selanjutnya, dibuat
larutan uji dengan kadar etanol 30% v/v dan metanol 0,01% v/v, dengan
pemilihan konsentrasi larutan uji ini diambil di antara rentang konsentrasi seri
yang dibuat. Larutan uji dibuat untuk menentukan nilai % recovery. Melalui
kurva kalibrasi akan dapat diketahui kadar etanol dan metanol yang terkandung
dalam sampel arak bali (Gandjar dan Rohman, 2007).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), penetapan kadar etanol
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode dengan cara destilasi dan cara
kromatografi gas cair (KGC) (Depkes RI, 1995). Selanjutnya larutan uji dan
larutan seri diinjeksikan ke dalam kromatografi gas dengan menggunakan micro
syringe sebanyak 1 mikroliter. Setelah penginjeksian, micro syringe tidak boleh
langsung dicabut namun harus ditunggu beberapa saat, tujuannya agar alat tidak

24
mengalami kerusakan. Larutan uji tersebut akan dianalisis dengan metode
kromatografi gas dan ditentukan kadarnya berdasarkan nilai AUC yang
dihasilkan. Kemudian dihitung nilai % recovery dari analisis yang dilakukan
pada larutan uji. Sebelum diidentifikasi dengan kromatografi gas, sampel arak
bali dipreparasi terlebih dahulu untuk memenuhi persyaratan dari kromatografi
gas. Pada praktikum ini, metode preparasi sampel yang digunakan adalah
destilasi. Destilasi merupakan proses pemisahan komponen berdasarkan
perbedaan titik didih antar komponen. Komponen dengan titik didih paling
rendah akan menguap terlebih dahulu daripada komponen dengan titik didih
yang lebih tinggi, sehingga metanol yang memiliki titik didih 64°-65°C akan
menguap terlebih dahulu dari pada etanol yang memiliki titik didih 78°C.
Destilasi dilakukan karena alat kromatografi gas yang sangat sensitif dan mudah
rusak apabila langsung dimasukkan oleh sampel arak bali sehingga perlu
dilakukan preparasi sampel dengan metode destilasi. Metode ini dipilih karena
analit yaitu etanol dan metanol mudah menguap. Prinsip destilasi adalah
perbedaan titik didih dimana yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu (Sudjadi, 1986). Sehingga waktu retensi metanol akan
lebih cepat dari etanol. Waktu retensi metanol yaitu 2,125 menit (Underwood
dan Day, 2002) sedangkan waktu retensi dari etanol yaitu 2,467 menit (Tioscione
et al., 2011). Pada analisis menggunakan kromatografi gas cair, air yang
digunakan harus berstandar WFI (Water For Injection) yang telah dimurnikan
dengan destilasi atau reverse osmosis dan tidak mengandung substansi tambahan.
Penambahan WFI bertujuan untuk menjaga volume di dalam labu agar tidak
terjadi kekosongan akibat menguapnya sampel yang dapat menyebabkan labu
tersebut pecah.
Terdapat tiga tahap analisis yang ada pada metode kromatografi gas yaitu
pengkondisian, analisis, dan pendinginan. Pengkondisian (conditioning)
merupakan tahap pertama yang harus dilakukan dan bertujuan untuk
menghindari perubahan pada waktu retensi agar tidak mempengaruhi selektivitas
dan efisiensi pemisahan, serta menghilangkan komponen-komponen yang dapat
mengkontaminasi detektor. Conditioning dilakukan dengan mengatur sistem

25
seperti, suhu injektor, kolom, dan suhu detektor. Suhu pada sistem injeksi,
kolom, dan detektor harus tetap dijaga agar tidak mengalami penurunan saat
dilakukan proses pemisahan, karena selain dapat mengganggu proses pemisahan,
hal ini juga dapat merusak alat kromatografi. Pemisahan dengan suhu terpogram
mampu meningkatkan resolusi komponen-komponen dalam suatu campuran
yang mempunyai titik didih pada kisaran yang luas serta mampu mempercepat
keseluruhan waktu analisis, karena senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi
akan terelusi dengan cepat (Gandjar dan Rohman, 2007). Kemudian diatur laju
alir kolom, udara, hidrogen dan helium. Hidrogen adalah gas pembakar yang
digunakan pada praktikum kali ini. Gas hidrogen berfungsi untuk membakar
sampel sehingga akan terurai menjadi ion yang dapat meningkatkan daya hantar
dan arus listrik diantara dua elektroda. Gas helium merupakan gas pembawa
yang berfungsi untuk membawa sampel menuju ke kolom. Kolom yang
digunakan yaitu kolom kapiler yang didalamnya mengandung fase diam bersifat
polar yaitu polietilenglikol berbentuk semipadat.
Praktikum ini menggunakan detektor FID (Flame Ionization Detector)
yang merupakan detektor umum untuk analisis senyawa organik, memiliki
sensitivitas tinggi, berbagai respon linear besar, dan kebisingan yang rendah.
Selain itu, FID mudah digunakan, tetapi bersifat destruktif (menghancurkan
sampel). Pada detektor juga diperoleh waktu retensi yang akan membantu dalam
mengetahui senyawa dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Setelah proses
conditioning selesai, kemudian dilakukan analisis. Tahap analisis dilakukan
dengan menyuntikkan sampel ke dalam ruang suntik sampel. Ruang suntik
sampel berfungsi untuk menghantarkan sampel ke dalam aliran gas pembawa.
Injeksi seri standar etanol dan metanol dilakukan dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi dengan menggunakan microliter syringe. Apabila injeksi seri
standar etanol dan metanol dilakukan dari konsentrasi tinggi ke rendah maka
setiap diinjeksi harus dilakukan pencucian syringe terlebih dahulu. Apabila tidak
dilakukan pencucian ditakutkan kadar seri yang lebih rendah memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi karena masih adanya seri dengan kadar lebih tinggi
yang tertinggal pada syringe jika tidak dicuci. Setelah kromatografi gas

26
disiapkan, kemudian ditekan tombol start, ditunggu running sampel sampai
keluar kromatogram. Dalam kromatografi gas, ketika sampel yang diinjeksikan
adalah sampel berupa cairan, akan dibakar oleh gas pembakar yaitu
hidrogen sehingga cairan tersebut menguap dan menghasilkan ion-ion yang
kemudian dibawa oleh gas pembawa yaitu gas helium menuju ke kolom.
Komponen di dalam sampel yang terdapat pada kolom mengalami pemisahan
yang mana komponen dengan titik didih lebih rendah akan keluar lebih dulu dari
kolom dan menuju detektor. Kemudian komponen dideteksi oleh detektor
ionisasi nyala, direkam oleh amplifier, dan diterjemahkan oleh komputer dalam
bentuk kromatogram. Tahap pendinginan (cooling) yaitu tahap terjadi penurunan
suhu instumen kolom kromatografi agar penurunan suhu pada kolom terjadi
secara bertahap. Hasil dari metode kromatografi gas berupa waktu retensi dan
AUC atau Area Under Curve. Waktu retensi merupakan waktu yang dibutuhkan
bagi suatu senyawa untuk tertahan dalam kolomnya. Pemisahan dengan GC akan
menghasilkan peak-peak dan AUC (Area Under Curve). AUC menggambarkan
naik turunnya kadar suatu senyawa sebagai fungsi dari waktu (Hendayana dkk,
1994).
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan hasil kadar
sampel yg didapat dengan standar yang ditentukan oleh BPOM. Apabila sesuai
dengan ketentuan, maka sampel dapat disimpulkan layak dikonsumsi dan apabila
tidak sesuai, maka dinyatakan tidak layak. Ketentuan yang dinyatakan pada arak
bali, yaitu mengamdung etanol tidak kurang dari 30% v/v dan metanol tidak lebih
dari 0,01% v/v (BPOM RI, 2016). Berdasarkan kurva kalibrasi metanol diperoleh
persamaan regresi linier larutan seri metanol, yaitu y = 2206003817x –
588689,2857 dengan nilai r2 = 0,998 sehingga sudah memenuhi syarat linieritas
yaitu koefisien korelasi kuadrat (r2) ≥ 0,98 dengan kemiringan harus tidak berada
secara bermakna dari nol (Kemenkes RI, 2014). Sedangkan kurva kalibrasi etanol
diperoleh persamaan regresi linier larutan seri etanol, yaitu y = 919014,08x +
2263801,2 dengan nilai r2 = 0,996 sehingga sudah memenuhi syarat linieritas yaitu
koefisien korelasi kuadrat (r2) ≥ 0,98 dengan kemiringan harus tidak berada secara
bermakna dari nol (Kemenkes RI, 2014). Setelah mendapatkan persamaan regresi

27
linear, dilakukan perhitungan validasi metode parameter LOD dan LOQ
menggunakan larutan seri. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ)
untuk kandungan metanol dalam sampel arak bali secara berturut-turut yaitu
9,292633 x 10-4 % v/v dan 30975443 x 10-3 % v/v. Batas deteksi (LOD) dan batas
kuantifikasi (LOQ) untuk kandungan etanol dalam sampel arak bali secara
berturut-turut, yaitu 4,496 % v/v dan 14,987 % v/v. Konsentrasi sampel yang
digunakan harus berada di atas nilai LOD dan LOQ tersebut untuk dapat
diidentifikasi dan dikuantifikasi. Perolehan kembali larutan uji etanol rata-rata
yang diperoleh 100,967%, sedangkan perolehan kembali larutan uji metanol rata-
rata yang diperoleh 95,5%. Perolehan kembali larutan uji etanol dan metanol
sudah memenuhi persyaratan karena berada dalam rentang perolehan kembali
antara 95-105% dari jumlah yang ditambahkan (Kemenkes RI, 2014).
Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan untuk membawa keluar suatu
komponen dari dalam kolom kromatografi. Nilai k yang tinggi mengindikasikan
sampel memerlukan waktu dalam berinteraksi dengan fase diam terlebih dahulu
hingga keluar dari kolom saat tepat dalam konsentrasi maksimum (Crawford,
2011). Waktu retensi etanol yang diperoleh dari sampel arak bali yaitu 2,494
menit. Sedangkan waktu retensi metanol yang diperoleh dari sampel arak bali
2,355menit. Kadar etanol dalam larutan sampel yang diperoleh yaitu 52,19 %
v/v, telah memenuhi syarat BPOM yaitu kadar etanol dalam arak bali lebih dari
30 % v/v (BPOM RI, 2016). Sedangkan kadar metanol dalam larutan sampel
yang diperoleh yaitu 0,0137 % v/v, tidak memenuhi syarat BPOM yaitu kadar
metanol dalam arak bali kurang dari 0,01 % v/v (BPOM RI, 2016). Sehingga
minuman arak bali yang diuji tidak layak dikonsumsi dan diedarkan.
Kandungan metanol melebihi batas kemungkinan dikarenakan sampel yang
digunakan merupakan arak bali yang dioplos. Hal tersebut dilakukan karena
harga metanol lebih murah sehingga meninimalkan modal yang dikeluarkan
pedagang. Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasanya
digunakan sebagai pelarut di industri. Pedagang tersebut tidak mengetahui
bahaya dari bahan tambahan yang digunakan untuk memodifikasi arak (Astuti
dan Mustika, 2019). Adapun faktor lain yang mungkin menyebabkan hasil data

28
rusak, yakni detektor dan sampel telah terkontaminasi dengan air yang
diakibatkan pada saat preparasi sampel digunakan suhu yang tinggi sehingga air
ikut mengalami destilasi. Selain itu, dapat disebabkan oleh syringe, injektor,
detektor ataupun kolom yang terkontaminasi, bocornya injektor, split ratio terlalu
tinggi, penginjeksian yang tidak baik, adanya masalah pada aliran gas pembawa
dan terdapat sisa-sisa sampel dari proses analisis sebelumnya (Phenomenex,
2014).
9. KESIMPULAN
9.1 Prinsip kromatografi gas yaitu teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap (stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya.
9.2 Preparasi sampel pada penetapan kadar pengotor metanol dan etanol dalam
sampel minuman beralkohol dilakukan dengan metode destilasi. Destilasi
merupakan teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih
komponen yang memiliki perbedaan titik didih.
9.3 Diperoleh kadar etanol dalam larutan sampel yaitu sebesar 52,19 % v/v.
Sedangkan diperoleh kadar metanol dalam larutan sampel yaitu sebesar
0,0137 % v/v.
9.4 Kadar etanol dalam sampel telah memenuhi syarat BPOM yang
menyatakan kadar etanol dalam arak bali lebih dari 30% v/v. Sedangkan
kadar metanol dalam sampel tidak memenuhi syarat BPOM yang
menyatakan kadar metanol dalam arak bali kurang dari 0,01 % v/v.
Sehingga minuman arak bali yang diuji tidak layak dikonsumsi dan
diedarkan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. P. W. dan I. G. Mustika. 2019. Identifikasi Jenis Alkohol pada Arak


yang Dijual di Kecamatan Sidemen, Karangasem dengan Menggunakan
Metode Kromatogradi Gas. Proceeding. Bali: Siniesa. ISBN: 978-602-
53420-3-5. 369-374.
Astuti, N. P. W., N. M. Suaniti, I G. Mustika. 2018. Validasi Metode Dalam
Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Dengan Menggunakan Kromatografi
Gas Detektor Ionisasi Nyala. Jurnal Kimia. 11(2): 128-133.
BPOM RI. 2016. Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Crawford, M. 2011. New Product Management. Tenth Edition. New York: Mc.
Graw Hill.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-135.
Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jeffery, G. H., J. Bassett, J. Mendham, R. C. Denney. 1989. Vogel Textbook of
Quantitative Chemical Analysis. 5th Edition. UK: Longman Group.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.
Susanti, M. dan Dachriyanus. 2014. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang:
LPTIK Universitas Andalas.

30
Tiscione, N. B., H. Alford, D. T. Yeatman, dan X. Shan. 2011. Ethanol Analysis
by Headspace Gas Chromatography with Simultaneous Flame-Ionization
and Mass Spectrometry Detection. Journal of Toxicology. 35: 501-510.
Underwood, A. L. dan R. A. Day. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Watson, G. 2009. Analisis Farmasi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

31

Anda mungkin juga menyukai