Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR KIMIA ANALITIK

ANALISA KUANTITATIF

Disusun oleh : Fitria Salsabila Bukhori Muslim


NIM : 2008076057
Prodi : Pendidikan Kimia

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2021
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

A. Tujuan
1. Praktikan melakukan standarisasi dengan metode Argentometri.
2. Praktikan mampu melakukan standarisasi dengan metode
Kompleksometri
B. Dasar teori
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal
dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak
adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati. (Mulyono,2005)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion
perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi
penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri
tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga
dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan
beberapa anion divalent seperti ion fosfat dan ion arsenat.(Kisman,1988)
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
(Kisman,1988)
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion
perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya
adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan
membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi
dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode


Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas
maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk
menentukan titik ekuivalen. (Kisman,1988)
1. Metode Fajans
Prinsip : Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada
dua tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator
absorpsi (fluorescein). Indicator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi
argentometri. Titrasi argentometri yang menggunakan indicator
adsorbsi ini dikenal dengan sebutan titrasi argentometri metode Fajans.
Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi ion klorida dengan larutan
standart Ag+. (Mulyono,2005)
2. Metode Volhard
Prinsip: Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar
AgNO3 ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang
mengandung ion halida. Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan
yang lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan larutan standar
perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada
larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi
dengan menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan
menggunakan indicator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi
dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna
merah.(Mulyono,2005)
3. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi
Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi
antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS) dengan
ion Ag+ dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak
halida (AgX). Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat
ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat.
Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi
berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer.
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada
saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator
membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (Mulyono,2005)
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Buret dan statif 1. Aquades
2. Pipet 2. Larutan AgNO3 0,01 N
3. Erlenmeyer 3. Larutan standar primer
4. Gelas beker NaCl 0,0100 N
5. Gelas ukur 4. Indikator K2CrO4 5%
6. Corong 5. Larutan Na2EDTA 0,01 M
6. Larutan standar primer
ZnSO4 0,0100 M
7. Larutan buffer pH 10
8. 8. Indikator EBT
(Eriochrome Back T)
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

D. Material Safety Data Sheet


1. AgNO3
Sifat Fisika dan Kimia
a. Keadaan fisik : padat
b. Bau : tidak berbau
c. Massa molar : 169,87 gram/mol
d. Densitas : 4,35 gram/cm3
e. Titik lebur :212°C
f. Warna : putih
g. Kelarutan : larut dalam aseton dan
alkohol
Potensi bahaya
Berbahaya bagi lingkungan, beracun dan juga korosif
2. K2CrO4
Sifat Fisika dan Kimia
a. Keadaan fisik : padat
b. Bau : berbau
c. Massa molar : 194,2 gram/mol
d. Titik lebur :975°C
e. Warna : kuning
Potensi bahaya
Iritasi, menyebabkan luka pada kulit
3. Na2EDTA
Sifat Fisika dan Kimia
a. Keadaan fisik : Kristal
b. Massa molar : 292,24 gram/mol
c. Densitas : 860 gram/cm3
d. Keasaman : 1782
e. Kebasaan : 12.215
Potensi bahaya
Berbahaya
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

4. ZnSO4
Sifat Fisika dan Kimia
a. Keadaan fisik : bubuk putih
b. Bau : tidak berbau
c. Massa molar : 161,47 gram/mol
d. Titik lebur :680°C
e. Titik didih :740°C
Potensi bahaya
Iritasi
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

E. Cara Kerja
1. Standarisasi Larutan AgNO3

NaCl 0,0100 N

Masukkan 5,0 ml NaCl 0,01 N ke dalam


erlenmeyer
Tambahkan 1 ml K2CrO4 5%
Titrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N sampai terbentuk
endapan merah bata. (titrasi dilakukan sebanyak 3 kali).
Hitung Normalitas AgNO3

HASIL

2. Standarisasi Larutan Na2EDTA

ZnSO4

Masukkan 10,0 ml ZnSO4 ke dalam erlenmeyer


Tambahkan 1 mL buffer pH 10 dan sedikit
serbuk EBT
Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru (titrasi
dilakukan sebanyak 3 kali).
Hitung Normalitas Na2EDTA:

HASIL
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

F. Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Data Pengamatan
a. Standarisasi Larutan AgNO3

Erlenmeyer Volume NaCl Volume AgNO3


1 5 mL 5,2 mL
2 5 mL 5,3 mL
3 5 mL 5,2 mL
Volume rata-rata 5 mL 5,23 mL

N1.V1 = N2.V2
5 mL. 0,01 N = N2. 5,23mL
5 𝑚𝐿.0,01 𝑁
= N2
5,23 𝑚𝐿
0,009 N = N2

b. Standarisasi Larutan Na2EDTA

Erlenmeyer Volume ZnSO4 Volume Na2


EDTA
1 10 mL 19,1 mL
2 10 mL 19,7 mL
3 10 mL 19,5 mL
Volume rata-rata 10 mL 19,4 mL

N1 =M.a
= 0,01 M. 2
= 0,02
N1.V1 = N2.V2
10 mL. 0,02 N = N2. 19,4mL
10 𝑚𝐿.0,02 𝑁
= N2
19,4 𝑚𝐿
0,01 N = N2
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

2. Pembahasan
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal
dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian
keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan
pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik
akhir titrasi yang mudah diamati. (Mulyono,2005)
Titrasikompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif
dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam
utamanya, yang umum di Indonesia EDTA (disodium ethylene diamin
tetra asetat / tritiplex/ komplekson, dll). Titrasi kopleksometri termasuk
ke dalam reaksi metatetik, karena dalam titrasinya hanya terjadi
perubahan bilangan oksidasi (biloks). Dalam titrasi kompleksometri
terjadi pembentukan kompleks yang stabil.
Titrasi kompleksometri terdiri dari 3 macam, yaitu: langsung,
tidak langsung, dan substitusi. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi
pembentukan ion – ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral
yang terdisosiasi dalam larutan. Syaratnya mempunyai kelarutan yang
tinggi. Contohya: kompleks logam EDTA dan titrasi dengan merkuro
nitrat dan perak sianida.
Percobaan kali ini bertujuan untuk melakukan standarisasi
melakukan metode argentometri dan kompleksometri. Pada percobaan
ini dilakukan dua percobaan standarisasi, yaitu standarisasi larutan
AgNO3 dan standarisasi larutan Na2EDTA.
Pertama pada percobaan standarisasi larutan AgNO3
menggunakan larutan NaCl sebagai bahan standarisasi. Sebanyak 5,0
ml larutan NaCl 0,01 N dimasukan kedalam erlenmeyer dan
ditambahkan dengan larutan K2CrO4 5% sebanyak 1 ml. Selanjutnya
larutan dititrasi menggunakan larutan AgNO3 sampai terbentuk larutan
berwarna merah bata, langkah ini dilakukan sebanyak 3 kali.
Setelah melakukan percobaan didapatkan hasil volume AgNO3
yaitu pada erlenmeyer 1 didapatkan volume sebesar 5,2 mL, pada
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

erlenmeyer 2 didapat volume sebesar 5,3 mL dan pada erlenmeyer 3


didapatkan volume sebesar 5,2 mL. Sehingga volume rata-ratanya
sebesar 5,23 mL. Dengan normalitas AgNO3 sebesar 0,009 N.
Selanjutnya pada percobaan standarisasi Na2EDTA digunakan
larutan ZnSO4 sebagai bahan standarisasi. Sebanyak 10 ml larutan
ZnSO4 dimasukkan dan ditambahkan dengan 1 ml buffer pH 10 dan
sedikit serbuk EBT. Selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01
M sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru,
langkah ini dilakukan sebanyak 3 kali.
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil volume
Na2EDTA yaitu pada erlenmeyer 1 volume Na2EDTA sebesar 19,1 mL,
pada erlenmeyer 2 sebesar 19,7 mL dan pada erlenmeyer 3 sebesar 19,5
mL, dengan volume rata-rata sebesar 19,4 mL. Dengan normalitas
Na2EDTA sebesar 0,01 N.
G. Kesimpulan
Pada percobaan standarisasi larutan AgNO3 diperoleh hasil volume
yaitu pada erlenmeyer 1 dengan volume 5,2 ml, erlenmeyer 2 dengan
volume 5,3 ml dan erlenmeyer 3 dengan volume 5,2 ml. Volume rata-rata
yang diperoleh adalah 5,23 ml. Sehingga pada hasil pengamatan didapatkan
nilai normalitas AgNO3 adalah 0,009 N. Pada percobaan ini terbentuk
endapan berwarna merah bata.
Pada percobaan standarisasi larutan Na2EDTA diperoleh hasil
volume erlenmeyer 1 dengan volume 19,1 ml, erlenmeyer 2 dengan volume
19,7 ml dan erlenmeyer 3 dengan volume 19,5 ml. Sehingga diperoleh
volume rataratanya adalah 19,4 ml. Pada percobaan ini warna larutan
berwarna biru dengan normalitas sebesar 0,01 N.
PERCOBAAN
ARGENTOMETRI - KOMPLEKSOMETRI

DAFTAR PUSTAKA

HAM, Mulyono : 2005. Kamus KIMIA Badung : Bumi Angkasa


Ibnu, M Shodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik JICA. Malang : Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Malang.
Khopkar, S.M,. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramadia Pustaka
Utama: Jakarta.
Harjadi, W., 1990, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai