PROSES EKSTRAKSI
I.
1. Tujuan
Untuk menyari zat aktif yang terdapat dalam tumbuhan dengan
menggunakan pelarut organik.
A. MASERASI
1. Tujuan
Untuk menarik zat-zat berkhasiat dari simplisia yang tidak tahan pemanasan
maupun simplisia yang tahan pemanasan dengan jalan perendaman simplisia
dalam pelarut selama waktu tertentu.
2. Dasar Teori
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration
berasal dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam. Jadi maserasi dapat
diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan
untuk direndam dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (ansel, 1989). Maserasi biasanya
dilakukan pada temperatur 15o-20o C dalam waktu selama 3 hari sampai bahanbahan yang larut , melarut (Ansel, 1989).
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan
derajat kehalusan yang cocok, dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi
dangan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 hari, terlindung
dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari diserkai, ampas diperas.
Pada ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan
ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 3 hari kemudian endapan
dipisahkan. Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya
tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah
(proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan
antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).
3. Metode Kerja
a. Alat dan Bahan
Alat
1. 3 buah botol coklat
2. Alat gelas
3. Corong
Bahan
1. Sampel simplisia (bunga melati)
2. Methanol
b. Cara Kerja
1. Siapakan simplisia yang telah berbentuk serbuk halus (Jasmini Flos)
2. Masukan ke beaker glass
3. Masukan methanol kedalam beaker glass sampai simplisia terendam
4. Kemudian beaker glass di tutup dengan alumunium foil
5. Letakan beaker gelas padatempat yang terlindungi oleh cahaya
6. Biarkan selama 1 hari
7. Kemudian di dekantasi dan ampasnya di rendam lagi dengan
methanol
8. Lakukan sebanyak 3 kali selama 3 hari
9. Filtrat yang diperoleh dari maserasi disimpan
10. Masukan kedalam botol coklat agar minyak atsiri pada larutan tidak
menguap
4. Hasil
Tabel Pengamatan
No
1.
Jenis yang
diamati
Bunga melati
Perbandingan
Tingkat keharuman
5. Pembahasan
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas ataupun tahan panas.Namun biasanya maserasi digunakan untuk
mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang
belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang banyak
dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda
perendaman karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya
merendam sample tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila
diperlukan). Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan
adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu
kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya
dilakukan pengocokan secara berkala.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah simplisia dari bunga melati,
setelah dilakukan penyaringan selama 3 kali, hasil larutan jernih yang sebelumnya
keruh sebelum dilakukan maserasi.
a. Kelebihan Maserasi
Seperti dijelaskan diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan
panas ataupun tidak tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik,
dapat digunakan apa saja untuk proses perendaman.
b. Kekurangan Maserasi
Maserasi membutuhkan waktu yang lama, biasanya paling cepat 3 x 24 jam,
disamping itu membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak.
B. DESTILASI
1. Tujuan
sederhana, pemisahan ini dilakukan bedasarkan perbedan titik didih yang besar
atau untuk memisahkan zat cair dari campurannya yang yang berwujud padat.
Destilasi bertingkat, pemisahan ini dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih
yang berdekatan.. Destilasi uap, dilakukan untuk memisahkan suatu zat yang
sukar bercampur dengan air dan memiliki tekanan uapnyang relative tunggi atau
memiliki Mr yang tinggi (Auliani,2011).
Teori dasar destilasi yaitu perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih
memegang peranan yang penting pada proses evaporasi dan destilasi atau juga
pada proses biologi dan proses kimia lain seperti proses petroleum, pengendalian
temperatur suatu reaksi kimia, evaporasi suatu bahan pangan dan sebagainya.
Cairan yang sedang dididihkan biasanya ditampung dalam bejana dengan panas
yang berasal dari pipa-pipa pemanas yang horizontal atau vertikal. Pipa dan platplat tersebut dipanaskan dengan listrik, dengan cairan panas atau uap panas pada
sisi yang lain (Soebagio, 2003)
Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat
dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan
mendidih. Sebagai contoh adalah cairan murni didalam suatu tempat yang
tertutup. Pada suhu tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi
tertentu dan bergerak bebas secara tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi
setiap molekul dalam cairan hanya bergerak pada jarak pendek sebelum
dipengaruhi oleh molekul-molekul lain, sehingga arah geraknya diubah (Purba,
2004)
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen
tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua komponen tersebut terdapat dalam
fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan pada titik
didihnya. Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan
cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan
terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup
dapat menguap (Soebagio, 2003)
3. Metode Kerja
a. Alat dan Bahan
Alat
1. Kondensor
2. Aerator
3. Selang
4. Labu alas bulat
5. Pemanas listrik
6. Thermometer
7. Statif dan klem
8. Pemanas listrik
Bahan
1. Filtrat bunga melati hasil maserasi
b. Cara Kerja
1. Siapakan filtrat yang diperoleh dari hasil maserasi
2. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan cara dimasukan
kedalam labu destilasi
3. Catat banyaknya filtrat yang diuapkan
4. Kemudian yang setelah diuapkan
5. Setelah filtrat di uapkan kemudian ditimbang.
4. Hasil
Tabel pengamatan
Sampel
Volume
Volume
Awal
Destilat
180 ml
60 ml
Titik
Didih
Suhu
Konstan
Ekstrak
bunga
50o C
50o C
melati
5. Pembahasan
C. FRAKSINASI EKSTRAK
1. Tujuan
Memisahkan campuran senyawa berdasarkan kelarutan senyawa antara 2
fase yang saling tidak larut.
2. Dasar Teori
antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan
dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
Macam macam proses fraksinasi:
a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization) Fraksinasi kering adalah suatu proses
fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul dan komposisi dari suatu material.
Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil
kemurnian fraksinasinya rendah.
b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination) Fraksinasi basah adalah suatu
proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah (Wetting Agent) atau
disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari
proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c)
Proses
Fraksinasi
dengan
menggunakan
Solvent
(pelarut)/
Solvent
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan
Ekstrak bunga melati
Aquadest
N-hexan
Metanol
Etil asetat
b. Cara Kerja
1. Ekstrak dari hasil destilasi kemudian difraksinasi dengan pelarut organik
yang berbeda kepolarannya
2. Pelarut organik yang digunakan (heksana dan etilasetat)
3. Mulamula ekstrak kental dilarutkan dengan methanol 10 ml dan 10 ml
air
4. Kemudian di kocok dengan heksana 10 ml didalam corong pisah
5. Setelah dibiarkan beberapa lama akan terpisah antara lapisan air dan
lapisan heksana
6. Pengocokan dilakukan tiga kali berturut-turut
7. Kemudian fraksi pada heksana diuapkan
8. Amati hasil sebelum diuapkan dan sesudah diuapkan
9. Sedangkan fraksi airnya dikocok dengan etil asetat (10 ml)
10. Sebanyak tiga kali sehingga di peroleh fraksi etil asetat dan fraksi air
4. Hasil
Sampel
Ekstrak, methanol 10 ml ,
hexan 10 ml, air 10 ml
Hasil
Fraksi / fase hexan
Fraksi air
Pengamatan
Cairan putih keruh
Cairan bening
5. Pembahasan
Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang
lainnya. Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen
berdasarkan perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang terkandung
dalam tumbuhan.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Achmad.1965. Kimia inti & radio kimia. Bandung: Jajasan Karjawan
Kimia
Brady, James E.1999.Kimia untuk Universitas Asas dan Struktur.Jakarta: Binaupa
Aksara
Oxtoby, dkk.2001.Kimia Modern edisi keempat jilid 1.Jakarta: Erlangga
S, Syukri.1999.Kimia Muda 2.Bandung: ITB
12
LAMPIRAN GAMBAR
13
Proses Destilasi
14
BAB II
KRISTALISASI
II. 1. Tujuan
Untuk memurnikan dan memisahkan senyawa padat.
II. 2. Dasar Teori
Kristalisasi
adalah
proses
pembentukan
bahan
padat
dari
dalam
keadaan
lewat
jenuh
akan
membentuk
kristal.
(Ayuningtyas, 2011)
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan
pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau
larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini
adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting
dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga
100%.
Berikut mekanisme pembentukan kristal ;
1.
Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang
Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses
yaitu :
15
total
permukaan
kristal,
semakin
banyak
bahan
yang
di
16
5. Lampu spiritus
Bahan
1. Ekstrak bunga melati (substan)
2. Es batu
B. Cara Kerja
1. Substan dipanaskan dengan pelarut yang sesuai dalam jumlah yang kurang
sampai larut sempurna kemudian disaring panas (dalam praktikum ini tidak
menggunakan pelarut)
2. Simpan didalam beaker glass dalam kedaaan tertutup
3. Dibiarkan hingga mendingin
4. Dengan meletakan es batu didalam cawan penguap diletakan diatas beaker
glass
5. Substan biasanya dalam bentuk murni akan mengkristal
6. Kristalisasi terjadi dalam waktu beberapa jam
7. Kemudian ambil kristalisasi yang terbentuk
8. Masukan kedalam vial, tutup rapat
Catatan :
Substans hendaknya sedikit larut didalam pelarut , dalam keadaan dingin
dan larut baik dalam keadaan panas sedangkan senyawasenyawa pengotor
hendaknya larut baik didalam pelarut dalam keadaan dingin.
II. 4. Hasil
No
Perlakuan
Hasil
.
1.
II. 5. Pembahasan
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Keenan C.W. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Harjono 2008. Kimia Organik Dasar. Jakarta : Universitas Jakarta.
19
BAB III
KROMATOGRAFI KOLOM
III.
1. Tujuan
Pemisahan campuran senyawa dengan menggunakan suatu kolom untuk
analisa kualitatif.
III.
2. Dasar Teori
Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-
20
Fase gerak (mobile phase) merupakan pembawa analit dapat bersifat inert
maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak ini tidak hanya dalam
bentuk cairan tapi juga dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai
sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatile) (Denikrisna, 2010).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai
berikut;
(a) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan; \
(b) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan
padatan halus (adsorpsi = penyerapan);
(c) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk bereaksi secara kimia
(penukar ion). Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus
mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut
di dalamnya, teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan
terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil
pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi
(analisis kualitatif),
berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan senyawa yang telah murni. Kadang
kala hanya dengan menggunakan kolom kromatografi, target pemisahan campuran
telah berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang akan
dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut
akan tertinggal pada fase diam (Ismiarni, 2010).
III. 3. Metode Kerja
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung kolom
21
2. Statif / klem
3. Botol vial
4. Batang pengaduk / Spatula
Bahan
1. Ekstrak bunga melati
2. Etil asetat
3. Heksan
4. Silica gel kering
5. Kapas
B. Cara Kerja
FaseDiam
1. Siapkan kolom untuk fase diam pada kromatografi kolom
2. Masukan sedikit kapas pada kolom
3. Ambilah 40 gr silica gel kemudian dibasahi dengan etil asetat sampai larut
4. Kemudian masukan kedalam kolom sambil dinding kolom diketok-ketok
untuk mengeluarkan udara dan permukaan silica kering dan padat
5. Masukan substan pada kolom
FaseGerak
1. Kedalam kolom dimasukan fraksi etil asetat kemudian dielusi dengan
pemberian fase gerak, yaitu heksan dan etil asetat.
2. Dengan menggunakan perbandingan (1: 1), (1 : 2) , (1 : 3) , (1 : 4) , (1: 5)
3. Filtrat yang keluar di tampung dalam erlenmeyer (vial vial)
4. Di monitor dengan KLT dengan penampak noda lampu UV pada panjang
gelombang 254 nm yang memberikan RF sama di gabung
22
III.4. Hasil
Dari praktikum kromatografi kolom yang dilakukan didapatkan hasil data
sebagai berikut :
N
Perbandingan
o
1.
2.
3.
4.
5.
1:1
1:2
1:3
1:4
1:5
Cairan keruh
Cairan bening
Cairan bening
Cairan hijau muda
Cairan agak hijau
III.5. Pembahasan
Pada awal kromatografi di lakukan penimbangan cawan porselin dan gelas
kimia untuk mengetahui massa ekstrak dan silica gel dengan cara ekstrak jasmini
flos (bunga melati) di masukan kedalam cawan porselin dan di timbang hasilnya
di kurangi dari massa cawan porselin, kemudian akan di ketahui massa ekstrak
pada simplisia, cara yang sama di lakukan pada pengambilan bahan silica gel
untuk mengetahui massa silica gel.
Pada kromatografi kolom merupakan fase diam pada kromatografi fase
diam merupakan silica gel dan fase geraknya adalah hasil impregnasi antara
ekstrak dan silica gel, perbandingan antara ekstrak dan silica gel adalah 1 : 3 hasil
impregnasi ini kemudian dilarutkan dengan sedikit metanol agar mudah di
identifikasi sebelum di campur silica berwarna putih dan ekstrak berwarna hijau
bening setelah di campur warnanya menjadi putih keruh. Silica gel digunakan
sebagai fase diam, karena silica gel memiliki poripori dan tidak mudah bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik pada kolom ekstrak dan metanol merupakan
senyawa organik polar yang akan di identifikasi penyusun dan warnanya.
Ketika kolom tidak di tambahkan heksan dan etil asetat ekstrak
membutuhkan waktu lama untuk menuruni kolom (proses fraksinasi lama) tetapi
ketika di tambahkan bahan tersebut komponenkomponen ekstrak sangat cepat
23
menuruni kolom. Dari hasil ini didapatkan fraksi pertama berwarna keruh, kedua
bening, ketiga berwarna bening, keempat berwarna hijau muda, dan kelima
berwarna agak hijau.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN GAMBAR
26
BAB IV
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
IV.
1. Tujuan
Untuk memberikan informasi mengenai banyaknya komponen dalam analisa
kualitatif.
IV . 2. Dasar Teori
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida
lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT
juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang
diperoleh
dari
kromatografi
kolom,
identifikasi
senyawa
secara
27
28
Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas. Harga
Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk penentuan kadar, bercak
komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa
dengan metode lain yang tepat.
Aplikasi
KLT sangat
luas,
termasuk
dalam
bidang
organic
dan
Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan
tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalh karena
adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fuoresensi yang terdapat
pada lempeng. Fuoresensi cahaya yang tampak merupakan amisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat
enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi
Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm, noda akan berfuoresensi dan lempeng akan berwarna
gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom
yang ada pada noda tersebut.Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarka oleh komponen tersebut ketika electron yang terksitasi
dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembai ke
keadaan semula sambil melepaskan energi.
29
rf =
3. Uraian Bahan
1.
: DIETIL ETER
Nama lain
: Dieti, eter
30
Rumus molekul
: C2H5O
Jarak didih
36oC.
: METANOLUM
Nama lain
: methanol
Rumus molekul
: CH2OH
Berat jenis
: 0,796 0,798
Pemerian
Kelarutan
Dapat
bercampur
dengan
air
membentukcairan jernih
tidak berwarna.
3.
: HEXAMINUMUM
Nama lain
: Heksamina
RM/BM
: C6H12N4 / 140,19
Pemerian
31
Alat
1. Plat KLT
2. Chamber
3. Pensil mekanik
4. Penggaris
5. Pipa kapiler
6. Lampu UV
Bahan
1. Etil asetat 10 ml.
2. Heksan 10 ml
3. Hasil kromatografi kolom
B. Cara kerja
1. Cuplikan ditotolkan menggunakan pipet kapiler dengan jarak 15 nm dari tepi
bawah plat KLT
2. Spot dikeringkan dengan pengering udara
3. Dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan dalam bejana pemisah
yang telah di jenuhkan dengan fase gerak
4. Tentukan harga Rf
5. Catat hasil dan amati
6. Untuk menampakan noda digunakan lampu UV dengan panjang gelombang
254 nm
IV.4. Hasil
Tabel hasil pengamatan
Perbandinga
Jarak Komponen
Jarak Pelarut
(cm)
(cm)
1:1
2,4 cm
3,7 cm
0,64
1:2
2,0 cm
5,7 cm
0,54
1:3
1,5 cm
3,4 cm
0,44
1:4
1,4 cm
3,3 cm
0,42
1:5
0,7 cm
2,4 cm
0,29
Nilai Rf
32
Perhitungan nilai Rf
rf =
Perbandingan (1:1)
2,4 cm
rf =
3,7 cm = 0,64
Perbandingan (1:2)
2,0 cm
rf =
5,7 cm = 0,54
Perbandingan (1:3)
1,5 cm
rf =
3,4 cm = 0,44
Perbandingan (1:4)
1,4 cm
rf =
3,3 cm = 0,42
Perbandingan (1:5)
0,7 cm
rf =
2,4 cm = 0,29
IV.5. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen
yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan
fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak
dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan
komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya.
Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan
33
34
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN GAMBAR
37
38