Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PROSES EKSTRAKSI

I.

1. Tujuan
Untuk menyari zat aktif yang terdapat dalam tumbuhan dengan
menggunakan pelarut organik.
A. MASERASI
1. Tujuan
Untuk menarik zat-zat berkhasiat dari simplisia yang tidak tahan pemanasan
maupun simplisia yang tahan pemanasan dengan jalan perendaman simplisia
dalam pelarut selama waktu tertentu.
2. Dasar Teori
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration
berasal dari bahasa laitin macere, yang artiya merendam. Jadi maserasi dapat
diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan
untuk direndam dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (ansel, 1989). Maserasi biasanya
dilakukan pada temperatur 15o-20o C dalam waktu selama 3 hari sampai bahanbahan yang larut , melarut (Ansel, 1989).
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan
derajat kehalusan yang cocok, dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi
dangan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 hari, terlindung
dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari diserkai, ampas diperas.
Pada ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan
ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 3 hari kemudian endapan
dipisahkan. Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel
tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya
tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah
(proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan
antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 1989).
3. Metode Kerja
a. Alat dan Bahan
Alat
1. 3 buah botol coklat
2. Alat gelas
3. Corong
Bahan
1. Sampel simplisia (bunga melati)
2. Methanol
b. Cara Kerja
1. Siapakan simplisia yang telah berbentuk serbuk halus (Jasmini Flos)
2. Masukan ke beaker glass
3. Masukan methanol kedalam beaker glass sampai simplisia terendam
4. Kemudian beaker glass di tutup dengan alumunium foil
5. Letakan beaker gelas padatempat yang terlindungi oleh cahaya
6. Biarkan selama 1 hari
7. Kemudian di dekantasi dan ampasnya di rendam lagi dengan
methanol
8. Lakukan sebanyak 3 kali selama 3 hari
9. Filtrat yang diperoleh dari maserasi disimpan
10. Masukan kedalam botol coklat agar minyak atsiri pada larutan tidak
menguap
4. Hasil
Tabel Pengamatan
No
1.

Jenis yang
diamati
Bunga melati

Perbandingan

Tingkat keharuman

Larutan jernih setelah


dilakukan penyaringan

Bau khas bunga


melati

5. Pembahasan
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas ataupun tahan panas.Namun biasanya maserasi digunakan untuk
mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau senyawa yang
belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang banyak
dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda
perendaman karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya
merendam sample tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila
diperlukan). Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan
adanya gerak kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu
kamar walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya
dilakukan pengocokan secara berkala.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah simplisia dari bunga melati,
setelah dilakukan penyaringan selama 3 kali, hasil larutan jernih yang sebelumnya
keruh sebelum dilakukan maserasi.
a. Kelebihan Maserasi
Seperti dijelaskan diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan
panas ataupun tidak tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik,
dapat digunakan apa saja untuk proses perendaman.

b. Kekurangan Maserasi
Maserasi membutuhkan waktu yang lama, biasanya paling cepat 3 x 24 jam,
disamping itu membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak.

B. DESTILASI
1. Tujuan

Untuk memisahkan atau menguapkan pelarut dari maserat.


2. Dasar Teori
Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan pengembunan kembali uap
tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu cairan adalah suhu dimana tekanan
uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan kembali disebut
destilat. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya, dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya
yang mempunyai perbedaan titik didih cairan murni. Pada destilasi biasa, tekanan
uap di atas cairan adalah tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa
murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat
terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Purba 2004)
Untuk memisahkan alkohol dari campuran dan meningkatkan kadar alkohol,
beer perlu didestilasi. Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan
etanol dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponenkomponen yang berbeda nyata suhu didihnya, destilasi merupakan cara yang
paling mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara
thermal adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 100 o C dan
etanol mendidih pada sekitar 77o C. Perbedaan dalam titik didih inilah yang
memungkinkan pemisahan campuran etanol air. Prinsip: jika larutan campuran
etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada
air. Jika uap-uap ini didinginkan (dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam
cairan yang dikondensasikan itu akan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya.
Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka
konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus, sampai
sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada
batasnya. Pada larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih
yang sama (azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 96% alkohol ini dipanaskan,
maka rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama. Jika
dengan cara distilasi ini, alcohol tidak bias lebih pekat dari 96 %.
Pemisahan dan pemurnian senyawa organik dari suatu campuran senyawa
dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan karakter sample. Destilasi

sederhana, pemisahan ini dilakukan bedasarkan perbedan titik didih yang besar
atau untuk memisahkan zat cair dari campurannya yang yang berwujud padat.
Destilasi bertingkat, pemisahan ini dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih
yang berdekatan.. Destilasi uap, dilakukan untuk memisahkan suatu zat yang
sukar bercampur dengan air dan memiliki tekanan uapnyang relative tunggi atau
memiliki Mr yang tinggi (Auliani,2011).
Teori dasar destilasi yaitu perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih
memegang peranan yang penting pada proses evaporasi dan destilasi atau juga
pada proses biologi dan proses kimia lain seperti proses petroleum, pengendalian
temperatur suatu reaksi kimia, evaporasi suatu bahan pangan dan sebagainya.
Cairan yang sedang dididihkan biasanya ditampung dalam bejana dengan panas
yang berasal dari pipa-pipa pemanas yang horizontal atau vertikal. Pipa dan platplat tersebut dipanaskan dengan listrik, dengan cairan panas atau uap panas pada
sisi yang lain (Soebagio, 2003)
Perbedaan sifat campuran suatu fase dengan campuran dua fase dapat
dibedakan secara jelas jika suatu cairan menguap, terutama dalam keadaan
mendidih. Sebagai contoh adalah cairan murni didalam suatu tempat yang
tertutup. Pada suhu tertentu molekul-molekul cairan tersebut memiliki energi
tertentu dan bergerak bebas secara tetap dan dengan kecepatan tertentu. Tetapi
setiap molekul dalam cairan hanya bergerak pada jarak pendek sebelum
dipengaruhi oleh molekul-molekul lain, sehingga arah geraknya diubah (Purba,
2004)
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut
didinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi distilasi merupakan metode
yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi komponen-komponen
tersebut antara fasa uap dan fasa air. Semua komponen tersebut terdapat dalam
fasa cairan dan uap. Fasa uap terbentuk dari fasa cair melalui penguapan pada titik
didihnya. Syarat utama dalam operasi pemisahan komponen-komponen dengan
cara distilasi adalah komposisi uap harus berbeda dari komposisi cairan dengan
terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya cukup
dapat menguap (Soebagio, 2003)

3. Metode Kerja
a. Alat dan Bahan
Alat
1. Kondensor
2. Aerator
3. Selang
4. Labu alas bulat
5. Pemanas listrik
6. Thermometer
7. Statif dan klem
8. Pemanas listrik
Bahan
1. Filtrat bunga melati hasil maserasi
b. Cara Kerja
1. Siapakan filtrat yang diperoleh dari hasil maserasi
2. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan cara dimasukan
kedalam labu destilasi
3. Catat banyaknya filtrat yang diuapkan
4. Kemudian yang setelah diuapkan
5. Setelah filtrat di uapkan kemudian ditimbang.
4. Hasil
Tabel pengamatan
Sampel

Volume

Volume

Awal

Destilat

180 ml

60 ml

Titik
Didih

Suhu
Konstan

Ekstrak
bunga

50o C

50o C

melati

5. Pembahasan

Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan


berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan
menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen-komponennya yang cukup
besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi
dua proses seri, yakni difusi dari dalam padatan ke permukaan butiran dan
transfer massa dari permukaan padatan ke solven. Jika salah satu proses
berlangsung lebih cepat, maka kecepatan perpindahan massa dikontrol oleh
proses yang lebih lambat.
Tahap awal yang dilakukan yaitu merangkai alat destilasi merangkai alat
destilasi kemudian hasil maserasi bunga melati dipanaskan pada labu alas bulat
untuk menguapkan cairan sehingga akan melewati kondensor dan akan menjadi
cairan murni di akhir destilasi.Termometer yang didletakkan di tengah-tengah
pada steel head berfungsi untuk mengukur suhu uap larutan yang ada pada labu
alas bulat. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap yang masuk, kemudian
mengubahnya menjadi dalam bentuk cairan yang murni sebagai hasil destilasi
atau sering disebut dengan destilat. Air yang mengalir pada kondensor
menggunakan aerator dan selang berfungsi untuk mendinginkan kondensor agar
uap dapat diubah menjadi cairan. Gerakan air pada kondensor adalah bergerak
dari bawah ke atas dengan bantuan tekanan. Dengan gerakan berlawanan, maka
air pada kondensor dapat kebih efektif mengembunkan uap, karena pada awal air
masuk, air pertama bertemu dengan uap yang relatif hangat, sehingga dapat
mendinginkan uap yang masih panas. Air mendidih tepatnya pada suhu 50oC,
namun ketika mendidih air berubah menjadi uap cair. Akan tetapi air akan
menguap pada suhu berapa saja, termasuk pada suhu di bawah 50oC.

C. FRAKSINASI EKSTRAK
1. Tujuan
Memisahkan campuran senyawa berdasarkan kelarutan senyawa antara 2
fase yang saling tidak larut.
2. Dasar Teori

Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan


golongan utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang
lainnya. Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen
berdasarkan perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang terkandung
dalam tumbuhan.
Dalam metode fraksinasi pengetahuan mengenai sifat senyawa yang terdapat
dalam ekstrak akan sangat mempengaruhi proses fraksinasi. Oleh karena itu, jika
digunakan air sebagai pengekstraksi maka senyawa yang terekstraksi akan bersifat
polar, termasuk senyawa yang bermuatan listrik. Jika digunakan pelarut non polar
misalnya heksan, maka senyawa yang terekstraksi bersifat non polar dalam
ekstrak. Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam
ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu
campuran antara dua fase pelarut dengan densitas yang berbeda yang tak
tercampur. Umunya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa
organiklipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroforom, ataupun
etilasetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang
memiliki atom dari unsur halogen. Pemisahan ini didasarkan pada tiap bobot dari
fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada pada bagian dasar sementara fraksi
yang lebih ringan akan berada di atas. Tujuannya untuk memisahkan golongan
utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain. Senyawa yang bersifat
polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non polar akan masuk ke pelarut
non polar. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola,
mempunyai penyumbat di atasnya dan di bawahnya. Corong pemisah yang
digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat
dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai
3L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan
dipasang sentrifuge. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut
dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini
kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan
tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan
tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan

antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan
dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.
Macam macam proses fraksinasi:
a) Proses Fraksinasi Kering (Winterization) Fraksinasi kering adalah suatu proses
fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul dan komposisi dari suatu material.
Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses yang lain, namun hasil
kemurnian fraksinasinya rendah.
b) Proses Fraksinasi Basah (Wet Fractination) Fraksinasi basah adalah suatu
proses fraksinasi dengan menggunakan zat pembasah (Wetting Agent) atau
disebut juga proses Hydrophilization atau detergent proses. Hasil fraksi dari
proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.
c)

Proses

Fraksinasi

dengan

menggunakan

Solvent

(pelarut)/

Solvent

Fractionation Ini adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut.


Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal
dibandingkan dengan proses fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan
pelarut.
d) Proses Fraksinasi dengan Pengembunan (Fractional Condentation) Proses
fraksinasi ini merupakan suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada titik didih
dari suatu zat / bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemurnian yang
tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun
proses produksi lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.
3. Metode Kerja

a. Alat dan Bahan


Alat
1. Corong pisah
2. Pipet gondok
3. Vial / botol
4. Erlenmeyer
5. Gelas ukur

1.
2.
3.
4.
5.

Bahan
Ekstrak bunga melati
Aquadest
N-hexan
Metanol
Etil asetat

b. Cara Kerja
1. Ekstrak dari hasil destilasi kemudian difraksinasi dengan pelarut organik
yang berbeda kepolarannya
2. Pelarut organik yang digunakan (heksana dan etilasetat)
3. Mulamula ekstrak kental dilarutkan dengan methanol 10 ml dan 10 ml
air
4. Kemudian di kocok dengan heksana 10 ml didalam corong pisah
5. Setelah dibiarkan beberapa lama akan terpisah antara lapisan air dan
lapisan heksana
6. Pengocokan dilakukan tiga kali berturut-turut
7. Kemudian fraksi pada heksana diuapkan
8. Amati hasil sebelum diuapkan dan sesudah diuapkan
9. Sedangkan fraksi airnya dikocok dengan etil asetat (10 ml)
10. Sebanyak tiga kali sehingga di peroleh fraksi etil asetat dan fraksi air

4. Hasil
Sampel
Ekstrak, methanol 10 ml ,
hexan 10 ml, air 10 ml

Hasil
Fraksi / fase hexan
Fraksi air

Pengamatan
Cairan putih keruh
Cairan bening

5. Pembahasan
Fraksinasi merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari kandungan golongan utama yang
lainnya. Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan komponen-komponen
berdasarkan perbedaan kepolaran tergantung dari jenis senyawa yang terkandung
dalam tumbuhan.
10

Ekstrak kental hasil destilasi dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan


pelarut organik yang berbeda kepolarannya yaitu: heksan dan etil asetat. Pada
fraksinasi campuran aquadest, hexan, dan metanol mula-mula ekstrak kental
dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml ditambah metanol 10 ml atau sama
banyak, kemudian dimasukkan kedalam corong pisah lalu kocok kuat dan
tambahkan heksana 10 ml didalam corong pisah, kocok kuat kembali, lalu biarkan
beberapa lama akan terpisah lapisan air dan lapisan heksana. Setelah terjadi 2 fase
sempurna buka kran corong pisah, lalu tampung ke dalam vial atau botol coklat.
Pada saat terjadi pemisahan ekstrak bunga melati tidak begitu terhilat karena
warnanya yang begitu bening, hampir sama dengan pelarut organik.
Hasil yang didapat dari fraksinasi tersebut ada 2 yaitu fraksi air dan fraksi
hexan. Dari 2 fraksi tersebut diuji lagi untuk fraksi hexan akan dilakukan proses
pemurnian atau kristalisasi, dengan cara penyubliman atau sublimasi dan
pemanasan langsung. Pada fraksi air dilakukan kembali fraksinansi dengan
pencampuran fraksi air dan etil asetat dimasukkan kedalam corong pisah lalu
kocok kuat, dan lakukan kocok ulang beberapa kali sampai terjadi pemisahan 2
fase, yaitu fase air dan fase etilasetat. Hasil fraksi air terjadi dibawah dan hasil
etilasetat di atas karna BJ air 1. Pada saat praktikum dilakukan fraksi air yang
awal itu tidak terjadi pemisahan sudah dilakukan beberapa kali pengocokan kuat.
Dikhawatirkan fraksi air itu larut dengan etil asetat jadi tidak terjadi pemisahan
pada sampel jadi hasil ini di ambil semua untuk dilakukan kromatografi kolom
dan kromatografi lapis tipis (KLT).

11

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Achmad.1965. Kimia inti & radio kimia. Bandung: Jajasan Karjawan
Kimia
Brady, James E.1999.Kimia untuk Universitas Asas dan Struktur.Jakarta: Binaupa
Aksara
Oxtoby, dkk.2001.Kimia Modern edisi keempat jilid 1.Jakarta: Erlangga
S, Syukri.1999.Kimia Muda 2.Bandung: ITB

12

LAMPIRAN GAMBAR

13

Proses Destilasi

Hasil fraksi hexan

14

BAB II
KRISTALISASI
II. 1. Tujuan
Untuk memurnikan dan memisahkan senyawa padat.
II. 2. Dasar Teori
Kristalisasi

adalah

proses

pembentukan

bahan

padat

dari

pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang


pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik
pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan
massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan
ke fase kristal padat. (Anonim, 2013)
Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahan zat
padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat
tersebut

dalam

keadaan

lewat

jenuh

akan

membentuk

kristal.

(Ayuningtyas, 2011)
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan
pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau
larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini
adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting
dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga
100%.
Berikut mekanisme pembentukan kristal ;
1.

Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang

dapat terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada


dalam alat kristalisasi atau dengan menambahkan benih kristal ke
dalam larutan lewat jenuh.
2.

Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses

yaitu :

15

Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di


kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi.
Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam
larutan semakin besar.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin
luas

total

permukaan

kristal,

semakin

banyak

bahan

yang

di

tempatkan pada kisi kristal persatuan waktu. (Niwa, 2013)


Pembentukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah
melampaui titik jenuhnya. Titik jenuh larutan adalah suatu titik ketika
penambahan partikel terlarut sudah tidak dapat menyebabkan partikel
tersebut melarut, sehingga terbentuk larutan jenuh. Larutan jenuh
adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel terlarut
pada suatu larutan pada suhu tertentu. Contohnya adalah NaCl ketika
mencapai titik jenuh maka akan terbentuk kristal. Berkurangnya air
karena penguapan, menyebabkanlarutan melewati titik jenuh dan
mempercepat terbentuknya kristal. (anonim, 2012)
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan
tahan terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih
pelarut. Selain dengan cara distilasi, garam juga bisa dipisahkan dari
air dengan cara menguapkan airnya sampai habis sehingga yang
tertinggal sebagai residu hanyalah garamnya. Kristalisasi penguapan
dilakukan oleh para petani garam. Pada saat air pasang, tambaktambak garam akan terisi air laut. Pada saat air surut maka air laut
yang sudah mengisi tambak garam akan tetap berada di tempat itu.
Adanya pengaruh sinar matahari mengakibatkan komponen air dari air
laut dalam tambak akan menguap dan komponen garamnya akan
tetap dalam larutan. Jika penguapan ini terus berlangsung, lamakelamaan garam tersebut akan membentuk kristal-kristal garam tanpa
harus menunggu sampai airnya habis.
II. 3. Metode Kerja
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Beaker glass
2. Cawan penguap
3. Kaki tiga
4. Kasa asbes

16

5. Lampu spiritus
Bahan
1. Ekstrak bunga melati (substan)
2. Es batu
B. Cara Kerja

1. Substan dipanaskan dengan pelarut yang sesuai dalam jumlah yang kurang
sampai larut sempurna kemudian disaring panas (dalam praktikum ini tidak
menggunakan pelarut)
2. Simpan didalam beaker glass dalam kedaaan tertutup
3. Dibiarkan hingga mendingin
4. Dengan meletakan es batu didalam cawan penguap diletakan diatas beaker
glass
5. Substan biasanya dalam bentuk murni akan mengkristal
6. Kristalisasi terjadi dalam waktu beberapa jam
7. Kemudian ambil kristalisasi yang terbentuk
8. Masukan kedalam vial, tutup rapat
Catatan :
Substans hendaknya sedikit larut didalam pelarut , dalam keadaan dingin
dan larut baik dalam keadaan panas sedangkan senyawasenyawa pengotor
hendaknya larut baik didalam pelarut dalam keadaan dingin.

II. 4. Hasil
No

Perlakuan

Hasil

.
1.

Ekstrak bunga melati

Kristal berwarna kecoklatan

II. 5. Pembahasan

17

Setelah proses fraksinasi ekstrak dilakukan, kemudian dilakukan kristalisasi


pada simplisia jasmini flos (bunga melati) yang bertujuan untuk memurnikan dan
memisahkan senyawa padat pada proses kristalisasi. Yang pertama masukan
ekstrak simplisia hasil fraksinasi ekstrak kedalam beaker, kemudian lakukan
pemanasaan di atas kaki tiga, lalu lakukan pemanasaan di atas kaki tiga sampai
ekstrak tidak mengeluarkan buih atau gelembung, setelah itu dapat dilakukan
dengan cara memasukan ekstrak hasil dari fraksinasi ekstrak kedalam beaker gelas
kemudian diletakan kaki tiga dan labu spritus untuk melakukan pemanasaan,
kemudian beaker gelas diletakan di atas kaki tiga kemudian di letakan diatas
beaker, cawan penguap lalu diberi es batu untuk mendapat kristal dari uap
simplisia. Setelah mendapat kristal yang kecoklataan yang menempel pada bawah
cawan penguap, kemudian dikerik lalu dimasukan kedalam vial beri etiket hasil
kristalisasi, hasil dari kristalisasi yang di peroleh sangat sedikit dan kristal yang
didapatkan pada proses kristalisasi gumpalan kecil berwarna kecoklatan .
Pada Proses kristalisasi cara pemilihan pelarut yang baik substan hendaknya
sedikit larut di dalam pelarut dalam keadaan dingin dan larut baik dalam keadaan
panas, sedangkan senyawasenyawa pengotor hendaknya larut baik di dalam
pelarut dalam keadaan dingin.

18

DAFTAR PUSTAKA
Keenan C.W. 1999. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Harjono 2008. Kimia Organik Dasar. Jakarta : Universitas Jakarta.

19

BAB III
KROMATOGRAFI KOLOM

III.

1. Tujuan
Pemisahan campuran senyawa dengan menggunakan suatu kolom untuk
analisa kualitatif.

III.

2. Dasar Teori
Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-

komponen berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi masing-masing komponen di


antara dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kecepatan perpindahan
tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan kemampuan masing-masing komponen
untuk diserap (adsorpsi) atau perbedaan distribusi di antara dua fasa yang tidak
bercampur (partisi). (Tim Dosen Kimia Organik, 2012: 39).
Fase diam (stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses pemisahan dengan kromatografi karena adanya interaksi dengan fase
diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen senyawa
analit. Fase diam dapat berupa bahan atau porous (berpori) berbentuk molekul
kecil atau cairan yang umumnya dilapisi pada padatan pendukung (Denikrisna,
2010).

20

Fase gerak (mobile phase) merupakan pembawa analit dapat bersifat inert
maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak ini tidak hanya dalam
bentuk cairan tapi juga dapat berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai
sebagai carrier gas senyawa mudah menguap (volatile) (Denikrisna, 2010).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan sebagai
berikut;
(a) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan; \
(b) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada permukaan
padatan halus (adsorpsi = penyerapan);
(c) kecenderungan molekul-molekul komponen untuk bereaksi secara kimia
(penukar ion). Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus
mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut
di dalamnya, teradsorpsi, atau bereaksi secara kimia (penukar ion). Pemisahan
terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil
pemisahan dapat digunakan untuk keperluan identifikasi

(analisis kualitatif),

penetapan kadar (analisis kuantitatif), dan pemurnian suatu senyawa (pekerjaan


preparatif) (Soebagio, 2000: 54).
Kromatografi kolom adalah merupakan pilihan yang baik jika ingin
memisahkan campuran senyawa yang masih dalam bentuk ekstrak. Alasannya
adalah lebih murah dan tidak memakan waktu yang lama. Hasil dari pemisahan
menggunakan kolom kromatografi

ini bisa berupa fraksi-fraksi yang masih

berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan senyawa yang telah murni. Kadang
kala hanya dengan menggunakan kolom kromatografi, target pemisahan campuran
telah berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang akan
dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut
akan tertinggal pada fase diam (Ismiarni, 2010).
III. 3. Metode Kerja
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung kolom
21

2. Statif / klem
3. Botol vial
4. Batang pengaduk / Spatula

Bahan
1. Ekstrak bunga melati
2. Etil asetat
3. Heksan
4. Silica gel kering
5. Kapas

B. Cara Kerja
FaseDiam
1. Siapkan kolom untuk fase diam pada kromatografi kolom
2. Masukan sedikit kapas pada kolom
3. Ambilah 40 gr silica gel kemudian dibasahi dengan etil asetat sampai larut
4. Kemudian masukan kedalam kolom sambil dinding kolom diketok-ketok
untuk mengeluarkan udara dan permukaan silica kering dan padat
5. Masukan substan pada kolom

FaseGerak
1. Kedalam kolom dimasukan fraksi etil asetat kemudian dielusi dengan
pemberian fase gerak, yaitu heksan dan etil asetat.
2. Dengan menggunakan perbandingan (1: 1), (1 : 2) , (1 : 3) , (1 : 4) , (1: 5)
3. Filtrat yang keluar di tampung dalam erlenmeyer (vial vial)
4. Di monitor dengan KLT dengan penampak noda lampu UV pada panjang
gelombang 254 nm yang memberikan RF sama di gabung

22

III.4. Hasil
Dari praktikum kromatografi kolom yang dilakukan didapatkan hasil data
sebagai berikut :
N

Perbandingan

Warna / Hasil Filtrat

o
1.
2.
3.
4.
5.

1:1
1:2
1:3
1:4
1:5

Cairan keruh
Cairan bening
Cairan bening
Cairan hijau muda
Cairan agak hijau

III.5. Pembahasan
Pada awal kromatografi di lakukan penimbangan cawan porselin dan gelas
kimia untuk mengetahui massa ekstrak dan silica gel dengan cara ekstrak jasmini
flos (bunga melati) di masukan kedalam cawan porselin dan di timbang hasilnya
di kurangi dari massa cawan porselin, kemudian akan di ketahui massa ekstrak
pada simplisia, cara yang sama di lakukan pada pengambilan bahan silica gel
untuk mengetahui massa silica gel.
Pada kromatografi kolom merupakan fase diam pada kromatografi fase
diam merupakan silica gel dan fase geraknya adalah hasil impregnasi antara
ekstrak dan silica gel, perbandingan antara ekstrak dan silica gel adalah 1 : 3 hasil
impregnasi ini kemudian dilarutkan dengan sedikit metanol agar mudah di
identifikasi sebelum di campur silica berwarna putih dan ekstrak berwarna hijau
bening setelah di campur warnanya menjadi putih keruh. Silica gel digunakan
sebagai fase diam, karena silica gel memiliki poripori dan tidak mudah bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik pada kolom ekstrak dan metanol merupakan
senyawa organik polar yang akan di identifikasi penyusun dan warnanya.
Ketika kolom tidak di tambahkan heksan dan etil asetat ekstrak
membutuhkan waktu lama untuk menuruni kolom (proses fraksinasi lama) tetapi
ketika di tambahkan bahan tersebut komponenkomponen ekstrak sangat cepat
23

menuruni kolom. Dari hasil ini didapatkan fraksi pertama berwarna keruh, kedua
bening, ketiga berwarna bening, keempat berwarna hijau muda, dan kelima
berwarna agak hijau.

24

DAFTAR PUSTAKA

Day dan Underwood. 1992. Quantitative Analisis. Erlangga, Jakarta.

Sanagi, Marsin Mohd. Teknik Pemisahan Dalam Analisis Kimia.


Jakarta : Penerbit UTM. Hal 93

25

LAMPIRAN GAMBAR

Proses kromatografi kolom

Hasil kromatografi kolom

26

BAB IV
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

IV.

1. Tujuan
Untuk memberikan informasi mengenai banyaknya komponen dalam analisa
kualitatif.

IV . 2. Dasar Teori
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran
senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida
lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT
juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang

diperoleh

dari

kromatografi

kolom,

identifikasi

senyawa

secara

kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. (Anggraeni, Megawati,2009)


1. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan warna yang
mdrupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis :

27

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan


dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan
penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan.
Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak
selayaknya kromatogram dibentuk / tinta ikut naik ke atas.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan pada
sebuah gelas kimia bertutup berisa pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis dimana
posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan
bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk
mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas
saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap
mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak dari perbedaan bercak warna.
Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan
kromatografi kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih
banyak. Kerapkali, noda tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar
ultra violet dapat ditampakkan dengan cara mendedahkan papan pengembang
pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi dengan komponen-komponen sampel
baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan membentuk warna-warna tertentu.
(Soebagio, 2000 :87).
Teknik kerja KLT prinsipnya sama dengan kromatografi kertas.
Pengembangan umumnya dilakukan dengan cara menaik dlam mana pelat
dicelupkan ke dalam pelarut pengambang. Dibandingkan dengan kromatografi
kertas, KLT mempunyai beberapa kelebihan yaitu :

Waktu pemisahan lebih cepat


Sensitive, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi
Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna

28

Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi kertas. Harga
Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk penentuan kadar, bercak
komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa
dengan metode lain yang tepat.
Aplikasi

KLT sangat

luas,

termasuk

dalam

bidang

organic

dan

anorganik.Kebanyakan senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrobof seperti


lipida-lipida dan hidrokarbon dimana bila sukar dikerjakan dengan kromatografi
kertas.KLT juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa
obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna, dan bahan makanan.
Ada beberapa prinsip penampakan noda pada kromatografi lapis tipis yaitu
sebagai berikut :

Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan

tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalh karena
adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fuoresensi yang terdapat
pada lempeng. Fuoresensi cahaya yang tampak merupakan amisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat
enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi

Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm, noda akan berfuoresensi dan lempeng akan berwarna

gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom
yang ada pada noda tersebut.Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarka oleh komponen tersebut ketika electron yang terksitasi
dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembai ke
keadaan semula sambil melepaskan energi.

Pereaksi semprot H2SO4 10%

29

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan


kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam mrusak gugus kromofor
dari zat aktif simplisia sehingga panjang geombangnya akan bergeser ke arah
yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
2. Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran
diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati
bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi
pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut :
Nilai Rf untuk setiap warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran
diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang ditempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati
bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi
pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut :

rf =

Jarak yang ditempuh komponen


Jarak yang ditempuh pelarut

3. Uraian Bahan

1.

Dietil eter (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi

: DIETIL ETER

Nama lain

: Dieti, eter
30

Rumus molekul

: C2H5O

Jarak didih

: Tersuling sempurna pada suhu antara 34 oC dan

36oC.

2. Metanol (Ditjen POM, 1979)


Nama resmi

: METANOLUM

Nama lain

: methanol

Rumus molekul

: CH2OH

Berat jenis

: 0,796 0,798

Pemerian

: Cairan jernih tidak berwarna, bau khas

Kelarutan

Dapat

bercampur

dengan

air

membentukcairan jernih
tidak berwarna.
3.

N-Heksana (Dirjen POM, 1979)


Nama remi

: HEXAMINUMUM

Nama lain

: Heksamina

RM/BM

: C6H12N4 / 140,19

Pemerian

: Hablur mengkilap, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa membakar, manis kemudian


agak pahit. Jika di panaskan dalam suhu 260 menyublim
Kelarutan

: Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml

etanol (95%) p dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform p.


Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik.

IV.3. Metode Kerja


A. Alat dan bahan

31

Alat
1. Plat KLT
2. Chamber
3. Pensil mekanik
4. Penggaris
5. Pipa kapiler
6. Lampu UV
Bahan
1. Etil asetat 10 ml.
2. Heksan 10 ml
3. Hasil kromatografi kolom
B. Cara kerja
1. Cuplikan ditotolkan menggunakan pipet kapiler dengan jarak 15 nm dari tepi
bawah plat KLT
2. Spot dikeringkan dengan pengering udara
3. Dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan dalam bejana pemisah
yang telah di jenuhkan dengan fase gerak
4. Tentukan harga Rf
5. Catat hasil dan amati
6. Untuk menampakan noda digunakan lampu UV dengan panjang gelombang
254 nm

IV.4. Hasil
Tabel hasil pengamatan

Perbandinga

Jarak Komponen

Jarak Pelarut

(cm)

(cm)

1:1

2,4 cm

3,7 cm

0,64

1:2

2,0 cm

5,7 cm

0,54

1:3

1,5 cm

3,4 cm

0,44

1:4

1,4 cm

3,3 cm

0,42

1:5

0,7 cm

2,4 cm

0,29

Nilai Rf

32

Perhitungan nilai Rf
rf =

Jarak yang ditempuh komponen


Jarak yang ditempuh pelarut

Perbandingan (1:1)
2,4 cm
rf =
3,7 cm = 0,64
Perbandingan (1:2)
2,0 cm
rf =
5,7 cm = 0,54
Perbandingan (1:3)
1,5 cm
rf =
3,4 cm = 0,44
Perbandingan (1:4)
1,4 cm
rf =
3,3 cm = 0,42
Perbandingan (1:5)
0,7 cm
rf =
2,4 cm = 0,29

IV.5. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen
yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan
fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak
dialirkan menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan
komponen campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya.
Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan
33

kelarutannya dalam fasa gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat


dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat
terserap atau terabsorpsi pada fasa diam akan tertinggal, sedangkan komponen
yang lebih larut atau kurang terserap akan bergerak lebih cepat.
Pada percobaan ini sample yang digunakan adalah ektrak dari bunga
melati yang diperoleh dari proses maserasi dan dilanjutkan dengan destilasi yang
memakan waktu yang cukup lama. Sample tersebut ditotolkan pada plat KLT lalu
dicelupkan ke dalam gelas chamber yang telah berisi pelarut dalam jumlah tidak
terlalu banyak ketika bercak dari campuran tersebut mengering, perlu diperhatikan
bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada, ada 2
pelarut yang digunakan yaitu hexan dan etil asetat. Setelah plat KLT yang telah
ditotolkan dengan sample ini dimasukkan ke dalam gelas chamber, maka segera
ditutup gelas ini dengan menggunakan kaca.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa
kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan
kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang
terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah
penguapan pelarut.
Pelarut organik naik disepanjang lapisan tipis zat padat diatas lempengan
dan bersamaan dengan pergerakan pelarut tersebut, zat terlarut sample dibawa
dengan laju yang tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam fasa
bergerak dan interaksinya dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak
sekitar 3cm, lempengan dikeringkan dan noda-noda ditotolkan.
Setelah diamati beberapa saat, maka terbentuk warna putih pucat agak
kehijauan pada plat KLT tersebut, yang menyebabkab warna dari senyawasenyawa pada kromatografi lapis-tipis adalah perbedaan tingkat kepolaran warna
dari senyawa-senyawa yang sejauh mana tingkat kepolaran itu mempengaruhi
perbedaan atau pemisahan yang ditandai dengan tebentuknya spot-spot senyawa
dalam kromatografi lapis-tipis itu tergantung dari migrasi pelarut (fase mobil/fase
gerak) terhadap fasa diamnya, yaitu kromatografi lapis-tipis tersebut.

34

Sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah


mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang
penting untuk penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi
terhadap penyokong sangat bergantung kepada mereka. Contoh penyerap yang
digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapis tipis ialah
misalkan silica atau alumina. Silica gel kebanyakan digunakan dengan diberi
pengkilat (binder) yang dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan
menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan
adalah kalsium sulfat, tetapi biasanya dalam perdagangan silica gel telah diberi
pengikat. Silica ini digunakan untuk memisahkan asam amino, alkaloid, gula,
asam, lemak, lipida, minyak essensial, anion dan kation organic, sterol dan
terpenoid.Selain silica ada juga penyerap lainnya seperti alumina, bubuk selulosa,
pati, dan sphadex.
Setelah letak noda komponen diketahui dan diberi tanda batas, maka harga
Rf (Retardation factor) dapat dihitung. Harga Rf merupakan parameter
karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini
merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada
kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf
didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak
tepi muka pelarut dari titik awal.
rf =

Jarak yang ditempuh komponen


Jarak yang ditempuh pelarut

Nilai Rf bersifat karakteristik dan menunjukkan identitas masing-masing


komponen. Komponen yang paling mudah larut dalam pelarut harganya akan
mendekati satu. Sedangkan komponen yang kelarutannya rendah akan mempunyai
Rf hampir nol. Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu pelarut,
suhu, ukuran dari bejana, kertas dan sifat dari campuran.
Nilai Rf digunakan untuk identifikasi kualitatif dari senyawa yang tidak
diketahui dengan membandingkan terhadap senyawa standard. Bila harga Rf-nya
sama, berarti kedua senyawa tersebut identik. Pada percobaan ini, nilai Rf

35

senyawa yang diuji perbandingan 1:1 (0,64), perbandingan 1:2 (0,54),


perbandingan 1:3 (0,44), perbandingan 1:4 (0,42), dan perbandingan 1:5 (0,29).

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, M.J. 2007. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Penerbit ITB


Bandung.
Lenny, S. 2006. Analisi Kromatografi dan Mikroskop. ITB. Bandung.

36

LAMPIRAN GAMBAR

Campuran Hexan 10 ml dan Etil Asetat 10 ml dalam gelas chamber.

Perendaman plat pada chamber

Perendaman plat yang telah diberi sampel

37

Hasil (letak noda pada plat KLT)

Penyinaran letak noda pada laampu UV

38

Anda mungkin juga menyukai