BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tanah Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman rempah-rempah. Kekayaan
alam akan berbagai tanaman hayati, telah menempatkan Indonesia sebagai
salah satu negara pengekspor rempah-rempah terbesar di dunia sampai
sekarang disamping India dan Cina. Pemerintah mengakui rempah-rempah
merupakan salah satu bahan ekspor non migas yang paling stabil dan sebagai
salah satu penyumbang devisa negara cukup besar. Hal ini teruji pada saat krisis
moneter tahun 1998 rempah-rempah merupakan komoditas ekspor Indonesia
yang paling menguntungkan. Berdasarkan data tersebut Indonesia menjadikan
rempah-rempah sebagai salah satu topik penelitian unggulan saat ini.
Minyak atsiri merupakan salah satu produk bahan rempah-rempah. Minyak atsiri
lazim disebut minyak yang mudah menguap (volatil oils). Minyak atsiri umumnya
berwujud cair, diperoleh dari bagian tanaman akar, kulit batang, daun, buah, biji
atau bunga dengan cara destilasi uap, ekstaksi atau dipres (ditekan). Minyak
sereh, minyak daun cengkeh, minyak akar wangi, minyak nilam, minyak
kenanga, minyak kayu cendana merupakan beberapa bahan ekspor minyak atsiri
Indonesia. Minyak atsiri awalnya digunakan sebagai bahan pewangi, parfum,
obat-obatan, dan bahan aroma makanan. Dalam perkembangan sekarang hasil
sintesis senyawa turunanan minyak atsiri dapat digunakan sebagai feromon,
aditif biodisel, antioksidan, polimer, aromaterapi, penjerap logam, sun screen
block dan banyak lagi kegunaan lainnya. Kemampuan untuk melakukan konversi
komponen minyak atsiri menjadi menjadi senyawa-senyawa yang lebih berguna
merupakan suatu hal penting yang mendesak sekarang. Hal ini disebabkan
senyawa turunan minyak atsiri yang diimpor ke Indonesia harganya jauh lebih
mahal daripada harga minyak atsiri yang dieskpor oleh Indonesia .Oleh sebab
itu,makalah ini akan mempelajari tentang minyak atsiri agar lebih banyak
diketahui oleh masyarakat luas.
2.
3.
1.3 TUJUAN
1.
2.
3.
4.
Untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam tentang minyak
atsiri yang terkandung dalam tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak
Esensial, Minyak Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar
dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Minyak atsiri (minyak esensial) adalah komponen pemberi aroma yang dapat
ditemukan dalam berbagai macam bagian tumbuhan. Istilah esensial dipakai
karena minyak atsiri mewakili bau tanaman asalnya. Dalam keadaan murni
tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun pada penyimpanan yang
lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya
berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak berubah
warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan
dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh
mungkin sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara,
ditutup rapat serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat
mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan
berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam
pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap (flavoring),
antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus
berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di
Indonesia merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah
Cina (Sastrohamidjoyo, 2004).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam berbagai
organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam
sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan
lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri secara umum di bagi menjadi dua kelompok. Pertama, minyak atsiri
yang komponen penyusunnya sukar untuk dipisahkan, seperti minyak nilam dan
minyak akar wangi. Minyak atsiri kelompok ini lazimnya langsung digunakan
1)
Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat
mudah menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan
berbau wangi sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam
pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).
2)
Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25 0C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis
menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar
antara 0,800-1,180. Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam
penentuan mutu dan kemurnian minyak atsiri (Gunther, 1987).
Besar bobot jenis pada berbagai minyak atsiri sangat di pengaruhi dari ukuran
bahan dan lama penyulingan yang di lakukan. berikut adalah grafik yang di
peroleh dari pengujian bobot jenis pada minyak atsiri kayu manis.
Uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan Bo dan B1 tidak berbeda nyata terhadap
bobot jenis, tapi keduanya berbeda dengan perlakuan B2. Nilai bobot jenis
minyak ditentukan oleh komponen kimia yang terkandung di dalamnya. Semakin
tinggi kadar fraksi berat maka bobot jenis semakin tinggi. Pada waktu
penyulingan, penetrasi uap pada bahan berukuran kecil berlangsung lebih
mudah karena jaringannya lebih terbuka sehingga jumlah uap air panas yang
kontak dengan minyak lebih banyak. Kondisi tersebut mengakibatkan komponen
fraksi berat minyaknya lebih mudah dan cepat diuapkan. Dari segi ukuran bahan,
bobot jenis tertinggi (0,9935) diperoleh dari bahan ukuran kecil, sedangkan dari
segi lama penyulingan, bobot jenis tertinggi (0,9911) diperoleh pada penyulingan
4 jam. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan bobot jenis paling tinggi (0,9979)
adalah A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Nilai bobot jenis semua perlakuan berkisar antara 0,9722
sampai 0,9979.
3)
Indeks Bias
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias
menggunakan alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran
yang menembus dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian
terjadi pembiasan (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media.
Indeks bias berguna untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian
(Guenther, 1987).
Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini
karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi
minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan
dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin
tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang
dihasilkan.
Hal ini disebabkan karena penguapan minyak dari bahan berukuran kecil
berlangsung lebih mudah sehingga fraksi berat minyaknya lebih banyak
terkandung dalam minyak, yang mengakibatkan kerapatan molekul minyak lebih
tinggi dan sinar yang menembus minyak sukar diteruskan. Semakin sukar sinar
diteruskan dalam suatu medium (minyak) maka nilai indeks bias medium
tersebut semakin tinggi.
Sebagian besar komponen minyak kulit kayumanis terdiri atas kelompok
senyawa terpen-o yang mempunyai berat molekul dan kerapatan yang lebih
tinggi dibanding kelompok senyawa terpen, tetapi relatif mudah larut dalam air.
Semakin lama penyulingan, senyawa terpen-o semakin banyak terlarut dalam air
panas yang mengakibatkan kerapatan minyak menurun sehingga indeks biasnya
lebih rendah. Kombinasi perlakuan yang menghasilkan indeks bias paling tinggi
(1,5641) adalah perlakuan A1B1C0, yaitu susunan bahan bertingkat, ukuran
bahan sedang dan lama penyulingan 4 jam. Nilai indeks bias semua perlakuan
berkisar antara 1,5515 sampai 1,5641; nilai ini lebih rendah dibanding standar
mutu dari Essential Oil Association of USA (EOA) tahun 1970 yang mensyaratkan
nilai 1,5730 1,5910.
4)
Putaran Optik
Besarnya putaran optik tergantung pada jenis dan konsentrasi senyawa, panjang
jalan yang ditempuh sinar melalui senyawa tersebut dan suhu pengukuran.
Besar putaran optik minyak merupakan gabungan nilai putaran optik senyawa
penyusunnya. Penyulingan bahan berukuran kecil akan menghasilkan minyak
yang komponen senyawa penyusunnya lebih banyak (lengkap) dibanding dengan
bahan ukuran besar, sehingga putaran optik yang terukur adalah putaran optik
dari gabungan (interaksi) senyawa-senyawa yang biasanya lebih kecil dibanding
putaran optik gabungan senyawa yang kurang lengkap (sedikit) yang dihasilkan
bahan berukuran besar. Putaran optik minyak dari semua perlakuan bersifat
negatif, yang berarti memutar bidang polarisasi cahaya kekiri. Nilainya antara (-)
5,03 sampai (-) 6,75 derajat. Nilai ini lebih besar dibanding standar EOA (1970)
yang nilainya (-) 2 sampai 0 derajat.
5)
Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan
dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut dibanding penyulingan 4 jam.
Semakin lama penyulingan maka senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak akan
lebih banyak sehingga kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi
perlakuan yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol
dengan nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0, yaitu
perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan lama
penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan minyak dalam etanol
70% adalah dalam nisbah volume alkohol dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.
6)
Warna
Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna kuning muda hingga
coklat kemerahan, namun setelah dilakukan penyimpanan minyak berubah
warna menjadi kuning tua hingga coklat muda. Guenther (1990) mengatakan
bahwa minyak akan berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal
rempah, aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.
1)
Bilangan Asam
Bilangan asam pada minyak atsiri menandakan adanya kandungan asam organik
pada minyak tersebut. Asam organik pada minyak atsiri bisa terdapat secara
alamiah. Nilai bilangan asam dapat digunakan untuk menentukan kualitas
minyak (Kataren, 1985).
Hasil analisis minyak kilemo menunjukkan bahwa minyak kilemo dari kulit
batang yang disuling dengan metode kukus secara visual mempunyai bilangan
asam tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari daun yang disuling dengan
metode rebus mempunyai bilangan asam terendah. Besarnya bilangan asam
minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode kukus adalah 1.22 dan
yang disuling dengan metode rebus 0.72 sedangkan untuk minyak kilemo dari
kulit batang yang disuling dengan metode kukus besarnya 4.20, dan yang
disuling dengan metode rebus 1.72. Adanya perbedaan nilai bilangan asam
minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit batang disebabkan karena
perbedaan kandungan senyawa asam pada minyak. Sedangkan perbedaan nilai
bilangan asam minyak kilemo yang disuling dengan sistem kukus dan rebus,
kemungkinan disebabkan karena terjadi proses oksidasi pada waktu penyulingan
dengan sistem kukus.
2)
Bilangan Ester
secara visual mempunyai bilangan ester tertinggi, sedangkan minyak kilemo dari
kulit batang yang disuling dengan metode rebus menghasilkan bilangan ester
terendah.
Besarnya bilangan ester minyak kilemo dari daun yang disuling dengan metode
kukus adalah 31.66, dan yang disuling dengan metode rebus 28.55. Sedangkan
untuk minyak kilemo dari kulit batang yang disuling dengan metode kukus
besarnya 18.74 dan yang disuling dengan metode rebus besarnya 17.6.
Perbedaan nilai bilangan ester minyak kilemo hasil penyulingan daun dan kulit
batang tumbuhan kilemo kemungkinan disebabkan karena perbedaan
kandungan senyawa ester pada minyak. Dari pengamatan diperoleh bahwa
minyak kilemo dari daun mempunyai aroma yang lebih segar bila dibandingkan
aroma minyak dari kulit batang. Sifat aroma minyak ini dapat membuat tingginya
bilangan ester pada minyak tersebut.
b. Hidrolisis
Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses
hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester
sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara
sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).
c. Resinifikasi
Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang merupakan
senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan
(ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama
penyimpanan (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri yang kita kenal selama ini, memiliki sifat mudah menguap dan
mudah teroksidasi. Hal itulah yang menyebabkan perubahan secara fisika
maupun kimia pada minyak atsiri. Perubahan sifat kimia minyak atsiri dapat
terjadi saat :
1.
Penyimpanan bahan
2.
a.
Proses ekstraksi
Proses ekstraksi
Perubahan sifat kimia dapat disebabkan karena suhu ekstraksi terlalu tinggi.
b.
Proses distilasi
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena adanya air,
uap air, dan suhu tinggi.
c.
Proses pengepresan
Perubahan sifat kimia pada proses ini terutama disebabkan karena minyak atsiri
berkontak dengan udara.
Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut kelenjar
(pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di
dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae).
Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya
peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu.
A. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon (C) dan
Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian
besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren),
diterpen (4 unit isopren) dan politerpen.
politerpen,
parafin,
olefin dan
hidrokarbon aromatik.
Komponen hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas dari setiap
jenis minyak, sebagai contoh minyak jeruk mengandung 90% limonen.
Oxygeneted Hydrocarbon mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O). Yang termasuk oxygeneted hydrocarbon adalah persenyawaan
alkohol, aldehida, keton, oksida, ester dan eter. Ikatan karbon dalam oxygeneted
hydrocarbon ada yang jenuh dan ada yang tidak jenuh.
Minyak terpentin merupakan salah satu minyak atsiri golongan hidrokarbon yang
dihasilkan diIndonesia dan diekspor sebagai salah satu sumber devisa. Salah
satu komponen utama penyusun minyak terpentin adalah -pinena yang
bervariasi dari 70-85%. Perlu dilakukan derivatisasi -pinena sehingga dapat
lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi lebih tinggi, misalnya sebagai bahan baku
obat-obatan dan parfum. Pada umumnya minyak terpentin tersusun oleh
campuran isomer tidak jenuh, hidrokarbon monoterpena bisiklis (C 10H16) yaitu (a)
-pinena, (b) -pinena, (c) karena, dan (d) d-longifolena.
lilin.
-Pinena
-Pinena atau 2,6,6-trimetil bisiklo [3.1.1]-2-heptena dengan rumus molekul
C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karakteristik seperti
terpentin. Rumus strukturnya terdiri atas dua cincin yaitu siklobutana dan
sikloheksena, maka dari itu -pinena termasuk bisiklis. -Pinena merupakan
senyawa monoterpena, yaitu senyawa hidrokarbon tak jenuh yang mempunyai
10 atom karbon dimana satuan terkecil dalam molekulnya disebut isoprena. Pinena mempunyai kegunaan yang penting sebagai pembuat lilin, sintesis
kamfer, pembuatan geraniol dan sebagainya.
Salah satu cara identifikasi komponen minyak atsiri adalah dengan kromatografi
gas (GC). Kromatografi gas adalah tehnik pemisahan suatu persenyawaan yang
mudah menguap didasarkan pada distribusi antara dua fasa yaitu fasa tetap
(stationer) dan fasa bergerak (mobil).
Identifikasi kandungan minyak atsiri dari suatu tanaman dapat diketahui melalui
bau dan rasa. Identifikasi secara kimia dapat dilakukan dengan pemberian satu
tetes asam sulfat pekat pada serbuk buah simplisia akan memberi warna ungu
kemerahan.
Secara umum, biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu :
Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,
sesqui, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.
2.6
Perajangan
2)
b)
c)
berbau wangi pada minyak almon dan akar orris. Hal yang sam terjadi pula pada
minyak nilam dan vanila.
Kehilangan minyak selama periode pelayuan dan pengerian lebih besar dari
kehilangan minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi karena proses
pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri
dan akhirnya menguap.
Bahan yang mengandung fraksi minyak yang mudah menguap, biasanya hanya
dilayukan atau dikeringkan pada tingkat kering udara, sedangkan bahan yang
mengandung minyak atsiri yang sukar menguap, biasanya dikeringkan lebih
lanjut.
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenywaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam pelarut air.
Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam
cara, yaitu :
1.
PENYULINGAN
b.
c.
c.
d.
Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi
dan mempunyai daya fiksasi terhadap bau sebagian tidak ikut tersuling dan
tetap tertinggal dalam bahan.
e.
Bau wangi minyak yang dihasilkan sedikit berubah dari bau wangi
alamiah.
2.
PENGEPRESAN ( pressing )
3.
Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan
pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan
dalam suatu wadah ( ketel ) yang disebut extractor . Berbagai tipe extractor
yang telah dikenal adalah Bonotto extractor , Kennedi extractor ,
Bpllsman extractor , De Smet extractor , Hilderbrandt extractor .
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstrasi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air, terutama
untuk mengekstrak minyak dari bunga-bungaan misalnya bunga cempaka,
melati, mawar, dll.
1.
Pemilihan pelarut
Salah satu proses yang menentukan keberhasilan proses ekstraksi adalah jenis
dan mutu pelarut yang digunakan. Pelarut yang baik harus memenuhi persyarata
sebagai berikut :
a.
Harus dapat melarutkan semua zat wangi dalam bunga secara sempurna,
dan tidak dapat melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin.
b.
Mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan,
namun titik didih pelarut tersebut tidak boleh terlalu rendah, karena hal ini akan
mengakibatkan hilangnya sebagian pelarut pada waktu pemisahan pelarut.
c.
d.
Pelarut haru bersifat inert , sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak bunga.
e.
Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, sehingga jika diuapkan
tidak tertinggal dalam minyak.
f.
Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengekstraksi minyak bungabungaan, dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.
1.
Sifat bunga
Pada umumnya bunga setelah dipetik akan tetap hidup secara fisiologis. Daun
bunga terus menjalankan proses hidupnya dan tetap memproduksi minyak atsiri
dan minyak yang terbentuk dalam bunga akan menguap dalam waktu singkat.
Kegiatan bunga dalam memproduksi minyak akan terhenti dan mati jiak kena
panas, kontak atau terendam dalam pelarut organik. Dengan demikian pelarut
hanya dapat mengekstraksi minyak yang terdapat dalam sel bunga yang
terbentuk pada saat bahan tersebut kontak dengan pelarut.
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang lebih tinggi dan mutu yang lebih
baik, maka selama proses ekstraksi berlangsung perlu dijaga agar proses
fisiologi dalam bunga tetap berlangsung dalam waktu selama mungkin, sehingga
bunga tetap dapat memproduksi minyak atsiri. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengekstraksi minyak bunga menggunakan lemak hewani atau nabati.
Ekstraksi minyak dari bunga-bungaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
enfleurage dan macerate .
a.
Enfleurasi ( enfleurage )
Pada proses ini, absorbs minyak atsiri oleh lemak dilakukan pada suhu rendah
( keadaan dingin ) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang disebabkan
oleh panas. Proses enfleurasi menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode lainnya. Kelemahan proses ini adalah karena
memerlukan waktu yang lebih lama, dan membutuhkan tenaga kerja yang
terampil dan berpengalaman.
Akhir dari Proses ekstraksi ini ditandai dengan, jika lemak telah jenuh dengan
minyak bunga, dan selanjutnya minyak bunga dalam pomade diekstraksi dengan
menggunakan alcohol. Hasil ekstraksi minyak bunga dari pomade, menggunakan
alcohol menghasilkan campuran minyak bunga dengan alcohol. Jika alcohol
tersebut dipisahkan, maka akan diperoleh minyak bunga yang larut dalam
sejumlah kecil alcohol, disebut ekstrait.
Lemak mempunyai sifat dapat mengabsorbsi bau disekitarnya dan prinsip ini
digunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dari tanaman bunga.
Syarat-syarat lemak yang digunakan
1.
Lemak yang berbau tidak dikehendaki, karena dapat mencemari bau minyak
atsiri yang dihasilkan. Bau lemak dapat dihilangkan dengan proses deodorisasi.
2.
Konsistensi lemak yang digunakan perlu diatur, karena lemak yang terlalu keras
mempunyai daya absorbs yang rendah. Jika konsistensi lemak terlalu lunak,
maka lemak banyak melekat pada bunga sehingga sukar dipisahkan.
Konsistensi lemak dapat diatur dengan cara hidrogenasi atau mencampur 2
macam lemak yang titik cairnya berbeda, sehingga didapatkan lemak dengan
konsistensi dan titik cair tertentu. Lemak yang sudah sekali dipakai pada proses
ekstraksi tidak dapat dipakai kembali dan biasanya dijadikan sabun dan
kosmetik.
Keuntungan dan kerugian metode absorbs oleh lemak
Keuntungan :
1.
Rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan cara solvent ectraction .
2.
Minyak yang dihasilkan berbau lebih wangi karena kerusakannya
relative kecil.
Kerugian :
1.
bunga saja.
2.
atsiri
3.
Ekstraksi minyak atsiri dari pomade dengan menggunakan
alcohol akan mengekstrak lemak dalam jumlah kecil.
4.
Lemak dapat digunakan hanya untuk satu periode ekstraksi, yaitu
sampai lemak sudah jenuh oleh minyak atsiri
2.7 SUMBER-SUMBER MINYAK ATSIRI
Nama Minyak
Tanaman Penghasil
Bagian
Negara Asal
Sereh wangi
Nilam
Cymbopogon nardus
R
Pogostemon cablin
Tanaman
Daun
Srilanka
Daun
Malaysia, Indonesia
(patchouli)
Kayu Putih
Benth
Melaleuca
Daun
Indonesia
(cajuput)
Sereh dapur
Leucadenron
Cymbopogon citrates
Daun
Madagaskar, Guetemala
(lemon grass)
Lada (pepper)
Kenanga
Piper nigrum L
Cananga odorata
Daun/buah
Bunga
(cananga)
Cengkeh (clove)
Hook
Caryophyllus
Bunga
Zanzibar, Indonesia,
Lavender
Lavandula offcinalis
Bunga
Madagaskar
Perancis, Rusia
Mawar (rose)
Melati (jasmine)
Kapolaga
Chaix
Rosa alba L
Jasminumofficinale L
Elettaria
Bunga
Bunga
Biji
Bulgaria, Turki
Perancis selatan
India, amerika
(cardamom)
cardamomun
Seledri (celery
seed)
Sitrun (lemon)
Adas (fennel)
L
Apium graveolen L
Biji
Inggris, India
Citrus medica
foeniculum fulgares
Buah/Kulit Buah
Buah/Kulit Buah
Kalifornia
Eropah, tengah, Rusia
Akar wangi
Mill
Vetiveria zizanioides
Akar/rhizoma
Indonesia, Lousiana
(Vetiver)
Kunyit
(Turmeric)
Jahe (ginger)
Stap
Curcuma longa
Akar/rhizoma
Amerika selatan
Zingiber officinale
Akar/rhizoma
Jamaika
Camphor
Roscoe
Cinnamomun
Batang/kulit buah
Formosa, Jepang
Kayu Manis
Camphora L
Cinnamomun
Batang/kulit batang
hasiat
(Cinnamon)
Cendana
zeylanicum Ness
Santalum Album L
Batang/kulit batang
Mysole, Inggris
(sandal wood)
CENGKEH
Nama simplisia
: Caryophylli flos
: Myrtaceae
Stimulansia,
obat
mulas,
antiemetikum.
Contoh sumber minyak atsiri yang diambil dari akar atau rhizoma
TANAMAN JAHE
Tanaman
Asal:
Cinnamomum
zeylanicum (BI).
Famili: Lauraceae
Zat
berkhasiat:
Minyak
atsiri
yang
Karminativa,
Istilah
Stomakika
Antiemetika
Adstringensia
Diaforetika/ sudorifika
Arti
Memacu enzim-enzim pencernaan
Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah
Menciutkan selaput lendir atu pori/pengelat
Memperbanyak keluarnya keringat atau peluruh
Karminativa
Stimulansia
Spasmolitika
Antispasmodik
keringat
Mengeluarkan angin dari dalam tubuh manusia
Memicu susunan saraf pusat
Melemaskan kejang-kejang otot perut
Kejang pada tubuh (pereda kejang)
Kolagoga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Minyak atsiri (minyak menguap = volatile oil) adalah jenis minyak yang berasal dari bahan
nabati, bersifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami peruraian dan apabila dibiarkan
terbuka dan memiliki bau seperti tanaman asalnya (khas).
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu susunan
senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung)sehingga sering sekali
memberikan efek psikologi tertentu.
Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebagai dasar wewangian alat dan juga
untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan. Pada industri minuman
beralkohol bermanfaat dalam pembuatan butter, cordials, rums, vermouths, whiskies, wines, dan
sebagainya.
3.2 Saran
Kami merasa dalam penyajian makalah ini masih banyak sangat kekurangan dan
kelemahan maka dari itu sudi kiranya teman-teman memberikan kritikan atau saran, yang nantinya
akan berguna untuk memperbaiki hasil makalah ini dan bermanfaat bagi kita semua dimasa ynag
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Surahman dan Murti Herawati. 2001. Farmakognosi jilid II. Jakarta : Departemen Kesehatan
Widyastuti, kiki dkk. 2001. Farmakognosi jilid I. Jakarta : Departemen kesehatan
Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka
Diposkan oleh headwiq lissundy di 06.47
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest