Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

METODE KERJA

1. RUTE PEMBERIAN SECARA ORAL


Bahan dan alat :
Hewan percobaan : tikus putih, jantan
Obat yang diberikan : pentotal natrium
Dosis obat : 35 mg/kg bobot badan
Kepekatan larutan : 3,5 %
Alat yang diperlukan : alat suntik 1ml,jarum oral
Tikus dipegang tengkuknya, jarum oral telah dipasang pada alat suntik berisi obat,
diselipkan dekat langit-langit tikus dan dilumcurkan masuk ke esofagus. Larutan didesak
keluar dari alat suntik. Maksimum pemberian 5 ml/100g.

2. Rute pemberian secara subkutan

Alat dan bahan : bahan-bahan sama seperti pemberian oral,alatnya suntikan 1 ml.
Prosedur : penyuntikan biasanya dilakukan dibawah kulit tengkuk atau abdomen. Seluruh
jarum ditusukan langsung kebawah kulit dan larutan obat didesak keluar dari alat suntik.

3. Rute pemberian obat secara intravena

Alat dan bahan : bahan-bahan sama seperti pemberian oral,alatnya suntikan 1 ml.
Prosedur : tikus dimasukan kedalam alat khusus yang memungkinkan ekornya keluar.
Sebelum disuntikan sebaiknya pembuluh vena pada ekor didilatasi dengan cara
dihangatkan atau dengan cara dioleskan dengan pelarut organik seperti aseton atau eter.
Bila jarum suntik tidak masuk vena, terasa ada tahanan,jaringan ikat disekitar daerah
penyuntikan memutih, dan bila piston alat suntik ditarik tidak ada darah yang masuk
kedalam. Bila harus dilakukan penyuntikan berulang maka penyuntikan harus dimulai
didaerah ekor.

4. Rute pemberian obat secara intraperitonial

Bahan dan alat yang digunakan sama seperti untuk pemberian intravena.
Prosedur: tikus dipegang pada tengkuknya sedemikian sehingga posisi abdomen lebih
tinggi dari kaki kepala. Larutan obat disuntikan pada abdomen bawah tikus disebelah
garis midsagital.

5. Rute pemberian obat secara intra muscular

Alat dan bahan : bahan-bahan sama seperti pemberian oral,alatnya suntikan 1 ml.
Prosedur: larutan obat disuntikan kedalam sekitar gluteus maximus atau kedalam otot
paha lain dari kaki belakang. Harus selalu dicek apakah jarum tidak masuk kedalam vena,
dengan menarik kembali piston alat suntik.

6. Rute pemberian secara rektal

Bahan : bahan-bahan sama seperti pemberian oral.


Alat :kateter dari logam, alat suntik 1ml.
Prosedur: kateter dibasahi terlebih dahulu dengan paraffin/gliserin kemudian dimasukan
kedalam rectum tikus sejauh kira-kira 4 cm dan larutan obat didesak keluar.
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mempelajari tentang pengaruh cara pemberian obat terhadap
absorbsi obat dalam tubuh. Pada dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah dan
kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan
terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang
digunakan adalah tubuh hewan (uji in vivo). Mencit dipilih sebagai hewan uji karena
metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan
sebagai objek pengamatan. Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan
melalui cara oral, intravena, subkutan, intraperitoneal, dan intramuscular.
Pertama, Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut masuk kesaluran
intestinal) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak membahayakan bagi
hewan uji. Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian obat yang umum
dilakukan karena mudah, aman, dan murah. Namun kerugiannya ialah banyak faktor
yang dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya sehingga waktu onset yang didapat cukup
lama. Sedangkan pemberian secara suntikan yaitu pemberian intravena, memiliki
keuntungan karena efek yang timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan
pemberian secara oral karena tidak mengalami tahap absorpsi maka kadar obat dalam
darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respons
penderita. Sedangkan rute pemberian yang cukup efektif adalah intra peritoneal (i.p.)
karena memberikan hasil kedua paling cepat setelah intravena. Namun suntikan i.p. tidak
dilakukan pada manusia karena bahaya injeksi dan adhesi terlalu besar (Setiawati, A. dan
F.D. Suyatna, 1995).
Kedua, pemberian obat dilakukan dengan cara intravena yaitu dengan
menyuntikkan obat pada daerah ekor (terdapat vena lateralis yang mudah dilihat dan
dapat membuat obat langsung masuk kepembuluh darah). Keuntungannya obat cepat
masuk dan bioavailabilitas 100%, sedangkan kerugiannya perlu prosedur steril, sakit,
dapat terjadi iritasi ditempat injeksi, resiko terjadi kadar obat yang tinggi kalau diberikan
terlalu cepat.
Ketiga, yaitu dengan cara subkutan (cara injeksi obat melalui tengkuk hewan uji
tepatnya injeksi dilakukan dibawah kulit). Keuntungannya obat dapat diberikan dalam
kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat perlu
prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi.
Keempat dengan cara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut).
Cara ini jarang digunakan karena rentan menyebabkan infeksi. Keuntungan adalah obat
yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat
akan cepat terlihat.
kelima atau yang terakhir adalah dengan cara intramuscular yaitu dengan
menyuntikkan obat pada daerah yang berotot seperti paha atau lengan atas. Keuntungan
pemberian obat dengan cara ini, absorpsi berlangsung dengan cepat, dapat diberikan pada
pasien sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberiannya perlu
prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi.
Dari data yang didapatkan tentang perbandingan rute pemberian obat terhadap
efektifitasnya,menunjukan bahwa rute pemberian melalui subkutan-intraperitoneal-
intravena-intramuscular-peroral. Tetapi seharusnya efek obat yang paling cepat di serap
yaitu rute pemberian secara intravena-intraperitoneal-intramuskular-subkutan-peroral.
Hal ini dikarenakan pada saat setelah penyuntikan suasana ruangan mengganggu mencit
yang diuji.

Anda mungkin juga menyukai