Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ORGAN

“ANTI DIARE ”

Dosen pengampu : Siti Mariam, M.Farm, Apt.

Disusun Oleh :
Muhammad Akbar (170100)
Siti Herdiyanti (170100)
Yeti Nurhasanah (17010072)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Untuk mengetahui adanya aktivitas obat antidiare yang bekerja
menghambat diare pada hewan percobaan yang telah diinduksi dengan ol. Ricini.

1.2 Tinjauan pustaka


Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200
mg/hari)yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB,
tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau
tanpa inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar
yangterus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
ataumemiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya
diaremenyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa
juga bisaterjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik
penyakitnya klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit
perut. Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-
tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita
akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidakdiberika makan
dam minum diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari
yangdisebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.3.Diare akut
bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat,diare ini dapat
menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam darah,
malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.
Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari.
Dengan bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalamu
sus tetapi menyebar hingga keluar usus.5.Diare dengan kurang gizi berat. Diare
ini lebih parah dari diare yanglainnya, karena mengakibatkan infeksi yang
sifatnya sistemik ataumenyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan
mineral.Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung
 Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain
(NationalDigestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :-
1) Infeksi
bakteri beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau mi
numan,contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia coli
(E.coli).
2) Infeksi
virus beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
3) Intoleransi
makanan beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, mis
alnya pemanis buatan dan glukosa
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya
dorong pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaa
n absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara
langsung distimulasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen,atau
oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida
Padaumumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab
utamadiare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai
akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen (Anne, 2011).
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi
kerusakanmukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa.
Sebaran,karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar
organisme.Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh
pseudomembransampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara
mikroskopik.Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya
menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemam
puan mukosausus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena
terjadinya difusi balikdari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini
dikenal sebagai diare
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat yang digunakan


 Timbangan
 Alat suntik 1 ml sonde oral
 Stop watch
 Alu
 Mortir
 Penangas air
 Tissue
 Alat tulis

2.2 Bahan yang digunakan


 Loperamid HCl
 Oleum ricini
BAB III
CARA KERJA

Berikut cara kerja yang dilakukan pada praktikum Efek Obat Anti Diare:
3.1 Untuk Mencegah Diare
 Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan
 Siapkan 2 mencit yang akan digunakan
 Mencit diberi obat loperamid ( dibiarkan 30 menit)
 Setelah 30 menit, diberi oleum ricini 1 Ml
 Tunggu hingga 2-3 jam
 Amati mencit apakah obat yang diberikan bereaksi/tidak

3.2 Untuk mengobati diare


 Sediakan 2 mencit yang akan digunakan
 Lalu, mencit diberi oleum ricini 1 Ml
 (tunggu sampai diare)
 Setelah diare, diberi obat sampai mencit sembuh dari diare nya

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 PERHITUNGAN
Loperamid untuk manusia = 2mg (tablet)
Jika mencit 20 g = 0,0028 x 2 mg = 0,0056 mg
0,0056
= = 0,28 ml
0,002mg /ml
25 g
Jika mencit 25 g = x 0,28 ml = 0,35 ml
20
1. Perhitungan dosis untuk mencegah diare
30,62
M1 = x 0,28 = 0,42 ml
20
29,65
M2 = x 0,28 = 0,41 ml
20
2. Perhitungan dosis untuk mengobati diare
29,96
M1 = x 0,28 = 0,41 ml
20
27,39
M2 = x 0,28 = 0,38 ml
20
4.2 HASIL PENGAMATAN
Bobot Dosis Dosis oleum Waktu muncul Waktu
Perlakuan
mencit loperamid ricini diare sembuh

Mencegah 30,62 g 0,42 ml 1ml 55 menit 15 -


diare detik
29,65 g 0,41 ml 1ml -
1 jam 03 menit
Mengobati 29,96 g 0,41 ml 1ml - 48 menit
diare 25 detik
27,39 g 0,38 ml 1ml -
50 menit 5
detik
Rata2 30,135 g 0,415 ml 1ml 57 menit 9 -
mencegah detik
diare
Rata2 28,675 g 0,395 ml 1ml - 49 menit
mengobati 15 detik
diare
4.3 PEMBAHASAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare yaitu loperamid HCl dapat menghambat diare yang
disebabkan oleum Ricini pada hewan percobaan yaitu mencit.
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan
(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare
disebabkan oleh adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga
dapat menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal,
serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada
dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare
akan berhenti dengan sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare
hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak
digunakan diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat
menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu
memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan
resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan
haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih
kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga
karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu
penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan,
mencit dipuasakan terlebih dahulu tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut
dikarenaka makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan
peristaltik.
Pada percobaan ini dilakukan pada 4 ekor mencit dengan bobot masing-
masing mencit yang bervariasi, 2 ekor mencit untuk pencegahan diare mencit 1
berbobot 30,62 g diberikan 0,42 ml loperamid dan mencit 2 berbobot 29,65 g
diberikan 0,41 ml loperamid dibiarkan selama satu jam agar obat dapat
terabsorpsi secara sempurna didalam tubuh mencit. Setelah itu diberikan oleum
Ricini pada kedua mencit tersebut sebanyak 1 ml lalu diamati waktu terjadinya
diare, pemberian oleum Ricini pada mencit dapat menyebabkan diare karena
oleum ricini merupakan trigliserida yang berkhasiat sebagai laksatif dan dapat
menstimulasi peristaltik usus, didalam usus halus minyak ini mengalami
hidrolisis dan menghasilkan asam risinoleat yang merangsang mukosa usus
sehingga mempercepat gerak peristaltiknya dan menyebabkan proses defekasinya
langsung cepat sehingga frekuensi defekasi akan meningkat dan air yang
seharusnya diabsorpsi tubuh akan ikut terbuang dalam feses sehingga feses akan
lembek, pada mencit 1 waktu munculnya diare yaitu 55 menit 15 detik pada
mencit 2 yaitu 1 jam 3 menit. Dan dirata- ratakan dari keduanya berbobot 30,135
g dosis 0,415 ml dengan waktu munculnya diare 57 menit 9 detik.
Sedangkan 2 ekor lainnya digunakan untuk pengobatan diare mencit 1
berbobot 29,96 g dan pada mencit 2 berbobot 27,39 g, kedua mencit tersebut
diberikan oleum Ricini sebanyak 1 ml setelah timbulnya diare diberikan
loperamid untuk mencit 1 dosis 0,41 ml dengan waktu sembuhnya 48 menit 25
detik, dan mencit 2 dosis 0,38 ml dengan waktu sembuhnya 50 menit 5 detik.
Lalu dirata-ratakan menjadi bobot 28, 675 g dosis 0,395 ml dengan waktu
sembuh 49 menit 15 detik. Loperamide merupakan obat untuk mengatasi diare,
yang bekerja dengan memperlambat gerakan saluran pencernaan, sehingga usus
punya lebih banyak waktu untuk menyerap cairan dan nutrisi dari makanan yang
dikonsumi, Selain untuk diare, loperamide juga digunakan untuk mengurangi
jumlah feses pada pasien dengan ileostomy, yaitu pembuatan lubang baru
pengganti anus (dubur) pada dinding perut, yang dihubungkan dengan bagian
akhir dari usus halus.
4.4 KESIMPULAN
1. Aktivitas obat untuk mencegah diare mampu bekerja selama 57 menit 9 detik
dari hasil rata- rata kedua hewan percobaan
2. Aktivitas obat untuk pengobatan diare memerlukan waktu selama 49 menit 15
detik dari rata-rata kedua hewan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.


http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/.
2. Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-
akut.htm
3. Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5.
Jakarta : Penerbit UI Press.
4. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai