Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1 Perhitungan

Paracetamol

M1 : 29,37 g --> 29,37 g / 20 g = 0,28 ml = 0,41 ml

M2 : 29,18 g --> 29,18 g / 20 g = 0,28 ml = 0,41 ml

Kontrol = 44x geliat

Cuka = 0,10 ml

Asetosal

M1 = 27,62 g / 20 g X 0,28 ml = 0,39 ml

M2 = 27,15 g / 20 g x 0,28 ml = 0,38 ml

% proteksi = 100% - [Jumlah geliat hewan uji ] / [ jumlah geliat hewan kontrol ] x 100%

Pct

% Proteksi 1 = 100% - 38/44 x 100 % = 100 % - 86,36 % = 13,64 %

% Proteksi 2 = 100% - 19/44 x 100 % = 100 % - 43,18 % = 56,82.%

Asetosal

% proteksi 1 = 100% - 35/44 x 100% = 100% - 79,54 % = 20,46%

% proteksi 2 = 100% - 0/44 x 100% = 100% - 0% = 100%

Efektifitas Analgetik

%proteksi obat / %proteksi asetosal x 100%

= 13,64% / 20,46 % x 100% = 66,66%

= 56,82% / 100% x 100% = 56,82%

4.2 Pembahasan

Mahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik. Tujuan dari


praktikum ini adalah mempelajari dan mengetahui efektivitas analgetika sedian obat
(paracetamol dan asetosal) pada hewan uji mencit sehingga kita dapat membandingkan daya
analgetika dari obat – obat tersebut setelah mencit diberi induktor nyeri asam asetat 1 %.
Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan
prinsip yaitu memberikan asam asetat 1% (indikator nyeri) kepada mencit yang akan
menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri
pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan membengkokan kepala
ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik (paracetamol dan asetosal) akan mengurangi
respon tersebut.
Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol, asetosal karena bahan
obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent CMC Na. Digunakan konsentrasi CMC
Na yang rendah 0,5% agar suspensi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk mengambil
suspensi dengan spuit jarum oral dan mudah masuk ke dalam esofagus mencit.
Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral,setiap mencit
diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat
diberikan mencit didiamkan selama 30 menit. Kemudian disuntik secara intraperitoneal dengan
larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena
memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek, mencegah
penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak jaringan tubuh
jika pada organ tertentu. Misalnya apabila asam asetat 1% diberikan per oral, akan merusak
saluran pencernaan, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.
Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah
diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama
beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan menggeliat dengan
ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit
selama 30 menit.
Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat
merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap
hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya
kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap
stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan
hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan
menimbulkan nyeri yang nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki belakang saat efek dari
penginduksi ini bekerja.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang memiliki daya
analgetik paling tinggi atau kuat adalah paracetamol dan asetosal. Hasil yang didapat setelah
diuji dengan menggunakan tabel ANOVA yang kemudian didapat hasil “berbeda bermakna”,
artinya pemberian obat analgetik yang berbeda pada hewan uji mencit akan mempengaruhi
frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai analgetik, yaitu paracetamol >
asetosal.
Penyimpangan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah
pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah
berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga
kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi
dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu,
sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk
sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang
diambil, bukan hanya larutannya.

4.3 Kesimpulan:

Semakin rendah banyak kejutan semakin baik obat menahan rasa nyeri, sedangkan makin banyak
kejutan obat kurang baik untuk menahan rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai