Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN DAN CARA


PEMBERIAN OBAT

Disusun Oleh :
Kelas : I A
KELOMPOK : 2

Nama : Reka Amalia


NIM : PO7139014029
Tgl Praktikum: 15 juni 2015
Dosen : Vonna Aulianshah ,S.farm. ,M.Si.,Apt.

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Sebagai mahasiswa farmasi, sudah seharusnya kita mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan obat, baik dari segi farmasetik, farmakodinamik, farmakokinetik, dan juga dari segi
farmakologi. Kali ini kami akan membahas dalam bab farmakologi obat dengan sub-bab rute
pemberian obat. Addpun yang melatar belakangi pengangkatan materi adalah agar kita dapat
mengetahui kaitan antara rute pemberian obat dengan waktu cepatnya reaksi obat yang
ditampakkan pertama kali.

B.     Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menangani hewan – hewan percobaan yaitu mencit untuk percobaan farmakologi
2. Untuk mengetahui sifat – sifat hewan percobaan
3. Mengetahui cara menangani hewan percobaab secara manusiawi serta faktor – faktor yang
mempengaruhi responnya.
4. Mengenal teknik –teknik pemberian obat dengan berbagai rute pemberian serta meliha berbagai
pengaruh rute pemberian obat terhadap efeknya
5. Dapat menyatakan beberapa konsekuensi praktis dari pengaruh rute pemberian obat terhadap
efeknya
6. Dalam percobaan ini mahasiswa dilatih untuk memberikan obat kepada hewan percobaan secara
oral ( PO ) , subkutan ( SC ) ,intravena (iv) ,intraperitoneal( ip ) ,intra muscular ( im) ,rektal.
BAB II
DASAR TEORI

Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup,
lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut
obat, dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko penggunaan obat.
Karena itu dikatakan farmakologi  merupakan seni menimbang ( the art of weighing).
Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeriadalah
perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan.
Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya
tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay,
2007).
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan
sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat
dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi
P (Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin
merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan
lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga
terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps
via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls
kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri
(Tjaydan Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi
melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di
jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh
rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.
Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator
nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi
reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat
diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak
melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang
belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
A.  Faktor - faktor
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang dan
berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan  hewan
percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
a)      Faktor internal pada hewan percobaan sendiri :
·         Umur
·         Jenis kelamin
·         Bobot badan
·         Keadaan kesehatan
·         Nutrisi
·         Sifat genetik
b)      Faktor – faktor lain yaitu :
·         Lingkungan
·         Keadaan kandang
·         Suasana kandang
·         Populasi dalam kandang
·         Keadaan ruang tempat pemeliharaan,
·         Pengalaman hewan percobaan sebelumnya
·         Suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan
·         Cara pemeliharaannya
Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan
terhadap senyawa bioaktif yang diujikan.Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan
percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di samping
itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon
hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara
pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang
akandigunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat
mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses absorpsi terlebih dahulu.
B.  Karakteristik Hewan Percobaan
1.         Mencit

 Cendrung berkumpul bersama


 Penakut, fotofobik
 Lebih aktif pada malam hari
 Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia
 Tidak mengigit
C. Taksonomi Hewan Coba
1.      Mencit(Mus musculus)
Kingdom              : Animalia
Filum                    : Chordata
Sub filum              : Vertebrata
Kelas                    : Mamalia
Ordo                     : Rodentia
Genus                    : Mus
Spesies                  : Mus musculus
BAB III
PERCOBAAN

A.          Bahan dan Alat


 larutan tragakan 0,5 dalam air
 suspensi asetosal dalam tragakan
 suspensi paracetamol dalam tragakan
 suspensi asam mefenamat dalam tragakan
 suspensi methampyron dalam tragakan
 larutan steril asam asetat 1 %
 etanol 70%
 spuit injeksi dan jarum 1 mL
 spuit injeksi 3-5 mL
 jarum berujung tumpul ( untuk per oral)
 sarung tangan
 stop watch
 timbangan hewan
 wadah tempat pengamatan uji geliat
 alat alat gelas

B.           Prosedur
 Mencit 5 ekor
 Mencit kelompok 1 (kontrol), diberi larutan tragakan 0,5 % melalui oral dengan volume 0,2
mL/20 g BB
 Mencit kelompok 2 diberi suspensi asetosal 150 mg/kg BB dalam tragakan 0,5 % melalui
oral
 Mencit kelompok 3 diberi suspensi paracetamol 150 mg/kg BB dalam tragakan 0,5 %
melalui oral
 Mencit kelompok 4 diberi suspensi asam mefenamat 150 mg/kg BB dalam tragakan 0,5 %
melalui oral
 Mencit kelompok 5 diberi suspensi methampyron 150 mg/kg BB dalam tragakan 0,5 %
melalui oral
 30 menit kemudian seluruh kelompok hewan yang mendapat perlakuan disuntik intra
peritoneal larutan steril asam asetat 1% v/v dengan dosis 75 mg/kg BB
 Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan kaki ditarik
kebelakang)

BAB IV
HASIL PERCOBAAN

volume
bobot volume
pemberia
N badan pemberia
perlakuan n asam jumlah geliat tiap 5 menit ke (kali/5menit) kumulatif
o menci n obat
asetat
t (mL)
steril (mL)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 tragakan 31,82 0,31 0,43 34 41 42 45 25 23 20 16 14 8 3 3 274

2 Asetosal 150 35,02 1 0,45 - - - - - - - - - - 4 2 6


Parasetamol
20 20 15 16 16 12 10 14 10 8 7
3 150 30,60 0,5 0,4 5 153
Asam
mefenamat 13 32 26 17 19 13 6 5 3 2 2
4 150 34,26 0,5 0,35 1 139
Methampyron
11 17 10 18 6 5 4 3 2 7 3
5 150 21.09 0,5 0,28 9 85
Mefenamat
30 70 37 25 25 10 11 4 6 5 -
6 75 35 0,5 0,3 - 223
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, mempraktikkan tentang cara - cara penanganan hewan percobaan
dengan benar dan cara pemberian obat. Hewan percobaan untuk praktikum farmakologi ini ada
berbagai jenis, di antaranya ada kelinci, marmut, katak, tikus dan mencit.Namun hewan
percobaan yang digunakan dalam paktikum adalah mencit.
Cara penanganan hewan – hewan  percobaan ini pun berbeda – beda sesuai dengan
karakteristiknya masing – masing hewan. Pada saat praktikum kita tidak boleh membuat mencit
tersebut depresi / stres, karena mereka akan lebih agresif bila sedang merasa terganggu. Dan bila
mereka merasa stres, maka mereka dapat memberontak atau malah dapat menggigit tangan kita
hingga terluka.Kita harus membuat mereka nyaman sehingga kita mudah untuk melakukan
pengamatan. Kita juga harus belajar cara memegang mencit yg baik.
Langkah awal dari percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan. Setelah itu mulai
mempraktekkan cara memperlakukan hewan percobaan. Cara memegang mencit yang baik
adalah letakkan mencit di kawat atau permukaan yg kasar tujuannya agar mencit bisa
mencengkram bagian kawat kemudian pegang ekornya menggunakan tangan kiri, kemudian tarik
sebagian kulit punggung dari mencit lalu balikkan badannya sehingga wajahnya menghadap ke
kita. Dan ekornya diselipkan diantara jari manis dan jari telunjuk
Kemudian hal – hal yg harus di perhatikan bila ingin memegang hewan - hewan
percobaan ini adalah harus menggunakan sarung tangan dan masker.Tujuan menggunakan
sarung tangan adalah untuk mengurangi kontaminasi langsung dengan tikus / mencitnya. Karena
ditakutkan adanya bakteri pada tubuh hewan tersebut, kemudian untuk menjaga agar bila tikus /
mencitnya menggigit tidak langsung terkena kulit tangan kita, akan tetapi terkena sarung
tangannya lebih dahulu.
Setelah melakukan praktikum tersebut, praktikan wajib membersihkan tangan dengan
antibakteri (hand sanitizer) atau langsung mencuci tangan dengan sabun.Agar kuman atau bakteri
yang ada pada mencit dan tikus tidak masuk ke dalam tubuh.
Jika praktikan terkena gigitan dari hewan tersebut, maka harus cepat – cepat di bersihkan
dengan sabun dan bila perlu langsung di beri alkohol pada bagian yang terluka. Hal ini karena
alkohol dapat menghentikan proses pendarahan yang berlangsung.

Praktikum yang kedua yaitu carapemberian obat pada mencit. Cara pemberian obat ada
secara oral, subkutan, intra vena, intra peritoneal, intra muscular. Pada praktikum ini melakukan
cara pemeberian obat secara intra vena, intra peritonel, dan subcutan
Pemberian obat secara intra peritoneal. Pada mencit diberikan perlakuan dengan cara
pemberian obat secara intra peritoneal yaitu penyuntikkan pada bagian abdomen atau perut
mencit, cara memegang mencit hampir sama yaitu dengan memegang tengkuk mencit dengan
jari telunjuk dan jempol tangan kanan, jari kelingking dan jari manis tangan kanan memegang
ekor mencit. Kemudian bagian abdomennya diarahkan ke atas dan disuntikanair pada bagian
abdomen mencit sebanyak 0,2 ml . Akan tetapi, hal yang harus diperhatikan saat menyuntik
bagian abdomen mencit yaitu jarum yang disuntikkan dengan sudut sekitar 10 0 dari abdomen
pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung
kemih dan tidak terlalu tinggi supaya penyuntikkan tidak terkena hati.
 Pemberian obat secara subkutan. Pada mencit, diberikan perlakuan dengan cara
pemberian obat secara subkutan yaitu penyuntikkan pada bagian tengkuk mencit, cara
memegang mencit hampir sama juga dengan cara di atas yaitu salah satu teman kami memegang
tengkuk mencit dengan jari telunjuk dan jempol tangan kanan, jari kelingking dan jari manis
tangan kanan memegang ekor mencit. Akan tetapi bagian tengkuknya diarahkan keatas dan
abdomennya mengarah ke bawah supaya memudahkan penyuntikkan atau mencit diletakkan
diatas bagian yang kasar, tarik bawah kulit tengkuknya.Suntikkan dengan air sebanyak 0.3 ml,
pastikan air tidak keluar.
Pemberian obat secara Intra vena. Pada mencit diberikan perlakuan dengan cara
pemberian obat secara intra vena. Pada percobaan ini di perlukan dua orang, yang satu
memegang badan mencit dan satu lagi menyuntikkan ke ekornya.Memegang badannya sama
seperti praktikum pertama, disuntikan dengan air sebanyak 0,1 ml, sebelum disuntik sebaiknya di
dilatasi dulu agar pembuluh darah melebar dan steril. Didilatasi dengan menggunakan air hangat
atau alcohol.

BAB IV
KESIMPULAN

 Pada praktikum kali ini adalah penanganan hewan percobaan terhadap mencit lebih
mudah ditangani. Hal ini dikarenakan karakteristik dari mencit yang cenderung lebih
penakut dari pada tikus.
 Pada praktikum ini sebelum kita melakukan penyuntikan pada mencit, mencit harus
dalam keadaan tenang (tidak stress), karena pada saat stress mencit akan menjadi liar dan
sulit untuk disuntik. Kemudian kita harus menguasai dan betul-betul memahami
bagaimana cara menyuntik mencit dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Malole, M. B. M. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor.


Gan Gunawan, Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UI.
Tim Dosen. 2011. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi. Makassar: AKFAR
YAMASI.
http://www.scrib.com/farmakologidantoksikologi/farmaseutika, diakses 12 Mei 2011.
Ansel, Howard C. 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai